DI SUSUN OLEH :
HERLINAWATI
82021040244
A. Latar Belakang
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil, dan usus besar dengan
berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi diare, dengan atau
tanpa disertai muntah, serta ketidaknyamanan abdomen (Muttaqin, 2011).Gastroenteritisadalah
penyakit dapat berlangsung self-limited berupa diare berair, biasanya kurang dari 7 hari, disertai
dengan gejala muntah, anoreksia, demam hingga dehidrasi berat bahkan dapat berakibat fatal
(Widagdo, 2012). Berdasarkan pengertian diare (gastroenteritis) menurut beberapa pendapat
diatas, dapat disimpulkan bahwa diare adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja
yang encer dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya.
Gastroenteritis atau biasa disebut dengan diare menduduki urutan kedua penyebab
kematian pada bayi dan balita.Kejadian diare masih menjadi masalah utama dimasyarakat, hal ini
dikarenakan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan kematian (Riskiyah, 2017). Data
nasional Indonesia pada tahun 2014 mencatat jumlah Angka Kematian Bayi (AKB) masih cukup
tinggi, yaitu 25 kematian per 1000 kelahiran hidup. Jumlah ini masih belum memenuhi target
Millenim Development Goals (MDG), yaitu sebesar 24 kematian per 1000 kelahiran hidup
(WHO, 2014).World Health Organization melaporkan tahun 2015 diare merupakan penyebab
utama kematian pada balita yaitu sebanyak 9% diseluruh dunia (Ariani,2016).
Riskesdas 2013 menyatakan insiden diare (≤ 2 minggu terakhir sebelum wawancara)
berdasarkan gejala sebesar 3,5% (kisaran provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada balita
sebesar 6,7% (kisaran provinsi 3,3%-10,2%). Sedangkan periode prevalence diare (>2 minggu-1
bulan terakhir sebelum wawancara) berdasarkan gejala sebesar 7%. Pada tahun 2014 terjadi 6
KLB Diare yang tersebar di 5 propinsi, 6 kabupaten/kota, dengan jumlah penderita 2.549 orang
dengan kematian 29 orang Case Fatality Rate (CFR) 1,14%.Lima provinsi dengan insiden dan
period prevalen diare tertinggi adalah Papua (6,3% dan 14,7%), Sulawesi Selatan (5,2% dan
10,2%), Aceh (5,0% dan 9,3%), Sulawesi Barat (4,7% dan 10,1%), dan Sulawesi Tengah (4,4%
dan 8,8%).
Berdasarkan data profil kesehatan Jawa Tengah tahun 2015 menyatakan proporsi kasus
diare di Jawa Tengah tahun 2015 sebesar 79,8 persen. Hal ini menunjukkan penemuan dan
pelaporan masih perlu ditingkatkan.Kasus yang diketemukan maupun yang diobati di layanan
pemerintah maupun swasta belum semua terlaporkan. Untuk kasus berdasarkan gender antara
laki-laki dan perempuan lebih banyak perempuan, hal ini disebabkan bahwa perempuan lebih
banyak berhubungan dengan faktor risiko diare. Penemuan kasus diare tertinggi adalah Kebumen
202,5 persen, Kota Tegal 201,8 persen, Kota Pekalongan 146,8 persen dan Kabupaten Semarang
74,2 persen (Riskesdes, 2013).
Diare hingga kini masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada
bayi dan balita di Negara yang sedang berkembang. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes)
2013 mencatat bahwa diare masih merupakan penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu 46%
dibanding pneumonia 27%, sedangkan untuk golongan usia 1-4 tahun penyebab kematian karena
diare sebanyak 25,2% dibandingkan pneumonia sebanyak 15,5%.
Penyebab diare menurut (Pudiastuti, 2011) adalah virus (Rotavirus) : bakteri,
diantaranya : Shigella, Salmonella, Escheria Coli, Vibrio dan parasit perut (cacing). Penyakit
diare menular melalui makanan atau minuman yang tercemar bakteri.Masa tunasnya sangat akut
dan pendek, dari beberapa jam hingga beberapa hari (antara 8 jam sampai 5 hari), tergantung
penyebab sakitnya.Perilaku yang tidak baik juga dapat menjadi sarana penularan diare.Misalnya
kebiasaan membuang air besar ditempat terbuka yang berakibat mencemari air, mencemari tanah
dan menjadi tempat hinggap lalat.Tidak mencuci tangan atau mencuci tangan tetapi tidak
memakai sabun, tidak memanfaatkan sarana air bersih.
Upaya pemerintah dalam menanggulangi diare, terutama diare pada balita sudah
dilakukan melalui peningkatan kondisi lingkungan yang baik melalui program proyek desa
tertinggal maupun lainnya.Apabila diare pada balita tidak ditangani secara maksimal dari
berbagai sektor dan bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja tetapi masyarakat diharapkan
dapat ikut serta dalam menanggulangi dan mencegah terjadinya diare. Apabila tidak
dilaksanakan akan menimbulkan kerugian baik kehilangan biaya untuk pengobatan atau dapat
menimbulkan kematian pada balita yang terkena diare (Ariani, 2016).
