Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN DASAR PROFESI


GE (GASTROENTERITIS) DIRUANG MUZDALIFAH
RSI SULTAN HADLIRIN JEPARA

DI SUSUN OLEH :
HERLINAWATI
82021040244

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil, dan usus besar dengan
berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi diare, dengan atau
tanpa disertai muntah, serta ketidaknyamanan abdomen (Muttaqin, 2011).Gastroenteritisadalah
penyakit dapat berlangsung self-limited berupa diare berair, biasanya kurang dari 7 hari, disertai
dengan gejala muntah, anoreksia, demam hingga dehidrasi berat bahkan dapat berakibat fatal
(Widagdo, 2012). Berdasarkan pengertian diare (gastroenteritis) menurut beberapa pendapat
diatas, dapat disimpulkan bahwa diare adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja
yang encer dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya.
Gastroenteritis atau biasa disebut dengan diare menduduki urutan kedua penyebab
kematian pada bayi dan balita.Kejadian diare masih menjadi masalah utama dimasyarakat, hal ini
dikarenakan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan kematian (Riskiyah, 2017). Data
nasional Indonesia pada tahun 2014 mencatat jumlah Angka Kematian Bayi (AKB) masih cukup
tinggi, yaitu 25 kematian per 1000 kelahiran hidup. Jumlah ini masih belum memenuhi target
Millenim Development Goals (MDG), yaitu sebesar 24 kematian per 1000 kelahiran hidup
(WHO, 2014).World Health Organization melaporkan tahun 2015 diare merupakan penyebab
utama kematian pada balita yaitu sebanyak 9% diseluruh dunia (Ariani,2016).
Riskesdas 2013 menyatakan insiden diare (≤ 2 minggu terakhir sebelum wawancara)
berdasarkan gejala sebesar 3,5% (kisaran provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada balita
sebesar 6,7% (kisaran provinsi 3,3%-10,2%). Sedangkan periode prevalence diare (>2 minggu-1
bulan terakhir sebelum wawancara) berdasarkan gejala sebesar 7%. Pada tahun 2014 terjadi 6
KLB Diare yang tersebar di 5 propinsi, 6 kabupaten/kota, dengan jumlah penderita 2.549 orang
dengan kematian 29 orang Case Fatality Rate (CFR) 1,14%.Lima provinsi dengan insiden dan
period prevalen diare tertinggi adalah Papua (6,3% dan 14,7%), Sulawesi Selatan (5,2% dan
10,2%), Aceh (5,0% dan 9,3%), Sulawesi Barat (4,7% dan 10,1%), dan Sulawesi Tengah (4,4%
dan 8,8%).
Berdasarkan data profil kesehatan Jawa Tengah tahun 2015 menyatakan proporsi kasus
diare di Jawa Tengah tahun 2015 sebesar 79,8 persen. Hal ini menunjukkan penemuan dan
pelaporan masih perlu ditingkatkan.Kasus yang diketemukan maupun yang diobati di layanan
pemerintah maupun swasta belum semua terlaporkan. Untuk kasus berdasarkan gender antara
laki-laki dan perempuan lebih banyak perempuan, hal ini disebabkan bahwa perempuan lebih
banyak berhubungan dengan faktor risiko diare. Penemuan kasus diare tertinggi adalah Kebumen
202,5 persen, Kota Tegal 201,8 persen, Kota Pekalongan 146,8 persen dan Kabupaten Semarang
74,2 persen (Riskesdes, 2013).
Diare hingga kini masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada
bayi dan balita di Negara yang sedang berkembang. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes)
2013 mencatat bahwa diare masih merupakan penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu 46%
dibanding pneumonia 27%, sedangkan untuk golongan usia 1-4 tahun penyebab kematian karena
diare sebanyak 25,2% dibandingkan pneumonia sebanyak 15,5%.
Penyebab diare menurut (Pudiastuti, 2011) adalah virus (Rotavirus) : bakteri,
diantaranya : Shigella, Salmonella, Escheria Coli, Vibrio dan parasit perut (cacing). Penyakit
diare menular melalui makanan atau minuman yang tercemar bakteri.Masa tunasnya sangat akut
