Anda di halaman 1dari 17

CONTOH PENELITIAN TENTANG

“TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE


PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
DELITUA TAHUN 2009”
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pelayananan Kesehatan Primer

Disusun Oleh :
Nina Sumarni (14-029)
TK II-A

AKADEMI KEPERAWATAN RS DUSTIRA CIMAHI


20016
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diare hingga kini masih merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi
dan anak-anak. Saat ini morbiditas (angka kesakitan) diare di Indonesia mencapai 195
per 1000 penduduk dan angka ini merupakan yang tertinggi di antara negara-negara di
Asean (kalbe.co.id). Diare juga masih merupakan masalah kesehatan yang penting di
Indonesia. Walaupun angka mortalitasnya telah menurun tajam, tetapi angka morbiditas
masih cukup tinggi Penanganan diare yang dilakukan secara baik selama ini membuat
angka kematian akibat diare dalam 20 tahun terakhir menurun tajam. Walaupun angka
kematian sudah menurun tetapi angka kesakitan masih cukup tinggi. Lama diare serta
frekuensi diare pada penderita akut belum dapat diturunkan (lisa ira 2002).
Diare merupakan keadaan dimana seseorang menderita mencret-mencret, tinjanya
encer,dapat bercampur darah dan lendir kadang disertai muntah-muntah. Sehingga
diare dapat menyebabkan cairan tubuh terkuras keluar melalui tinja. Bila penderita
diare banyak sekali kehilangan cairan tubuh maka hal ini dapat menyebabkan kematian
terutama pada bayi dan anak-anak usia di bawah lima tahun (Ummuauliya. 2008).
Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak-anak antara lain adalah
menghambat proses tumbuh kembang anak yang pada akhirnya dapat menurunkan
kualitas hidup anak. Penyakit diare di masyarakat (Indonesia) lebih dikenal dengan
istilah "Muntaber". Penyakit ini mempunyai konotasi yang mengerikan serta
menimbulkan kecemasan dan kepanikan warga masyarakat karena bila tidak segera
diobati, dalam waktu singkat (± 48 jam) penderita akan meninggal (Triatmodjo. 2008).
Diare dapat terjadi sebagai efek samping dari penggunaan obat terutama antibiotik.
Selain itu, bahan-bahan pemanis buatan seperti sorbitol dan manitol yang ada dalam
permen karet serta produk-produk bebas gula lainnya menimbulkan diare. Hal ini
terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah.
Orang tua berperan besar dalam menentukan penyebab anak terkena diare. Bayi dan
balita yang masih menyusui dengan ASI eksklusif umxumnya jarang diare karena tidak
terkontaminasi dari luar. Namun, susu formula dan makanan pendamping ASI dapat
terkontaminasi bakteri dan virus (Medicastor 2006).
Kematian bayi di Indonesia sangat tinggi. Bahkan di seluruh dunia, Indonesia
menduduki rangking keenam dengan angka kejadian sekitar 6 juta bayi yang mati
pertahunnya. Kasus kematian bayi di Indonesia ini, menurut Dr. Soedjatmiko (2008),
kematian bayi di Indonesia disebabkan oleh penyakit diare. Untuk mendiagnosis diare,
maka pemeriksaan antigen secara langsung dari tinja mempunyai nilai sensitifitas
cukup tinggi (70-90%), tetapi biaya pemeriksaan cukup mahal (Kompas.com 2008).
Proporsi diare akut rotavirus selama 1 tahun penelitian di Indonesia adalah 56,5 %
dengan 95 % CI 51,3 - 61, 6%. Hasil ini sama dengan penelitian-penelitian di luar
negeri sebelumnya, antara lain Rodriquez (1974-1975) dan Pickering. (1978-1979)
mendapatkan angka kejadian 47% dan 59%, sedangkan di Indonesia penelitian Yorva
(tahun 1998) mendapatkan angka 50% hampir sama dengan penelitian ini dan sama
dengan negara maju. Hasil ini memprediksi adanya perbaikan hygiene dan sanitasi kita.
Kasus diare rotavirus merata sepanjang tahun, sedangkan kasus diare non rotavirus dan
diare keseluruhan meningkat pada musim kemarau, tetapi tidak ada trend menurut