Dalam pengkajian awal pada kasus Gastroenteritis (diare), keluhan utama yang
ditemukan pada anak yaitu Buang Air Besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari.Gastroenteritis
(diare) adalah sebuah penyakit dimana penderita mengalami rangsangan Buang Air Besar (BAB)
yang terusmenerus dengan tinja atau feses memiliki kandungan air berlebihan (Dianawuri, 2009).
Sesuai teori penyakit ini maka diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Gastroenteritis
adalah kekurangan volume cairan (Nabiel, 2014).Batasan karakteristik dari diagnosa tersebut
adalah gelisah/rewel, haus dan minum dengan lahap, cubitan kulit kembali dengan
lambat.Kemudian untuk tindakan keperawatan pada diagnosa kekurangan volume cairan menurut
Kemenkes RI (2011) yaitu memberikan cairan oralit dengan perkiraan jumlah sesuai berat badan
atau beri minum lebih banyak.
Berdasarkan penelitian jurnal perawatan kekurangan volume cairan menurut (Ginting
dkk, 2014) lebih dari 10% episode diare disertai dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit
tubuh secara berlebihan, karena itu penanganan awal sangat penting pada anak dengan diare
adalah untuk mencegah dan mengatasi keadaan dehidrasi. Oralit merupakan salah satu cairan
pilihan untuk mengatasi dehidrasi.Oralit sudah dilengkapi dengan cairan elektrolit, sehingga
dapat yang hilang bersama cairan keluar.Sedangkan jika telah terjadi dehidrasi sedang atau berat
sebaiknya diberikan terapi oralit.
Berdasarkan penelitian (Ulfah dkk, 2012) kemajuan terbesar dalam menurunkan angka
kematian akibat diare yang diperkenalkan World Health Organization (WHO) adalah
penggunaan cairan rehidrasi oral Oral Rehidration Solution (ORS).Cairan tersebut dapat
digunakan untuk menangani Gastroenteritis akut untuk pemeliharaan rehidrasi dan mencegah
komplikasi lebih lanjut akibat diare.Cairan rehidrasi oral tersebut terbukti dapat mengatasi
dehidrasi ringan hingga sedang pada bayi dan anak-anak secara aman, efektif, relatif lebih murah
dan mudah digunakan.Menurut penelitian (Utami, 2015) upaya penanggulangan dan penanganan
pada penderita diare adalah dengan pemberian cairan (rehidrasi awal), pemberian makanan dan
pada bayi, pemberian ASI (Air Susu Ibu) diteruskan jika penyebabnya bukan dari ASI (Air Susu
Ibu).
Untuk mencegah agar tidak terjadi seperti halnya yang telah dijelaskan diatas maka dari
itu perlu penanganan masalah Gastroenteritis secara maksimal, yang salah satunya adalah
dengan pemberian asuhan keperawatan karena pasien Gastroenteritis cenderung mengakibatkan
terjadinya kekurangan volume cairan, yang mana keadaan tersebut dapat mengancam kehidupan
anak. Sehingga pemberian asuhan keperawatan yang cepat, tepat dan efisien dapat membantu
menekan angka kejadian dan kematian pada pasien Gastroenteritis.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu Melaksanakan Asuhan Keperawatan pada pasien diare di ruang zam-zam II di rumah
saki Sultan Hadlirin Jepara.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pada pasien diare di ruang zam-zam II di
rumah saki Sultan Hadlirin Jepara.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien diare di ruang zam-zam
II di rumah saki Sultan Hadlirin Jepara.
c. Penulis mampu menyusun intervensi pada pasien diare di ruang zam-zam II di rumah saki
Sultan Hadlirin Jepara.
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien diare di ruang zam-zam II di rumah
saki Sultan Hadlirin Jepara.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien diare di ruang zam-zam II di rumah saki
Sultan Hadlirin Jepara.
f.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil, usus besar dengan berbagai
kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi diare, dengan atau tanpa
disertai muntah serta ketidaknyamanan abdomen (Muttaqin, 2011).
Gastroenteritis virus adalah penyakit dapat berlangsung batasan diri berupa diare berair,
biasanya kurang dari 7 hari, disertai dengan gejala muntah, anoreksia, demam hingga dehidrasi
berat bahkan dapat berakibat fatal (Widagdo, 2012).
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi Buang Air Besar
(BAB) lebih dari 3 kali sehari disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi lebih cair atau
setengah padat) dengan atau tanpa lendir atau darah (Ariani, 2016).