dan pendek, dari beberapa jam hingga beberapa hari (antara 8 jam sampai 5 hari), tergantung
penyebab sakitnya.Perilaku yang tidak baik juga dapat menjadi sarana penularan diare.Misalnya
kebiasaan membuang air besar ditempat terbuka yang berakibat mencemari air, mencemari tanah
dan menjadi tempat hinggap lalat.Tidak mencuci tangan atau mencuci tangan tetapi tidak
memakai sabun, tidak memanfaatkan sarana air bersih.
Upaya pemerintah dalam menanggulangi diare, terutama diare pada balita sudah
dilakukan melalui peningkatan kondisi lingkungan yang baik melalui program proyek desa
tertinggal maupun lainnya.Apabila diare pada balita tidak ditangani secara maksimal dari
berbagai sektor dan bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja tetapi masyarakat diharapkan
dapat ikut serta dalam menanggulangi dan mencegah terjadinya diare. Apabila tidak
dilaksanakan akan menimbulkan kerugian baik kehilangan biaya untuk pengobatan atau dapat
menimbulkan kematian pada balita yang terkena diare (Ariani, 2016).
Dalam pengkajian awal pada kasus Gastroenteritis (diare), keluhan utama yang
ditemukan pada anak yaitu Buang Air Besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari.Gastroenteritis
(diare) adalah sebuah penyakit dimana penderita mengalami rangsangan Buang Air Besar (BAB)
yang terusmenerus dengan tinja atau feses memiliki kandungan air berlebihan (Dianawuri, 2009).
Sesuai teori penyakit ini maka diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Gastroenteritis
adalah kekurangan volume cairan (Nabiel, 2014).Batasan karakteristik dari diagnosa tersebut
adalah gelisah/rewel, haus dan minum dengan lahap, cubitan kulit kembali dengan
lambat.Kemudian untuk tindakan keperawatan pada diagnosa kekurangan volume cairan menurut
Kemenkes RI (2011) yaitu memberikan cairan oralit dengan perkiraan jumlah sesuai berat badan
atau beri minum lebih banyak.
Berdasarkan penelitian jurnal perawatan kekurangan volume cairan menurut (Ginting
dkk, 2014) lebih dari 10% episode diare disertai dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit
tubuh secara berlebihan, karena itu penanganan awal sangat penting pada anak dengan diare
adalah untuk mencegah dan mengatasi keadaan dehidrasi. Oralit merupakan salah satu cairan
pilihan untuk mengatasi dehidrasi.Oralit sudah dilengkapi dengan cairan elektrolit, sehingga
dapat yang hilang bersama cairan keluar.Sedangkan jika telah terjadi dehidrasi sedang atau berat
sebaiknya diberikan terapi oralit.
Berdasarkan penelitian (Ulfah dkk, 2012) kemajuan terbesar dalam menurunkan angka
kematian akibat diare yang diperkenalkan World Health Organization (WHO) adalah
penggunaan cairan rehidrasi oral Oral Rehidration Solution (ORS).Cairan tersebut dapat
digunakan untuk menangani Gastroenteritis akut untuk pemeliharaan rehidrasi dan mencegah
komplikasi lebih lanjut akibat diare.Cairan rehidrasi oral tersebut terbukti dapat mengatasi
dehidrasi ringan hingga sedang pada bayi dan anak-anak secara aman, efektif, relatif lebih murah
dan mudah digunakan.Menurut penelitian (Utami, 2015) upaya penanggulangan dan penanganan
pada penderita diare adalah dengan pemberian cairan (rehidrasi awal), pemberian makanan dan
pada bayi, pemberian ASI (Air Susu Ibu) diteruskan jika penyebabnya bukan dari ASI (Air Susu
Ibu).
Untuk mencegah agar tidak terjadi seperti halnya yang telah dijelaskan diatas maka dari
itu perlu penanganan masalah Gastroenteritis secara maksimal, yang salah satunya adalah
dengan pemberian asuhan keperawatan karena pasien Gastroenteritis cenderung mengakibatkan
terjadinya kekurangan volume cairan, yang mana keadaan tersebut dapat mengancam kehidupan
