Anda di halaman 1dari 13

ANTROPOLOGI KESEHATAN

||GASTROENTERITIS||

DOSEN PENGAMPU: H.A. GANI, S.pd, SKM, S.Kep, M.Kes

DISUSUN OLEH:
DWI PINASTY PUTRI
(PO7120523085)

TINGKAT 1B

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN LAHAT


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2024/2025
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karna berkat dan
tuntunanNya kami boleh menyelesaikan makalah ini dengan waktu yang di
harapkan.Makalah ini dibuat guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Antropologi
yang membahas materi tentang “Penyakit Gastroenteritis” kami menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan maka dari itu kritik dan saran dari dosen dan
pembaca dapat membantu untuk mengembangkan makalah ini. Kami juga mau
berterima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah
ini,semoga dengan makalah ini dapat menambah wawasan kita mengenai penyakit
DIARE.

Lahat, 01 Maret 2024

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................

KATA PENGANTAR .........................................................................................

DAFTAR ISI ........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................

A. LATAR BELAKANG ....................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORITIK .........................................................................

A. Definisi Diare ................................................................................................


B. Klasifikasi Diare.............................................................................................
C. Etiologi ............................................................................................
D. Patofisiologi ...................................................................................
E. Manifestasi Klinis......................................................................
F. Cara Pemeriksaan ..........................................................................................
G. Penatalaksanaan ...........................................................................................
H. Komplikasi ....................................................................................................
I. Pencegahan ....................................................................................................

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare merupakan salah satu penyakit dengan insidensi tinggi di dunia dan dilaporkan
terdapat hampir 1,7 milyar kasus setiap tahunnya. Penyakit ini sering menyebabkan
kematian pada anak usia di bawah lima tahun (balita). Dalam satu tahun sekitar 760.000
anak usia balita meninggal karena penyakit ini (World Health Organization (WHO),
2013b).

Didapatkan 99% dari seluruh kematian pada anak balita terjadi di negara
berkembang. Sekitar ¾ dari kematian anak terjadi di dua wilayah WHO,yaitu Afrika
dan Asia Tenggara. Kematian balita lebih sering terjadi di daerah pedesaan, kelompok
ekonomi dan pendidikan rendah. Sebanyak ¾ kematian anak umumnya disebabkan
penyakit yang dapat dicegah, seperti kondisi neonatal, pneumonia, diare, malaria, dan
measles (WHO, 2013b).

Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti


Indonesia karena memiliki insidensi dan mortalitas yang tinggi. Diperkirakan 20-50
kejadian diare per 100 penduduk setiap tahunnya. Kematian terutama disebabkan
karena penderita mengalami dehidrasi berat. 70-80% penderita adalah mereka yang
berusia balita. Menurut data Departemen Kesehatan, diare merupakan penyakit kedua
di Indonesia yang dapat menyebabkan kematian anak usia balita setelah radang paru
atau pneumonia (Paramitha, Soprima, & Haryanto, 2010).

Dari penemuan kasus diare di fasilitas masyarakat pada tahun 2011 terdapat 35,5%
kasus diare yang ditangani di Indonesia. Di Jawa Tengah ditemukan kasus diare
sebanyak 1.337.427, dan yang ditangani 225.332 kasus atau sekitar 16,8%
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

Kejadian diare di kota Surakarta pada tahun 2007 cukup tinggi yaitu sebanyak 7,06%
dari total jumlah penduduk (Departemen Kesehatan RI, 2009). Penularan diare dapat
dengan cara fekal-oral, yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh
enteropatogen, kontak tangan langsung dengan penderita, barang-barang yang telah
tercemar tinja penderita atau secara tidak langsung melalui lalat. Cara penularan ini
dikenal dengan istilah 4F, yaitu finger, flies, fluid, field (Subagyo & Santoso, 2012).
Adapun faktor risiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen diantaranya
adalah tidak memberikan ASI secara penuh pada bayi usia 4-6 bulan, tidak memadainya
penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana kebersihan,
kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan
yang tidak higienis, serta cara
penyapihan yang tidak baik (Subagyo & Santoso, 2012). Kejadian diare dapat dicegah
dengan memperhatikan air minum yang aman dan sanitasi yang higienis (WHO,
2013b).

Pemberian air susu ibu (ASI) merupakan cara alami untuk menjaga nutrisi yang baik,
meningkatkan daya tahan tubuh, serta memelihara emosi selama masa pertumbuhan
dan perkembangan bayi. ASI mengandung zat nutrisi yang dibutuhkan, serta faktor anti
bakteri dan anti virus yang melindungi bayi terhadap infeksi. Beberapa penelitian
membuktikan bahwa ASI dapat mengurangi kejadian infeksi selama masa bayi dan
balita. Suatu penelitian menyatakan bahwa bayi yang tidak mendapat ASI, dua kali
lebih sering masuk rumah sakit dibandingkan bayi yang mendapat ASI (Aldy, Lubis,
Sianturi, Azlin, & Tjipta, 2009).

Di Indonesia, persentase ibu yang menyusui eksklusif sampai dengan 6 bulan adalah
15,3 %. Inisiasi dini menyusui kurang dari satu jam setelah bayi lahir adalah 29,3 %,
tertinggi di Nusa Tenggara Timur 56,2 % dan terendah di Maluku 13,0 %. Sebagian
besar proses mulai menyusui dilakukan pada kisaran waktu 1-6 jam setelah bayi lahir
tetapi masih ada 11,1% yang mulai menyusui setelah 48 jam. Untuk pemberian
kolostrum cukup baik, dilakukan oleh 74,7 % ibu kepada bayinya (Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS 2010).

Tingginya angka kejadian diare balita merupakan masalah yang penting di


masyarakat sehingga perlu untuk didapatkan data yang memadai. Faktor-faktor risiko
yang menyebabkan diare perlu digali untuk memberikan wawasan dan informasi yang
bermanfaat bagi masyarakat akan pentingnya pencegahan kejadian diare tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin membuktikan hubungan pemberian ASI


eksklusif dengan kejadian diare akut pada bayi usia 1-6 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Pucangsawit Surakarta. Prevalensi diare sedikit lebih tinggi pada anak laki-
laki (14,8%) dibandingkan dengan anak perempuan (12,5%) dan lebih tinggi pada
balita di perdesaan (14,9%) dibandingkan dengan perkotaan (12,0%). Ada hubungan
negatif antara kejadian diare dengan tingkat pendidikan ibu dan indeks kekayaan
kuantil.
BAB II
TINJAUAN TEORITIK

A. Definis Diare

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defeksi lebih
dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair),
dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Suraatmaja, 2005). Diare merupakan cairan dan
elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air
besar dengan bentuk tinja yang encer dan cair (Suriadi & Yuliana, 2006).

B. Klasifikasi Diare

- Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnyakurang dari 7
hari ). Gejala dan tanda sudah berlangsung < 2 minggu sebelumdatang berobat. Akibat
diare akut adalah dehidrasi,sedangkan dehidrasimerupakan penyebab utama kematian
bagi penderita diare

- Diare kronik, yaitu diare yang gejala dan tanda sudah berlangsung > 2 minggu
sebelum dating berobat atau sifatnya berulang.

- Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat dari disentriadalah
anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinan terjadikomplikasi pada
mukosa.

- Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terusmenerus.
Akibat dari diare persisten adalah penurunan berat badan dangangguan metabolisme.

Terdapat beberapa pembagian diare ( Juffrie,2011) :


1. Pembagian diare menurut etiologi
a. Diare Spesifik
Diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau parasit. Contoh:
disentri
b. Diare Non Spesifik
Diare yang disebabkan oleh malabsorbsi makanan, rangsangan oleh
zatmakanan, gangguan saraf.
2. Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu gangguan
a. Absorpsi
b. Gangguan sekres
3. Pembagian diare menurut lamanya diare
a. Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari.
b. Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi
noninfeksi.
c. Diare persisten yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi
infeksi.
C. Etiologi

Menurut Wong (2009), penyebab diare kebanyakan yaitu mikroorganisme patogen


yang disebarluaskan lewat jalur fekal-oral melalui makanan atau air yang
terkontaminasi atau ditularkan antar-manusia dengan kontak yang erat (misalnya pada
tempat penitipan anak).Kurang bersihnya air, tinggal berdesakan, hygiene yang buruk,
kurang gizi dan sanitasi yang jelek merupakan faktor risiko utama, khususnya untuk
terjangkit infeksi bakteri atau parasit yang patogen. Peningkatan insidensi dan beratnya
penyakit diare pada bayi juga berhubungan dengan perubahan yang spesifik menurut
usia pada kerentanan terhadap mikroorganisme pathogen. Sistem kekebalan bayi belum
pernah terpajan dengan banyak mikroorganisme patogen sehingga tidak memiliki
antibody pelindung yang didapat. Rotavirus merupakan agens paling penting yang
menyebabkan penyakit diare disertai dehidrasi pada anak-anak kecil diseluruh dunia.
Gejalanya dapat berkisar mulai dari gambaran klinik tanpa manifestasi gejala sehingga
kematian akibat dehidrasi. Infeksi rotavirus menyebabkan sebagian besar perawatan
rumah sakit karena diare berat pada anak-anak kecil dan merupakan infeksi nosokomial
(infeksi yang didapat dalam rumah sakit) yang signifikan oleh mikroorganisme
patogen.