B. Etiologi
1. Faktor infeksi
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare
pada anak, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas), infeksi virus (Entenovirus, Adenovirus, Rotavirus,Astrovirus), infeksi
parasit (Entamoeba hystolytica, Giardia lamblia, Thricomonas hominis) dan jamur (Candida,
Abicans). Infeksi parenteral merupakan infeksi diluar system pencernaan yang dapat
menimbulkan diare seperti: Otitis Media Akut (OMA), tonsillitis, bronkopnemonia,
ensefalitis.
2. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa), monosakarida
(intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare
yang terpenting pada bayi dan anak.Disamping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan
protein.
3. Faktor makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis
makanan tertentu.
4. Faktor psikologis
Diare dapat terjadi karena factor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang terjadi tetapi dapat
ditemukan pada anak yang lebih besar (Lestari, 2016).
C. Patofisiologi dan Pathway
Secara umum kondisi peradangan dan Gastrointestinal disebabkan oleh infeksi dengan
melakukan invasi pada mukosa, memproduksi enterotoksin atau memproduksi sitotoksin.
Mekanisme ini menghasilkan sekresi cairan atau menurunkan absorbs cairan sehingga akan
terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare
adalah gangguan osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu menimbulkan
gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat
kemudian terjadi diare. Gangguan mobilisasi usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan
hipoperistaltik. Akibat dari diare adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang
mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolik dan hypokalemia), gangguan gizi
(intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi. Gangguan gizi sebagai
akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah) dan gangguan sirkulasi
darah (Ariani, 2016).
PATWAY
Makanan
Factor infeksi Malabsorbsi
basi/beracun
Kemampuan
GEA
absorbs menurun
BAB sering
dengan
konsentrasi
encer
Spasme Asam lambung
ototdinding perut meningkat
Frekuensi
defekasi
NYERI AKUT Mual muntah
Output
DIARE
berlebihan
Anoreksia
Dehidrasi
DEFISIT NUTRISI
RESIKO
HIPOVOLEMIA
c. RENCANA KEPERAWATAN
- Ariani, Ayu Putri. 2016. Diare. Pencegahan dan Pengobatannya. Yogyakarta: Nuha Medika.
- Bulecheck, et al. Nursing Interventions Clasification (NIC).Edisi 6. 2016. Singapore : Elseiver.
- Dharma, Kelana Kusuma.2013. Metodologi Pnelitisn Keperawatan Panduan Melaksanakan dan
Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: TIM Trans Info Media.
- Dharma, Kelana Kusuma. 2013. Metode Penelitiaan Keperawatan. Jakarta: CV. Trans Info
Media.
- Herdman, Heather T. 2015. Diagnosis keperawatan Definisi dan Klasifikasi.Edisi 10.Jakarta :
EGC.
- Hidayat, Aziz Alimul. 2007. Pengantar Konsep Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
- Hidayat, Aziz Alimul. 2014. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika.
- Lestari, Titik. 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.
- Mubarak dan Chayatin. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan Aplikasi dalam
Praktik. Jakarta.
- Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
- Nursalam. 2013. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
- Pudiastuti, Ratna. 2011. Waspadai Penyakit pada Anak. Jakarta: PT INDEKS.
- Ridha, Nabiel. 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
- Riskesdes. 2013. Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2015. Pemerintahan Jawa Tengah.
- Rosary, dkk 2013.Hubungan Diare dengan Status Gizi Balita di Kelurahan Lubuk Buaya
Kecamatan Koto Tengah Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalan.
- Setiadi. 2012. Konsep& Penulisan Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
- Silaban, Dewi Frintina. 2014. Perbandingan Tingkat Dehidrasi (kekurangan cairan) sebelum
dan sesudah diberikan terapi oralit pada anak yang menderita diare di RSUD Deli Serdang
Lubuk Pakam.ISSN 2252-4487 Volume.3│No.3│September-Nopember. 2014.
- Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastroentestinal dan
Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika.
- Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
- Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
- Sujarwani,Wiratna. 2014. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru.
- Sukmadinata. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
- Sukardi. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
- Ulfah Maria, Rustina Yeni, Wanda Dessie. 2012. Zink Efektif Mengatasi Diare Akut pada
Balita. Jurnal Keperawatan Indonesia, volume 15, No.2, Juli 2012;hal 137-142.
- Utami Rahayu Sari, Wulandari Dewi. 2015. Studi Kasus: Asuhan Keperawatan pada Anak
dengan Gastroenteritis Rehidrasi Sedang.IJMS Indonesian Journal On Medial Science-Volume
2 No 1- Januari 2015.
- Wardani, Septi. 2014. Peran Perawat dalam Tatalaksana Diare Akut pada Anak di RS Dr.
Soedjono Magelang.Tesis.Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
- Wijoyo, Yosef. 2013. Diare: Pahami Penyakit & Obatnya. Yogyakarta: PT Citra Adi Parama.
- World Health Organization. 2014. Diarrhoel Disiase.
http://www.who.int.mediacenter/factsheets/fs330/en/.