anak. Sehingga pemberian asuhan keperawatan yang cepat, tepat dan efisien dapat membantu
menekan angka kejadian dan kematian pada pasien Gastroenteritis.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu Melaksanakan Asuhan Keperawatan pada pasien diare di ruang zam-zam II di rumah
saki Sultan Hadlirin Jepara.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pada pasien diare di ruang zam-zam II di
rumah saki Sultan Hadlirin Jepara.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien diare di ruang zam-zam
II di rumah saki Sultan Hadlirin Jepara.
c. Penulis mampu menyusun intervensi pada pasien diare di ruang zam-zam II di rumah saki
Sultan Hadlirin Jepara.
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien diare di ruang zam-zam II di rumah
saki Sultan Hadlirin Jepara.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien diare di ruang zam-zam II di rumah saki
Sultan Hadlirin Jepara.
f.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil, usus besar dengan berbagai
kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi diare, dengan atau tanpa
disertai muntah serta ketidaknyamanan abdomen (Muttaqin, 2011).
Gastroenteritis virus adalah penyakit dapat berlangsung batasan diri berupa diare berair,
biasanya kurang dari 7 hari, disertai dengan gejala muntah, anoreksia, demam hingga dehidrasi
berat bahkan dapat berakibat fatal (Widagdo, 2012).
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi Buang Air Besar
(BAB) lebih dari 3 kali sehari disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi lebih cair atau
setengah padat) dengan atau tanpa lendir atau darah (Ariani, 2016).
B. Etiologi
1. Faktor infeksi
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare
pada anak, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas), infeksi virus (Entenovirus, Adenovirus, Rotavirus,Astrovirus), infeksi
parasit (Entamoeba hystolytica, Giardia lamblia, Thricomonas hominis) dan jamur (Candida,
Abicans). Infeksi parenteral merupakan infeksi diluar system pencernaan yang dapat
menimbulkan diare seperti: Otitis Media Akut (OMA), tonsillitis, bronkopnemonia,
ensefalitis.
2. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa), monosakarida
(intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare
yang terpenting pada bayi dan anak.Disamping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan
protein.
3. Faktor makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis
makanan tertentu.
4. Faktor psikologis
Diare dapat terjadi karena factor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang terjadi tetapi dapat
ditemukan pada anak yang lebih besar (Lestari, 2016).
C. Patofisiologi dan Pathway
Secara umum kondisi peradangan dan Gastrointestinal disebabkan oleh infeksi dengan
melakukan invasi pada mukosa, memproduksi enterotoksin atau memproduksi sitotoksin.
Mekanisme ini menghasilkan sekresi cairan atau menurunkan absorbs cairan sehingga akan
terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare
adalah gangguan osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu menimbulkan
gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat
kemudian terjadi diare. Gangguan mobilisasi usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan
hipoperistaltik. Akibat dari diare adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang
mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolik dan hypokalemia), gangguan gizi
(intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi. Gangguan gizi sebagai
akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah) dan gangguan sirkulasi
darah (Ariani, 2016).
PATWAY

