Anda di halaman 1dari 8

PERBEDAAN SIKLUS MENSTRUASI ANTARA IBU YANG MENGGUNAKAN ALAT

KONTRASEPSI IUD HORMONAL DENGAN KONTRASEPSI SUNTIK DEPO PROVERA


DI PUSKESMAS JAGIR SURABAYA PERIODE DESEMBER 2017

Nur Lazimatul Nazivah


Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya
E-mail: nlnazivah@gmail.com

ABSTRAK

Menstruasi adalah pengeluaran darah, mukus, dan debris sel dari mukosa uterus
disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium secara periodik dan siklik, yang dimulai sekitar
14 hari setelah ovulasi. Siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi
sampai datangnya menstruasi periode berikutnya sedangkan panjang siklus menstruasi
adalah jarak antara yang lalu dengan mulainya mentruasi berikutnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan siklus menstruasi antara ibu
yang menggunakan alat kontrasepsi IUD hormonal dengan kontrasepsi suntik depo provera
di Puskesmas Jagir Surabaya Periode Desember 2017.

Desain penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik. Desain penelitian


yang digunakan adalah cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang
memakai kontrasepsi IUD hormonal dan kontrasepsi suntik depo provera pada tahun 2017,
dengan jumlah sampel sebanyak 58 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu.

Hasil uji Phi Cramer’s V menunjukkan tidak didapatkan perbedaan yang berarti
sehingga nilai H0 diterima, terbukti dengan nilai Sig. = 0,060 (> 0,05).

Kata kunci: Alat Kotransepsi IUD Hormonal, Kontrasepsi Suntik Depo Provera, Siklus
Menstruasi

ABSTRACT

Menstruation is the expulsion of blood, mucus, and cell debris from the uterine mucosa
with periodic and cyclic descending of the endometrium, which begins about 14 days after
ovulation. The menstrual cycle is the time since the first day of menstruation until the next
menstrual period occurs while the length of the menstrual cycle is the distance between the
past with the onset of subsequent menstruation.

This study aims to determine the difference of menstrual cycle between mothers using
IUD hormonal contraception and depo provera contraception at Puskesmas Jagir Surabaya
on 2017.

The design of this study is an observational analytic study. The research design used
was cross sectional. The population in this study were mothers who used IUD hormonal
contraception depo provera contraception in 2017, with a sample size of 58 people. Sampling
technique used in this research is purposive sampling that is sample determination technique
with certain consideration.

Phi Cramer's V test results showed no significant difference so that the value of H0
accepted, as evidenced by the value of Sig. = 0.060 (> 0.05).

Keywords: IUD Hormonal contraception, Provera Depo Injection, Menstrual Cycle

PENDAHULUAN
Masalah kependudukan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara baik
di negara maju maupun di negera berkembang termasuk Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari
pertumbuhan jumlah penduduk dunia yang sangat pesat dengan laju pertumbuhan yang
tinggi. Untuk menekan laju pertumbuhan penduduk, pemerintah Indonesia menerapkan
Program Keluarga Berencana (KB). Keluarga berencana merupakan usaha untuk
menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan
kontrasepsi (Suryati, 2013).

Pengendalian jumlah penduduk dilakukan melalui Program Keluarga Berencana (KB).


Program KB dilakukan untuk menjarangkan, menunda dan menghentikan kehamilan atau
kesuburan. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan
konsepsi berarti pertemuan antar sel telur yang matang dengan sel sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Jadi pengertian kontrasepsi adalah menghindar atau mencegah
terjadinya kehamilan akibat perkawinan sel telur yang matang dengan sel sperma (BKKBN,
2005).

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang
paling dasar dan utama bagi perempuan, meskipun tidak selalu diakui demikian. Peningkatan
dan perluasan pelayanan KB merupakan salah satu usaha menurunkan angka kesakitan dan
kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan dan melahirkan (Ikhwani Ratna &
Irdayati, 2012).

