Anda di halaman 1dari 54

APLIKASI EVIDENCE BASED NURSING PERAWATAN PERIANAL

HYGIENE DENGAN MINYAK ZAITUN TERHADAP PENCEGAHAN


RUAM POPOK PADA BALITA DENGAN DIARE
DI RUANG AYYUB 3 RS ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG

OLEH :
FACHRUNNISA
G3A021014

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi pada
masyarakat. Diare juga merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di
berbagai Negara (Widoyon, 2011). Diare dapat menyerang semua kelompok usia
terutama pada anak. Anak lebih rentan mengalami diare, karena system pertahanan tubuh
anak belum sempurna (Soedjas, 2011).
World Health Organization (WHO) (2012), menyatakan bahwa diare merupakan 10
penyakit penyebab kematian. Tahun 2012 terjadi 1,5 juta kematian akibat diare.
Sepanjang tahun 2012, terdapat sekitar 5 juta bayi meninggal pada tahun pertama
kematian. Kematian tersebut disebabkan karena pneumonia (18%), komplikasi kelahiran
praternum (14%) dan diare (12%).
Angka morbiditas dan mortalitas akibat penyakit diare pada balita adalah kelompok
umur 6-11 bulan yaitu sebesar 21,65% lalu kelompok umur 12-17 bulan sebesar 14,43%,
kelompok umur 24-29 bulan sebesar12,37%, sedangkan proporsi terkecil pada kelompok
umur 54-59 bulan yaitu 2,06% (Kemenkes, 2011).
Diare pada anak dapat disebabkan oleh beberapa factor diantaranya: yaitu infeksi,
malabsorbsi, makanan, dan psikologis anak. Infeksi enternal merupakan infeksi dari luar
pencernaan, yang menjadi utama penyebab utama diare pada anak. Infeksi enternal
disebabkan karena bakteri, virus dan parasite. Sedangkan infeksi perenteral merupakan
infeksi dari luar pencernaan seperti otitis media akut (OMA), bronkopneumonia,
ensefalitas. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun
(Ngastiyah, 2014). Wong (2008), mengatakan pengkajian keperawatan terhadap diare
dimulai dengan mengamati keadaan umum dan perilaku anak. Pengkajian selanjutnya
yang dilakukan pada pasien diare dengan gangguan keseimbangan cairan yaitu
pengkajian dehidrasi seperti berkurangnya keluaran urine, turgor kulit yang jelek, ubun
yang cekung. Nursalam (2008), mengatakan dampak yang dapat ditimbulkan jika
mengalami gangguan keseimbangan cairan yaitu terjadi hal-hal seperti dehidrasi pada
bayi dan balita, hipoglikemia, mengalami gangguan gizi, gangguan sirkulasi, hingga
terjadi komplikasi pada anak.
Dampak masalah fisik yang akan terjadi bila diare tidak diobati akan berakibat
kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak. Pada balita akan menyebabkan
anorexia (kurang nafsu makan) sehingga mengurangi asupan gizi, dan diare dapat
mengurangi daya serap usus terhadap sari makanan. Dalam keadaan infeksi, kebutuhan
sari makanan pada anak yang mengalami diare akan menyebabkan kekurangan gizi. Jika
hal ini berlangsung terus menerus akan menghambat proses tumbuh kembang anak.
Sedangkan dampak psikologis terhadap anak-anak antara lain anak akan menjadi rewel,
cengeng, sangat tergantung pada orang terdekatnya (Widoyono, 2011).
Diagnosis keperawatan yang sering muncul pada pasien yang menderita diare adalah
kekurangan volume cairan dan ketidakseimbangan nutrisi. Peran perawat sebagai
pemberi pelayanan keperawatan pada anak yang dirawat dengan diare, diantaranya
memantau asupan dan pengeluaran cairAn. Gnak yang mendapatkan terapi cairan
melalui intravena perlu pengawasan untuk asupan cairan, kecepatan tetesan harus diatur
untuk memberikan cairan volume yang dikehendaki dalam waktu tertentu dan lokasi
pemberian infus harus dijaga (Wong, 2008). Tindakan keperawatan yang harus dilakukan
selanjutnya yaitu menimbang berat badan anak secara akurat, mamantau input dan output
yang tepat dengan meneruskan pemberian nutrisi per oral dan melakukan pengambilan
specimen untuk pemeriksaan laboratorium.
Selain dari tindakan keperawatan, orang tua dan keluarga juga ikut memberikan
perawatan seperti memberikan perhatian, semangat dan mendampingi anak selama
dirawat dirumah sakit (Nursalam, 2008). Selain dari perawatan anak dirumah sakit,
pengetahuan orang tua tentang terjadinya diare sangatlah penting. Hal ini disebabkan
karena sebagian ibu belum mengetahui tentang perilaku sehat untuk menjaga kesehatan
keluarga seperti selalu menjaga kebersihan diri dan makanan, menjaga kebersihan
lingkungan rumah, memriksakan kondisi kesehatan ketika terdapat gejala suatu penyakit
ke puskesmas, menjaga pola istrahat serta menyempatkan untuk berekreasi guna
menghilangkan stres yang dapat memicu penyakit (Subakti, 2015).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaporkan pengelolaan kasus dan aplikasi “evidence based practice nursing
Baby Massage” Terhadap Frekuensi Buang Air Besar pada Balita dengan Diare”
pada anak G dengan diare di Ruang Ayyub 3 RS Roemani.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan diharapkan penulis mampu:
a) Menjelaskan konsep diare
b) Melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan diare
c) Mampu menerapkan evidance based practice nursing “Baby Massage Terhadap
Frekuensi Buang Air Besar pada Balita dengan Diare”
SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini disusun secara sistematis dalam VI bab, yaitu:
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Konsep Dasar
BAB III : Laporan Kasus
BAB IV : Aplikasi Jurnal Evidence Based Nursing Riset
BAB V : Pembahasan
BAB VI : Penutup
Daftar Pustaka
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar
1. Pengertian dan Klasifikasi
Nursalam (2008), mengatakan diare pada dasarnya adalah frekuensi buang
air besar yang lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih encer.
Diare merupakan gangguan buang air besar atau BAB ditandai dengan BAB lebih
dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah atau
lendir (Riskesdas, 2013). Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat
perubahan konsistensi fese. Seseorang dikatakan menderita bila feses berair dari
biasanya, dan bila buang air besar lebih dari tiga kali, atau buang air besar yang
berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Dinkes, 2016). WHO (2009),
mengatakan diare adalah suatu keadaan buang air besar (BAB) dengan
konsistensi lembek hingga cair dan frekuensi lebih dari tiga kali sehari. Diare
akut berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan diare persisten terjadi selama kuran
lebih 14 hari.
Pedoman dari laboratorium/ UPF Ilmu Kesehatan Anak, Universitas
Airlangga dalam Nursalam (2008), diare dapat dikelompokkan menjadi:
a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling
lama 3-5 hari.
b. Diare yang berkepanjangan bial diare berlangsung lebih dari 7 hari.
c. Diare kronik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronik
bukan suatu kesatuan penyakit, melainkan suatu sindrom yang penyebab
dan patogenisisnya multikompleks. Mengingat banyaknya kemungkinan
penyakit yang dapat mengakibatkan diare kronik dan banyak
pemeriksaan yang harus dikerjakan maka dibuat tinjauan pustaka ini
untuk dapat melakukan pemeriksaan lebih terarah. Sedangkan menurut
Wong (2008), diare dapat diklasifikasikan, sebagai berikut:
A. Diare akut Merupakan penyebab utama keadaan sakit pada balita.
Diare akut didefinisikan sebagai peningkatan atau perubahan
frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agens infeksius
dalam traktus Gastroenteritis Infeksiosa (GI). Keadaan ini dapat
menyertai infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) atau infeksi saluran
kemih (ISK). Diare akut biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit
kurang dari 14 hari) dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika
dehidrasi tidak terjadi.
B. Diare kronis Didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi
defekasi atau kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi)
sakit lebih dari 14 hari. Kerap kali diare kronis terjadi karena
keadaan kronis seperti sindrom malabsorpsi, penyakit inflamasi usus,
