Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PSIKOLOGI KESEHATAN

“FUNGSI PSIKIS PADA MANUSIA”

Dosen Pengampu: Besar Tirto Husodo, S.Sos., M.Kes.

Disusun Oleh:

Kelas 5-PKIP

Kelompok 2

1. Fauzan Makarim Iskandar 25000121140352


2. Hasna Hadaina Husna 25000121120029
3. Najla Ghina Athaya Setiono 25000121140203
4. Nisrina Zahra Hadian 25000121140317
5. Nola Febyanti Sihite 25000121120036
6. Putri Bimbing Basmallah 25000121140076
7. Serena Angelina Saragih 25000121120058
8. Syafi Muthi Sani 25000121140247
9. Thania Syifa Desvina 25000121120054

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga makalah
dengan berjudul Fungsi Psikis Pada Manusia dapat selesai tepat pada waktunya. Shalawat serta
salam kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan
syafaatnya di hari akhir. Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah
Psikologi Kesehatan dari Bapak Besar Tirto Husodo, S.Sos., M.Kes. Selain itu, penyusunan
makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan kepada para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Besar Tirto Husodo, S.Sos., M.Kes
selaku dosen mata kuliah Psikologi Kesehatan. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat
menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketidaksempurnaan
yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran
dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Semarang, 30 Agustus 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

1.1 Latar belakang........................................................................................................ 1

1.2 Rumusan masalah .................................................................................................. 1

1.3 Tujuan.................................................................................................................... 1

BAB II. PEMBAHASAN .................................................................................................... 2

2.1 Fungsi psikis pada manusia .................................................................................... 2

2.2 Analisis masalah berkaitan dengan psikologi kesehatan.......................................... 4

2.3 Penyebab masalah .................................................................................................. 6

2.4 Upaya pencegahan masalah .................................................................................... 6

2.5 Peran promosi kesehatan ........................................................................................ 7

BAB III. PENUTUP ............................................................................................................ 9

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 9

3.2 Saran ...................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Psikologi merupakan sebuah bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan yang
mempelajari tentang perilaku maupun fungsi psikis pada manusia. Selain itu, psikologi juga
mempelajari tentang proses fisiologis yang mendasari perilaku. Para psikolog berusaha
mempelajari peran fungsi mental dalam perilaku individu maupun kelompok. Psikis pada
setiap individu memang sudah seharusnya diperhatikan dan dijaga, karena psikis
merupakan sesuatu yang penting di dalam kehidupan seseorang. Psikis yang sehat
merupakan psikis yang tidak terkena gangguan mental ataupun kejiwaan, sedangkan psikis
yang tidak sehat merupakan psikis yang terkena gangguan-gangguan mental yang tidak
sehat.
Fungsi jiwa adalah suatu bentuk aktivitas kejiwaan yang secara teori tidak berubah di
dalam lingkungan yang berbeda. Fungsi jiwa terdiri dari empat fungsi pokok, yaitu pikiran,
perasaan, pengindraan dan instuisi. Empat fungsi pokok tersebut dapat dibedakan menjadi
dua rasional yang meliputi pikiran dan perasaan, serta dua irasional yang meliputi
pengindraan dan instuisi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu fungsi psikis pada manusia ?
2. Bagaimana fungsi psikis mempengaruhi aktivitas manusia ?
3. Apa itu pemahaman kompetensi terkait dengan fungsi psikis manusia ?
4. Bagaimana implementasi pencegahan permasalahan dalam fungsi psikis manusia ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui fungsi psikis pada manusia
2. Memahami bagaimana fungsi psikis mempengaruhi aktivitas manusia
3. Memiliki pemahaman kompetensi terkait dengan fungsi psikis manusia
4. Memahami implementasi pencegahan permasalahan dalam fungsi psikis manusia

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Fungsi psikis pada manusia


Struktur jiwa manusia terdiri dari dua alam, yaitu alam sadar (kesadaran) dan
alam tidak sadar (ketidaksadaran). Kedua struktur jiwa tersebut tidak hanya saling
mengisi, akan tetapi saling berhubungan secara kompensatoris. Fungsi dari keduanya
adalah untuk penyesuaian, yaitu alam sadar merupakan penyesuaian terhadap dunia
luar, sedangkan alam tak sadar merupakan penyesuaian terhadap dunia dalam (Ely
Manizar, 2016). Batas antara kedua alam tersebut tidak tetap, melainkan dapat berubah-
ubah, artinya luas daerah kesadaran dan ketidaksadaran itu dapat bertambah atau
berkurang.
Fungsi psikis pada manusia merujuk pada berbagai kemampuan dan proses
mental yang terjadi di dalam pikiran seseorang. Fungsi psikis pada manusia mencakup
berbagai aspek mental, emosional, dan psikologis yang mempengaruhi perilaku dan
pengalaman kita sehari-hari. Fungsi-fungsi ini memungkinkan manusia berinteraksi
dengan lingkungan, memproses informasi, berpikir, merasa, dan bertindak. Beberapa
fungsi psikis manusia meliputi:

1. Persepsi

Persepsi dalam psikologi merupakan proses mengetahui atau mengenali


objek dan kejadian objektik dengan bantuan indera. Fungsi persepsi
memungkinkan manusia untuk mengenali dan menginterpretasikan informasi
sensorik dari lingkungan. Hal tersebut melibatkan panca indera seperti
penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan pengecapan.

2. Perhatian

Perhatian adalah kemampuan untuk memusatkan pikiran pada suatu hal


atau tugas tertentu sambil mengabaikan distraksi. Fungsi ini memungkinkan
seseorang untuk fokus pada informasi penting dan menangani tugas-tugas
dengan efektif.

2
3. Memori

Fungsi memori merupakan kemampuan seseorang untuk menyimpan,


mengingat, dan mengambil kembali informasi. Memori jangka pendek (memori
kerja) dan memori jangka panjang akan memainkan peran penting dalam
pembelajaran dan pengambilan keputusan didalam kehidupan sehari-hari.

4. Pemikiran

Pemikiran melibatkan berbagai proses kognitif seperti berpikir kritis,


analisis, sintesis, dan pengambilan keputusan. Fungsi pemikiran
memungkinkan manusia untuk dapat memecahkan masalah, mengembangkan
gagasan, dan merencanakan tindakan di masa depan.

5. Bahasa

Bahasa adalah alat komunikasi utama manusia. Fungsi bahasa


memungkinkan kita untuk berkomunikasi dengan orang lain, mengungkapkan
pemikiran dan perasaan, serta mentransfer informasi secara kompleks.

6. Emosi

Emosi memainkan peran penting dalam memotivasi tindakan,


membentuk hubungan sosial, dan memberikan makna kepada pengalaman.
Fungsi emosi melibatkan reaksi emosional terhadap situasi dan pengalaman
seperti kebahagiaan, kesedihan, kemarahan, kecemasan, dan lain-lain.

7. Motivasi

Motivasi adalah dorongan internal yang mendorong manusia untuk


mencapai tujuan atau kepuasan tertentu. Fungsi ini berkaitan dengan dorongan
internal yang mendorong agar seseorang dapat mencapai tujuan dan ambisi.

8. Kreativitas

Fungsi kreativitas memungkinkan manusia untuk menghasilkan


gagasan, solusi, dan karya seni yang baru. Hal tersebut melibatkan
penggabungan ide-ide yang ada untuk menghasilkan sesuatu yang inovatif.

3
9. Intelektualitas

Intelektualitas melibatkan kemampuan untuk belajar, berpikir abstrak,


menganalisis konsep-konsep kompleks, dan mengembangkan pemahaman
mendalam tentang dunia di sekitar kita.

10. Self-awareness (Pemahaman Diri):

Kemampuan untuk memiliki pemahaman yang reflektif tentang diri


sendiri, termasuk keyakinan, nilai-nilai, tujuan, dan identitas. Kesadaran diri
memainkan peran penting dalam pengembangan pribadi dan pengambilan
keputusan yang bijaksana. Fungsi ini melibatkan kesadaran kita terhadap diri
sendiri, termasuk identitas, nilai-nilai, dan tujuan hidup.

