2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji Syukur senantiasa kami haturkan kepada ALLAH SWT. Yang telah
bmemberikan Rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat Menyusun Makalah ini tepat
waktu. Salawat serta salam senantiasa kami haturkan ke junjungan kita Nabi agung
Muhammad SAW. Yang telah membawa manusia dari zaman jahiliyah menuju xaman
Islamiyah.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka, kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangan yang pembaca temukan pada makalah ini.
Kritik dan saran yang membangun selalu kami harapkan agar kami dapat membuat makalah
yang lebih baik lagi kedepannya.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi Penyusun khusunya dan bagi
para pembaca pada umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Perilaku manusia tidak terjadi secara sporadic (timbul dan hilang disaat-saat
tertentu), tetapi selalu ada kelangsungan antara satu perbuatan dengan perbuatan
lainnya. Misalnya seorang anak masuk sekolah hari ini, akan bersekolah lagi besok
dan bersekolah terus bertahun-tahun untuk akhirnya mempunyai kepandaian
tertentu, mendapat pekerjaan, mempunyai penghasilan, berkeluarga, berketurunan,
dan seterusnya. Pendek kata, prilaku manusia tidak pernah berhenti pada suatu
masa. Dengan demikian, adalah keliru kalau seseorang memandang masa kanak-
kanak atau remaja hanyalah masa yang tak berarti apabila terlewati.Dalam
mempelajari perilaku manusia ,memiliki beberapa pandangan seperti pandangan
psikoanalistik,panadangan humanistic , pandangan behavioristk,pandangan
konvergensi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam teori psikionalisis Fred mengemukakan kesadaran itu adalah sebagian kecil
dari ketidaksadran ibarat seperti gunung es yang terapung di mana bagian yang
muncul ke permukaan air (alam sadar) jauh lebih kecil daripada bagian yang
tenggelam (alam tak sadar). Lebih lanjut, Freud memandang manusia sebagai
makhluk yang deterministik, yaitu sebuah gagasan yang menyebut bahwa kegiatan
manusia pada dasarnya ditentukan kekuatan irasional, kekuatan alam bawah sadar,
dorongan biologis, dan insting pada saat berusia enam tahun pertama
kehidupannya.
2
bergantung pada kecerdasan emosi, kecerdasan sosial, dan kecerdasan spiritualnya.
Kecerdasan emosional mampu melatih kemampuan untuk mengelola perasaannya,
kemampuan untuk memotivasi dirinya, kesanggupan untuk tegar dalam
menghadapi frustasi, kesanggupan mengendalikan dorongan, dan menunda
kepuasan sesaat, mengatur suasana hati yang reaktif, serta mampu berempati dan
bekerja sama dengan orang lain.
Munculnya teori belajar humanistik tidak dapat dilepaskan dari gerakan pendidikan
humanistik yang memfokuskan diri pada hasil afektif, belajar tentang bagaimana
belajar dan belajar untuk meningkatkan kreativitas dan potensi manusia.
Pendekatan humanistik ini sendiri muncul sebagai bentuk ketidaksetujuan pada dua
pandangan sebelumnya, yaitu pandangan psikoanalisis dan behavioristik dalam
menjelaskan tingkah laku manusia Pendekatan ini melihat kejadian yaitu
bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif.
Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para
pendidik yang beraliran humanisme biasanya memfokuskan pengajarannya pada
pembangunan kemampuan positif ini. Kemampuan positif disini erat kaitannya
dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif. Emosi
adalah karakterisitik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran
humanism. Dalam artikel “some educational implications of the Humanistic
1
Halaludin Syahrul Syawal,Psikoanalisis Sigmund Freud dan Impilkasi dalam Pendidikan Jurnal
Pelopor Ilmiah,6(2) 105-107
3
Psychologist” Abraham Maslow mencoba untuk mengkritisi teori Freud dan
behavioristik. Menurut Maslow, yang terpenting dalam melihat manusia adalah
potensi yang dimilikinya. Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan
kepribadian manusia daripada berfokus pada “ketidaknormalan” atau “sakit”
seperti yang dilihat oleh teori psiko analisa Freud. Pendekatan ini melihat kejadian
setelah “sakit” tersebut sembuh, yaitu bagaimana manusia membangun dirinya
untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif, pendidik yang
beraliran humanistik biasanya focus pembelajarannya pada pengembangan potensi
siswa dan hal-hal yang bersifat positif.
Selain itu ada beberapa teori humanistic yang dikemukakan oleh beberapa tokoh
seperti Carl.R,Roger dialah seorang ahli psikologi humanistik yang gagasan-
gagasannya berpengaruh terhadap pikiran dan praktek psikologi di semua bidang,
baik klinis, pendidikan, dan lain-lain. Lebih khusus dalam bidang pendidikan,
Rogers mengutarakan pendapat tentang prinsip-prinsip belajar yang humanistik,
yang meliputi hasrat untuk belajar, belajar yang berarti, belajar tanpa ancaman,
belajar atas inisiatif sendiri, dan belajar untuk perubahan
Menurut Rogers, manusia mempunyai hasrat alami untuk belajar. Hal ini terbukti
dengan tingginya rasa ingin tahu anak apabila diberi kesempatan untuk
mengeksplorasi lingkungan. Dorongan ingin tahu untuk belajar ini merupakan
2
Syarifudin, Teori Humanistik dan Aplikasi dalam Pembelajan di Sekolah , Jurnal Pemikiran dan
Kemanusian,6(1) 108-109
4
asumsi dasar pendidikan humanistik. Di dalam kelas yang humanistik anak-anak
diberi kesempatan dan kebebasan untuk memuaskan dorongan ingin tahunya, untuk
memenuhi minatnya dan untuk menemukan apa yang penting dan berarti tentang
dunia di sekitarnya
Belajar akan mempunyai arti atau makna apabila apa yang dipelajari relevan dengan
kebutuhan dan maksud anak. Artinya, anak akan belajar dengan cepat apabila yang
dipelajari mempunyai arti baginya
Belajar mudah dilakukan dan hasilnya dapat disimpan dengan baik apabila
berlangsung dalam lingkungan yang bebas ancaman. Proses belajar akan berjalan
lancer manakala murid dapat menguji kemampuannya, dapat mencoba
pengalaman-pengalaman baru atau membuat kesalahan-kesalahan tanpa mendapat
kecaman yang bisaanya menyinggung perasaan
Belajar akan paling bermakna apabila hal itu dilakukan atas inisiatif sendiri dan
melibatkan perasaan dan pikiran si pelajar. Mampu memilih arah belajarnya sendiri
sangatlah memberikan motivasi dan mengulurkan kesempatan kepada murid untuk
“belajar bagaimana caranya belajar” (to learn how to learn ). Tidaklah perlu
diragukan bahwa menguasai bahan pelajaran itu penting, akan tetapi tidak lebih
penting daripada memperoleh kecakapan untuk mencari sumber, merumuskan
masalah, menguji hipotesis atau asumsi, dan menilai hasil. Belajar atas inisiatif
sendiri memusatkan perhatian murid baik pada proses maupun hasil belajar
5. Belajar Perubahan
Prinsip terakhir yang dikemukakan oleh Rogers ialah bahwa belajar yang paling
bermanfaat ialah bejar tentang proses belajar. Menurut Rogers, di waktu-waktu
yang lampau murid belajar mengenai fakta-fakta dan gagasan-gagasan yang statis.
Waktu itu dunia lambat brerubah, dan apa yang diperoleh di sekolah sudah
5
dipandang cukup untuk memenuhi tuntutan zaman. Saat ini perubahan merupakan
fakta hidup yang sentral. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi selalu maju dan melaju.
Apa yang dipelajari di masa lalu tidak dapat membekali orang untuk hidup dan
berfungsi baik di masa kini dan masa yang akan dating. Dengan demikian, yang
dibutuhkan saat ini adalah orang yang mampu belajar di lingkungan yang sedang
berubah dan akan terus berubah3
Behaviorisme adalah suatu aliran dalam ilmu psikologi yang menekankan bahwa
perilaku manusia dapat dipahami melalui pengamatan perilaku yang dapat diukur
secara obyektif. Mereka berpendapat bahwa perilaku manusia terbentuk dan
dipengaruhi oleh rangsangan dari luar dan respon individu terhadap rangsangan
tersebut. Behaviorisme cenderung fokus pada perilaku yang dapat diukur dan
diamati secara eksternal, tanpa memperhatikan proses mental internal atau keadaan
emosional subjektif secara langsung. Namun, ini tidak berarti bahwa behaviorisme
sepenuhnya mengabaikan atau menolak keberadaan proses mental internal.
S R atau S O R
: S = stimulus (rangsangan); R = Respons (perilaku,aktivitas) dan 0 = organisme
(individu/manusia) (Ukikuki).
3
Ratna S, yif’a Rachmahana, Psikologi Humanistik dan Aplikasinya dalam Pendidikan ,jurnal
Pendidikani islam,1(1) 101-102
6
1. Lingkungan Objektif (segala sesuatu yang dapat dideteksi oleh panca indra
contoh: Cahaya, suara, benda-benda fisik, dll).
2.3.2. Pengondisian
Behaviorisme menekankan pentingnya proses pengondisian dalam membentuk
perilaku. Ada dua jenis pengondisian utama:
7
2.3.3. Reinforcement dan Punishment
Dalam behaviorisme, reinforcement (penguatan) dan punishment (hukuman)
adalah dua konsep kunci dalam membentuk dan mengubah perilaku.
8
1. Hukuman fisik: Jika seorang anak berperilaku kasar, orang tua mungkin
memberikan hukuman fisik sebagai konsekuensi, seperti penamparan atau
menarik telinga.
2. Pemotongan gaji: Jika seorang karyawan melanggar aturan perusahaan,
perusahaan dapat memberikan denda atau mengurangi gaji sebagai hukuman.
2.3.4.1. Generalisasi
generalisasi dalam konteks behaviorisme adalah ketika respon yang telah dipelajari
terhadap suatu stimulus tertentu juga terjadi terhadap stimulus yang mirip namun
berbeda secara umum. Dalam kasus ini, respons yang sama atau serupa diberikan
terhadap rangkaian stimulus yang memiliki karakteristik yang serupa.
1. Anjing dan Lonceng: Dalam eksperimen klasik Ivan Pavlov dengan anjing,
bel yang berbunyi sebelum memberi makanan kepada anjing mengakibatkan
anjing mulai mengeluarkan air liur. Setelah kondisi ini terbentuk, anjing
mungkin juga mulai mengeluarkan air liur ketika mendengar bunyi bel yang
9
serupa, meskipun berbeda dari bel asli. Ini adalah contoh dari generalisasi
stimulus.
2. Rasa Takut terhadap Kucing: Misalkan seorang anak kecil mengalami
kejadian yang menakutkan dengan seekor kucing hitam. Karena pengalaman
itu, anak tersebut mungkin mengembangkan rasa takut terhadap semua jenis
kucing, tidak hanya kucing hitam. Ini adalah contoh dari generalisasi respons.
3. Pengenalan Warna: Seorang anak mungkin belajar mengidentifikasi warna
biru pada awalnya, dan kemudian secara otomatis mengenali warna biru muda
atau biru tua sebagai biru juga. Ini adalah contoh dari generalisasi dalam
konteks persepsi warna.
4. Fobia terhadap Ketinggian: Jika seseorang memiliki fobia terhadap
ketinggian setelah mengalami kejadian yang menakutkan di gedung tinggi,
mereka mungkin juga mengalami kecemasan yang sama di tempat-tempat
tinggi lainnya, seperti jembatan tinggi atau pegunungan.
Dalam semua contoh di atas, terlihat bahwa respons atau asosiasi yang awalnya
terbentuk terhadap stimulus tertentu (seperti lonceng, kucing hitam, warna biru,
atau ketinggian) dapat juga terjadi terhadap stimulus yang mirip namun berbeda.
Hal ini menunjukkan bahwa proses generalisasi adalah komponen penting dalam
pembentukan dan pemeliharaan perilaku yang dipelajari.
2.3.4.1. Diskriminasi
Dalam kasus manusia, penggunaan lampu lalu lintas sebagai diskriminatif stimulus
juga merupakan contoh diskriminasi dalam perilaku sehari-hari. Orang belajar
untuk merespons berbeda terhadap warna lampu lalu lintas yang berbeda.
10
Penting untuk diingat bahwa diskriminasi dalam behaviorisme berkaitan dengan
kemampuan individu untuk membedakan stimulus dan meresponsnya dengan cara
yang sesuai, dan bukan merujuk pada konsep diskriminasi sosial atau diskriminasi
berbasis ras, jenis kelamin, atau faktor-faktor lain di luar lingkup teori perilaku.
2.3.5. Eksternalisme
Behaviorisme cenderung bersifat eksternalis, artinya memfokuskan pada faktor
lingkungan eksternal yang mempengaruhi perilaku, dan tidak mempertimbangkan
proses mental internal. Namun, ini tidak berarti bahwa behaviorisme sepenuhnya
mengabaikan atau menolak keberadaan proses mental internal.
11
2.4.1. Interdisiplinaritas
Pendekatan konvergensi mengedepankan kolaborasi antara berbagai disiplin ilmu.
Misalnya, menggabungkan pengetahuan dari biologi, psikologi, dan neurosains
untuk memahami hubungan antara struktur otak, proses kognitif, dan perilaku
manusia.
12
Pendekatan konvergensi ini dapat membantu mengatasi batasan dari pendekatan
tunggal atau terpisah dalam memahami perilaku manusia. Dengan menggabungkan
berbagai perspektif ilmiah, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih holistik
tentang kompleksitas manusia sebagai makhluk sosial dan biologis.
Neuroekonomi:
13
Penelitian tentang Kepemimpinan Organisasi:
14
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Telah kita bahas empat pendekatan dalam psikologi sosial. Yang dimaksud
dengan pendekatan adalah sebuah metode atau sudut pandang dalam melihat
sesuatu. Dalam teori psikionalisis Fred mengemukakan kesadaran itu adalah
sebagian kecil dari ketidaksadran ibarat seperti gunung es yang terapung di mana
bagian yang muncul ke permukaan air (alam sadar) jauh lebih kecil daripada bagian
yang tenggelam (alam tak sadar). Pendekatan Humanistik melihat kejadian yaitu
bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif.
Behaviorisme adalah suatu aliran dalam ilmu psikologi yang menekankan bahwa
perilaku manusia dapat dipahami melalui pengamatan perilaku yang dapat diukur
secara obyektif. Sedangkan, Pandangan konvergensi tentang mekanisme perilaku
manusia mencakup ide bahwa berbagai bidang ilmu, seperti psikologi, biologi,
antropologi, sosiologi, dan neurosains, semakin mendekati pemahaman bersama
tentang dasar-dasar perilaku manusia.
15
DAFTAR PUSTAKA
16