Upaya langsung menurunkan tingkat kelahiran dilaksanakan melalui program KB,


yaitu mengajak pasangan usia subur yang berusia sekitar 15-45 tahun agar memakai alat
kontrasepsi. Jumlah pasangan usia subur yang memakai alat kontrasepsi terus ditingkatkan.
Sedangkan jenis alat kontrasepsi yang dipakai pasangan usia subur ditingkatkan kepada yang
lebih efektif yaitu yang mempunyai pencegahan kehamilan yang lebih lama ( Dewi Murdiyanti
PP dan Inda Meilaning Putri, 2007).

Dengan semakin berkembangnya program KB yang dicanangkan oleh pemerintah,


alat kontrasepsi pun semakin berkembang. Berbagai pilihan alat kontrasepsi ditawarkan
kepada masyarakat. Dari mulai yang sederhana sampai yang permanen atau mantap, yaitu
mulai pil, suntik dan Intra Uterine Device (IUD). Ada jenis kontrasepsi lain, yaitu vasektomi
untuk pria dan tubektomi untuk wanita. Namun 2 jenis alat kontrasepsi ini masih jarang dipilih
oleh masyarakat, sebab dengan memilih alat kontrasepsi mantap tersebut maka seseorang
tidak bisa lagi memiliki anak ( Dewi Murdiyanti PP dan Inda Meilaning Putri, 2007).

Hasil survey peserta KB aktif di Indonesia sampai dengan bulan Desember 2010
menunjukkan kontrasepsi suntik masih menjadi pilihan utama para Pasangan Usia Subur
(PUS) di Indonesia dengan presentase sebesar 50,20 %, disusul oleh kontrasepsi pil 28,30
%, kondom 8,70 %, implant 7,30 %, IUD 4,30 %, MOW 1,00 % dan MOP 0,20 % (BKKBN,
2011).

KB IUD dan suntikan mempunyai permasalahan atau efek samping. Efek samping
yang paling utama adalah gangguan pola haidnya. Pemakai KB IUD, baik “cooper T” atau
jenis lainnya sering mengalami perubahan pada pola haidnya. Lama haidnya menjadi lebih
panjang (beberapa diantaranya didahului dan diakhiri oleh perdarahan bercak dulu). Jumlah
haid menjadi lebih banyak dan datangnya haid (siklus) menjadi lebih pendek, sehingga
seakan-akan haidnya datang 2 kali dalam kurun waktu 1 bulan (30 hari). Panjang siklus
bervariasi dari 23 hari atau kurang untuk siklus pendek dan perubahan dari 35 hari untuk
siklus panjang (Hartanto, 2003).

Pada pemakaian KB suntik mengalami beberapa permasalahan, yaitu gangguan pola


haid, kenaikan berat badan dan sakit kepala. Gangguan pola haid yang terjadi tergantung
pemakaian. Gangguan pola haid yang terjadi seperti perdarahan bercak, perdarahan
irreguler, amenore dan perubahan dalam frekuensi, lama dan jumlah darah hilang (Hartanto,
2003).

Berdasarkan penjabaran di atas, maka penelitian ini ditujukan untuk mengetahui


perbedaan siklus menstruasi antara ibu yang menggunakan alat kontrasepsi IUD hormonal
dengan kontrasepsi suntik depo provera di Puskesmas Jagir Surabaya.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang dipilih pada penelitian ini adalah desain penelitian observasi analitik
karena menggunakan uji statistik untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan siklus
mentruasi antara ibu yang menggunakan alat kontrasepsi IUD hormonal dengan kontrasepsi
suntik depo provera. Rancangan penelitian ini menggunakan studi cross sectional yaitu
penelitian yang dilakukan dengan mengukur beberapa variabel pada satu waktu pada bulan
Desember 2017 dan hanya satu kali pada saat penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan
memberikan kuantitatif kepada responden yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan
secara langsung. Populasi penelitian ini merupakan Ibu yang memakai kontrasepsi IUD
hormonal dan kontrasepsi suntik depo provera. Dalam penelitian ini sampel di ambil dengan
metode sampling jenuh atau sensus atau biasa disebut dengan metode total sampling
didasarkan pada suatu pertimbangan yaitu kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah sampel yang
digunakan dalam disain cross sectional sebagai responden pada penelitian ini adalah 58
responden di Puskesmas Jagir Surabaya periode Desember 2017.