2.2 Analisis masalah berkaitan dengan psikologi kesehatan


Menurut Lewin (Nasution, 2007) mengungkapkan bahwa “Perilaku merokok
merupakan fungsi dari lingkungan dan individu.” Maksud dari pernyataannya tersebut
artinya, perilaku merokok selain disebabkan faktor-faktor dari dalam diri, juga
disebabkan faktor lingkungan. Pendapat lain dikemukakan oleh Laventhal (Nasution,
2007, h. 8) mengatakan bahwa, “Merokok merupakan tahap awal dilakukan dengan
teman-teman (46%), seorang anggota keluarga bukan orang tua (23%), dan orang tua
(14%).” Hal ini juga mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Komasari dan
Helmi (dikutip dalam Nasution, 2007, h. 8) yang mengatakan bahwa, “Ada tiga faktor
penyebab perilaku merokok pada remaja, yaitu kepuasan psikologis, sikap permisif
orang tua terhadap perilaku merokok remaja, dan pengaruh teman sebaya.”
Faktor-faktor lain yang menyebabkan perilaku merokok di kalangan remaja
adalah faktor “coba-coba”. Menurut Oskamp (Nasution, 2007) menyatakan bahwa
setelah mencoba rokok pertama, seorang individu menjadi ketagihan merokok, Faktor
lingkungan sosial. Lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan, dan
perhatian individu pada perokok. Faktor lingkungan bisa terjadi karena Pengaruh
keluarga Menurut Baer dan Corado (Nasution, 2007) mengungkapkan bahwa pengaruh
yang paling kuat adalah bila orang tua sendiri atau salah satu anggota keluarga menjadi
figur contoh yaitu sebagai perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali
untuk mencontohnya. Pengaruh teman. Menurut Mu’tadin (2002) mengatakan bahwa
semakin banyak fakta yang menunjukkan perilaku remaja merokok, maka semakin
besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya.

4
Pengaruh iklan. Menurut Mu’tadin (2002) mengatakan bahwa, “Melihat iklan di media
massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang
kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku
seperti yang ada di dalam iklan tersebut.
Faktor psikologis. Menurut Sarafino (Nasution, 2007) mengatakan bahwa,
“Merokok dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi, menghalau rasa kantuk,
mengakrabkan suasana, sehingga timbul rasa persaudaraan. Bisa terjadi karena
kebiasaaan, reaksi emosi yang positif, reaksi untuk penurunan emosi, alasan sosial,
kecanduan atau ketagihan, Depresi dan stress. Faktor tersebut muncul ketika usia
remaja. dari beberapa faktor tersebut stress terjadi. Dimana usia remaja belum bisa
mengenal apa yang dia lakukan benar atau tidak. Remaja yang mengalami stres ini
sangat mungkin mengembangkan perilaku merokok sebagai suatu cara untuk mengatasi
stres yang mereka hadapi karena kurangnya perkembangan keterampilan menghadapi
masalah secara kompeten dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab
(Santrock, 2002)
Bandura dalam teori social learning berasumsi bahwa perilaku dan sistem nilai
seorang remaja terbentuk oleh sekumpulan interaksi yang kompleks antara hubungan-
hubungan sosial interpersonal. Perilaku bermasalah pada remaja, termasuk merokok,
merupakan hasil interaksi antara variabel interpersonal seperti kepribadian, sikap, dan
perilaku, dengan sistem lingkungan, termasuk lingkungan keluarga dan teman sebaya
(Jessor & Jessor dalam Richardson dkk, 2002). Hal ini sesuai dengan riset yang
dilakukan oleh Koalisi Untuk Indonesia Sehat (KuIS) terhadap 3.040 remaja di Jakarta
yang menghasilkan temuan bahwa perilaku merokok dengan motif meringankan
ketegangan dan stres menempati urutan tertinggi, yakni 54,59 %. Terkadang masalah
yang dihadapinya membuatnya rumit padahal belum tentu serumit itu namun remaja
dapat merasa tenang setelah mengkonsumsi rokok. Remaja yang memiliki tanggung
jawab dan tak mampu menyelesaikan mereka akan mengalami stress. Remaja akan
mengkonsumsi rokok pada saat stress itu muncul. Baginya setelah mengkonsumsi akan
tenang dan merasa masalahnya tidak berat. Menurut Lazarus & Folkman (1986) stres
adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau
kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali
atau melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya. Stress akan membuat remaja
mencoba atau mengkonsumsi rokok untuk membuatnya tenang. Atkinson dkk.
menyatakan bahwa perilaku adalah aktivitas suatu organisme yang dapat dideteksi.

