Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL PENELITIAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Negara Indonesia. Derajat kesehatan

anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi

penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam

meneruskan pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut, masalah

kesehatan anak diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan

bangsa (Hidayat, 2009).

Kesehatan anak merupakan tanggung jawab keluarga terutama orang tua.

Anak sebagai generasi penerus bangsa perlu diperhatikan kesehatannya sejak dini

terutama yang berhubungan dengan penyakit endemis diare (Hidayat, 2008). Di

Indonesia kejadian diare masih menjadi masalah kesehatan terutama daerah

pedesaan dan daerah kumuh perkotaan (Pertiwi, dkk, 2013). Menurut data Riset

Kesehatan Dasar Daerah (Riskesdas) tahun 2013 prevalensi kejadian diare 3,5 %

untuk seluruh kelompok umur dan paling banyak terjadi pada anak. Faktor yang

memengaruhi kejadian diare diantaranya sanitasi yang buruk, rendahnya tingkat

kesadaran akan kebersihan, daya tahan tubuh anak yang rendah, iklim tropis,

kondisi sosial ekonomi yang rendah, serta kepadatan penduduk (Kemenkes RI,

2016).

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang


masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen

Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada

tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi

374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun

2010 menjadi 411/1000

penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan

CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan

jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi

KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100

orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan

dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.)

(Kementerian Kesehatan RI, 2011). Sedangkan kasus diare di Kabupaten Sumba

Timur berdasarkan data BPS Provinsi Nusa tenggara Timur sebanyak 7910 kasus

(https://ntt.bps.go.id). Berdasarkan diagnosis oleh Tenaga kesehatan, Prevalensi

Diare Kabupaten Sumba Timur adalah 6.49%, dimana kelompok umur 5-14 tahun

sebesar 4.84% (Riskesdas, 2018).

Orang tua sangat berperan penting dalam menangani anak yang mengalami

diare dan melihat dampak yang ditimbulkan dari diare sangat berbahaya yang

dapat mengganggu proses tumbuh kembang anak, maka penulis

sangat tertarik untuk meneliti “Gambaran Perilaku Orang Tua Terhadap

Penanganan Diare pada Anak Sekolah Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas

Kanatang Kabupaten Sumba Timur”.


1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah

penelitian, yaitu: “Bagaimana Gambaran Perilaku Orang Tua Terhadap

Penanganan

Diare pada Anak Sekolah Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Kanatang

Kabupaten Sumba Timur”

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui Gambaran Perilaku Orang Tua Terhadap Penanganan

Diare pada Anak Sekolah Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas

Kanatang Kabupaten Sumba Timur.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain :

a. Mengetahui gambaran perilaku orang tua terhadap penanganan diare

pada anak Sekolah Dasar dalam mecegah terjadinya dehidrasi.

b. Mengetahui gambaran perilaku orang tua terhadap penanganan diare

pada anak sekolah dasar dalam mempercepat kesembuhan.

c. Mengetahui gambaran perilaku orang tua terhadap penanganan diare

pada anak sekolah dasar dalam memberi makanan.


1.4. Manfaat Penelitian

a. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian terkait

gambaran perilaku orang tua terhadap penanganan diare pada anak

sekolah dasar dan hasil dapat dipergunakan sebagai bahan rujukan dalam

penelitian.

b. Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi

bagi tenaga kesehatan khususnya perawat terkait dengan perilaku ibu

dalam penanganan diare terutama untuk penangan diare pada anak

sekolah dasar.

c. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi perkembangan

ilmu pengetahuan khususnya keperawatan dalam menambah wawasan

tentang gambaran perilaku orang tua terhadap penanganan diare pada

anak sekolah dasar.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan ataupun

referensi untuk mengembangkan penelitian terkait gambaran perilaku ibu

terhadap penanganan diare pada anak sekolah dasar.


e. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan pada

masyarakat tentang penanganan diare pada anak sekolah dasar khususnya

mengatasi terjadinya dehidrasi, mempercepat kesembuhan, dan memberi

makanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Tentang Penyakit Diare

2.1.1. Pengertian Diare

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi

buang air besar lebih dari biasanya ( 3 kali atau lebih dalam sehari) yang

disertai perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja penderita (Amiruddin,

2007)

Diare digolongkan dalam tiga jenis yaitu :

a. Diare cair akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari

(umumnya kurang dari tujuh hari), dengan mengeluarkan tinja yang

lunak dan cair yang sering dan tanpa darah.akibat diare akut adalah

dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian

bagi penderita diare.

b. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya, akibat disentri

adalah anoreksia penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinan

terjadinya komplikasi pada mukosa.

c. Diare persisten, yaitu diare yang mula-mula bersifat akut, namun

berlangsung lebih dari 14 hari terus-menerus, akibatnya adalah

penurunan berat badan dan gangguan metabolisme (Depkes RI, 1998).

d. Diare dengan masalah lain, Anak yang menderita diare (diare akut dan

diare persisten) mungkin juga disertai dengan penyakit lain seperti

demam, gangguan gizi dan penyakit lainnya.


