Anda di halaman 1dari 23

BUKU KERJA PENGARUH SENAM OTAK

TERHADAP MEMORI JANGKA PENDEK PADA


LANSIA DI PANTI PELAYANAN SOSIAL
LANJUT USIA POTROYUDAN JEPARA

OLEH:

HERLINAWATI (122020030287)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahirobbil’alamin penulis panjatkan Puji Syukur
Kehadirat Allah SWT, yang telah mencurahkan Rahmat dan Kasih
SayangNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan buku kerja ini.
Salam dan Salawat penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah memberikan petunjuk menuju ridhaNya. Penulis
sangat tertarik dengan individu usia tua, atau manula, atau lansia.
Jika berumur panjang, maka setiap orang akan menjadi tua. Usia
tua adalah suatu fase usia yang cukup unik, karena individu
mengalami banyak penurunan kemampuan dan aktivitas.
Kelompok usia non produktif ini seringkali menjadi kelompok
masyarakat marginal dan disisihkan oleh orang-orang dewasa di
sekitarnya. Merawat dan hidup bersama lansia bukanlah hal yang
mudah, karena secara natural, manusia ketika memasuki usia tua,
selain mengalami banyak kemunduran dalam daya ingat, juga
memiliki sikap yang kembali seperti anak kecil. Maka perhatian
untuk menciptakan kehidupan di usia tua dengan sehat dan
bahagia.

Buku ini merupakan modul pelatihan senam otak, yang


ditujukan kepada para lansia di kalangan masyarakat umum, yaitu
lansia yang tinggal di rumah-rumah dan khususnya kepada lansia
yang tinggal di panti pelayanan sosial lanjut usia potroyudan
jepara. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
ii
panti pelayanan sosial usia lanjut Potroyudan Jepara serta
pembimbing akademik yang senantiasa memberikan bimbingan
sehingga buku kerja ini dapat terselesaikan.

Penulisan modul ini masih jauh dari sempurna, dan penulis


mengharap saran dan kritik membangun dari pembaca yang dapat
dikirimkan ke alamat email terlampir.

Penulis

Herlinawati

DAFTAR ISI
iii
KATA PENGANTAR ..................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1

Kemampuan Kognitif Lansia........................................... 3

Dasar Teori Senam Otak ................................................ 4

BAB II PELATIHAN SENAM OTAK .......................................... 7

Instrumen Pelatihan ....................................................... 7

Prinsip-prinsip dalam Melakukan Pelatihan ................... 8

BAB III GERAKAN SENAM OTAK ............................................ 9

A. Laterasi (sisi) .............................................................. 9


1. 8 tidur (lazy 8s) ....................................................... 9
2. Putaran leher (neck rolls) ..................................... 10

B. Fokus ....................................................................... 11
1. Burung hantu (the owl) ......................................... 11
2. Mengaktifkan tangan (arm activation) .................. 11

iv
C. Pemusatan ............................................................... 12
1. Gerakan pasang telinga ....................................... 12
2. Gerakan pernafasan perut ................................... 13

EVALUASI PELATIHAN ............................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 15

v
BAB I
PENDAHULUAN

Manusia lambat laun akan menjadi bertambah tua. Pada


usia tua yang pasti terjadi adalah penurunan fungsi-fungsi tubuh,
yaitu berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan,
peraba, perasa, konsentrasi, motorik dan kekuatan tubuh, serta
daya pikir dan daya ingat. Terlebih lagi jika lansia mengalami sakit
baik karena penyakit tertentu maupun penyakit menua.

Ketika memasuki usia tua, maka secara otomatis aktivitas


dan sosialisasi juga akan menurun, namun semua tergantung dari
individu yang bersangkutan. Bila sejak memasuki usia dewasa
seseorang tetap rajin berolahraga, bersosialisasi dan terus
menjaga kesehatannya, maka usia dan harapan hidupnya akan
lebih panjang dibandingkan dengan orang yang memiliki gaya
hidup tidak sehat.