musim. Keadaan ini berkaitan dengan cara penularan diare non rotavirus yang water
borne dan melalui tangan mulut, sedangkan diare rotavirus selain ditularkan secara
fekal oral, diduga ditularkan juga melalui droplet saluran napas (Unair. 2008).
Data Departemen Kesehatan RI menunjukkan 5.051 kasus diare sepanjang tahun
2005 lalu di 12 provinsi. Jumlah ini meningkat drastis dibandingkan dengan jumlah
pasien diare pada tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 1.436 orang. Di awal tahun 2006,
tercatat 2.159 orang di Jakarta yang dirawat di rumah sakit akibat menderita diare.
“Melihat data tersebut dan kenyataan bahwa masih banyak kasus diare yang tidak
terlaporkan, departemen kesehatan menganggap diare merupakan isu prioritas
kesehatan di tingkat lokal dan nasional karena punya dampak besar pada kesehatan
mayarakat (Depkes RI 2008).
Komplikasi diare yang sering terjadi adalah dehidrasi (ringan sedang, berat,
hipotonik,isotonik atau hipertonik), renjatan hipovolemik, hipokalemia (dengan gejala
meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan elektrokardiogram),
hipoglikemia, intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi
enzim laktosa, kejang terjadi juga pada dehidrasi hipertonik dan juga malnutrisi energi
protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik). Komplikasi yang jarang
terjadi adalah kerusakan saraf, persendian atau jantung, dan kadang-kadang usus yang
berlubang. Dorongan yang kuat selama proses buang air besar, menyebabkan sebagian
selaput lendir usus keluar melalui lubang dubur (Ummualya. 2008).
Sigelosis bisa menyebabkan penurunan kesadaran, kejang dan koma dengan sedikit
bahkan tanpa diare. Infeksi ini akan berakibat fatal dalam 12-24 jam. Infeksi bakteri
lain bisa menyertai sigelosis, terutama pada penderita yang mengalami dehidrasi dan
kelemahan. Terbentuknya luka di usus karena sigelosis bisa menyebabkan kehilangan
darah yang berat. Penyebab- diare sangat penting untuk diketahui. Dokter tidak dapat
meresepkan obat tanpa mengetaui penyebab diare (wordpress 2008).
Berdasar metaanalisis di seluruh dunia, setiap anak minimal mengalami diare satu
kali setiap tahun. Dari setiap lima pasien anak yang datang karena diare, satu di
antaranya akibat rotavirus. Kemudian, dari 60 anak yang dirawat di rumah sakit akibat
diare satu di antaranya juga karena rotavirus. Di Indonesia, sebagian besar diare pada
bayi dan anak disebabkan oleh infeksi rotavirus. Bakteri dan parasit juga dapat
menyebabkan diare. Organisme-organisme ini mengganggu proses penyerapan
makanan di usus halus. Dampaknya makanan tidak dicerna kemudian segera masuk ke
usus besar (handwashing 2006). Penyakit diare menjadi penyebab utama nomor dua
kematian pada anak usia 6 bulan hingga 2 tahun. Penyebabnya, pemberian antibiotik
saja (cpd.dokter 2008).
Penyebab diare pada balita lebih beragam. Bisa karena infeksi bakteri, virus, dan
amuba. Bisa jadi juga akibat salah mengonsumsi makanan. Protein susu sapi
merupakan bahan makanan terbanyak penyebab diare. Makanan lain penyebab
timbulnya alergi ialah ikan, telur, dan bahan pewarna atau pengawet (melanicyber
2008) 
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa banyak
faktor yang mempengaruhi kejadian diare akut pada balita. Faktor-faktor tersebut
diantaranya adalah faktor lingkungan dan keadaan sosial ekonomi. Faktor-faktor
tersebut merupakan faktor yang berasal dari luar dan dapat diperbaiki, sehingga dengan
memperbaiki faktor resiko tersebut diharapkan dapat menekan angka kesakitan dan
kematian diare pada balita.
Latar belakang di atas menjadi dasar bagi peneliti untuk mengetahui Tingkat
pengetahuan ibu tentang diare pada balita di wilayah kerja puskesmas Delitua.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui Tingkat
pengetahuan ibu tentang diare pada balita di wilayah kerja puskesmas Delitua. 