2.1.2. Penyebab Diare

Secara klinis statis penyebab diare dapat dikelompokkan

dalam enam besar, tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun

di klinis yaitu diare yang disebabkan oleh infeksi dan keracunan (Depkes

RI, 1998)

a. Faktor infeksi

Infeksi bakteri :Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella dan

sebagainya. Infeksi Virus :Entrovirus. Infeksi parasit : Cacing.

b. Faktor Malabsorbsi : malabsobrsi karbohidrat disakarida.

c. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

d. Faktor alergi terhadap makanan

e. Imunodefisiensi, misalnya sesudah infeksi virus (seperti penyakit

campak)

f. Sebab lain : kurangnya penyediaan air bersih, pemberian

makanan pendamping air susu ibu yang tidak sesuai, dan pengetahuan

ibu.

2.1.3. Gejala Diare

Gejala diare atau menceret adalah tinja yang encer atau cair

dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai;

muntah, badan lemah, suhu badan meningkat serta kotoran penderita

kadang- kadang disertai lendir atau darah. Selain gejala tersebut

penderita diare dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta

nyeri otot atau kejang (Nadhiro, 2009)


Sedangkan gejala diare pada balita:

a. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu badan meninggi.

b. Tinja encer kadang-kadang berlendir dan berdarah.

c. Gangguan gizi, akibat asupan makanan yang kurang.

d. Kadang-kadang disertai muntah.

e. Hipoglikemia/ penurunan kadar gula darah.

f. Dehidrasi/ kekurangan cairan.

2.1.4. Cara penularan

Adapun cara penularan penyakit diare sebagai berikut ;

a. Kontaminasi makanan atau air tinja dan muntahan penderita yang

mengandung kuman penyebab

b. Kuman atau kotoran dapat langsung ditularkan pada orang lain

apabila melekat pada tangan dan kemudian dimasukan atau dipakai

untuk memegang makanan

c. Dari makanan bayi dan makanan tambahan yang

terkontaminasi. Ditempat perawatan bayi, penularan dapat terjadi

melalui alat-alat dan tangan yang terkontaminasi jika kebiasaan

mencuci tangan yang benar di abaikan.(Nyoman, 2000).

2.1.5. Epidemiologi Penyakit Diare

a. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare

Terdapat beberapa perilaku sebagai penyebab penyebaran kuman

penyakit yang dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit diare

yaitu :
1) Tidak memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara terus menerus

selama 4 sampai 6 bulan pertama kehidupan. Pada bayi yang tidak

diberi ASI, risiko untuk menderita diare lebih besar dari pada bayi

yang diberi ASI penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi

berat.

2) Menggunakan botol dalam memberikan susu pada bayi,

karena botol susah dibersihkan sehingga mudah tercemar oleh

kuman penyakit.

3) Menggunakan air minum yang sudah tercemar, air kemungkinan

sudah tercemar dari sumbernya atau disimpan di rumah

pencemaran dirumah dapat terjadi kalau tempat penyimpanan

tidak tertutup atau tangan yang tercemar menyentuh air saat

mengambil air dari tempat penyimpanan.

4) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah

membuang tinja anak atau sebelum makan dan 10tatis makan

anak.

5) Tidak membuang tinja (termasuk tinja anak) dengan benar.

b. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare.

Beberapa faktor penjamu dapat meningkatkan kejadian

diare, beratnya penyakit dan lamanya diare. Faktor faktor tersebut

adalah :

1) Tidak memberikan air susu ibu (ASI) sampai umur dua tahun.

ASI mengandung antibody yang dapat melindungi anak terhadap


berbagai kuman penyebab diare seperti : Shigella dan vibrio

cholera.
2) Kurang gizi, Resiko kematian karena diare meningkat pada

anak yang mengalami gangguan gizi, terutama pada anak dengan

gizi buruk.

c. Faktor Lingkungan dan Perilaku

Faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku

manusia, apabila 11tatis lingkungan tidak sehat karena tercemar

kuman diare serta terakumulasi dengan perilaku manusia yang

tidak sehat pula yaitu melalui makanan yang tidak sehat, maka

dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.