HASIL PENELITIAN

Dari penelitian yang telah dilakukan pada Desember 2017 di Puskesmas Jagir
Surabaya sejumlah 58 responden dengan usia 20 tahun sebanyak 1 responden (1,7 %), usia
21 tahun sebanyak 1 responden (1,7 %), usia 21 tahun sebanyak 1 responden (1,7 %), usia
22 tahun sebanyak 5 responden (8,6 %), usia 23 tahun sebanyak 6 responden (10,3 %), usia
24 tahun sebanyak 1 responden (1,7 %), usia 25 tahun sebanyak 6 responden (10,3 %), usia
27 tahun sebanyak 3 responden (5,2 %), usia 28 tahun sebanyak 6 responden (10,3 %), usia
29 tahun sebanyak 5 responden (8,6 %), usia 30 tahun sebanyak 2 responden (3,4 %), usia
31 tahun sebanyak 4 responden (6,9 %), usia 32 tahun sebanyak 4 responden (6,9 %), usia
34 tahun sebanyak 5 responden (8,6 %), usia 35 tahun sebanyak 4 responden (6,9 %), usia
37 tahun sebanyak 3 responden (5,2 %) dan usia 38 tahun sebanyak 2 responden (3,4%).
Berdasarkan tingkat pendidikan akhir SD sebanyak 12 responden (20,7 %), SMP sebanyak
11 responden (19,0 %), SMA sebanyak 25 responden (43,1 %), Diploma sebanyak 2
responden (3,4 %) dan Sarjana sebanyak 8 responden (13,8 %). Berdasarkan lama waktu
haid didapatkan <3 hari sebanyak 17 responden (29,3 %), 3 - 7 hari sebanyak 33 responden
(56,9%) dan >7 hari sebanyak 8 responden (13,8 %). Berdasarkan tentang keteraturan haid
yang didapat setiap bulan diperoleh data teratur dengan 40 responden (69,0 %) dan tidak
teratur 18 responden (31,0 %). Berdasarkan banyaknya haid yang dilihat dari banyaknya
pergantian pembalut didapatkan 1x ganti dengan 10 responden (17,2 %), 2x ganti dengan 8
responden (13,8 %), 3x ganti dengan 37 responden (63,8 %) dan >3x ganti dengan 3
responden (5,2 %). Berdasarkan analisa data berdasarkan jenis kontrasepsi dengan siklus
haid bahwa nilai hitung statistik pada penelitian yang dilakukan pada bulan Desember 2017
adalah p >α (0,05) yaitu p = 0,090 yang ternyata > 0,05, hasil analisis menyebutkan bahwa
H0 diterima. Dimana H0 adalah tidak ada perbedaan siklus menstruasi antara ibu yang
menggunakan alat kontrasepsi IUD hormonal dengan kontrasepsi suntik depo provera.
Berdasarkan analisa data jenis kontrasepsi dengan keteraturan haid bahwa nilai hitung
statistik pada penelitian yang dilakukan pada bulan Desember 2017 diperoleh hasil p>α (0,05)
yaitu p = 0,060 sehingga nilai uji Phi Cramer’s V tidak didapatkan perbedaan yang berarti
sehingga nilai H0 diterima. Dimana H0 adalah tidak ada perbedaan siklus menstruasi antara
ibu yang menggunakan alat kontrasepsi IUD hormonal dengan kontrasepsi suntik depo
provera.

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada Bulan Desember 2017 yang bertempat
di Puskesmas Jagir Surabaya didapatkan sejumlah analisa data berupa data distribusi
responden dan analisa data menggunakan uji Phi Cramers’s V dan diperoleh sejumlah 58
responden hasil dengan pembahasan data sebagai berikut:

Data distribusi berdasarkan usia responden dengan jumlah data 58 responden


diperoleh usia yang berkunjung adalah usia produktif 20-38 tahun dengan nilai mean 28,72,
standard deviasi 4,987, minimum usia 20 tahun dan maksimum usia 38 tahun. Faktor usia
merupakan faktor yang menunjang dalam penggunaan alat kontrasepsi. Pemilihan alat
kontrasepsi sendiri juga bergantung oleh dukungan suami atau perencanaan keluarga.
Pada beberapa penelitian seperti menurut Saifuddin (2010), berdasarkan
perencanaan keluarga, dapat ditentukan fase-fase penggunaan alat kontrasepsi yang ideal.
Umur kurang dari 20 tahun merupakan fase menunda kehamilan, diperlukan pada wanita
yang menikah dengan umur masih muda, umur antara 20 tahun sampai 35 tahun adalah fase
menjarangkan kehamilan dengan cara mengatur jarak kehamilan yang baik yaitu antara 2
sampai 4 tahun, dan umur antara 35 tahun lebih merupakan fase mengakhiri kehamilan yaitu
fase tidak ingin hamil lagi diperlukan jika wanita sudah tidak ingin anak lagi (Nugraha, 2014).
Data distribusi selanjutnya adalah mengenai tingkat pendidikan ibu mengenai
pengetahuan tentang alat kontrasepsi dan pemilihan alat kontrasepsi. Pada penelitian ini
didapatkan pendidikan ibu terbanyak adalah SMA dengan jumlah responden 25 responden
dengan usia yang beragam. Selain itu data tabel distribusi 5.3 menjelaskan mengenai lama
waktu yang didapatkan saat haid setiap bulan diperoleh data <3 hari sebanyak 17 responden
(29,3 %), 3 - 7 hari sebanyak 33 responden (56,9%) dan >7 hari sebanyak 8 responden (13,8
%). Perbedaan lama waktu haid ini dipengaruhi oleh kerja hormon esterogen, biasanya waktu
menstruasi yang pendek didapati oleh pengguna alat kontrasepsi Suntik karena produksi
hormon yang berlebih.
Selain itu data lain menunjukkan bahwa tingkat keteraturan haid pada penggunaan
alat kontrasepsi sangat tinggi terdapat 40 responden (69 %) menyatakan bahwa tetap
mengalami haid teratur setiap bulan dan 18 responden (31 %) menyatakan tidak mendapat
menstruasi secara teratur setiap bulan. Ketidakteraturan dari penggunaan alat kontrasepsi
didapatkan karena adanya masalah mengenai ketidakteraturan mengenai produksi hormon.
Pemakaian pembalut yang cukup sering sebanyak 3x dalam 1 hari yang dinyatakan oleh 37
responden (63,8 %) menunjukkan bahwa penggunaan alat kontrasepsi bukan merupakan
faktor penghalang terjadinya siklus menstruasi bulanan.
Pemilihan alat kontrasepsi antara kontrasepsi suntik Depo Provera dengan IUD
Hormonal sebenarnya tidak memiliki efek yang sangat besar. Beberapa penelitian hanya
menyebutkan bahwa pembeda antar setiap alat kontrasepsi adalah siklus mentruasi yang
ditimbulkan tiap pemakaiannya. Siklus menstruasi yang terjadi akibat dari pemasangan alat
kontrasepsi IUD dengan kontrasepsi suntik, menurut hasil penelitian dari Murdiyanti et al
(2007) diketahui bahwa nilai rerata yang diperoleh dar penelitiannya, siklus menstruasi pada
ibu yang menggunakan alat kontrasepsi IUD sebesar 22,00. Sedangkan nilai rerata siklus
menstruasi pada ibu yang menggunakan alat kontrasepsi suntik sebesar 19,38. Dengan hasil
tersebut, dapat dinyatakan penelitiannya bahwa siklus menstruasi pada ibu yang
menggunakan alat kontrasepsi IUD lebih baik dibandingkan dengan ibu yang menggunakan
alat kontrasepsi suntik. Terdapat perbedaan dari masing-masing siklus menstruasi dan
karakteristik haid yang dialami oleh ibu-ibu yang menggunakan alat kontrasepsi IUD dan
suntik. Terdapat 100% ibu pengguna alat kontrasepsi IUD yang mempunyai siklus menstruasi
normal. Siklus menstruasi yang normal bisa terjadi akibat dari produksi hormon estrogen yang
cukup (Mediasehat, 2006). Perbedaan ini sangat terlihat dari masing-masing cara kerja alat
kontrasepsi IUD dengan kontrasepsi suntik.
Cara kerja kontrasepsi IUD adalah mencegah pembuahan sel telur oleh sperma, dan
mengganggu pengambilan esterogen endogenous oleh mucosa uterus, sedangkan pada alat
kontrasepsi suntik diharapkan jumlah progesteron menjadi yang lebih banyak dari esterogen.
Namun pada penelitian yang dilakukan Murdiyanti et al (2007) sangat berkebalikan dengan
peneltian ini dimana tidak didapatkan perbedaan antara penggunaan alat kontrasepsi IUD
Hormonal dengan kontrasepsi Suntik Depo Provera dengan nilai p value = 0,090 dimana nilai
H0 diterima. Penggunaan kontrasepsi baik IUD Hormonal maupun Suntik Depo Provera tidak
memiliki perbedaan mengenai keteraturan haid dengan nilai tersebut lebih dari 0,05.
KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada bulan Desember 2017 di Puskesmas Jagir
Surabaya didapatkan :