5
Munculnya perilaku dari organisme ini dipengaruhi oleh faktor stimulus yang diterima,
baik stimulus internal maupun stimulus eksternal. Seperti halnya perilaku lain, perilaku
merokok pun muncul karena adanya faktor internal (faktor biologis dan faktor
psikologis, seperti perilaku merokok dilakukan untuk mengurangi stres) dan faktor
eksternal (faktor lingkungan sosial, seperti terpengaruh oleh teman sebaya). Ada
hubungan antara stress dan perilaku merokok yang terjadi pada remaja. Hubungannya
adalah ketika remaja mengalami stress akan mudah untuk memunculkan perilaku
merokok.
2.3 Penyebab masalah
Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan, baik
untuk diri sendiri maupun orang di sekelilingnya. Setiap orang menyadari bahwa
merokok merupakan kebiasaan hidup yang tidak sehat, namun berbeda dengan siswa
di sekolah yang masih berada pada masa remaja. Ada banyak alasan yang
melatarbelakangi perilaku merokok pada remaja. Salah satu nya adalah sebagai cara
untuk bersosialisasi dan menunjukkan kesetiakawanannya kepada teman satu
kelompoknya. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi dan pengetahuan mereka akan
bahaya merokok. Oleh karena itu, Guru BK/Konselor di sekolah merupakan salah satu
pendidik yang memiliki tanggung jawab untuk mengurangi perilaku merokok pada
siswa di sekolah.
2.4 Upaya pencegahan masalah
1. Konselor Sebaya
Konselor sebaya adalah kegiatan antar individu yang bertujuan untuk
memberikan bantuan kepada orang lain yang sebaya agar dapat mengatasi
masalahnya. Kegiatan konselor sebaya dinilai cukup efektif dalam mencegah dan
menurunkan kegiatan merokok. Hal ini karena dengan adanya konselor sebaya,
antar individu dapat saling bertukar pikiran dan juga pengetahuan mengenai rokok.
Berdasarkan penelitian (Kurwiyah 2018) menyebutkan bahwa kegiatan konselor
sebaya efektif menurunkan dan mencegah kegiatan merokok karena responden
merasa nyaman dan cukup puas untuk melakukan konsultasi dengan teman
sebayanya.
2. Diberlakukan KTR (Kawasan Tanpa Rokok) di Lingkungan Sekolah
Pemerintah menerbitkan Peraturan bersama Kementerian Kesehatan dan
Kementerian Dalam Negeri no 7 tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) serta Peraturan Kementerian Pendidikan dan

6
Kebudayaan no 64 tahun 2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan
Sekolah (Ulfa and Damayanti 2021). Dalam pelaksanaan kegiatan KTR diperlukan
kerja sama antara kepala sekolah, guru dan juga beberapa penjaga warung sekolah
untuk bersama-sama menegakkan KTR di lingkungan sekolah. Dengan adanya
KTR di lingkungan sekolah dinilai dapat menurunkan angka perokok dan mencegah
perokok pemula.
3. Psikoedukasi Pencegahan Perilaku Merokok
Solusi yang dilakukan adalah dengan melakukan kegiatan psikoedukasi
pencegahan perilaku merokok dengan cara menayangkan video pencegahan
perilaku merokok, pelatihan komunikasi asertif, menolak ajakan merokok, poster
dan banner pencegahan perilaku merokok.
Menurut Martin Winkler & Gunborg
Palme (dalam Asrowi & Barida, 2013),
keterampilan komunikasi asertif adalah kemampuan dalam mengekspresikan
kebutuhan dan hak, perasaan positif atau negatif tanpa melanggar hak-
hak dan batasan orang lain, mengekspresikan pikiran dan ide
ide, mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaan, menentukan
dan menghormati batas-batas, serta cara
berkomunikasi dan mendengarkan yang terbuka, langsung dan jujur.
Terdapat beberapa bentuk pelatihan Asertif, yaitu antara lain: 1)
Role playing, yaitu subyek diminta untuk bermain peran
untuk melakukan perilaku komunikasi yang asertif; 2)
Modeling, yaitu subyek melihat contoh perilaku asertif yang
dilakukan oleh orang lain dalam tayangan video; 3)
Social reward and coaching, yaitu subyek diberikan penguatan dengan
memberikan penghargaan terhadap perilaku komunikasi asertif yang dilakukannya.
2.5 Peran promosi kesehatan
a. Metode promosi Kesehatan
Sekolah menjadi salah satu tempat yang bertanggung jawab atas para siswanya
terutama dalam hal kebiasaan hidup sehat. Salah satunya adalah perilaku merokok
pada siswa di sekolah. Fenomena perilaku merokok di sekolah semakin menjadi
dan tentunya memberikan efek negatif bagi siswa tersebut dan orang di sekitarnya.
Oleh karena itu, tenaga pendidik di sekolah berperan sangat penting dalam