defisiensi kekebalan, alergi makanan, intoleransi latosa atau diare
nonspesifik yang kronis, atau sebagai akibat dari penatalaksanaan
diare akut yang tidak memadai.
C. Diare intraktabel Yaitu diare membandel pada bayi yang merupakan
sindrompada bayi dalam usia minggu pertama dan lebih lama dari 2
minggu tanpa 12 ditemukannya dari mikroorganisme pathogen
sebagai penyebabnya dan bersifat resisten atau membandel terhadap
terapi. Penyebabnya yang paling sering adalah diare infeksius akut
yang tidak ditangani secara memadai.
D. Diare kronis nonspesifik Diare ini juga dikenal dengan istilah kolon
iritabel pada anak atau diare toddler, merupakan penyebab diare
kronis yang sering dijumpai pada anak-anak yang berusia 6 hingga
54 minggu. Feses pada anak lembek dan sering disertai dengan
partikel makanan yang tidak dicerna, dan lamanya diare lebih dari 2
minggu. Anak-anak yang menderita diare kronis nonspesifikini akan
tumbuh secara normal dan tidak terdapat gejala malnutrisi, tidak ada
daearh dalam fesesnya serta tidak tampak infeksi enteric
2. Etiologi
1. Respon Tubuh
a. Sistem integument Anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan
hingga berat turgor kulit biasanya kembali sangat lambat. Karena tidak
adekuatnya kebutuhan cairan dan elektrilit pada jaringan tubuh anak
sehingga kelembapan kulit pun menjadi berkurang.
b. Sistem Respirasi Kehilangan air dan elektrolit pada anak diare
mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa yang menyebabkan pH
turun karena akumulasi asam nonvolatile. Terjadilah hiperventilasi yang
13 akan menurunkan pCO2 menyebabkan pernapasan jadi cepat, dan
dalam (pernapasan kusmaul).
c. Sistem Pencernaan Anak yang diare biasanya mengalami gangguan pada
nutrisi, yang disebabkan oleh kerusakan mukosa usus dimana usus tidak
dapat menyerap makanAn. Gnak akan tampak lesu, malas makan, dan
letargi. Nutrisi yang tidak dapat diserap mengakibatkan anak bisa
mengalami gangguam gizi yang bisa menyebabkan terjadinya penurunan
berat badan dan menurunnya daya tahan tubuh sehingga proses
penyembuhan akan lama.
d. Sistem Muskoloskeletal Kekurangan kadar natrium dan kalium plasma
pada anak yang diare dapat menyebabkan nyeri otot, kelemahan otot, kram
dan detak jantung sangat lambat.
e. Sistem Sirkulasi Akibat dari daire dapat terjadi gangguan pada system
sirkulasi darah menyebakan darah melemah, tekanan darah rendah, kulit
pucat, akral dingin yang mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik.
f. Sistem Otak Syok hipovolemik dapat menyebabkan aliran darah dan
oksigen berkurang. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya penurunan
kesadaran dan bila tidak segera ditolong dapat mengakibatkan kematian.
g. Sistem Eliminasi Warna tinja anak yang mengalami diare makin lama
berubah kehijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah
sekitarnya akan lecet karena sering defesaki dan tinja makin asam sebagai
akibat makin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak
dapat diabsorbsi oleh usus selama diare
3. Manifestasi Klinik
Menurut Sodikin (2011), Beberapa tanda dan gejala yang terjadi pada kasus
gastroenteritis, antara lain :
a. Bayi atau anak menjadi cengeng, rewel, gelisah
b. Suhu badan meningkat
c. Nafsu makan berkurang atau tidak ada
d. Timbul diare
e. Feses makin cair, mungkin mengandung darah dan atau lendir
f. Warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
g. Muntah baik sebelum maupun sesudah diare
h. Terdapat gejala dan tanda dehidrasi : ubun-ubun besar cekung pada bayi,
tonus otot dan turgor kulit berkurang, selaput lendir pada mulut dan bibir
terlihat kering
i. Berat badan menurun
j. Pucat, lemah
4. Penyebab
1. Etiologi Ngastiyah (2014), mengatakan diare dapat disebabkan oleh berbagai
infeksi, selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan
salah satu gejala dari penyakit pada system gastrointestinal atau penyakit lain
diluar saluran pencernaan. Tetapi sekarang lebih dikenal dengan “penyakit
diare”, karena denga sebutan penyakit diare akan mempercepat tindakan
penanggulangannya. Penyakit diare terutama pada bayi perlu mendapatkan
tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana bisa terlambat. Faktor
penyebab diare, antara lain:
A. Factor Infeksi
1) Infeksi enteral: infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi
enteral sebagai berikut:
a) Infeksi bakteri: Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.
b) Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie,
Polomyelitis) Adeno-virus, Rotavirus, Astovirus, dan lain-lain.
2) Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan
seperti: otitis media akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini
terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
B. Factor malabsorbsi Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intolerasni
laktosa, maltose, dan sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak terpenting dan tersering
(intoleransi laktosa), Lemak dan Protein
C. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan. d.
Faktor psikologis, rasa takut dan cemas, (jarang, tetapi dapat terjadi pada
anak yang lebih besar). Selain kuman, ada beberapa prilaku yang dapat
meningkatkan resiko terjadinya diare, yaitu :
1. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari
kehidupan
2. Menggunakan botol susu
3. Menyimpanan makanan masak pada suhu kamar
4. Air minum tercemar dengan bakteri tinja
5. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang
tinja, atau sebelum menjamaah makanan. Menurut Wong (2008),
penyebab infeksius dari diare akut yaitu :
1) Agens virus a. Rotavirus, masa inkubasi 1-3 hari. Anak akan
mengalami demam (38 0C atau lebih tinggi), nausea atau Vomitus,
nteri abdomen, disertai infeksi saluran pernafasan atas dan diare dapat
berlangsung lebih dari 1 minggu. Biasanya terjadi pada bayi usia 6-12
bulan, sedangkan pada anak terjadi di usia lebih dari 3 tahun. b.
Mikroorganisme, masa inkubasi 1-3 hari. Anak akan demam, nafsu
makan terganggu, malaise. Sumber infeksi bisa didapat dari air minum,
air ditempat rekreasi (air kolam renang, dll), makanan. Dapat
menjangkit segala usian dan dapat sembuh sendiri dalam wakru 2-3
hari.
2) Agens bacteri
a. Escherichia coli, masa inkubasinya bervariasi tergantung pada
strainnya. Biasanya anak akan mengalami distensi abdomen, 16
demam, vomitus, BAB berupa cairan berwarna hijau dengan
darah atau mucus bersifat menyembur. Dapat ditularkan antar
individu, disebabkan karena daging yang kurang matang,
pemberian ASI tidak ekslusif.
b. Kelompok salmonella (nontifoid), masa inkubasi 6-72 jam
untuk gastroenteritis. Gejalanya bervariasi, anak bisa
mengalami nausea atau vomitus, nyeri abdomen, demam, BAB
kadang berdarah dan ada lendir, peristaltic hiperaktif, nyeri
tekan ringan pada abdomen, sakit kepala, kejang. Dapat
disebabkan oleh makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi oleh binatang seperti kucing, burung dan
lainnya.
3) Keracunan Makanan
a. Staphylococcus, masa inkubasi 4-6 jam. Dapat menyebabkan
kram yang hebat pada abdomen, syok. Disebabkan oleh
makanan yang kurang matang atau makanan yang disimpan
dilemari es seperti pudding, mayones, makanan yang berlapis
krim.
b. Clostridium perfringens, masa inkubasi 8-24 jam. Dimana anak
akan mengalami nyeri epigastrium yang bersifat kram dengan
intensitas yang sedang dan berat. Penularan bisa lewat produk
makanan komersial yang paling sering adalah daging dan
unggas.
c. Clostridium botulinum, masa inkubasi 12-26 jam. Anak akan
mengalami nausea, vomitus, mulut kering, dan disfagia.
Ditularkan lewat makanan yang terkontaminasi. Intensitasnya
bervariasi mulai dari gejala ringan hingga yang dapat
menimbulkan kematian dengan cepat dalam waktu beberapa
jam.
5. Patofisiologi
Hidayat (2008), mengatakan proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh
berbagai kemungkinan factor diantaranya :
a. Factor infeksi
1) Virus
Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan infeksi
rotavirus. Setelah terpapar dengan agen tertentu, virus akan masuk
ke dalam tubuh bersama dengan makanan dan minuman yang
masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian melekat sel-sel
mukosa usus, akibatnya sel mukosa usus menjadi rusak yang dapat
menurunkan daerah permukaan usus. Sel-sel mukosa yang rusak
akan digantikan oleh sel enterosit baru yang berbentuk kuboid atau
sel epitel gepeng yang belum matang sehingga fungsi sel-sel ini
masih belum bagus. Hal ini menyebabkan vili-vili usus halus
mengalami atrofi dan tidak dapat menyerap cairan dan makanan
dengan baik. Selanjutnya, terjadi perubahan kapasitas usus yang
akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbs
cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri
virus akan menyebabkan system transport aktif dalam usus
sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi
cairan dan elektrolit akan meningkat.
2) Bakteri
Bakteri pada keadaan tertentu menjadi invasif dan menyerbu ke
dalam mukosa, terjadi perbanyakan diri sambil membentuk toksin.
Enterotoksin ini dapat diresorpsi ke dalam darah dan menimbulkan
gejala hebat seperti demam tinggi, nyeri kepala, dan kejang-kejang.
Selain itu, mukosa usus, yang telah dirusak mengakibatkan mencret
berdarah berlendir. Penyebab utama pembentukan enterotoksin
ialah 18 bakteri Shigella sp, E.colli. diare ini bersifat self-limiting
dalam waktu kurang lebih lima hari tanpa pengobatan, setelah sel-
sel yang rusak diganti dengan sel-sel mukosa yang baru (Wijoyo,
2013).
b. Factor malabsorbsi,
1) Gangguan Osmotik Cairan dan makanan yang tidak dapat diserap
akan terkumpul di usus halus dan akan meningkatkan tekanan
osmotic usus Akibatnya akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus meningkat. Gangguan osmotik meningkatkan
menyebabkan terjadinya pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus. Hal ini menyebabkan terjadinya hiperperistaltik usus.
Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi akan didorong keluar
melalui anus dan terjadilah diare (Nursalam, 2008).
2) Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin)
pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan
elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena
terdapat peningkatan isi rongga usus (Nursalam, 2008). 3
3) Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga
timbul diare. Sebaiknya bisa peristaltic usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare
pula. Akibat dari. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau
sesudah diare dan dapat di sebabkan karena lambung turut
meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit, serta mengalami gangguan asam basa dapat
menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan hypokalemia,
hypovolemia. Gejala dari dehidrasi yang tampak yaitu berat badan
turun, turgor kembali sangat lambat, mata dan ubun-ubun besar
menjadi cekung, mucosa bibir kering. Dehidrasi merupakan
keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan
hypovolemia, kolaps cardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati
dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma
dapat berupa dehidrasi isotonik. Dehidrasi hipertonik
(hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat
dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi
sedang atau dehidrasi berat (juffrie,2010). Untuk mengetahui
keadaan dehidrasi dpat dilakukan penilaian sebagai berikut:
Tabel 2.1 Penilaian Derajat Dehidrasi
Penilaian Tanpa Dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi Berat
Ringan/Sedang
1.Lihat:
Keadaan Umum Baik, sadar Gelisah Lesu, lunglai atau
Normal Cekung sadar.
Mata Ada Tidak ada Sangat cekung dan
Air Mata Mulut Basah Kering kering.
Dan Lidah Dan Minum Biasa Haus, ingin minum Tidak ada
Rasa Haus Tidak haus banyak Sangat kering
Malas minum atau
tidak makan.
2. Periksa: Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat
Turgor kulit Tanpa dehidrasi Dehidrasi lambat.
ringan/sedang, Dehidrasi berat,
criteria kriteria bila
3.Hasil Bila ada 1 Tanda 1 Ditambah 1 Atau
pemeriksaan atau lebih tanda lain. lebih tanda lain
Rencana terapi
4.Terapi Rencana terapi B Rencana terapi
A C
6. Manifestasi Klinis
Menurut mediscatore.com, gejala diare adalah tinja encer dengan frekuensi 4 kali
atau lebih dalam sehari, yang terkadang disertai beberapa hal berikut :
a. Muntah
b. Badan lesu atau lemah
c. Tidak nafsu makan
d. Darah dan lendir dalam kotoran
e. Cengeng
f. Gelisah
g. Suhu meningkat
h. Tinja cair, dan lendir terkadang bercampur darah. Lama kelamaan, tinja
berwarna hijau dan asam.
i. Anus lecet
j. Dehidrasi. Jika menjadi dehidrasi berat, akan menjadi volume darah
berkurang, nadi cepat dan kecil, denyut jantung cepat, tekanan darah turun,
kesadaran menurun, dan diakhiri dengan syok.
k. Berat badan turun
l. Turgor kulit menurun
m. Mata dan ubun-ubun cekung
n. Selaput lendir, serta mulut dan kulit menjadi kering (Putra, 2012)
7. Komplikasi
Akibat diare yang utama adalah terjadi kehilangan cairan dan elektrolit
mendadak sehingga dapat terjadi komplikasi sebagai berikut :
a. Dehidrasi.
b. Renjatan hipovolemik (bila terjadi maka denyut cepat lebih dari 120
kali/menit).
c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotonik otot, lemah, bradikardia,
perubahan elektrokardiogam).
d. Hipoglikemia.
e. Intolerasi sekunder. Akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim
laktose.
f. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.
g. Nafas cepat (pernafasan kusmaul).
h. Gagal ginjal akut.
i. Malnutrisi energi protein, (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).
Diare yang berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang
adekuat dapat mengakibatkan kematian (Ngastiyah, 2007). Sedangkan
menurut menurut Jitowiyono & Kristiyanasari (2011) komplikasi diare
diantaranya :
a. Dehidrasi 1) Ringan (≤5% BB) 2) Sedang (≤5%-10% BB) 3) Berat (≤10%-
15% BB)
b. Renjetan hipovolemik (volume darah menurun, bila 15-20% BB akan
menyebabkan TD menurun)
c. Hipokalemia
d. Hipoglikemia
e. Kejang
f. Malnutrisi
8. Pathways
9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1) Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting yang
perlu diperhatikan.
a) Jenis cairan
1. Oral : Pedialyte atau oralit
2. Parenteral : NaCl, Isotonic, infuse
b) Jumlah cairan Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan cairan yang
dikeluarkan.
c) Jalan masuk atau cairan pemeberian
(1) Cairan per oral, pada pasien dehidrasi ringan dan sedang cairan
diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan NaHCO3,
KCL, dan glukosa.
(2) Cairan parenteral, pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) selalu
tersedia di fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai beberapa banyak
cairan yang diberikan tergantung dari berat ringan dehidrasi, yang
diperhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan
berat badannya.
2) Pengobatan dietetic 24 Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun
dengan berat badan kurang dari 7 kg jenis makanan :
(a) Susus (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah adan
asam lemak tidak jenuh, misalnyta LLM. Almiron atau sejenis lainnya).
(b) Makan setengah padat (bubur) atau makan padat (nasi tim), bila anak
tidak mau minum susu karena dirumah tidak biasa.
(c) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditermukan
misalnya susus yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang
berantai sedang atau tidak jenuh (Ngastiyah, 2014).
10. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopisdan mikroskopis
b. PH dan kadar gula dalam tinja
c. Uji bakteri untuk mengatahui bakteri penyebab.
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap
b. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diare


Langkah-langkah dalam proses keperawatan ini meliputi:
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Identitas orang tua
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
b. Riwayat kesehatan masa lalu (Khusus anak usia 0-5 tahun) Pre
c. Riwayat kesehatan keluarga
4. Riwayat imunisasi
5. Riwayat tumbuh kembang
a. Pertumbuhan fisik
b. Perkembangan tiap tahap
6. Riwayat nutrisi
a. Pemberian ASI
b. Pemberian susu formula
c. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usai sampai nutrisi saat ini
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum klien
b. Tanda-tanda vital
c. Antropometri
d. Sistem pernapasan
e. Sistem kardiovaskuler
f. Sistem pencernaan
8. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang kemungkinan muncul pada penderita diare adalah :
1. Diare b/d proses infeksi, inflamasi diusus
2. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
3. Kerusakan integritas kulit b/d ekspresi / BAB sering
4. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhv penurunan intake
makanan
5. Resiko syok (hipovolemi) b/d kehilangan cairan dan elektrolit
9. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah gambaran atau tindakan yang akan dilakukan
untuk memecahkan masalah keperawatan yang dihadapi pasien. Adapun rencana
keperawatan yang sesuai dengan penyakit diare pada anak adalah sebagai
berikut :

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)


Keperawatan (NOC)
1 Diare berhubungan Setelah dilakukan tindakan NIC :
dengan proses keperawatan 3x24 jam  Diarhae Menagement
infeksi, inflamasi diharapkan Diare pada pasien - Evaluasi efek samping
diusus teratasi. pengobatan terhadap
NOC : gastrointestinal
Kriteria hasil : - Ajarkan pasien untuk
 Fases berbentuk, BAB menggunakan obat
sehari sekali tiga kali anti diare
 Menjaga daerah sekitar - Evaluasi intake
rectal dari iritasi makanan yang masuk
 Tidak mengalami diare - Identifikasi faktor
 Menjelaskan penyebab penyebab dari diare
diare dan rasional
tindakan - Monitor tanda dan
 Mempertahankan turgor gejala diare
kulit - Observasi turgor kulit
secara rutin
- Ukur diare/keluaran
BAB
- Hubungi dokter jika
ada kenaikan bising
usus
- Monitor persiapan
makanan yang aman
2 Kekurangan Setelah dilakukan tindakan NIC :
volume cairan b/d keperawatan 3x24 jam  Fluid management
kehilangan cairan
aktif diharapkan pasien tidak - Timbang
kekurangan cairan popok/pembalut jika
NOC : diperlukan
Kriteria hasil : - Pertahankan catatan
 Mempertahankan urine intake dan output yang
output sesuai dengan usia akurat
dan BB , BJ urine - Monitor status hidrasi
normal, HT normal (kelembaban membran
 Tekanan darah, nadi, mucosa, nadi adekuat,
suhu tubuh dalam batas tekanan darah,
normal artostatik), jika
diperlukan
 Tidak ada tanda-tanda - Monitor vital sign
dehidrasi, elastisitas - Monitor status nutrisi
turgor kulit baik, - Monitor memasukan
membran mucosa makanan/cairan dan
lembab, tidak ada rasa hitung intake kalori
haus yang berlebihan
harian
- Dorong masukan oral
- Berikan penggantian
nesogatrik sesuai
output
- Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan
- Kolaborasi dengan
Dokter
3. Kerusakan Setelah dilakukan tindakan NIC :
integritas kulit b/d keperawatan 3x24 jam  Pressure management
ekskresi/BAB diharapkan pasien tidak terjadi - Anjurkan pasien untuk
sering
infeksi menggunakan pakaian
NOC : yang longgar
Kriteria Hasil : - Hindari kerutan pada
 Integritas kulit yang baik tempat tidur
bisa di pertahankan - Jaga kebersihan kulit
(sensasi, elastisitas, agar tetap bersih dan
temperatur, hidrasi, kering
pigmentasi) - Mobilisasi pasien
 Tidak ada luka/lesi pada (ubah posisi pasien)
kulit setiap dua jam sekali
 Perfusi jaringan baik - Monitor kulit akan
adanya kemerahan.
- Oleskan lotion atau
 Menunjukan pemahaman minyak/baby oil pada
dalam proses perbaqikan daerah yang tertekan
kulit dan mencegah
terjadinya cedera berulang - Monitor status nutrisi
 Mampu melindungi kulit pasien
dan mempertahankan - Memandikan pasien
kelembaban kulit dan dengan sabun dan air
perawatan alami. hangat
4. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan NIC :
nutrisi kurang dari keperawatan 3x24 jam  Nutrition management
kebutuhan tubuh b/d
penurunan intake diharapkan nutrisi pasien - Kaji adanya alergi
makanan terpenuhi makanan
NOC : - Kolaborasi dengan
Kriteria hasil : ahli gizi untuk
 Adanya peningkatan berat menentukan jumlah
badan sesuai dengan kalori dan nutrisi yang
tujuan dibutuhkan pasien
 Berat badan ideal sesuai - Anjurkan pasien untuk
tinggi badan meningkatkan intake
 Mampu mengidentifikasi fe
kebutuhan nutrisi - Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein
 Tidak ada tanda-tanda dan vitamin C
malnutrisi - Berikan supstansi gula
 Menunjukan peningkatan - Monitor jumlah nutrisi
fungsi pengecapan dari dan kandungan kalori
menelan - Berikan informasi
 Tidak terjadi penurunan tentang kebutuhan
berat badan yang berarti nutrisi
- Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
5. Resiko syok Setelah dilakukan tindakan NIC :
(Hiporvolemi) b/d keperawatan 3x24 jam  Syok Prevention
kehilangan cairan
elektrolit diharapkan tidak terjadi - Monitor tanda-tanda
syok pada pasien inadekuat oksigenasi
NOC : jaringan
Kriteria hasil : - Monitor suhu dan
 Nadi dalam batas yang pernafasan
diharapkan - Monitor input dan
 Irama jantung dalam output
batas yang diharapkan - Pantau nilai
 Frekuensi nafas dalam laboraturim : HB,
batas yang diharapkan HT, AGD, dan
 Irama pernafasan Elektrolit
dalam batas yang  Syok Management
diharapkan - Monitor fungsi
 Natrium serum dbn neurologis
 Kalium serum dbn - Monitor fungsi renal
 Magnesium serum dbn - Monitor tekanan nadi
 PH darah serum dbn - Monitor status cairan,
input output
- Catat gas darah arteri
dan O2
BAB III
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 6 November 2021

IDENTITAS PASIEN
Nama : An. K
Umur/ Tgl Lahir : 12 bulan / 17 september 2020
Jenis kelamin : Laki-laki
Nama Ayah : Tn. J
Nama Ibu : Ny. D
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Pekerjaan Ibu : Wiraswasta
Alamat : lobak rt 06 rw 05 kel Sendangguwo kec. Tembalang semarang
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan Ayah : SLTA
Pendidikan Ibu : SLTA

KELUHAN UTAMA
An. K Diare 3 hari.

RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


Hari jumat tanggal 5 november 2021 jam 11.15 wib An. K dan ibunya datang ke IGD.
Ibu pasien mengatakan an. K dehidrasi. Kemudian pasien di pasang infus dan diberikan
cairan melalui intravena. Dan didapatkan data pasien BAB 5x cair tidak berampas, pasien
muntah, demam, batuk, pilek sedikit, dan nafsu makan menurun. Pasien masuk ruang ayub 3
tanggal 5 november 2021 jam 12.00 WIB. Saat pengkajian pasien mengatakan an.K diare dan
turgor kulit kering.
RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
 Penyakit waktu kecil
Pasien baru pertama kali dirawat.
 Obat-obatan yang digunakan
An. K tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan tertentu, An. G minum paracetamol
syrup bila panas.
 Tindakan operasi
An. K belum pernah dilakukan tindakan operasi.
 Kecelakaan
An. K tidak pernah mengalami kecelakaan.
 Imunisasi
An. K sudah lengkap mendapatkan imunisasi dasar
Usia 1 bulan : BCG
Usia 2-3 bulan : Hep. B I, II, III, Polio I, II dan DPT I, II
Usia 4 bulan : DPT III dan Polio III
Usia 9 bulan : Polio IV dan Campak

RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


 Pre Natal
Selama kehamilan Ny. D rutin memeriksakan kehamilan ke Puskesmas terdekat
setiap 1 bulan sekali, Ny. D mendapatkan imunisasi TT 1x. Ny. D tidak pernah
menderita sakit selama hamil, gizi Ny. D saat hamil baik, Ny. D mendapatkan tablet
tambah darah dan selalu diminum.
 Intra Natal
An. K lahir ditolong bidan di Rumah Sakit, lahir spontan, langsung menangis, berat
badan lahir 3000 gram, panjang badan 45 cm, umur kehamilan 9 bulan.
 Post Natal
An. K diasuh sendiri oleh kedua orang tuanya dan neneknya. An.K mendapatkan ASI
eksklusif sampai saat ini
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Genogram
Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
: An. R
A : Ny. S
B : Tn. S
-------- : Tinggal serumah

RIWAYAT SOSIAL
 Yang mengasuh
An. K diasuh sendiri oleh kedua orang tuanya, apabila kedua orang tua bekerja An. G
diasuh neneknya. Orang tuanya sangat menyayangi An. K
 Hubungan dengan anggota keluarga
Hubungan akrab dengan anggota keluarga yang lain baik.
 Hubungan dengan teman sebaya
Hubungan dengan teman sebaya baik.
 Pembawaan secara umum
An. K kesadaran sadar penuh dan aktif, banyak bermain.

PENGKAJIAN NUTRISI
- Berat Badan : 7,4 kg
- Tinggi/Panjang Badan : 75 cm
- Lingkar Kepala : 43 cm
- Lingkar Dada : 54 cm
- Lingkar Lengan Atas : 19 cm
- Ketebalan lipat kulit triseps : cm
Interpretasi status gizi
- WAZ : 1 SD
- HAZ : 1 SD
- WHZ :
- Kesimpulan : Gizi baik

VITAL SIGN
Diukur pada tanggal 2 Nov 2021
1. Suhu : 37 0 c
2. Frekuensi Jantung : 120 kali/menit
3. Frekuensi Pernafasan : 26 kali/menit
4. Tekanan Darah : mmHg

RIWAYAT PERKEMBANGAN
Perkembangan anak sesuai dengan usia

IDENTITIKASI KEBUTUHAN DASAR DAN PEMERIKSAAN FISIK

Kepala
a. Bentuk kepala : Simetris Tidak simetris
b. Fontanel anterior: Masih Terbuka Tertutup
c. Fontanel posterior: Masih Terbuka Tertutup
d. Kontrol Kepala : Ya Tidak
e. Warna Rambut: hitam
f. Tekstur Rambut: Halus Kasar
g. Bentuk wajah : Simetris Tidak simetris

Kebutuhan Oksigenisasi
Hidung
Patensi nasal: Kanan: paten/tidak Kiri: paten/tidak
Rabas nasal: Kanan: ada/tidak Kiri: ada/tidak
Bentuk: Simetris Tidak simetris
Tes penciuman: Kanan Kiri

Dada
Bentuk: Simetris Tidak Simetris, jelaskan
Retraksi interkostal: Ya Tidak
Suara perkusi dinding dada: Sonor Redup Hipersonor
Fremitus Vokal: Vibrasi simetrsis Vibrasi tidak simetris
Perkembangan payudara: Simetris Tidak simetris
Paru-paru
Pola pernapasan: Reguler Irreguler, jelaskan
Suara nafas tambahan: Tidak Ya, sebutkan

Kebutuhan Nutrisi dan Cairan


Mulut
a. Membran Mukosa: Lembab Tidak Lembab
b. Gusi : Pink Merah, jelaskan
c. Jumlah Gigi : 8
d. Warna Gigi : putih
e. Warna Lidah: Pink Merah Kehitaman
f. Gerakan lidah: Terkontrol Tremor Deviasi
g. Tonsil: Ada Pembesaran Tidak ada pembesaran
h. Tes pengecapan: Manis Asam Asin Manis
Abdomen
a. Bentuk : Simteris Tidak simetris
b. Umbilikus Bersih Tidak bersih, jelaskan:
c. Bising usus: Hiperaktif Hipoaktif Tidak ada
d. Pembesaran hepar: Ada Tidak
e. Pembesaran Limpa: Ada Tidak
f. Perkusi dinding perut: Timpani Dullness Redup
Pola Nutrisi dan Cairan Sehat Sakit
Jam Makan - Makan Pagi 07.00 08.00
- Makan Siang 11.00 12.00
- Makan Malam 17.00 17.00
Porsi Makanan ½ porsi 2-3 sendok makan
Jenis Makanan Pokok Bubur bubur
Jenis Makanan Selingan biskuit biskuit
Makanan Kesukaan susu susu
Makanan yang tidak disukai
Jumlah air yang diminum
Istilah yang digunakan anak
untuk makan atau minum
Kebutuhan Eliminasi

Pola Buang Air Besar (BAB) Sehat Sakit


Frekuensi 1x 5x
Konsistensi lembek Cair ampas
Warna Kuning Kuning
Keluhan saat BAB Tidak ada Diare
Istilah yang digunakan anak
untuk BAB

Pola Buang Air Kecil (BAK) Sehat Sakit


Frekuensi 4x 4x
Warna Jernih Jernih
Volume
Keluhan saat BAK Tidak ada Tidak ada
Istilah yang digunakan anak
untuk BAK

Kebutuhan Aktivitas dan Istirahat

Pola Aktivitas Sehat Sakit


Bermain Berjalan Berjalan, ditempat tidur
Temperamen Anak

Pola Tidur Sehat Sakit


Jam Tidur – Bangun Malam
Siang
Ritual sebelum tidur
Enuresis
Gangguan Tidur -

Kebutuhan Interaksi sosial


Komunikasi
a. Anak-Orangtua : baik
b. Anak-Teman : baik
c. Anak-Keluarga :
d. Anak-Orang lain : baik
Bicara
a. Ketidakfasihan (Gagap): Ya Tidak
b. Defisiensi artikulasi: Ya Tidak
c. Gangguan Suara: Ya Tidak
Bahasa
a. Memberikan arti pada kata-kata: Ya Tidak
b. Mengatur kata-kata ke dalam kalimat: Ya Tidak

Kebutuhan Higiene Personal


a. Frekuensi mandi: 2x
b. Tempat mandi: kamar mandi
c. Kebiasaan mandi: Mandiri Partial Total
d. Frekuensi sikat gigi: 2x
e. Berpakaian: Mandiri Partial Total
f. Berhias: Mandiri Partial Total
g. Keramas: Mandiri Partial Total
h. Kuku:
1. Warna Kuku : Pink Merah Biru Kuning
2. Higiene : Bersih Kotor
3. kondisi kuku: Panjang Pendek
i. Genetalia: Bersih Tidak

Organ Sensoris
Mata
Penempatan dan kesejajaran: Simetris Tidak Simetris
Warna sklera: putih
Warna Iris: coklat
Konjungtiva: Merah muda Merah Pucat
Ukuran pupil: Simetri Tidak simetris
Refleks pupil: +/+
Refleks kornea: +/+
Refleks berkedip: +/+
Gerakan kelopak mata: +/+
Lapang Pandang : +/+
Penglihatan warna:
Jarak pandang (gunakan Snellen E-Chart):
Telinga
a. Penempatan dan kesejajaran pinna: Sejajar Tidak sejajar
b. Higiene Telinga: Kanan:bersih/kotor Kiri:bersih/kotor
c. Rabas Telinga: Kanan:ada/tidak Kiri:ada/tidak
d. Tes Pendengaran:
- Tes Rinne: Kanan:Positif/Negatif Kiri: Positif/Negatif
- TesWeber: Kanan:Positif/Negatif Kiri:Positif/Negatif
Kulit
a. Warna kulit: sawo matang
b. Tekstur : Halus Kasar
c. Kelembaban : Lembab Kering
d. Turgor: Kembali segera Kembali lambat Kembali sangat
lambat
e. Integritas Kulit : Utuh Tidak, Jelaskan.......
f. Edema: Ya, Jelaskan____________________ Tidak
g. Capillary Refill: Kurang dari 3 detik Lebih dari 3 detik

PENGKAJIAN NYERI
Paliative/Provocative
- Penyebab nyeri
- Hal yang meningkatkan nyeri
Quality
- Bagaimana sifat nyeri? Misal : seperti
ditusuk benda tajam, ditimpa benda
berat, ditusuk benda tumpul, seperti
terbakar, dan lain-lain
- Seberapa berat dirasakan
- Seberapa sering dirasakan
Region/Radiation
- Area nyeri
- Penyebaran/penjalaran nyeri
Severity
Skala Nyeri (pilih yang sesuai)
Timing
- Kapan nyeri dirasakan
- Mulai kapan dirasakan
- Mendadak atau bertahap
- Menetap atau hilang timbul

PENGKAJIAN NYERI FLACC

KRITERIA SKORING SKOR HASIL


OBSERVASI
0 1 2 OBSERVASI
Face Tidak ada Kadang kala Sering
(Ekspresi ekspresi yang meringis atau mengerutkan dahi
muka) khusus atau mengerutkan dahi, secara terus 1
tersenyum menarik diri menerus,
mengatupkan
rahang dagu
bergetar
Legs Posisi normal Tidak tenang, Menendang atau 0
(Gerakan atau rileks gelisah, tegang menarik diri
kaki)
Activity Berbaring tenang, Mengeliat-geliat, Melengkung, 0
(aktivitas) posisi normal, bolak-balik kaku, atau terus
bergerak dengan berpindah, tegang. menyentak
mudah
Cry Tidak menangis Merintih atau Menangis terus 1
(Menangis) (terjaga atau merengek, menerus, berteriak
tidur) kadangkala atau terisak-isak,
mengeluh sering mengeluh
Consolabity Senang, rileks Ditenangkan dengan Sulit untuk dihibur 0
(Kemampuan sentuhan sesekali, atau sulit untuk
rileks dihibur) pelukan atau nyaman
berbicara dapat
dialihkan
Total skor 2

Interpretasi total skor (berikan tanda  pada kategori nyeri yang sesuai) :
 0 (rileks dan nyaman)
 1-3 (nyeri ringan/ketidaknyamanan ringan)
 4-6 (nyeri sedang)
 7-10 (nyeri berat / ketidaknyamannan berat)

PENGKAJIAN RISIKO MALNUTRISI


NUTRITIONAL RISK SCORE (NRS)

NO. VARIABEL SKOR PENGERTIAN


1. Nafsu makan 0 Nafsu makan baik
1 Intake berkurang, sisa makanan lebih dari
½ porsi
2 Tidak ada nafsu makan lebih dari 24 jam
2. Kemampuan untuk makan 0 Tidak ada kesulitan makan, tidak diare
atau muntah
1 Ada masalah makan, sering muntah, diare
ringan
2 Butuh bantuan untuk makan, muntah
sedang dan atau diare 1-2 kali sehari
3 Tidak dapat makan secara oral, disfagia,
muntah berat dan atau diare > 2 kali sehari
3. Faktor stress 0 Tidak ada
1 Pembedahan ringan atau infeksi
2 Penyakit kronik, bedah mayor,
inflammatory bowel disease atau penyakit
gastrointestinal
4. Persentil berat badan 0 BB/TB sesuai standar
1 90-99% BB/TB
2 80-89% BB/TB
3 < 79% BB/TB
TOTAL SKOR 4

Kategori risiko malnutrisi berdasarkan skor :


a) 0-3 : tidak ada risiko malnutrisi
b) 4-5 : berisiko sedang
c) >7 : risiko tinggi malnutrisi

LEMBAR OBSERVASI STATUS NAUSEA


Keller Index of Nausea (KIN)
Perubahan Sikap dan Distress
Perubahan Fisiologis
Perilaku (Tekanan)
Penurunan aktifitas Gelisah Peningkatan frekuensi
Pernafasan
Meletakkan tangan Menangis Hilang nafsu atau selera
di mulut Makan
Meletakkan tangan Ekspresi Muntah
di atas perut wajah mual
Posisi mual Sensitif Muntah berat (Retching)
Menolak cairan Keringat
lewat mulut Dingin
Kulit terasa dingin saat
Disentuh
Perubahan warna kulit atau
Kemerahan
Air liur meningkat
Sering menelan
Ada gerakan lidah atau
menekan atau
membasahi bibir
Total skor

Keterangan :
Jika indikator ditemukan pada anak, maka diberikan skor 1. Jika indikator tidak ditemukan
saat pengamatan, maka diberikan skor 0. Skor terendah adalah 0, sedangkan skor tertinggi
adalah 19. Total skor yang tertinggi kemungkinan terbesar mengalami mual yang aktual
(Keller & Keck, 2006).

RESUME STATUS LOKALIS

(Beri tanda dan keterangan pada gambar terkait injuri/cedera/trauma, kelainan


atau keluhan)
Keterangan :

Pasien diare, perut kembung


A. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tulis hasil pemeriksaan diagnostik
Hb : 11,1
Lekosit : 6.370
Ht : 33,2
Trombosit : 238.000
Eritrosit : 4,59
MCV 72,5
MCH 24,2
MCHC 33,4
RDW 14,9
MPV 8,0
Eosinofil 0,3
Basofil 0,6
Netrofil 41,9
Limfosit 44,3
Monosit 12,9

B. TERAPI

Inf RL 7 tpm
Injeksi Ceftriaxon IV 250mg/jam
Injeksi Ondancentron IV 0,5mg (K/P)
Paracetamol 3x1 cth (K/P)
Zinc syr 1x1cth/24jam
C. DIIT
Diet ASI dan susu Low lactose 8x
ANALISA DATA

DATA SUBYEKTIF (S) & MASALAH (P) ETIOLOGI (E)


OBYEKTIF (O)
Inflamasi
DS : Ibu pasiemengatakan anaknya Diare gastrointestinal
diare 5 kali sejak tadi pagi

DO: Pasien terlihat turgor kulit Gangguan integritas Kekurangan


kering, tampak terdapat ruam kulit volume cairan
popok

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Diare b.d inflamasi gastro intestinal


2. Gangguan integritas kulit b.d kekurangan volume cairan

PERENCANAAN

NO. WAKTU TUJUAN & RENCANA TANDA


Dx (TGL/JAM) KRITERIA HASIL INTERVENSI DAN TANGAN
RASIONAL DAN NAMA
JELAS
1 6 nov 21 1. Setelah dilakukan Observasi &
Jam 14.30 tindakan 2x 24 jam
- Identifikasi
WIB diharapkan diare
berkurang dengan Penyebab diare
kriteria hasil :
- Identifikasi riwayat
- Frekuensi
defekasi pemberian makanan
membaik
- Monitor warna
- Konsistensi
feces membaik frekwensi dan
- Peristaltic usus
konsistensi tinja
membaik

Terapeutik
- Berikan asupan
cairan oral
- Berikan cairan
intravena

Edukasi
- Anjurkan
orangtua untuk
memberi
makan porsi
kecil dan
sering secara
bertahap
- Lanjutkan
pemberian ASI
- Anjurkan
untuk
menghindari
makanan yang
mengandung
laktosa
Kolaburasi
- Kolaburasi
pemberian obat
anti motilitas
- Kolaburasi
pemberian obat
pengeras feces
( kaolin,
pectin)

SIKI (I.11353)
2 6 nov 21 Gangguan integritas Perawatan integritas &
. Jam 14.30 kulit kulit
WIB
Observasi
- Identifikasi
penyebab gangguan
integritas kulit (mis.
Perubahan sirkulasi,
perubahan status
nutrisi, penurunan
kelembaban,suhu
lingkungan ekstrem,
penurunan mobilits)
Terapeutik
- Ubah posisi tiap 2
jam jika tirah baring
- Bersihkan perineal
dengan air hangat,
terutama selama
periode diare
- Gunakan produk
berbahan petrolium
atau minyak pada
kulit kering
Edukasi
- Anjurkan
menggunakan
pelembab (lakukan
perawatan perianal
hygiene dengan
minyak zaitun)
- Anjurkan minum air
yang cukup
- Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan
meningkatkan
asupan buah dan
sayur
- Anjurkan
mandi dan
menggunakan
sabun
secukupnya
CATATAN KEPERAWATAN (IMPLEMENTASI)

NO. WAKTU TINDAKAN RESPON TANDA


DX (TGL/JAM) KEPERAWATAN PASIEN TANGAN
DAN NAMA
JELAS
1 6 Nov 2021 Mengukur suhu tubuh DS : -
15.00 pasien DO: suhu 37,0 C

Mengatur jumlah cairan DS: klien minum


yang masuk susu 60 cc
DO: mengatur
tetesan infus dan
menganjurkan agar
di berikan minum
sedikit sedikit tapi
sering

- Monitor warna, volume, S : -


frekuensi, konsistensi
tinja O:
warna : kuning
volume : 300cc
konsistensi : cair

- Berikan asupan cairan S : ibu pasien


oral mengatakan anak
setiap 2 jam sekali
banyak minum asi
O : tampak pasien
sedang minum asi

2. 6 Nov 2021 - Bersihkan perineal DS : -


15.00 dengan air hangat, DO : orangtua
terutama selama periode pasien sangat
diare kooperatif

DS : -
- Gunakan produk DO : tamak
berbahan petrolium atau orangtua pasien
minyak pada kulit kering sangat kooperatif

DS :-
- Monitor TTV DO :
suhu : 36,5
nadi : 86
RR : 24x/menit
SpO2 : 96%

DS :ibu pasien
- Memberikan perawatan mengatakan ruam
perianal menggunakan popok anak sudah
minyak zaitun membaik
DO : tampak
perubahan yang
cukup signifikan
dalam perawatan
perianal
menggunakan
minyak zaitun dan
ruam ada popok
mulai memudar

VII. CATATAN PERKEMBANGAN (EVALUASI)

NO.DX WAKTU RESPON PERKEMBANGAN TANDA


(TGL/JAM) (SOAP) TANGAN DAN
NAMA JELAS
1 6 Nov 2021 S: Ibu pasien mengatakan frekuensi
19.00
diare berkurang