Usia Lanjut merupakan periode kemunduran, dalam arti


banyak perubahan-perubahan ke arah “menua”, yang
mempengaruhi struktur fisik, mental dan keberfungsian
seseorang. Penyebab fisik kemunduran merupakan suatu
perubahan pada selsel tubuh bukan karena penyakit khusus
1
melainkan karena proses menua. Kemunduran dapat juga
disebabkan oleh faktor psikologis. Sikap tidak senang terhadap
diri sendiri, orang lain, pekerjaan dan kehidupan pada umumnya.
Bagaimana seseorang mengatasi ketegangan dan stres hidup
akan mempengaruhi laju kemunduran, diantaranya melalui
keberadaan motivasi yang ikut mengontrol semangat hidup
mereka.

Kebahagiaan serta kesuksesan di masa tua merupakan


dambaan setiap individu yang memasuki masa dewasa akhir.
Kebahagiaan dan kesuksesan lansia dapat tercapai dengan
terpenuhinya kebutuhan untuk merasa baik secara psikologis. Di
usia tua ini, kondisi psikologis tidak terlepas dari keadaan fisik dan
kognitif yang sehat dan dapat berfungsi baik meskipun mengalami
penurunan. Adanya fenomena demensia, kepikunan bahkan
penyakit Alzheimer menandakan bahwa otak manusia dapat
menua dan menurun kemampuannya, serta mengalami
gangguan. Dalam hal ini, successful aging yang tetap menjadi
prioritas tujuan pengembangan ilmu mengenai usia tua, bisa
diusahakan melalui berbagai pendekatan. Salah satunya dengan
penerapan terapi senam otak.

2
Kemampuan Kognitif Lansia

Perubahan tidak hanya terjadi pada fisik dan psikososial,


tetapi juga pada kognitif, karena fungsi kognitif dipengaruhi oleh
adanya perubahan pada struktur dan fungsi organ otak,
penurunan fungsi sistem muskuloskeletal, dan sistem reproduksi.
Atropi yang terjadi pada otak akibat penuaan menyebabkan
penurunan hubungan antarsaraf, mengecilnya saraf panca indra
sehingga waktu respon dan waktu bereaksi melambat, defisit
memori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan
perabaan. Menurunnya daya pendengaran pada telinga dalam,
terutama terhadap nada tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti
kata-kata, 50% terjadi pada orang di atas umur 65 tahun.

Fungsi kognitif juga berkaitan dengan aktivitas fisik, dimana


aktivitas fisik erat kaitannya dengan sistem muskloskeletal. Pada
dasarnya, setiap gerakan fisik yang dilakukan memberikan
rangsangan kepada otak, dengan menurunnya aktivitas maka
rangsangan kepada otak juga berkurang. Karena otak memiliki
sifat plastisitas dimana bila terus diberikan rangsangan, fungsinya
akan tetap terjaga dan sebaliknya bila rangsangan tersebut
kurang atau tidak ada, proses plastisitas tidak terjadi dan otak
akan mengalami penurunan struktur dan fungsinya.

3
Kognitif adalah kegiatan-kegiatan mental yang dibutuhkan
dalam memperoleh, menyimpan, mendapat kembali, dan
menggunakan pengetahuan suatu hal. Kognitif meliputi
prosesproses mental, seperti mempersepsikan, belajar,
mengingat, menggunakan bahasa, dan berpikir. Dalam kognisi,
kita mempelajari sesuatu dan menempatkan sesuatu tersebut
dalam ingatan kita, mengkomunikasikannya lewat bahasa
menggunakan simbol-simbol mental, dan secara cerdas
memecahkan masalah menggunakan informasi yang telah
dipelajari dan disimpan. Oleh karena itu kemampuan fungsi
mengingat pada seseorang akan mempengaruhi kemampuan
berpikir sehingga respon kognitif yang ditimbulkan akan berbeda.
Proses mengingat terjadi dengan menggabungkan antara
informasi yang diterima melalui panca indra dengan informasi
yang telah disimpan dalam ingatan jangka panjang. Kapasitas
atau kemampuan kognisi seseorang disebut sebagai kecerdasan
atau intelegensi. Kemampuan kognitif adalah kemampuan untuk
memikirkan sesuatu, berkhayal, bercita-cita, atau melihat jauh ke
depan, menetapkan tujuan-tujuan, dan membuat rencana kegiatan
guna mencapai hal tersebut.