- Faktor sosial demografi yang paling dominan menyebabkan diare pada balita yaitu
usia anak, pendidikan ibu, pekerjaan dan sosial ekonomi. Faktor perilaku yang paling
dominan menyebabkan diare pada balita yaitu kebersihan pribadi seperti kebiasaan
mencuci tangan dan tidak memberi ASI eksklusif.

D. Patofisiologi

Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan


yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus, isi
rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu, menimbulkan gangguan
sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat
kemudian menjadi diare. Gangguan motilitas usus yang mengakibatkan
hiperperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit
(dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis
metabolik dan hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih),
hipoglikemia, dan gangguan sirkulasi darah. Mekanisme terjadinya diare dan termasuk
juga peningkatan sekresi atau penurunan absorpsi cairan dan elektrolit dari sel mukosa
intestinal dan eksudat yang berasal dari inflamasi mukosa intestinal (Wiffen et al,
2014). Infeksi diare akut diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi diare
non-inflamasi dan diare inflamasi. Diare inflamasi disebabkan invasi bakteri dan
sitoksin di kolon dengan manifestasi sindrom disentri dengan diare disertai lendir dan
darah.
E. Manifestasi Klinis

1. Bising usus meningkat, sakit perut atau mules


2. Diare, vomitus, tanda dehidrasi (+)
3. Asidosis, hipokalemia, hipotensi, oliguri, syok, koma
4. Pemeriksaan mikro organisme (+) ( misalnya amoeba)
5. Bisa ada darah dan mukus (lendir) dalam feses (misalnya pada disentri amuba)
6. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
7. Terdapat gejala dehidrasi turgor kulit jelek (elastisitas kulitmenurun), ubun-ubun dan
mata cekung, membran mukosa kering
8. Kram abdominal
9. Demam
10. Mual dan Muntah
11. Anoreksia
12. Lemah
13. Pucat
14. Perubahan tanda-tanda vital; nadi dan pernapasan cepat
15. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine

Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus,


hematoschezia, nyeri perut dan kejang perut.. Akibat paling fatal dari diare yang
berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi
yangmenimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa
asidosismetabolik yang berlanjut. Seseorang yang kekurangan cairan akan merasa
haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih
menonjol,turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini
disebabkanoleh deplesi air yang isotonic.

Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya denganasam karbonat


berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan
sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat beruparenjatan
dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darahmenurun sampai
tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dankadang-kadang
sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbularitmia jantung.

Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurunsampai timbul


oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis
tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.
F. Cara Pemeriksaan

Menurut Padila (2013) pemeriksaan diagnostik :

1. Pemeriksaan tinja

Diperiksa dalam hal volume, warna dan konsistensinya serta diteliti adanya mukus
darah dan leukosit. Pada umumnya leukosit tidak dapat ditemukan jika diare
berhubungan dengan penyakit usus halus. Tetapi ditemukan pada penderita salmonella,
E. Coli, Enterovirus dan Shigelosis. Terdapatnya mukus yang berlebihan dalam tinja
menunjukkan kemungkinan adanya peradangan kolon. pH tinja yang rendah
menunjukkan adanya malabsorbsi HA, jika kadar glukosa tinja rendah/ Ph kurang dari
5,5 makan penyebab diare bersifat tidak menular.

2. Pemeriksaan darah

Pemeriksaan analis gas darah, elektrolit, ureuum, kreatinin dan berat jenis plasma.
Penurunan pH darah disebabkan karena terjadi penurunan bikarbonat sehingga
frekuensi nafas agak cepat. Elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan
fosfor.

G. Penatalaksanaan

Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam mengatasi


pasien diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau oralrehidration
solution (ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini segera apabila gejala
diare sudah mulai timbul dan kita dapat melakukannya sendiri dirumah. Kesalahan
yang sering terjadi adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah gejala dehidrasi
nampak. Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit
secaraintravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan
kata lain perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat yang
engganuntuk merawat-inapkan penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari
biaya,kesulitam dalam menjaga, takut bertambah parah setelah masuk rumah sakit,
danlain-lain. Pertimbangan yang banyak ini menyebabkan respon time untuk
mengatasimasalah diare semakin lama, dan semakin cepat penurunan kondisi pasien
kearahyang fatal. Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain
ORS.Apabila kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab
diaredapat diatasi sendiri oleh tubuh (self-limited disease). Diare karena infeksi bakteri
dan parasit seperti Salmonella sp, Giardialamblia, Entamoeba coli perlu mendapatkan
terapi antibiotik yang rasional, artinyaantibiotik yang diberikan dapat membasmi
kuman. Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak
memerlukanantibiotik, maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu
dilakukanuntuk menentukan penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan parah,
pengobatansuportif didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih
lanjutkalau kondisi sudah membaik
Adapun penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Banyak minum
2. Rehidrasi Perinfus
3. Antbiotika yang sesuai
4. Diit tinggi protein dan rendah residu
5. Obat anti kolinergik untuk menghilangkan kejang abdomen
6. Tintura opium dan paregorik untuk mengatasi diare (atau obat lain)
7. Transfusi bila terjadi perdarahan
8. Pembedahan bila terjadi perforasi
9. Observasi keseimbangan cairan
10. Cegah komplikasi