O:
- suhu : 36,5
- nadi : 86
- RR : 24x/menit
- SpO2 : 96%

A: masalah diare teratasi sebagian


P: lanjutkan intervensi
- Monitor warna, volume, frekuensi,
konsistensi tinja
- Monitor jumlah pengeluaran diare
- Monitor keamanan penyiapan
makanan
- Monitor TTV
- Obs KU
Berikan terapi obat sesuai advis
dokter

2. 6 Nov 2021 S : ibu pasien mengatakan kulit pasien


19.00
menjadi lembab
O : tampak kulit pasien lembab
A : masalah gangguan integritas teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
baring
- Bersihkan perineal dengan air hangat,
terutama selama periode diare
- Gunakan produk berbahan petrolium
atau minyak pada kulit kering
- Obs KU dan TTV
- Kolaborasi dalam pemberian obat
dengan dokter
BAB IV
APLIKASI JURNAL EVIDENCE BASED NURSING RISET

A. Data fokus pasien


Nama : An. K
Umur : 12 bulan
Nama Ayah : Tn. J
Nama Ibu : Ny. D
DATA FOKUS
DS: ibu pasien mengatakan an. K diare
DO: tampak kulit kering dan terdapat ruam popok

B. Diagnosa keperawatan berkaitan EBN yang diaplikasikan


Gangguan integritas kulit b.d kekurangan volume cairan
C. Analisa sintesa justifikasi
Neonatus memiliki permasalahan yang luas dan kompleks, terutama masalah
kulit yang sangat peka dalam bulan-bulan pertama pada masa bayi.Kondisi kulit yang
relatif tipis ini menyebabkan bayi lebih rentan terhadap infeksi, iritasi, dan alergi.
Gangguan kulityang sering timbul pada bayi antara lain dermatitis atopic, seborrhea,
miliariasis (keringat buntat), bisul, alergi, dan peradangan berupa ruam kulit yang
dikenal dengan diaper rash atau ruam popok. Masalah kulit diaper dermatitis dapat
menyebabkan sakit, akibat penggunaan popok, dan perasaan tidak nyaman pada bayi
(Kusumaningrum, 2015).
Dampak diaper rash selain menggangu kesehatan kulit pada daerah perineal
bayi, juga dapat menganggu perkembangan dan pertumbuhan bayi. Bayi yang
mengalami ruam popok akan mengalami gangguan seperti rewel dan sulit tidur,
terutama ketika buang air kecil atau buang air besar, oleh karena itu untuk
menghindari terjadinya diaper rash maka perlu dilakukan perawatan perianal dengan
benar. Perawatan perianal bayi yaitu membersihkan perianal pada area genitalia, area
sekitar anus, pantat bayi serta lipatan paha.Perawatan perianal sangat penting untuk
menjaga kesehatan kulit bayi, khususnya pada daerah genitalia bayi yang sangat
sensitif serta menghindari pemakaian bedak area pantat bayi agar tidak terjadi infeksi
(Handy,2011).
Penatalaksanaan diaper rash dapat diatasi menggunakan farmakologi dan non
farmakologi, untuk non farmakologi ada beberapa bahan olahan alami yang dapat
dipertimbangkan sebagai terapi alternatif yang dapat digunakan untuk perawatan kulit
pada bayi yang mengalami diaper rash atau ruam popok yaitu salah satunya dengan
minyak zaitun. Minyak zaitun digunakan untuk meremajakan kulit karena bersifat
dingin dan lembab. Minyak zaitun mengandung banyak senyawa aktif seperti fenol,
tokoferol, sterol, pigmen, squalene dan vitamin E. Semua senyawa ini bermanfaat
untuk kulit, memperbaiki sel-sel kulit yang rusak sebagai antioksidan penetral radikal
bebas mengurangi bekas kemerahan pada kulit dan dapat melindungi kulit dari iritasi.
Minyak zaitun dapat dijadikan body lotion untuk menjaga kelembaban kulit
(Apriyanti, 2012).
Infeksi

Berkembang di usus

Hipersekresi air dan elektrolit lemak

Isi usus

diare

frekwensi BAB meningkat

kerusakan integritas kulit

D. Mekanisme Penerapan EBN


1. Tahap Orientasi
a. Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan:
1) Handuk
2) Sabun bayi
3) Washlap
4) Kapas DTT
5) Baskom
6) Air
7) Bengkok
8) Popok kain bersih atau popok sekali pakai
9) Baju bersih
10) Minyak zaitun
b. Mengucapkan Salam
c. Memperkenalkan diri
d. Menjelaskan tujuan dari tindakan yang akan dilakukan
e. Menjelaskan langkah-langkah tindakan
f. Meminta persetujuan pasien dan orang tua
g. Menjaga privacy pasien
2. Tahap Kerja
a. Menjelaskan kepada ibu tentang tujuan perawatan perianal pada bai antara
lain : menjaga kebersihan, memberikan rasa nyaman pada bayi, dan mencegah
terjadinya ruam popok pada bayi
b. Mencuci tangan
c.Menggunakan sarung tangan
d. Pastikan bayi dalam posisi terbaring
e. Membuka popok bayi dengan hati-hati
f. Bersihkan dengan kapas DTT pada bagian kulit dan perianal bayi setelah BAB
dengan cara mengusap dari depan ke belakang untuk membersihkan kotoran
agar mencegah infkesi.
g. Bersihkan dengan washlap menggunakan air
h. Mengeringkan dengan handuk atau kain yang lembut dengan cara menepuk-
nepuknya
i. Mengoleskan minyak zaitun di telapak tangan kemudian di oleskan pada area
genitalia serta bagian yang mengalami ruam popok
j. Mengangin-anginkan area genetalia beberapa menit agar benar-benar kering
k. Pakaikan popok kain atau popok sekali pakai. Apabila menggunakan popok
sekali pakai : kendorkan pereat popok supaya tidak tampak membekas
ddidekat pangkal paha bayi, ada beberapa bayi yang sensitif terhadap jenis
merk popok tertentu. Pada bayi laki-laki saat menutup popok posisikan penis
ke arah bawah. Jika tali pusarnya belum lepas, pastikan bagian atas popok
tidak mengenai tali pusat.
l. Menganjurkan ibu untuk menggunakan bedak bayi atau talk karena dapat
menyebabkan pori-pori tertutup oleh bedak.
m. Menjelaskan kepada ibu mengenai perawatan perianal yang benar yaitu :
menganjurkan ibu untuk segera mengganti popok bayi jika bayi setelah BAK
dan BAB, menganjurkan ibu untuk mengganti popok sekali pakai setelah 3-4
jam pemakaian. Memelihara kebersihan pakaian dan alat-alat untuk bayi
n. Memberitahu ibu apabila pada bayi mengalami tanda dan gejala ruam popok
seperti kemerahan ringan dikulit pada daerah genetalia bayi disertai dengan
lecet atau luka ringan pada kulit, berkilat, kadang mirip luka bakar, timbul
bintik-bintik merah dan kadang bengkak pada daerah yang paling lama
berkontak dengan popok seperti paha maka menganjurkan ibu untuk segera
datang ke tenaga kesehatan.
o. Melepaskan sarung tangan
p. Merapikan kembali alat-alat
q. Mencuci tangan
3. Tahap Terminasi
a. Melakukan evaluasi
b. Menanyakan rencana tindak lanjut
c. Mengucapkan salam
d. Dokumentasi
BAB V
PEMBAHASAN APLIKASI EVIDENCE BASED NURSING

A. Hasil yang dicapai


TANGGAL INDIKATOR PRE POST
06-11-2021 Ruam Sedang Ringan
07-11-2021 Ruam Ringan Tidak ruam