Dasar Teori Senam Otak

Senam otak merupakan kumpulan gerakan-gerakan


sederhana dan bertujuan untuk menghubungkan/menyatukan
4
pikiran dan tubuh. Senam otak merupakan bagian dari proses
edukasi kinesiologi. Kinesiologi merupakan suatu ilmu yang
mempelajari gerakan tubuh dan hubungan antara otot dan postur
terhadap fungsi otak (Sularyo, 2014).

Menurut Dennison (2015), manfaat senam otak, yaitu stress


emosional berkurang dan pikiran menjadi lebih jernih, hubungan
antar manusia dan suasana belajar atau kerja lebih rileks dan
senang, kemampuan berbahasa dan daya ingat meningkat,
memori jangka pendek meningkat, orang menjadi lebih
bersemangat, lebih kreatif dan efisien, orang merasa lebih sehat
karena stress berkurang. Senam latih otak juga dapat mengurangi
stress, kecemasan, ketakutan dan depresi akibat gangguan tidur.

Ketika lansia mengalami ketegangan emosional, maka


beberapa otot akan mengalami ketegangan sehingga
mengaktifkan sistem saraf simpatis. Pada kondisi ini, secara
fisiologis tubuh akan mengalami respon yang dinamakan respon
fight or flight. Respon ini memerlukan energi yang cepat, sehingga
hati melepaskan lebih banyak glukosa untuk menjadi bahan bakar
otot, dan terjadi pula pelepasan hormon yang menstimulasi
perubahan lemak dan protein menjadi gula. Metabolisme tubuh
meningkat sebagai persiapan untuk pemakaian energy (Benson,
2012)

5
Sebagian besar perubahan fisiologis tersebut terjadi akibat
aktivitas dua sistem neuroendokrin yang dikendalikan oleh
hipotalamus yaitu sistem simpatis dan sistem kortek adrenal.
Aktifnya saraf simpatis membuat lansia tidak dapat santai atau
relaks sehingga tidak dapat memunculkan rasa kantuk. Melalui
senam otak lansia dilatih untuk dapat memunculkan respon
relaksasi sehingga dapat mencapai keadaan tenang. Respon
relaksasi ini terjadi melalui penurunan bermakna dari kebutuhan
zat oksigen oleh tubuh, yang selanjutnya aliran darah akan lancar,
neurotransmiter penenang akan dilepaskan, sistem saraf akan
bekerja secara baik otot-otot tubuh yang relaks menimbulkan
perasaan tenang dan nyaman (Purwanto, 2017)

6
BAB II

PELATIHAN SENAM OTAK

Instrumen Pelatihan

a. Alat senam, terdiri dari:


 Musik, bisa melalui berbagai media seperti radio/tape atau
VCD.
 LCD multi-media, untuk menjelaskan mengenai
kemanfaatan senam otak dan penjelasan langkah-langkah
pelaksanaan senam otak dalam bentuk Panduan Gerakan
Praktis.
 Gambar senam otak, ditempel dalam bentuk poster atau
pamflet yang diberikan pada peserta.  Alat tulis digunakan
peserta untuk mencatat hal-hal yang diperlukan.
 Air mineral, untuk dikonsumsi dan dapat menstabilkan
cairan tubuh.

b. Panduan Observasi, Yaitu panduan observasi untuk


memantau kemampuan lansia dalam mengikuti gerakan
senam otak.

c. Kursi, sebagai media tambahan untuk memfasilitasi beberapa


gerakan senam bagi lansia.