Makanan
Factor infeksi Malabsorbsi
basi/beracun

Kuman masuk Tekanan Masuk kedalam


dan berkembang osmotic pencernaan
didalam usus meningkat

Toksin dalam Pergeseran air


Makanan tidak
dinding usus dan elektrolit
dapat di absorbsi
halus kerongga usus

Isi rongga Hiperperistaltik


Hipersekresi air
ususmeningkat
dan elektrolit
meningkat

Kemampuan
GEA
absorbs menurun
BAB sering
dengan
konsentrasi
encer
Spasme Asam lambung
ototdinding perut meningkat
Frekuensi
defekasi
NYERI AKUT Mual muntah
Output
DIARE
berlebihan
Anoreksia
Dehidrasi

DEFISIT NUTRISI
RESIKO
HIPOVOLEMIA

Gambar 2.1 Pathway Gastroenteritis


(Muttaqin dan Sari, 2011; Bulechek, 2014; Ridha, 2014)
D. MANIFESTASI KLINIK
Gambaran klinis Gastroenteritis adalah sebagai berikut:
1. Bayi atau anak menjadi cengeng atau gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan berkurang
atau tidak ada.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi feses semakin cair, mungkin mengandung darah
atau lendir, dan warna feses menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu.
3. Anus dan area sekitarnya lecet karena seringnya defekasi, sementara tinja menjadi lebih
asam akibat banyaknya asam laktat.
4. Dapat disertai muntah sebelum atau sesudah diare.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, berat badan turun, ubun-ubun besar cekung pada bayi,
tonus otot dan turgor kulit berkurang, selaput lendir pada mulut dan bibir terlihat kering.
Gejala klinis menyesuaikan dengan derajat atau banyaknya kehilangan cairan. Berdasarkan
penurunan berat badan dehidrasi terbagi menjadi 4 kategori yaitu tidak ada dehidrasi (bila
terjadi penurunan berat badan 2,5%), dehidrasi ringan (bila terjadi penurunan berat badan
2,5-5%), dehidrasi sedang (bila terjadi penurunan berat badan 5-10%) dan dehidrasi berat
(bila terjadi penurunan berat badan 10%) (Sodikin, 2011).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN DIAGNOSTIK
 MEDIK
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila
diduga terdapat intoleransi gula.
c. Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan ujiresistensi.
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah menggunakan pH dan
cadangan alkali atau lebih tepat dengan pemeriksaan analisa gas darah melalui darah
arteri bila memungkinkan.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Natrium, Kalium, Kalsium, Fosfor dalam serum
(terutama pada penderita diare yang disertai kejang).
5. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara
kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik (Lestari,
2016).
6. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (Lestari, 2016).
 ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan pada Gastroenteritis meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi, evaluasi.
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu tahap yang sistemastis dalam mengumpulkan data agar
dapat mengindentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial, dan lingkungan. Fokus pengkajian pada
anak dengan Gastroenteritis menurut (Nursalam, 2013) meliputi:
1) Idenditas pasien/biodata
Meliputi nama lengkap, jenis kelamin, tempat tinggal, tanggal lahir, umur, asal
2) Keluhan utama
Buang Air Besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB dengan konsistensi cair.BAB
4-10 dengan konsistensi cair (dehidrasi ringan/sedang).BAB lebih dari 10 kali
(dehidrasi berat).Bila diare berlangsung kurang dari 14 hari adalah diare akut dan
bila berlangsung 14 hari atau lebih diare persisten.
3) Riwayat penyakit sekarang
a) Mula-mula bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat,
nafsu makan berkurang
b) Tinja makin cair mungkin disertailendir atau darah, warna tinja berubah
menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
c) Anus dan sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi.
d) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
e) Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala
dehidrasi mulai tampak.
f) Dieresis yaitu terjadinya oliguria (kurang dari 1ml/kgBB/jam) bila terjadi
dehidrasi. Tidak ada urine dalam 6 jam (dehidrasi berat).
4) Riwayat kesehatan masa lalu
a) Riwayat pemberian imunisasi terutama pada anak yang belum imunisasi
campak.
b) Riwayat alergi makanan/obat-obatan.
c) Riwayat penyakit yang pada anak dibawah 2 tahun biasanya batuk, pilek,
kejang yang terjadi sebelum atau setelah diare.
5) Riwayat nutrisi
a) Pemberian ASI penuh pada anak usia 4-6 bulan sangat mempengaruhi resiko
diare.
b) Pemberian susu formula apakah menggunakan air masak, diberikan dengan
botol karena botol tidak bersih dan terkena pencemaran.
c) Perasaan haus. Anak diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus (minum biasa),
pada anak dehidrasi ringan/sedang anak merasa haus ingin minum
banyak,sedangkan pada anak dehidrasi berat anak malas minum atau tidak
bias minum.
6) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
(1) Baik, sadar (tanpa dehidrasi)
(2) Gelisah, rewel (dehidrasi ringan/sedang
(3) Lesu, lunglai, tidak sadar (dehidrasi berat)
b) Berat badan
Anak yang mengalami diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan
berat badan.
c) Kulit
Untuk mengatahui elastisitas kulit, turgor kembali cepat kurang dari 2 detik
tanpa dehidrasi, turgor kembali lambat bila cubitan kembali pada 2detik ini
merupakan dehidrasi ringan/sedang, turgor kembali lambat bila kembali lebih
dari 2 detik dan ini termasuk dehidrasi dengan dehidrasi berat
d) Kepala
Anak dibawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun-ubunnya biasanya
cekung.
e) Mata
Anak yang diare tanpa dehidrasi bentuk kepala normal.Bila dehidrasi
ringan/sedang kelopak mata cekung.Sedangka dehidrasi berat kelopak mata
sangat cekung.
f) Mulut dan lidah
(1) Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi)
(2) Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan)
(3) Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat)
g) Abdomen kemungkinan distensi, kram, bissing usus meningkat.
h) Anus, adakah iritasi pada kulitnya.
b. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu,
keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan yang aktual atau potensial, dimana
berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat secara akuntabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan,
membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan pasien (Herdman dkk, 2015).
Menurut (Herdman dkk, 2015),
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan Gastroenteritis (diare) Dengan menggunakan
panduan SDKI, SLKI, SIKI (PPNI, 2018) yaitu sebagai berikut:
1. Diare b.d proses infeksi d.d defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam, feces
lembek atau cair, frekuensi peristaltic meningkat.
2. Resiko hipovolemik dibuktikan dengan kekurangan intake cairan dengan kondisi
klinis muntah
3. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d mengeluh nyeri, tampak merigis,
nafsu makan berubah, infeksi.
4. Resiko defisit nutrisi dibuktikan dengan factor psikologis (mis, stress, keengganan
untuk makan

