Disusun Oleh:
Kelas 5-PKIP
Kelompok 2
Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga makalah
dengan berjudul Fungsi Psikis Pada Manusia dapat selesai tepat pada waktunya. Shalawat serta
salam kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan
syafaatnya di hari akhir. Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah
Psikologi Kesehatan dari Bapak Besar Tirto Husodo, S.Sos., M.Kes. Selain itu, penyusunan
makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan kepada para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Besar Tirto Husodo, S.Sos., M.Kes
selaku dosen mata kuliah Psikologi Kesehatan. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat
menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketidaksempurnaan
yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran
dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i
1.3 Tujuan.................................................................................................................... 1
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Persepsi
2. Perhatian
2
3. Memori
4. Pemikiran
5. Bahasa
6. Emosi
7. Motivasi
8. Kreativitas
3
9. Intelektualitas
4
Pengaruh iklan. Menurut Mu’tadin (2002) mengatakan bahwa, “Melihat iklan di media
massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang
kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku
seperti yang ada di dalam iklan tersebut.
Faktor psikologis. Menurut Sarafino (Nasution, 2007) mengatakan bahwa,
“Merokok dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi, menghalau rasa kantuk,
mengakrabkan suasana, sehingga timbul rasa persaudaraan. Bisa terjadi karena
kebiasaaan, reaksi emosi yang positif, reaksi untuk penurunan emosi, alasan sosial,
kecanduan atau ketagihan, Depresi dan stress. Faktor tersebut muncul ketika usia
remaja. dari beberapa faktor tersebut stress terjadi. Dimana usia remaja belum bisa
mengenal apa yang dia lakukan benar atau tidak. Remaja yang mengalami stres ini
sangat mungkin mengembangkan perilaku merokok sebagai suatu cara untuk mengatasi
stres yang mereka hadapi karena kurangnya perkembangan keterampilan menghadapi
masalah secara kompeten dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab
(Santrock, 2002)
Bandura dalam teori social learning berasumsi bahwa perilaku dan sistem nilai
seorang remaja terbentuk oleh sekumpulan interaksi yang kompleks antara hubungan-
hubungan sosial interpersonal. Perilaku bermasalah pada remaja, termasuk merokok,
merupakan hasil interaksi antara variabel interpersonal seperti kepribadian, sikap, dan
perilaku, dengan sistem lingkungan, termasuk lingkungan keluarga dan teman sebaya
(Jessor & Jessor dalam Richardson dkk, 2002). Hal ini sesuai dengan riset yang
dilakukan oleh Koalisi Untuk Indonesia Sehat (KuIS) terhadap 3.040 remaja di Jakarta
yang menghasilkan temuan bahwa perilaku merokok dengan motif meringankan
ketegangan dan stres menempati urutan tertinggi, yakni 54,59 %. Terkadang masalah
yang dihadapinya membuatnya rumit padahal belum tentu serumit itu namun remaja
dapat merasa tenang setelah mengkonsumsi rokok. Remaja yang memiliki tanggung
jawab dan tak mampu menyelesaikan mereka akan mengalami stress. Remaja akan
mengkonsumsi rokok pada saat stress itu muncul. Baginya setelah mengkonsumsi akan
tenang dan merasa masalahnya tidak berat. Menurut Lazarus & Folkman (1986) stres
adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau
kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali
atau melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya. Stress akan membuat remaja
mencoba atau mengkonsumsi rokok untuk membuatnya tenang. Atkinson dkk.
menyatakan bahwa perilaku adalah aktivitas suatu organisme yang dapat dideteksi.
5
Munculnya perilaku dari organisme ini dipengaruhi oleh faktor stimulus yang diterima,
baik stimulus internal maupun stimulus eksternal. Seperti halnya perilaku lain, perilaku
merokok pun muncul karena adanya faktor internal (faktor biologis dan faktor
psikologis, seperti perilaku merokok dilakukan untuk mengurangi stres) dan faktor
eksternal (faktor lingkungan sosial, seperti terpengaruh oleh teman sebaya). Ada
hubungan antara stress dan perilaku merokok yang terjadi pada remaja. Hubungannya
adalah ketika remaja mengalami stress akan mudah untuk memunculkan perilaku
merokok.
2.3 Penyebab masalah
Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan, baik
untuk diri sendiri maupun orang di sekelilingnya. Setiap orang menyadari bahwa
merokok merupakan kebiasaan hidup yang tidak sehat, namun berbeda dengan siswa
di sekolah yang masih berada pada masa remaja. Ada banyak alasan yang
melatarbelakangi perilaku merokok pada remaja. Salah satu nya adalah sebagai cara
untuk bersosialisasi dan menunjukkan kesetiakawanannya kepada teman satu
kelompoknya. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi dan pengetahuan mereka akan
bahaya merokok. Oleh karena itu, Guru BK/Konselor di sekolah merupakan salah satu
pendidik yang memiliki tanggung jawab untuk mengurangi perilaku merokok pada
siswa di sekolah.
2.4 Upaya pencegahan masalah
1. Konselor Sebaya
Konselor sebaya adalah kegiatan antar individu yang bertujuan untuk
memberikan bantuan kepada orang lain yang sebaya agar dapat mengatasi
masalahnya. Kegiatan konselor sebaya dinilai cukup efektif dalam mencegah dan
menurunkan kegiatan merokok. Hal ini karena dengan adanya konselor sebaya,
antar individu dapat saling bertukar pikiran dan juga pengetahuan mengenai rokok.
Berdasarkan penelitian (Kurwiyah 2018) menyebutkan bahwa kegiatan konselor
sebaya efektif menurunkan dan mencegah kegiatan merokok karena responden
merasa nyaman dan cukup puas untuk melakukan konsultasi dengan teman
sebayanya.
2. Diberlakukan KTR (Kawasan Tanpa Rokok) di Lingkungan Sekolah
Pemerintah menerbitkan Peraturan bersama Kementerian Kesehatan dan
Kementerian Dalam Negeri no 7 tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) serta Peraturan Kementerian Pendidikan dan
6
Kebudayaan no 64 tahun 2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan
Sekolah (Ulfa and Damayanti 2021). Dalam pelaksanaan kegiatan KTR diperlukan
kerja sama antara kepala sekolah, guru dan juga beberapa penjaga warung sekolah
untuk bersama-sama menegakkan KTR di lingkungan sekolah. Dengan adanya
KTR di lingkungan sekolah dinilai dapat menurunkan angka perokok dan mencegah
perokok pemula.
3. Psikoedukasi Pencegahan Perilaku Merokok
Solusi yang dilakukan adalah dengan melakukan kegiatan psikoedukasi
pencegahan perilaku merokok dengan cara menayangkan video pencegahan
perilaku merokok, pelatihan komunikasi asertif, menolak ajakan merokok, poster
dan banner pencegahan perilaku merokok.
Menurut Martin Winkler & Gunborg
Palme (dalam Asrowi & Barida, 2013),
keterampilan komunikasi asertif adalah kemampuan dalam mengekspresikan
kebutuhan dan hak, perasaan positif atau negatif tanpa melanggar hak-
hak dan batasan orang lain, mengekspresikan pikiran dan ide
ide, mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaan, menentukan
dan menghormati batas-batas, serta cara
berkomunikasi dan mendengarkan yang terbuka, langsung dan jujur.
Terdapat beberapa bentuk pelatihan Asertif, yaitu antara lain: 1)
Role playing, yaitu subyek diminta untuk bermain peran
untuk melakukan perilaku komunikasi yang asertif; 2)
Modeling, yaitu subyek melihat contoh perilaku asertif yang
dilakukan oleh orang lain dalam tayangan video; 3)
Social reward and coaching, yaitu subyek diberikan penguatan dengan
memberikan penghargaan terhadap perilaku komunikasi asertif yang dilakukannya.
2.5 Peran promosi kesehatan
a. Metode promosi Kesehatan
Sekolah menjadi salah satu tempat yang bertanggung jawab atas para siswanya
terutama dalam hal kebiasaan hidup sehat. Salah satunya adalah perilaku merokok
pada siswa di sekolah. Fenomena perilaku merokok di sekolah semakin menjadi
dan tentunya memberikan efek negatif bagi siswa tersebut dan orang di sekitarnya.
Oleh karena itu, tenaga pendidik di sekolah berperan sangat penting dalam
7
melakukan promosi kesehatan di sekolah. Salah satunya adalah guru bimbingan dan
konseling (BK).