B. PERUMUSAN MASALAH 
Berdasarkan latar belakang di atas, maka hal yang menjadi masalah dalam penelitian
ini adalah bagaimana Tingkat pengetahuan ibu tentang diare pada balita di wilayah
kerja Puskesmas Delitua Tahun 2009
C. TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui Tingkat pengetahuan Ibu tentang diare pada balita di wilayah kerja
puskesmas Delitua Tahun 2009.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Hasil penelitian ini menyediakan informasi bagi masyarakat tentang penyakit
diare yang terjadi pada balita.
2. Sebagai masukan bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya
tentang diare pada balita
3. Sebagai bahan masukan bagi perawat rumah sakit khusus di ruang anak dengan
penyakit diare. 
4. Sebagai sumber pengetahuan bagi tenaga kesehatan khususnya bagi perawat
dalam meningkatkan asuhan keperawatan terutama pada penyakit diare.
5. Hasil penelitian ini merupakan sumber data dasar bagi penelitian selanjutnya
yang berkaitan dengan penyakit diare pada balita.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGETAHUAN
Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadii
memalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penawaran
rasa, dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (over behavior) ( Sukidjo .N. A, 1960).
B. Tingkatkan pengetahuan
Menurut Notoatmojo (1993), Pengetahuan mempunyai tingkatan yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang
dipelajari antara lain menyebutkan, mendefinisikan menyatakan dan
sebagainya. Contoh dapat menyebutkan tanda – tanda kekurangan kalori
dan protein pada anak balita
b. Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui. Dan dapat menginterpertasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan
dan sebagainya. Contoh dapat menjelaskan mengapa kita harus makan –
makanan yang bergizi.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi
disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau kegunaan hukum – hukum,
rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam kontek atau situasi yang lain.
Contohnya dapat menggunakan prinsip – prinsip, siklus pemecahan
masalah, dari kasus yang diberi.
d. Analisis (Analysis)
Adalah suatu harapan untuk menjabarkan suatu materi atau objek
dalam komponen – komponen tetapi masih dalam struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitanya dengan yang lain. Kemampuan analisa ini
dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan,
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan
bagian – bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata
lain sintesis adalah kemampuan kemampuan untuk menyusun,
merencanakan, meningkatkan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu
teori atau rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi
Evaluasi dikaitkan dengan kemampuan – kemampuan untuk
melakukan identifikasi atau menilai penilaian terhadap suatu materi atau
suatu objek, penilaian – penilaian ini berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria tak ada.
C. Pengertian Diare Pada Balita 
1. Defenisi Balita 
Balita adalah bayi yang berumur dibawah 5 tahun atau masih kecil yang perlu
tempat bergantung pada seorang dewasa yang mempunyai kekutan untuk
mandiri dengan usaha anak balita yang tumbuh
2. Tahap-Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan 
Masa neoratus : usia 0 – 28 hari
Masa neonatal dini : 0 – 7 hari 
Masa neonatal lanjut : 8 – 20 hari
Masa pasca neonatal : 29 hari – 1 tahun 
Masa bayi : usia 0 – 1 tahun 
Masa bayi dini : 0 – 1 tahun 
Masa bayi akhir : 1 – 2 tahun 
Masa pra sekolah (usia 2 – 6 tahun) 
Pra sekolah awal (masa balita) : mulai 2 – 3 tahun 
Pra sekolah akhir : mulai 4 – 6 tahun

d. Masa neonatal 
Pada masa ini terjadi adaptasi pada lingkungan perubahan sirkulasi darah serta
mulai berfungsi organ-organ tubuh. Saat lahir berat badan normal dari bayi
yang sehat berkisar antara 3000-3500 gr, tinggi badan sekitar 350 gr, selama
10 hari pertama biasanya terdapat penurunan berat badan sekitar 10 % dari
berat badan lahir, kemudian berat badan bayi akan berangsur-angsur
mengalami kenaikan. (Soetjeningsih, 2003)
D. Diare 
1. Pengertian Diare
a. Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal
atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume,
keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus
lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah. (Aziz, 2006).
b. Diare dapat juga didefenisikan sebagai suatu kondisi dimana terjadi
perubahan dalam kepadatan dan karakter tinja, atau tinja cair
dikeluarkan tiga kali atau lebih perhari. (Ramaiah, 2002).
c. Diare merupakan salah satu gejala dari penyakit pada sistem
gastrointestinal atau penyakit lain diluar saluran pencernaan. (Ngastiyah,
2003).
1) Patogenesis 
Mekanisme dasar yang menyebabkab timbulnya diare ialah : 
a) Gangguan osmotik 
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolik ke dalam
rongga usus.
b) Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada
dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolik
ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena
terdapat peningkatan isi rongga usus.

c) Gangguan motilitis usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya


kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul
diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan, selanjutnya timbul
diare pula.
2. Patofisiologi
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi : 
a. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia
b. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran
bertambah)
c. Hipoglikemia
d. Gangguan sirkulasi darah (Ngastiyah, 2003). 
3. Tanda dan Gejala (gambaran klinis)
Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu
makan berkurang atau tak ada, kemudian timbul diare, tinja cair, mungkin
disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah
berubah kehijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah
sekitarnya timbul lecet karenna sering defeksi dan tinja makin lama makin
asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa
yang tidak diabsorsi oleh usus selama diare. (Ngastiyah, 2003)
Gejala-Gejala Dehidrasi 
a. Dehidrasi ringan 
 Meningkatnya rasa haus 
 Kegelisahan atau rewel
 Menurunnya elastisitas kulit
 Mulut dan lidah yang kering
 Mata yang kering karena tidak adanya air mata 
 Mata yang cekung 
b. Dehidrasi berat 
 Tangan dan kaki yang dingin dan lembab 
 Anak yang terlihat lemah, tidak sadar, atau lemas
 Ketidakmampuan untuk minum 
 Hilangnya elastisitas kulit secara sepenuhnya
 Tidak ada air mata 
 Lapisan lendir yang sangat kering pada mulut
 Pengurangan volume air seni yang parah atau tidak adanya
air seni (Ramaiah,2002) 

Kehilangan cairan menurut derajat dehidrasi pada anak di bawah dua tahun 
Derajat Dehidrasi PWL MWL CWL Jumlah
Ringan 50 100 25 175
Sedang 75 100 25 200
Berat 125 200 25 350

Kehilangan cairan menurut derajat dehidrasi pada anak berumur 2-5 tahun
Derajat Dehidrasi PWL MWL CWL Jumlah
Ringan 13 80 25 135
Sedang 50 80 25 155
Berat 80 80 25 185

Kehilangan cairan pada dehidrasi berat menurut berat badan pasien dan umur 
Berat Badan Umur PWL MWL CWL Jumlah
0-3 Kg 0-1 bulan 150 125 25 300
3-10 1 bln – 2 thn 125 100 25 250
10-15 2-5 thn 100 80 25 205
15-25 5-10 thn 80 25 25 130

(Ngastiyah 2003)

Keterangan : 

PWL : Cairan yang hilang karena muntah 

NWL : Cairan hilang melalui urine, kulit, pernapasan 

CWL : Cairan hilang karena muntah hebat

4. Komplikasi Diare 
a. Komplikasi lain yang kadang kala timbul mencakup : 
Gangguan pada keseimbangan elektrolit normal dalam tubuh 
Elektrolit adalah zat-zat kimia yang ketika mencair atau larut dalam air
atau cairan lainnya memecah menjadi partikel-partikel (ion) dan
mampu membawa aliran listrik.
b. Kelumpuhan ileus (Paralytic ileus) Ini adalah suatu kondisi dimana
terjadi pengurangan atau tidak adanya gerakan usus. Kondisi ini dapat
terjadi akibat pembedahan, cedera pada dinding perut, sakit ginjal yang
parah, atau penyakit parah lainnya
c. Septi semia Ini adalah suatu kondisi dimana terdapat infeksi pada
seluruh bagian tubuh. Kondisi ini biasanya menyusul adanya infeksi
disalah satu bagian tubuh, yang dari sana bakteri pergi ke berbagai
bagian tubuh lain melalui darah.
d. Komplikasi darah seperti koagulasi intra vaskuler terdiseminasi 
Jika ada penyakit atau cidera parah apapun, darah cenderung
membentuk suatu massa semi padat atau gumpalan darah didalam
pembuluh darah (Ramaiah 2002)
5. Faktro Penyebab Diare 
a. Faktor infeksi 
1) Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan
penyebab utama diare pada anak meliputi infeksi
enternal sebagai berikut :
 Infeksi bakteri : vibrio, E. Coli, Salmonella, Stigella,
Campilobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
 Infeksi Virus : Entrovirus (Virus Echo, Coxsackie,
Poliomielitis)
 Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,
Strongyloides)
2) Infeksi parental ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan
seperti : otitis media akut (OMA), tonsilitis / tonsilofaringis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya
b. Faktor Malabsorsi 
c. Malabsorsi karbohidrat disakarida
d. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
e. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (Jarang, tetapi dapat terjadi
pada anak yang lebih besar) (Ngastiyah 2003).
f. Faktor-Faktor yang Meningkatkan Resiko Diare 
Faktor lingkungan 
 Pasokan air tidak memadai 
 Air terkontaminasi tinja 
 Fasilitas kebersihan kurang 
 Kebersihan pribadi buruk, misalnya tidak mencuci tangan
setelah buang air 
 Kebersihan rumah buruk. Misalnya tidak membuang tinja
anaak di WC 
 Metode penyiapan dan penyimpanan makanan tidak higienes .
Misalnya makanan dimasak tanpa dicuci terlebih dahulu atau
tidak menutup makanan yang telah dimasak.

Praktik penyapihan yang buruk 

 Pemberian susu eksklusif dihentikan sebelum bayi berusia 4-


6 bulan dan melalui pemberian susu melalui botol
 Berhenti menyusui sebelum anak berusia setahun 

Faktor individu 

 Kurang gizi 
 Buruk atau kurangnya mekanisme pertahanan alami tubuh.
Misalnya, diare lebih lajim terjadi pada anak-anak, baik yang
mengidap campak atau yang mengalami campak.
 Produksi asam lambung berkurang 
 Gerakan pada usus berkurang yang memengaruhi aliran
makanan yang normal (Savitri 2002).
6. Pencegahan Diare 
a. Beri ASI eksklusif sampai empat atau enam bulan dan teruskan
menyusui sampai setidaknya setahun.
b. Hindari pemberian susu botol.Setelah usia 4-6 bulan, berikan makanan
yang bergizi, bersih dan aman untuk mulai menyapih.
c. Gunakan makanan matang yang baru dimasak untuk memberi makan
anak-anak.
d. Bersihkan wadah yang digunakan untuk mengumpulkan dan
menyimpan air minum setiap hari.
e. Jika anda tidak yakin tentang kualitas air minum, rebuslah selama 10
menit dan tutuplah serta simpanlah dalam wadah yang sama.
f. Hindari kontak antara tangan dan air minum ketika menyajikannya
g. Cucilah tangan dengan sabun dibawah air yang mengalir sebelum
memberi makan anak, memasak, setelah pergi ke WC atau
membersihkan anak.
h. Buanglah tinja yang dikeluarkan anak dalam WC segera mungkin.
i. Segeralah cuci baju yang terkena tinja anak dengan air hangat.
j. Berikan imunisasi campak kepada akan pada usia sembilan bulan
karena resiko diare parah dan malnutrisi yang mengikutinya lebih
tinggi. Setelah infeksi campak.
k. Pastikan bahwa daerah dimana anak bermain atau merangkak tetap
bersih
l. Cucilah mainan yang anak mainkan secara teratur.
7. Cara Pemberian Cairan dalam Terapi Dehidrasi 
a. Belum ada dehidrasi Peroal sebanyak anak mau minum (ad libitum)
atau 1 gelas tiap defekasi.
b. Dehidrasi ringan 1 jam pertama : 25-50 ml / kg BB peroral
(intragastrik), selanjutnya : 125 ml / Kg BB / hari ad libitum.
c. Dehidrasi berat 
Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun berat badan 3 – 10 kg. 
1 jam pertama : 40 ml / kg BB / jam = 10 tetes / kg BB / menit (set
infus berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 13 tetes / kg BB / menit (Set infus
1 ml = 20 tetes).7 Jam berikutnya : 12 ml / kg BB / Jam = 3 tetes / kg /
BB / menit (Set infus berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 4 tetes / kg / BB /
menit (set infus 1 ml = 20 tetes).16 jam berikutnya : 125 ml / kg BB
oralit peroral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum dapat
diteruskan dengan DG 11 intravena 2 tetes / kg / BB / menit (1 ml = 15
tetes) atau 3 tetes / Kg / BB / menit. (1 ml = 20 tetes) (Ngastiyah 2003).
8. Pengobatan untuk diare 
a. Obat anti sekresi 
Asetosal dosis 25 mg / tahun dengan dosis minimun 30 mg
klorpromazin. Dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari 
b. Obat spasmolitik 
Umumnya obat spasmolitik seperti papverim, ekstrak beladora, opium
loperamid tidak digunakan untuk mengatasi diare akut lagi.
c. Antibiotik 
Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang
jelas. Bila penyebab kolera, diberikan tetrasiklin 25-50 mg / KG / BB /
hari. Antibiotik juga diberikan bila terdapat penyakit penyerta seperti :
OMA, faringitis, bronkitis atau bronkopneumonia (Ngastiyah 2003).
BAB III
KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Konsep 
Kerangka konsep dalam penelitian ini dijabarkan dengan menggunakan skema
tentang Tingkat pengetahuan ibu tentang diare pada balita. Dari konsep diatas penulis
dapat menyatakan sebagai berikut :
1. Defenisi Konseptual dan Operasional
a. Defenisi Konseptual Pengetahuan
1) Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadii memalui panca indra manusia yakni indra
penglihatan, pendengaran, penawaran rasa, dan peraba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (over behavior) (Sukidjo .N. A, 1960).
b. Pengertian ibu
Ibu adalah orang yang ingin melihat, menyentuh, dan merawat anaknya
dengan di bantu staf perawat yang ramah
2. Defenisi operasional
a. pengetahuan 
Pengetahuan adalah hasil pikiran manusia yang terjadi pada statu objek atau
benda tertentu.
b. Ibu
Ibu adalah oarang yang menjaga dan merawat kita sampai tumbuh dewasa
dengan kasih dan sayangnya.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian 
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan
deskriptif tipikal, yang bertujuan untuk mengetahui Tingkat pengetahuan ibu tentang
diare pada balita
di wilayah kerja puskesmas Delitua Tahun 2009.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi 
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti, populasi
pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak balita di wilayah
kerja puskesmas Delitua Tahun 2009 yang berjumlah 50 orang
(Notoadmojo,2005).
2. Sampel 
Sampel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah quota sampling yaitu
sebagian yang di ambil dari keseluruhan objek yang di telita dan di anggap
mewakili populasi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu
yang memiliki anak yang menderita sakit diare di wilayah kerja puskesmas delitua
Tahun 2009 yang berjumlah 20 orang (Notoadmojo,2005)
C. Lokasi dan Waktu Penelitian 
1. Lokasi  Penelitian
akan dilakukan di wilayah kerja puskesmas delitua tahun 2009.
2. Waktu Penelitian 
Penelitian ini akan dilaksanakan di bulan Desember 2008 sampai dengan februari
tahun 2009.
3. Etika penelitian
Dalam penelitian ini mendapat rekomondasi dari Ka.prodi Ilmu Keperawatan
DELIHUSADA Delitua, setelah di setujui oleh pembimbing I dan II selaku
pembimbing penelitian. Kemudia permintaan secara tertulis ke puskesmas delitua.
Kemudian penelitian akan dilakukan dengan memperhatikan masalah etika antara
lain sebagai berikut:
a. (informed consent) saat pengambilan sampel terlebih dahulu peneliti
meminta izin kepada responden secara lisan atas kesediannya menjadi
responden
b. Anonymity (tanpa nama) pada lembaran persetujuan maupun lembar
pertanyaan wawancara tidak akan menuliskan nama responden tetapi hanya
dengan memberi simbol saja.
c. Confidentiality (kerahasiaan) pembenaran informasi oleh responden dan
semua data yang terkumpul akan menjadi koleksi pribadi, dan tidak akan di
sebarluaskan kepada orang lain tanpa seizin reponden
D. Pengumpulan Data 
Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuisioner dan terlebih dahulu
diberi penjelasan singkat kepada responden tentang kuisioner dan hal-hal yang tidak
dimengerti responden, kuesioner yang di buat terdiri dari 15 pertanyaan dalam bentuk
pertanyaan tertutup.
E. Instrumen 
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah
kuisioner yang berisi pertanyan. Kuesioner adalah suatu alat pengumpulan data
mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum /
orang banyak (Notoadmojo 2002). Kuesioner yang dibuat terdiri dari 15 pertanyaan
dalam bentuk pertanyaan tertutup. Penilaian dengan menggunakan Skala LIKERT
dengan pilihan jawaban,
1. Sangat baik
2. Baik
3. Cukup baik 
4. Kurang baik.
Untuk pilihan jawaban dapat di beri skor sebagai berikut:
 untuk pilihan jawaban A. di beri nilai 4
 untuk pilihan jawaban B diberi nilai 3
 untuk pilihan jawaban C di beri nilai 2
 untuk pilihan jawaban D di beri nilai 1
F. Pengolahan data 
Data yang dikumpulkan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut : 
1. Editing 
Editing adalah dilakukan pengecekan kelengkapan data yang terkumpul, bila
terdapat kesalahan atau kekurangan dalam pengumpulan data, dapat diperbaiki
dengan
memeriksa dan dilakukan pendataan ulang.
2. Coding
Coding adalah hasil jawaban dari setiap pertanyaan diberi kode dengan petunjuk.
3. Tabulating
Tabulating adalah untuk mempermudah analisa data dimasukkan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi.
G. Analisis data 
Analisa data di lakukan estela semua data terkumpul melalui beberapa tahap dimulai
dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta
memastikan bahwa semua jawaban telah di isi, kemudian data yang sesuai di beri
kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa
data. 
H. Pelaksanaan Penelitian 
Setelah peneliti mendapat surat rekomendasi dari pendidikan, peneliti membawa surat
rekomendasi ke puskesmas delitua. Setelah mendapat izin dari kepala puskesmas
Delitua, peneliti diberi persetujuan pengambilan data di wilayah kerja puskesmas
Delitua tersebut Tahun 2008.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Setelah di lakukan penelitian mengenai Tingkat pengetahuan ibu tentang diare pada
balita di wilayah kerja puskesmas Delitua tahun 2009 dengan menggunakan daftar
kuesioner bagi orang tua yang mempunyai balita, dengan sampel sebanyak 20 orang
dan hasil di sajikan dalam bentuk tabel berikut ini :
Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia ibu di wilayah kerja
Puskesmas Delitua Tahun 2009.
NO Umur (Tahun) Jumlah Persentase 
1 19 -30 15 75 %
2 31 – 50 5 25
%
3 > 50 0 0 %
Total 20 100
%