c. RENCANA KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL

1. Diare b.d proses Tujuan : Managemen diare:


infeksi d.d defekasi Setelah dilakukan 1. Identifikasi penyebab
lebih dari tiga kali intervensi selama 1X24 diare (mis. Inflamasi
dalam 24 jam, feces jam, maka diare gastrointestinal, proses
lembek atau cair, menurun , dengan
infeksi).
frekuensi peristaltic kriteria hasil
meningkat. 1. Fungsi 2. Identifikasi riwayat
gastrointestinal pemberian makanan.
membaik 3. Monitor warna,
2. Kontinensial fekal volume,frekuensi,
menurun konsistensi tinja
3. Tingkat infeksi Terapeutik :
menurun
1. Berikan cairan intravena
2. Ambil sample darah untuk
pemeriksaan darah
lengkap dan elektrolit
3. Ambil sample fases untuk
kultur laboratotium.
Edukasi :
1. Anjurkan makan porsi
kecil dan sring secara
bertahap
2. Anjurkan menghindari
makan pembentuk gas,
pedas dan mengandung
lactosa
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian obat
antimotilites (mis.
Loperamide, difenoksilat).
2. Resiko Tujuan : Manajemen Hipovolemia:
hipovolemik Setelah dilakukan 1. Monitoring intake output
dibuktikan dengan intervensi selama 1X24 cairan
kekurangan intake jam, maka resiko 2. Periksa tanda gejala
cairan dengan hipovolemik menurun, hipovolemia (mis.
kondisi klinis dengan kriteria hasil : Frekuensi nadi meningkat,
muntah 1. Kekurangan nadi teraba lemah, tekanan
intake cairan darah menurun,, volume
menurun cairan menurun, lemah)
2. Muntah menurun Terapeutik :
1. Hitung kebutuhan cairan
2. Berikan posisi modified
Trendelenburg
3. Berikan asupan cairan oral
Edukasi :
Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (mis.
NaCL, RL)
2. Kolaborasi pemberian
produk darah
3. Nyeri akut b.d Tujuan : Managemen nyeri:
agen pencedera Setelah dilakukan 1. identifikasi skala nyeri
fisiologis d.d intervensi selama 1X24 2. monitor efek samping
mengeluh nyeri, jam, nyeri akut penggunaan analgetik
tampak merigis, menurun , dengan
Terapeutik :
nafsu makan kriteria hasil :
berubah, infeksi 1. Fungsi 1. berikan tehnik
gastrointestinal nonfarmakologis untuk
membaik mengurangi rasa nyeri
2. kontrol nyeri (relaksasi nafas dalam)
membaik 2. fasilitasi istirahat dan tidur
3. status kenyamanan Edukasi :
meningkat 1. Anjurkan monitor nyeri
secara mandiri
2. ajarkan tehnik relaksasi
jika nyeri timbul
3. anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Kolaborasi :
- kolaborasi penggunaan
analgetik
4. Resiko defisit Tujuan : Pemberian makanan :
nutrisi dibuktikan Setelah dilakukan - Identifikasi makanan yang
dengan factor intervensi selama 1X24 di programkan
psikologis (mis, jam, maka resiko Terapeutik :
stress, keengganan defisit nutrisi menurun, 1. Lakukan kebersihan tangan
untuk makan) dengan kriteria hasil : dan mulut sebelum makan
1. Eliminasi fekal 2. Berikan posisi duduk atau
meningkat semifowler saat makan
2. Fungsi 3. Berikan makanan hangat,
gastrointestinal jika memungkinkan
meningkat 4. Berikan makanan sesuai
3. Nafsu makan keinginan, jika
meningkat memungkinkan
4. Tingkat depresi Edukasi :
menurun - Anjurkan orang tua atau
keluarga embantu untuk
memberikan makan kepada
pasien.
Kolaborasi :
- kolaborasi pemberian
antiemetil sebelum makan,
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