7
melakukan promosi kesehatan di sekolah. Salah satunya adalah guru bimbingan dan
konseling (BK).
Layanan yang bisa dimanfaatkan oleh guru BK bagi siswa yang merokok di
sekolah, yaitu layanan konseling perorangan. Metode yang digunakan adalah
mendengarkan cerita siswanya untuk dapat menemukan jalan keluar dari
permasalahan perilaku merokok di sekolah. Salah satu teknik konseling yang dapat
dimanfaatkan adalah sugesti. Guru BK yang memberikan konseling pada siswa
harus menggunakan bahasa yang sederhana, spesifik dan mudah dipahami.
Kemudian, guru BK memberikan sugesti secara positif dan diberikan sentuhan
emosional dengan menggunakan kalimat sekarang.
b. Media promosi Kesehatan
Dengan metode promosi kesehatan yaitu layanan konseling yang digunakan
untuk mengatasi masalah diatas, maka diperlukan media yang mendukung untuk
melaksanakan metode tersebut agar pesan promosi kesehatan yang disampaikan
dalam lebih mudah untuk diterima dan mengurangi kemungkinan munculnya
penghalang atau burrier yang menyebabkan pesan atau informasi dari layanan
bimbingan dan konseling tidak tersampaikan secara tepat dan akurat. Media dapat
membantu konselor atau guru Bimbingan Konseling untuk meminimalisir adanya
distorsi pesan yang mungkin terjadi selama proses komunikasi dan interaksi dengan
siswa untuk mengurangi perilaku merokoknya.
Media yang dapat digunakan adalah video-video peristiwa atau kejadian nyata
yang telah terjadi untuk memberikan contoh kepada siswa tersebut. Sehingga
dengan media tersebut akan mendukung konselor atau guru Bimbingan Konseling
untuk menyampaikan fakta dan cita-cita yang diinginkan terjadi. Namun sebelum
menggunakan media video, dapat pula menggunakan media audio relaksasi untuk
menyertai guru Bimbingan Konseling dengan siswa yang bermasalah selama
membangun kedekatan diawal saat saling berinteraksi dan komunikasi serta dapat
membuat siswa lebih merasa nyaman untuk menerima pesan sehingga dapat
membangun sugesti yang baik dari seorang guru Bimbingan Konseling tersebut
yang sedang berusaha untuk menyelesaikan masalah perilaku kecanduan merokok
pada siswa di sekolah. Dengan demikian, sugesti yang diberikan kepada siswa yang
kecanduan rokok bisa efektif diberikan di saat melaksanakan konseling perorangan

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Fungsi psikis pada manusia merujuk pada berbagai kemampuan dan proses mental yang
terjadi di dalam pikiran seseorang. Fungsi-fungsi ini memungkinkan manusia berinteraksi
dengan lingkungan, memproses informasi, berpikir, merasa, dan bertindak. Perilaku merokok
dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan, baik untuk diri sendiri maupun orang di
sekelilingnya. Perilaku merokok selain disebabkan faktor-faktor dari dalam diri, juga
disebabkan faktor lingkungan. Terdapat tiga faktor penyebab perilaku merokok pada remaja,
yaitu kepuasan psikologis, sikap permisif orang tua terhadap perilaku merokok remaja, dan
pengaruh teman sebaya. Sekolah menjadi salah satu tempat yang bertanggung jawab atas para
siswanya terutama dalam hal kebiasaan hidup sehat. Salah satunya adalah perilaku merokok
pada siswa di sekolah. Fenomena perilaku merokok di sekolah semakin menjadi dan tentunya
memberikan efek negatif bagi siswa tersebut dan orang di sekitarnya. Oleh karena itu, tenaga
pendidik di sekolah berperan sangat penting dalam melakukan promosi kesehatan di sekolah.
Salah satunya adalah guru bimbingan dan konseling (BK). Metode yang digunakan adalah
mendengarkan cerita siswanya untuk dapat menemukan jalan keluar dari permasalahan
perilaku merokok di sekolah. Salah satu teknik konseling yang dapat dimanfaatkan adalah
sugesti.

3.2 Saran

Bagi pembaca, makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
terkait dengan pentingnya layanan konseling BK bagi siswa yang merokok di sekolah dan dapat
mengadakan kegiatan sosialisasi anti rokok dalam upaya promosi kesehatan tentang bahaya
merokok bagi kesehatan.

Bagi siswa sekolah yang merokok, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran bahaya
merokok dan mengubah perilaku kebiasaan merokok dengan kegiatan yang lebih positif dan
bermanfaat.

9
DAFTAR PUSTAKA

Hm, E. M. (2016). Mengelola kecerdasan emosi. Tadrib, 2(2), 198-213.

Sutatminingsih R, Zulkarnain I. Psikoedukasi Pencegahan Perilaku Merokok. J Ilm Ilmu


Komun Commun [Internet]. 2022;5(1):114–20. Available from:
https://ejurnal.stikpmedan.ac.id/index.php/JIKQ/article/view/126

10

Anda mungkin juga menyukai