7
Prinsip – prinsip Melakukan Pelatihan

1) Dilakukan Uji Coba Senam Otak. Dipantau kemampuan


seluruh lansia dalam memahami gerakan dan menirukannya.
2) Senam otak dilakukan semampunya, sehingga
pendekatannya adalah individual, mengingat keterbatasan
kemampuan lansia yang berbeda-beda dalam hal persepsi
dan kondisi fisik-motorik.
3) Gerakan-gerakan senam otak diajarkan secara perlahan dan
bertahap, serta berulang agar lansia mampu mengikuti dan
menghafalkannya.
4) Senam otak sebaiknya dilakukan secara rutin dan konsisten,
gerakan disesuaikan dengan kemampuan lansia.
Sebaiknya dilakukan 3 kali dalam 1 minggu, dengan durasi
30 menit ( Irfan, 2013).
5) Kepada setiap lansia diberikan kelonggaran, artinya
keseluruhan gerakan senam otak tetap dilakukan meskipun
terputus-putus dalam setiap Pelatihan-nya, atau dilakukan
secara tidak sempurna karena disesuaikan dengan
kemampuan lansia.

8
BAB III
GERAKAN SENAM OTAK

A. Lateralisasi (sisi)
1) 8 Tidur (Lazy 8s)
a) Gerakan 8 tidur dilakukan dengan berdiri
menggunakan kaki agak meregang dan kepala
menghadap ke depan.
b) Angkat tangan dan kepalkan dengan posisi jempol
mengacung.
c) Gerakan dimulai dengan menaikkan jempol ke kiri
atas, dan turun ke bawah, lalu kembali ke titik awal.
d) Hal yang sama dilakukan pada sisi kanan. Seiring
dengan gerakan pada sisi kanan, sebaiknya mata
mengikuti gerakan yang sama.
e) Ulangi gerakan sebanyak 5 kali untuk masing-
masing tangan, dan kedua tangan secara
bersamaan.

9
Gambar 3.1. Gerakan 8 Tidur

2) Putaran leher (Neck Rolls)


a) Kepala diputar di posisi depan saja setengah
lingkaran dari kiri ke kanan, dan sebaliknya.
Namun, tidak disarankan memutar kepala hingga
ke belakang.
b) Selanjutnya, tundukkan kepala dan ayunkan seperti
bandul bergoyang. Gerakkan kepala ke arah kanan
dan kiri dengan sikap tubuh yang tegak.

Gambar 3.2. Putaran Leher

10
B. Fokus
1) Burung Hantu (The Owl)
a) Berdirilah dengan kedua kaki meregang.
b) Letakkan telapak tangan kiri pada bahu kanan,
sementaa tangan kanan dibiarkan bebas. Sambil
menengok ke kiri dan kanan, telapak tangan kiri
meremas bahu.
c) Keluarkanlah napas pada setiap putaran kepala, yakni
ke kiri, lalu ke kanan kembali ke posisi tengah dengan
menundukkan kepala sambil menghembuskan napas.
d) Setelah itu, gerakan diulangi pada bahu yang lain.
Lakukan gerakan yang sama sebanyak 10 kali.

Gambar 3.3. Burung Hantu

2) Mengaktifkan tangan (Arm activation)


a) Luruskan satu tangan keatas, lalu ke samping
kuping.
11
b) Kemudian buang napas, lalu dorong tangan ke
depan, belakang, baik ke dalam maupun luar.
Sementara itu, satu tangan lainnya menahan
dorongan tersebut.
c) Lakukan berulang dengan tangan bergantian.

Gambar 3.4. Mengaktifkan Tangan

C. Pemusatan
1) Gerakan pasang telinga
a) Ibu jari dan telunjuk, pijat secara lembut daun
telinga sambil menariknya ke luar, mulai dari ujung
atas, menurun sepanjang lengkungan, dan berakhir
di cuping.
b) Untuk melakukan gerakan pasang telinga,
posisikan agar kepala tegak dan dagu lurus dengan
nyaman. Setelah itu, letakkan tangan di telinga
dengan jari jempol di belakang telinga.
12
c) Lakukan latihan ini sebanyak tiga kali.

