DISUSUN OLEH
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL.......................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
3.1 Kesimpulan..........................................................................................24
3.2 Saran....................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
3. Psikoanalitik adalah metode interpretasi dan penyembuhan
gangguan mental.
1. Struktur Kepribadian
4
Dalam perkembangan lebih lanjut, tingkah laku seseorang tidak
hanya ditentukan oleh fungsi ide dan ego saja, melainkan juga fungsi yang
ketiga yakni super ego,
2. Perkembangan Kepribadian
5
Frued berpendapat bahwa simtom ketergantungan yang paling
ekstrem adalah keinginan kembali ke dalam rahim.
6
d. Tahap laten ( usia 5 – awal pubertas)
7
yang mengalir terus, dan bukan suatu benda yang sudah tidak dapat
berubah lagi, individu merupakan suatu kesatuan potensi yang terus
menerus berubah, dan bukan suatu kumpulan dari sejumlah bagian yang
tetap adanya. Manusia pada hakekatnya dalam proses -on becoming -
tidak pernah selesai, tidak pernah sempurna.
8
ini mengingkari adanya ciri-ciri yang amat penting yang ada pada
manusia dan tidak ada pada mesin atau binatang, seperti kemampuan
memilih, menetapkan tujuan, mencipta. Dalam menanggapi kritik ini,
Skinner (1976) mengatakan bahwa kemampuan-kemampuan itu
sebenarnya terwujud sebagai tingkahlaku juga yang berkembangya tidak
berbeda. Dari tingkahlaku tingkahlaku lainnya.
Semua ciri yang dimiliki oleh manusia harus dapat didekati dan
dianalisis secara ilmiah. Dibandingkan dengan binatang berangkai
manusia adalah binatang yang unuk, yaitu binatang yang bernormal,
tetapi tidak dapat dikatan bahwa manusia itu memiliki moralitas. Yang
disebut sebagai moral itupun mewujud dalam tingkah laku sebagai hasil
belajar berkat pengaruh lingkungan. Pendekatan behavioristik tidaklah
mendehumanisasikan manusia, melainkan justru men-
dehomunkulisasikan manusia, yaitu mengatasi kekerdilan manusia.
Hanya dalam hubungannya dengan lingkungan yang didekati secara
ilmiahlah kekerdilan manusia dapat diatasi dan harkat ke manusiaan
dipertinggi.
9
Setelah mengikuti beberapa pandangan tentang manusia
tersebut di atas dapatlah tarik beberapa pengertian pokok berikut :
2. Dalam diri manusia (individu) ada fungsi yang bersifat rasional yang
bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial individgu.
10
l
11
17
12
Hakikat manusia menurut Pancasila adalah makhluk
monopluralis. Kodrat manusia yang monopluralis tersebut mempunyai ciri-
ciri, antara lain:
(a) Susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga;
(b) Sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial;
(c) Kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk
Tuhan.
13
2.5.1 Konsep Manusia Pancasila
14
Jika Pancasila mendasarkan diri pada hakikat kemanusiaannya
maka artinya bahwa apa-apa yang mutlak daripada manusia itu ialah
terdirinya manusia atas tubuh dan jiwa, serta sifat kodrat merupakan diri
pribadi yang harus hidup bersama , manusia memiliki sifat kodrat sebagai
perseorangan dan sebagai warga hidup bersama atau makhluk sosial,
maka Pancasila juga mencerminkan sisi-sisi tersebut.
Pembeda konsep manusia Pancasila menurut Notonagoro dengan
konsep manusia seimbang antara lain adalah bahwa Notonagoro lebih
mendasarkan diri pada konsep kesatuan.
kodrat manusia demikian tadi yang merupakan kesatuan,
15
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR ISI
Hadi, Hardono, 1996, Jatidiri Manusia Berdasar Filsafat
Organisme Whitehead,
Kanisius, Yogyakarta
-----------, 1996, Hakikat dan Muatan Filsafat Pancasila,
Kanisius, Yogyakarta.
Notonagoro, 1975,Pancasila Secara Ilmiah Populer, \
Pantjuran Tujuh, Yogyakarta
16
17