Layanan yang bisa dimanfaatkan oleh guru BK bagi siswa yang merokok di
sekolah, yaitu layanan konseling perorangan. Metode yang digunakan adalah
mendengarkan cerita siswanya untuk dapat menemukan jalan keluar dari
permasalahan perilaku merokok di sekolah. Salah satu teknik konseling yang dapat
dimanfaatkan adalah sugesti. Guru BK yang memberikan konseling pada siswa
harus menggunakan bahasa yang sederhana, spesifik dan mudah dipahami.
Kemudian, guru BK memberikan sugesti secara positif dan diberikan sentuhan
emosional dengan menggunakan kalimat sekarang.
b. Media promosi Kesehatan
Dengan metode promosi kesehatan yaitu layanan konseling yang digunakan
untuk mengatasi masalah diatas, maka diperlukan media yang mendukung untuk
melaksanakan metode tersebut agar pesan promosi kesehatan yang disampaikan
dalam lebih mudah untuk diterima dan mengurangi kemungkinan munculnya
penghalang atau burrier yang menyebabkan pesan atau informasi dari layanan
bimbingan dan konseling tidak tersampaikan secara tepat dan akurat. Media dapat
membantu konselor atau guru Bimbingan Konseling untuk meminimalisir adanya
distorsi pesan yang mungkin terjadi selama proses komunikasi dan interaksi dengan
siswa untuk mengurangi perilaku merokoknya.
Media yang dapat digunakan adalah video-video peristiwa atau kejadian nyata
yang telah terjadi untuk memberikan contoh kepada siswa tersebut. Sehingga
dengan media tersebut akan mendukung konselor atau guru Bimbingan Konseling
untuk menyampaikan fakta dan cita-cita yang diinginkan terjadi. Namun sebelum
menggunakan media video, dapat pula menggunakan media audio relaksasi untuk
menyertai guru Bimbingan Konseling dengan siswa yang bermasalah selama
membangun kedekatan diawal saat saling berinteraksi dan komunikasi serta dapat
membuat siswa lebih merasa nyaman untuk menerima pesan sehingga dapat
membangun sugesti yang baik dari seorang guru Bimbingan Konseling tersebut
yang sedang berusaha untuk menyelesaikan masalah perilaku kecanduan merokok
pada siswa di sekolah. Dengan demikian, sugesti yang diberikan kepada siswa yang
kecanduan rokok bisa efektif diberikan di saat melaksanakan konseling perorangan
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fungsi psikis pada manusia merujuk pada berbagai kemampuan dan proses mental yang
terjadi di dalam pikiran seseorang. Fungsi-fungsi ini memungkinkan manusia berinteraksi
dengan lingkungan, memproses informasi, berpikir, merasa, dan bertindak. Perilaku merokok
dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan, baik untuk diri sendiri maupun orang di
sekelilingnya. Perilaku merokok selain disebabkan faktor-faktor dari dalam diri, juga
disebabkan faktor lingkungan. Terdapat tiga faktor penyebab perilaku merokok pada remaja,
yaitu kepuasan psikologis, sikap permisif orang tua terhadap perilaku merokok remaja, dan
pengaruh teman sebaya. Sekolah menjadi salah satu tempat yang bertanggung jawab atas para
siswanya terutama dalam hal kebiasaan hidup sehat. Salah satunya adalah perilaku merokok
pada siswa di sekolah. Fenomena perilaku merokok di sekolah semakin menjadi dan tentunya
memberikan efek negatif bagi siswa tersebut dan orang di sekitarnya. Oleh karena itu, tenaga
pendidik di sekolah berperan sangat penting dalam melakukan promosi kesehatan di sekolah.
Salah satunya adalah guru bimbingan dan konseling (BK). Metode yang digunakan adalah
mendengarkan cerita siswanya untuk dapat menemukan jalan keluar dari permasalahan
perilaku merokok di sekolah. Salah satu teknik konseling yang dapat dimanfaatkan adalah
sugesti.
3.2 Saran
Bagi pembaca, makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
terkait dengan pentingnya layanan konseling BK bagi siswa yang merokok di sekolah dan dapat
mengadakan kegiatan sosialisasi anti rokok dalam upaya promosi kesehatan tentang bahaya
merokok bagi kesehatan.
Bagi siswa sekolah yang merokok, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran bahaya
merokok dan mengubah perilaku kebiasaan merokok dengan kegiatan yang lebih positif dan
bermanfaat.
9
DAFTAR PUSTAKA
10