Gambar 3.5. Gerakan pasang telinga

2) Gerakan pernafasan perut (Belly breathing)


a) Taruh tangan di perut, lalu buang napas pendek-
pendek, lalu ambil napas dalam dan pelan-pelan.
Tangan mengikuti gerakan perut waktu membuang
dan mengambil napas.
b) Tarik napas sampai hitungan ketiga, dan tahan
sampai hitungan ketiga, lalu buang napas selama
hitungan ketiga, serta tahan napas lagi sampai
hitungan, dan ulangi.
c) Dengan irama yang bergantian, ambil napas
dengan dua hitungan, hembuskan dalam empat
hitungan (napas tidak ditahan).

13
Gambar 3.6. Gerakan pernafasan perut

Evaluasi Pelatihan

1) Dilihat kemampuan lansia dalam melakukan senam otak sejak


awal hingga akhir gerakan senam otak di setiap Pelatihan.
2) Setiap pelatihan dilengkapi dengan lembar observasi.
3) Kepada lansia baiknya disarankan untuk menghafalkan setiap
detail gerakannya. Untuk melatih daya ingat dan
mempermudah menjalankannya.
4) Dihimbau agar lansia dapat rutin melakukan senam otak, tiga
kali dalam satu minggu dengan durasi 30 menit.

14
Tabel Evaluasi

No. Kegiatan Hari, Jam/ durasi Keterangan


tanggal waktu

15
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan
Senam Otak yang dilakukan pada lansia di Panti
Sosial Lansia Potroyudan Jepara dapat ditarik
kesimpulan, bahwa:
1) Peserta sangat antusias dalam mengikuti pelatihan
Senam Otak,
2) Peserta merasa ada peningkatan pengetahuan
tentang Senam Otak,
3) Gerakan-gerakan Senam Otak menurut
Muhammad Irfan dapat meningkatkan daya ingat dan
keseimbangan otak antara otak kanan dan otak kiri.

B. Saran
Berdasarkan pelatihan Senam Otak yang
dilakukan pada lansia di Panti sosial Lansia
Potroyudan Jepara, ada beberapa saran yang dapat
dipertimbangkan:

16
1. Bagi peserta pelatihan Senam Otak hendaknya
mengetahui dan mampu melakukan gerakan Senam
Otak sesuai dengan takaran yang pas dan ideal, serta
kemampuan lansia.
2. Hasil pelatihan ini diharapkan Peserta Lansia di
Panti Sosial Lansia Potroyudan Jepara mampu
mengaplikasikan secara sistimatis gerakan dari
Senam Otak dalam kehidupannya, khususnya
dilingkungan Panti Sosial Lansia Potroyudan Jepara.

17
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu. (2016).

Badan Pusat Statistik [BPS]. Statistik Daerah Kabuapten Jepara 2020:


Badan Pusat Statistik Kabuapten Jepara. (2020).

Benson, H. Mind body medicine; A model of the comparative clinical


impact of the acute stress and relaxation responded. Minnesota
medical association. Volume 92 No. 5. (2012).

Eliasa, E. I. Brain gym, Brain Games (Mari Bermain Otak Dengan


Senam Otak. Program Parent Volunteer’s Week di SD Budi Mulia
Dua Yogyakarta. Yogyakarta. (2017).

Hidayat, A. A. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah (1st ed.).


Jakarta: Salemba Medika. (2014).

Irfan. Fisioterapi bagi Insan lansia edisi pertama. Yogyakarta: Graha


Ilmu. (2013).

Lumbantobing, S. M. Bencana Pendarahan Darah di Otak. Jakarta:


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. (2017)

18

Anda mungkin juga menyukai