1. Tidak adanya perbedaan siklus menstruasi antara pengguna alat kontrasepsi IUD
Hormonal dan kontrasepsi Suntik Depo Provera.

2. Tidak adanya perbedaan keteraturan haid antara pengguna alat kontrasepsi IUD
Hormonal dan kontrasepsi Suntik Depo Provera.

DAFTAR PUSTAKA
BKKBN, 1997. Buku Pedoman Bina Keluarga Balita, Jakarta.

BKKBN, 2005. Badan Kebijakan Program Keluarga Berencana Nasional, Jakarta.

BKKBN, 2007. Kamus Istilah Program Keluarga Berencana Nasional, Jakarta.

BKKBN, 2011. Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2011. Jakarta : Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Direktorat Pelaporan dan Statistik.

Depkes RI, 1999. Pedoman Penanggulangan Efek Samping / Komplikasi Kontrasepsi. Jakarta
: Depkes RI.

Dewi Murdiyanti PP dan Inda Meilaning Putri, 2007. Perbedaan Siklus Menstruasi Antara Ibu
Yang Menggunakan Kontrasepsi IUD Dengan Kontrasepsi Suntik Di Dusun Gunung
Sentul Sidoagung Godean Sleman Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Surya Medika
Yogyakarta.

Hartanto, H. 2003. KB dan Kontrasepsi, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan.

http://www.cucuk-spog.com/?p=139

Ikhwani Ratna & Irdayati, 2012. Perbedaan Pengaruh Penggunaan Alat Kontrasepi IUD Dan
Suntik Terhadap Siklus Haid Perempuan Di Kecamatan Marpoyan Damai Pekanbaru.

Laksmi, I.K.T., 2009. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi yang
Digunakan pada Keluarga Miskin.

Lutfiatul, Q., 2009. Gambaran Berat Badan Ibu Sebelum dan Sesudah Menggunakan KB
Suntik Depo Medmeory Progesteron Asetat di BPS Yati Agustianingsih Kebonagung
Demak 2009.

Manuaba, Candradinata. 2008. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi
Social untuk Profesi Bidan. Jakarta : ECG.

Mochtar, R., Lutan, D. 1998. Anatomi dan Fisiologi Alat – Alat Kandungan, Mudigah, Janin,
dan Wanita Hamil. Dalam : Mochtar, R., Lutan, D. (eds). Sinopsis Obstetri. Edisi 2.
Jakarta : ECG, 5-23.

Nining Suryani, 2014. Perbedaan Pola Menstruasi Ibu Yang Menggunakan Alat Kontrasepsi
IUD dengan Alat Kontrasepsi Suntik Depo Provera di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala
Medan.
Pinem, S. 2009. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta : Sagung Seto.

Proverawati A, Asfuah S. Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan , Yogyakarta : Nuha Medika.

Saifudin, Abdul Bahri. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta. Penerbit
: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

WHO. 2009. Global Health Risk. Mortality and Burden of Disease Attributable to Selected
Major Risks. Geneva.

Yayuk, 2013. Hubungan Penggunaan Kontrasepsi dengan Siklus Menstruasi pada Akseptor
KB Suntik DMPA di BPS Harijati Ponorogo.

Anda mungkin juga menyukai