H. Komplikasi

Menurut Dwienda (2014), komplikasi yang dapat diakibatkan oleh diare


adalah sebagai berikut :
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, hipertonik).
b. Hipokalemia (dengan gejala ineteorismus, lemah, bradikardi).
c. Hipoglikemi
d. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik

I. Pencegahan

Berdasarkan Kemenkes RI (2011), kegiatan pencegahan diare yang benar


dan efektif adalah sebagai berikut:
a. Pemberian ASI Eksklusif
ASI (Air Susu Ibu ) adalah makanan yang paling baik untuk bayi. ASI saja sudah cukup
untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 6 bulan. ASI bersifat steril, berbeda dengan
sumber susu lain seperti susu formula atau cairan lain yang disiapkan dengan air atau
bahan-bahan dapat terkontaminasi dalam botol yang kotor. ASI mempunyai khasiat
preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang
dikandungnya.
b. Makanan pendamping ASI
Perilaku pemberian makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap
kapan, apa, dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan. Saran untuk
meningkatkan pemberian makanan.
pendamping ASI yaitu :
1.) Perkenalkan makanan lunak ketika anak berumur 6 bulan dan dapat diteruskan
pengetahuan ASI.
2.) Tambahkan minyak, lemak, dan gula kedalam nasi/bubur dan biji- bijian untuk
energi. Tambahkan hasil olahan kacang-kacangan, susu, telur, ikan, daging, buah-
buahan, dan sayuran.
c. Menggunakan air bersih yang cukup.
d. Mencuci tangan dengan sabun, terutama setelah buang air besar, setelah. membuang
tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, dan sebelum menyuapi makan anak.
e. Membuang tinja bayi dengan benar
f. Pemberian imunisasi campak
Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk mencegah agar bayi tidak
terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak sering disertai diare, sehingga
pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

1. Prevalensi diare pada anak di Indonesia Tahun 2018 adalah 6,8% dengan insiden
tertinggi pada kelompok usia 12-23 bulan.
2. Pencegahan diare pada anak dapat dilakukan dengan pemberian ASI, penyediaan air
bersih, pencegahan pencemaran air dan pembiasaan cuci tangan.
3. Penatalaksanaan diare pada anak meliputi pemberian oralit bagi anak penderita diare,
Pemberian zink, Memberikan antibiotik secara selektif dan tidak memberikan antidiare,
Memberikan makan dan melanjutkan ASI (Air Susu Ibu), Serta memberikan nasehat
kepada orang tua tentang kapan anak harus dibawa ke rumah sakit

Saran

1. Untuk kajian pustaka selanjutnya, diharapkan dapat memperluas topik penelitian


untuk mengetahui konsep diare serta strategi penatalaksanaan yang tepat terhadap
diare.
2. Diharapkan tenaga kesehatan memberikan promosi kesehatan sehingga masyarakat
mengerti serta mampu mencegah dan menanggulangi kejadian diare.
DAFTAR PUSTAKA

Ackley, B, J., Ladwig, G. B., & Makic, M. B. F. (2017). Nursing Diagnosis


Handbook, An Evidence-Based Guide to Planning Care. 11 ed. St. Louis:
Elsevier

Berman, A., Snyder. S., & Frandsan. G. (2015). _Kozier & Erbs’s fundamental
of nursing: concept. Process, and practice 10th Ed_ USA: Pearson Education
Inc.

Perry, A.G & Potter, P. A (2014). _Nursing Skills & Producedures (8th ed). St
Louis : Elsevier

Ramaiah, safitri, 2007. All You Wanted To Know About Diare. Jakarta: Bhuana
Ilmu Popular.

Suryadi, dkk. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak

http://belajarsukes.blogspot.com Eoman. 2011.


Makalah Diare Keperawatan
https://www.academia.edu/35076598/Makalah_diare

http://eonman95.blogspot.com Midwery. 2009. Diare.

Dinkes DIY. Profil kesehatan di Yogyakarta, Yogkyakarta Dinas kesehatan


Yogyakarta 2017
Iswari, yeni, analisis faktor resiko kejadian diare pada Anak Usia dibawah 2,;
Jakarta, Universitas Indonesia, 2011

Anda mungkin juga menyukai