- Ariani, Ayu Putri. 2016. Diare. Pencegahan dan Pengobatannya. Yogyakarta: Nuha Medika.
- Bulecheck, et al. Nursing Interventions Clasification (NIC).Edisi 6. 2016. Singapore : Elseiver.
- Dharma, Kelana Kusuma.2013. Metodologi Pnelitisn Keperawatan Panduan Melaksanakan dan
Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: TIM Trans Info Media.
- Dharma, Kelana Kusuma. 2013. Metode Penelitiaan Keperawatan. Jakarta: CV. Trans Info
Media.
- Herdman, Heather T. 2015. Diagnosis keperawatan Definisi dan Klasifikasi.Edisi 10.Jakarta :
EGC.
- Hidayat, Aziz Alimul. 2007. Pengantar Konsep Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
- Hidayat, Aziz Alimul. 2014. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika.
- Lestari, Titik. 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.
- Mubarak dan Chayatin. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan Aplikasi dalam
Praktik. Jakarta.
- Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
- Nursalam. 2013. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
- Pudiastuti, Ratna. 2011. Waspadai Penyakit pada Anak. Jakarta: PT INDEKS.
- Ridha, Nabiel. 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
- Riskesdes. 2013. Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2015. Pemerintahan Jawa Tengah.
- Rosary, dkk 2013.Hubungan Diare dengan Status Gizi Balita di Kelurahan Lubuk Buaya
Kecamatan Koto Tengah Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalan.
- Setiadi. 2012. Konsep& Penulisan Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
- Silaban, Dewi Frintina. 2014. Perbandingan Tingkat Dehidrasi (kekurangan cairan) sebelum
dan sesudah diberikan terapi oralit pada anak yang menderita diare di RSUD Deli Serdang
Lubuk Pakam.ISSN 2252-4487 Volume.3│No.3│September-Nopember. 2014.
- Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastroentestinal dan
Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika.
- Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
- Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
- Sujarwani,Wiratna. 2014. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru.
- Sukmadinata. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
- Sukardi. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
- Ulfah Maria, Rustina Yeni, Wanda Dessie. 2012. Zink Efektif Mengatasi Diare Akut pada
Balita. Jurnal Keperawatan Indonesia, volume 15, No.2, Juli 2012;hal 137-142.
- Utami Rahayu Sari, Wulandari Dewi. 2015. Studi Kasus: Asuhan Keperawatan pada Anak
dengan Gastroenteritis Rehidrasi Sedang.IJMS Indonesian Journal On Medial Science-Volume
2 No 1- Januari 2015.
- Wardani, Septi. 2014. Peran Perawat dalam Tatalaksana Diare Akut pada Anak di RS Dr.
Soedjono Magelang.Tesis.Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
- Wijoyo, Yosef. 2013. Diare: Pahami Penyakit & Obatnya. Yogyakarta: PT Citra Adi Parama.
- World Health Organization. 2014. Diarrhoel Disiase.
http://www.who.int.mediacenter/factsheets/fs330/en/.

Anda mungkin juga menyukai