Berdasarkan tabel diatas, mayoritas responden berusia 19 – 30 tahun ( 75 % )

Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan ibu di wilayah kerja


Puskesmas Delitua Tahun 2009.

NO Pendidikan Jumlah Persentase 


1. SD 2 10%
2. SLTP 4 20%
3. SLTA 13 65%
4. DIPLOMA 0 0
5. SARJANA 1 5%
Total 20 100%
Berdasarkan tabel diatas, mayoritas responden berpendidikan SLTA ( 65 % ).

Tabel 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan ibu di wilayah kerja


Puskesmas

Delitua Tahun 2009.

NO Pekerjaan Jumlah Persentase(%)

1. IRT 12 60%
2. PNS 1 5%
3. Danlain-lain 7 35%
Total 20 100 %
Berdasarkan tabel diatas, mayoritas pekerjaan responden IRT( 60 % ).
Tabel 4. Distribusi frekuensiTingkat pengetahuan ibu tentang diare pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Delitua Tahun 2009.

NO Tingkat pengetahuan Presentase 

1. Sangat baik 1 5%
2. Baik 10 50 %
3. Cukup baik 6 30 %
4. Kurang baik 3 15 %
Total 20 100%
B. Pembahasan
Hasil penelitian Tingkat pengetahuan ibu tentang diare berdasarkan tabel di atas di
dapatkan sebagian besar ibu yang punya tingkat pengetahuan yang sangat baik yaitu
sebesar (5%), dan hanya setengah ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan Baik
yaitu sebesar (50%), hanya sebagian ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan cukup
baik yaitu sebesar (30%), sedangka ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang
sebesar baik yaitu sebesar (15%). Pengetahuan yang kurang bisa mengakibabkan oleh
berbagai faktor yang kompleks dan saling mempengaruhi.
Faktor-faktor yang bisa mempengaruhi pengetahuan ibu tentang diare adalah faktor
lingkungan, makanan, infeksi dan fsikologis, dan pengalaman si ibu yang tidak
mendukung (Ngastyah 2003). Menurut Sarwono (1997) Pengetahuan dapat di
pengaruhi oleh pendidikan, pekerjaan, umur, ekonomi, sosial budaya dan politik.
Pengetahuan bisa juga di pengaruhi oleh karakteristik yang meliputi jenis kelamin,
umur, pendidikan, dan sosial ekonomi.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang diare
pada balita dalam lingkungan antara lain kurangnya informasi dari tenaga kesehatan
kepada ibu, kurang jelasnya informasi yang di sampaikan oleh tenaga kesehatan
kepada ibu, kurangnya kemampuan dari ibu untuk memahami informasi yang di
berikan (Notoadmojo, 2003).

Pengetahuan merupakan faktor yang penting untuk terbentuknya prilaku seseorang,


karena dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa prilaku yang di dasari
pengetahuan akan lebih lenggang dari prilaku yang tidak di dasari oleh pengetahuan
(Notoadmojo, 2003). Dengan meningkatnya pengetahuan ibu tentang stimulasi di
harapkan akan terjadi perubahan perilaku ke arah yang mendukung kesehatan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang di buat adalah:
1. Mayoritas responden berpendidikan SLTA Sebayak 13 Responden ( 65 %)
2. Mayoritas responden pada umur 19-30 Tahun Sebayak 15 Responden ( 75
%)
3. Mayoritas responden bekerja sebagai IRT Sebayak 12 Responden ( 60 % ).
4. Mayoritas responden pada tingkat pengetahuan ibu adalah Baik Sebayak
10 Responden ( 50 % ).
B. SARAN
1. Kepada Ibu yang memiliki anak Balita usia 1-5 tahun, agar lebih
memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan balitanya. Serta memberikan
perlindungan , pelayanan kesehatan, dan makanan yang sehat yang layak diterima
oleh anak balita.Agar anak balita tumbuh kembang menjadi anak yang sehat dan
terbebas dari semua penyakit.
2. Bagi pihak puskesmas
 Bagi pihak puskesmas agar dapat menyampaikan informasi / penyuluhan
terhadap Ibu mengenai bagaimana makanan yang sehat dan lingkungan
yang sehat itu perlu untuk kita semua dan Sangat berpengaruh pada anak-
anaknya apabila hal tersebut tidak kita jalankan dengan baik.
 Diharapkan puskesmas dapat memberi pelayanan yang cukup akurat.

Anda mungkin juga menyukai