Setelah dilakukan pemberian perawatan perianal hygiene menggunakan


minyak zaitun pada An. K didapatkan hasil terhadap pencegahan ruam popok pada
bayi diare menunjukkan diklasifikasi ringan, menjadi tidak ruam. Selain itu, minyak
zaitun juga dapat digunakan untuk melembabkan area kulit yang kering. Minyak
zaitun mampu mengurangi derajat ruam popok karena dapat dipergunakan untuk
melembabkan permukaan kulit tanpa menyumbat pori, serta untuk meremajakan kulit.
Apabila digunakan secara teratur maka minyak zaitun sangat efektif untuk obat
alternatif pencegahan ruam popok pada bayi.
Adanya perubahan yang cukup signifian pada kejadian ruam popok pada
pasien an. K di ruang ayub 3 setelah dilakukan intervensi berupa perawatan perianal
hygiene dengan menggunakan minyak zaitun. Untuk itu perlu peran serta keluarga
yang mendampingi untuk melakukan tindakan tersebut dalam upaya untuk ruam
popok pasien dan membuat pasien menjadi lebih nyaman.
Penggunaan minyak zaitun secara rutin kepada bayi dan dioleskan secukupnya
pada kulit bayi dapat mencegah atau mengobati iritasi kulit (ruam popok) pada bayi,
karena kandungan yang terdapat dalam minyak zaitun mampu melindungi dari iritasi.
B. Kelebihan
1. cara ini praktis dan aman untuk anak.
2. cara ini bisa dilakukan kapanpun dan oleh siapapun yang menjaga anak di RS
maupun dirumah.
3. Tidak ada efek samping
C. Kekurangan atau hambatan yang ditemui
1. Pasien rewel ketika akan dilakukan perawatan perianal hygiene
2. Waktu evaluasi terlalu lama yaitu 2 hari sebelum perlakuan dan setelah perlakuan
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan pemberian perawatan perianal hygiene mengggunakan
minyak zaitun dan dilakukan edukasi serta demonstrasi pelaksanaan perawatan, ada
peningkatan ibu mampu melakukan perawatan perianal hygiene menggunakan
minyak zaitun sesuai standar operasional prosedur.
Perawatan perianal hygiene menggunakan minyak zaitun mampu mengatasi
ruam popok bayi.
B. Saran
1. Keluarga
Bagi para orang tua diharapkan dapat menggunakan perawatan perianala hygiene
menggunakan minyak zaitun dirumah jika anak mengalami ruam sehingga
mencegah terjadinya ruam pada popok bayi berulang.
2. Penulis
Bagi penulis mampu meningkatkan dalam pemberian asuhan keperawatan secara
mandiri kepada pasien diare pada anak.
3. Rumah Sakit
Bagi institusi pelayanan kesehatan, diharapkan perawat RS Roemani
Muhammadiyah Semarang dapat memberikan pelayanan keperawatan mandiri
dengan lebih banyak mengaplikaskan jurnal-jurnal terbaru yang ada. Memahami
bagaimana manfaat perawatan perianal hygiene menggunakan minyak zaitun. tidak
hanya ketika pasien dirawat di Rumah Sakit, dan mengajarkan kepada keluarga
untuk bisa diaplikasikan di rumah, sehingga perawatan tersebut akan lebih
dirasakan manfaatnya. Dengan cara memberikan SOP dan leaflet tentang prosedur
perawatan perianal hygiene menggunakan minyak zaitun
4. Profesi Keperawatan
Dapat digunakan sebagai referensi dan pengetahuan yang mampu dikembangkan
untuk memberikan pelayanan pada pasien dengan ruam popok yang lebih
berkualitas dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Abeer, E. S., Adulrhman, M., & Iman, H. S. (2013).International Journal of Paediatrics and
Child Health Vol. 1 (4).Comparison Between Topical Application Of Honey, Bees Wax
And Olive Oil Propolis Extract And Nystatin For Treatment of Diaper Dermatitis in
Infants, 39-42.
Aisyah, S. (2015).Jurnal Universitas Islam Lamongan.Hubungan Pemakaian Diaper Dengan
Kejadian Ruam Popok Pada Bayi Usia 6-12 Bulan, 34-41.
Alimul, A. H. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.Jakarta:
Salemba Medika.
Apriyanti, M. (2012).10 Tanaman Obat Paling Berkhasiat & Paling Dicari.Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.
Apriza.(2017). Jurnal Ners Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai.Pengaruh Pemberian
Minyak Zaitun (Olive Oil) Terhadap Ruam Popok Pada Bayi Di RSUD Bangkinang
Tahun 2016, 10-19.

Arikunto, S. (2010).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rinepka Cipta.


Arimina, H. P. (2013). Jurnal Akademi Kebidanan Griya Husada. Pengaruh pemberian
Minyak
Zaitun (Olive Oil) Terhadap Ruam Popok (Diaper Rash) Di Desa Tebaloan-Gresik, 32-37.
CH, L., ZH, Z., & YH, D. (2012).Journal of International Medical Research.Diaper
Dermatitis: a
Survey of Risk of Risk Factors for Children Aged 1-24 Months in China, 1752-1760. Eko, S.
(2014).SKRIPSI.Pengaruh Pelatihan Perawatan Perianal Terhadap Kejadian Ruam
Popok Pada Bayi Yang Memakai Popok Sekali Pakai Di Desa Suco Kecamatan Mumbulsari
Kabupaten Jember.
Georgios, N. S., & Neena, K. T. (2014).Pediatric Dermatology.Diaper Dermatitis: Etiology,
Manifestations, Prevention, and Management, 1-7.
Gulbeyaz, B., & Saniye, C. (2013).Journal of Nursing.The Effect Of Protective Genital Care
Protocol On Preventing Diaper Dermatit Development In 0 - 18 Month Old Children
Using Antibiotics, 154-161.
Handy, F. (2011).Panduan Cerdas Perawatan Bayi. Jakarta: Pustaka Bunda.
Heni, F. (2016).Derajat Diaper Rash Pada Bayi Usia 0-12 Bulan Di RUSD Wahidin Sudiro
Husodo Kota Mojokerto, 16-20.
Jutarat, K., Pissamai, W., & Wantanee, W. (2015).Journal Nursing Science Candidate
(Pediatric Nursing).Effects of a Skin Care Program on Incidence and the Level of
Severity of Diaper Dermatitis in Children with Diarrhea,41-52.
Kelana, K. D. (2011). Metode Penelitian Keperawatan : Panduan Melaksanakan dan
Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: Trans InfoMedia.
Kusumaningrum.(2015). Hubungan Sikap Orang Tua Dan Tindakan Pencegahan Dengan
Kejadian Diaper Dermatitis Pada Neonatus.Jurnal Program Studi DIII Kebidanan
STIKES Muhammadiyah Lamongan.
Made, A., Wresdiyati, T., & Nasution, N. A. (2015). Fakta dan Manfaat Minyak
Zaitun.Jakarta: Kompas Media Nusantara.
Mansjoer, A. S. (2009). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Manulang, Y. F. (2010). Pengetahuan dan Tindakan Ibu Dalam Perawatan Perianal Terhadap
Pencegahan Ruam Popok Pada Neonatus di Klinik Bersalin Sally Medan.SKRIPSI.
Maretha, J. V., Sri, H. M., & Ulfa, N. (2014).Pengaruh Pemberian Minyak Zaitun (Olive Oil)
Terhadap Derajat Ruam Popok Pada Anak Diare Pengguna Diapers Usia 0-36 Bulan
Di RSUD Ungaran Semarang, 1-10.

Marmi, R. K. (2012). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah .Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Maryunani, A. (2010). Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media.
Muslihatun, W. (2010).Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.Yogyakarta:
Fitramaya.
Notoatmodjo, S. (2012).Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta: Rinek Cipta.
Nugraheni, K. (2012). Ilmu Gizi Biokimis. Pengaruh Pemberian Minyak Zaitun Ekstra
Virgin Terhadap Profil Lipid Serum Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Strain Sprague
Dawley Hiperkolesterolemia, 1-38.
Nursalam.(2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan.Jakarta.
Rahmat, H. (2011). SKRIPSI Akper Bulukumba.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
DiaperRush
Pada Bayi 0-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bantaeng Kecamatan Bontotiro.
Ramba, H. L. (2015). Kejadian Iritasi Kulit (Ruam Popok) Pada Bayi Usia 0-12
Bulan. Journal of
Pediatric Nursing Vol. 1(2) STIKES Nani Hasanuddin Makassar.
Rukiyah, A., & Yulianti, L. (2010).Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita .Jakarta: CV.
Trans Info Medika.
Sudarti.(2010). Kelainan Dan Penyakit Pada Bayi & Anak.Yogjakarta: Muha Medika.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
WHO. (2012). Angka Kematian Bayi.Amerika: WHO.
Yolanda, O. d. (2013). Jurnal Keperawatan UNR. Efektifitas Minyak Zaitun Terhadap
Pressure ulcers pada Pasien dengan Tirah Baring Lama, 1-11.

Anda mungkin juga menyukai