2.1.6. Pencegahan Diare

Usaha agar tidak terserang penyakit diare, maka upaya yang dilakukan

adalah:

a. Menkonsumsi makanan matang yang baru dimasak serta makanan

disimpan di tempat yang tertutup supaya terhindar dari lalat dan

11tatis lain

b. Bersihkan wadah yang digunakan untuk mengumpulkan dan

menyimpan air minum setiap hari.

c. Buang air besar di tempat khusus (jamban)

d. Segeralah cuci baju yang terkena tinja anak dengan air hangat

e. Makan makanan yang bergizi dan hindari pemberian susu botol

Menurut Noor (2002) ada lima pokok tingkatan pencegahan

penyakit meliputi
1) Pengkondisian awal (health promotion)

Pencegahan tingkat dasar (primordial prevention) adalah

usaha untuk mencegah terjadinya risiko atau mempertahankan

keadaan resiko rendah dalam masyarakat terhadap penyakit secara

umum.Pencegahan ini meliputi usaha memelihara dan

mempertahankan kebiasaan atau pola hidup yang sudah ada

dalam masyarakat yang dapat mencegah meningkatnya resiko

terhadap penyakit dengan melestarikan pola atau kebiasaan hidup

sehat. Misalnya memelihara cara makan anak balita yang kurang

mengkonsumsi hewan dan lemak juga mengkonsumsi sayuran,

dalam hal mempertahankan tingkat risiko rendah terhadap berbagai

penyakit menular.

2) Perlindungan khusus (12tatisti protection)

Melindungi terhadap penularan penyakit diare dapat

dilakukan melalui usaha mengatasi atau mengontrol berbagai

12tatis risiko (risk factors) dengan sasaran utamanya orang sehat

melalui usaha peningkatan derajat kesehatan secara umum

(promosi kesehatan) serta usaha pencegahan khusus terhadap

penyakit tertentu. Pencegahan tingkat pertama tersebut didasarkan

pada hubungan interaksi antara penjamu(host), penyebab (agent)

dan lingkungan serta proses kejadian penyakit.


Ada dua macam strategi pokok dalam usaha pencegahan yakni :

a) Strategi dengan sasaran populasi secara keseluruhan

b) Strategi dengan sasaran hanya terbatas pada kelompok risiko

tinggi ( high risk groups)

Strategi pertama mempunyai sasaran lebih luas sehingga

lebih radikal sifatnya, memiliki potensi yang besar pada populasi

dan sangat sesuai untuk sasaran perilaku. Pada strategi kedua,

sangat mudah diterapkan secara individual, motivasi subjek dan

pelaksanaan cukup baik. Tetapi juga memiliki kelemahan antara lain

sulit memilih kelompok dengan risiko tinggi, efeknya sangat

rendah dan hanya bersifat temporer dan kurang sesuai untuk

sasaran perilaku.

Sasaran ditujukan pada lingkungan, maka sasarannya dapat

ditujukan pada lingkungan fisik seperti pengadaan air dan jamban.

Juga pemberantasan serangga. Sasaran pencegahan tingkat pertama

ini dapat pula ditujukan pada faktor penjamu seperti perbaikan gizi,

pemberian imunisasi, serta peningkatan ketahanan fisik balita.

3) Pencegahan dini dan pengobatan tepat (early diagnosis and

prompt treatment)

Menurut Noor (2002), diagnosis dan pengobatan dini

merupakan upaya pencegahan penyakit tahap II. Sasaran pada

tahap ini yaitu bagi mereka yang menderita penyakit atau

terancam akan menderita suatu penyakit. Tujuan pada


pencegahan ini adalah melakukan pengobatan dan perawatan

penderita diare sehingga cepat mengalami pemulihan atau

sembuh dari penyakitnya

4) Membatasi kecacatan (disability limitation)

Upaya pencegahan tahap III dengan tujuan untuk

mencegah terjadinya kecacatan dan kematian karena suatu

penyakit.Pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention)

merupakan pencegahan dengan sasaran utamanya adalah

penderita penyakit tertentu, dalam usaha mencegah bertambah

beratnya penyakit atau mencegah terjadinya cacat serta

program rehabilitasi. Adapun tujuan utamanya adalah mencegah

proses penyakit lebih lanjut, seperti pengobatan dan

perawatan khusus pada penderita diare serta mencegah

terjadinya cacat maupun kematian karena penyebab tertentu.

5) Rehabilitasi (rehabilitation)

Serangkaian dari tahap pemberantasan kecacatan

(disability limitation) dengan tujuan untuk berusaha

mengembalikan fungsi fisik, psikologis dan 14tatis (Noor, 2002).

2.1.7. Penanggulangan Diare

a. Penanggulangan diare dengan dehidrasi dapat dilakukan dengan

mengembalikan keseimbangan cairan dalam tubuh dengan

mengkonsumsi cairan 14tatist yaitu oralit atau dengan banyak minum air

yang mengandung larutan gula garam.


b. Memberikan makanan selama serangan diare adalah untuk

memperbaiki kebutuhan gizi pada penderita terutama anak agar tetap kuat

dan tumbuh serta berat badan tidak berkurang. Setelah diare berhenti,

pemberian ekstra makanan diteruskan selama dua minggu untuk

membantu pemulihan berat badan anak (Depkes RI, 2003).


BAB III
METODE PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai