Anda di halaman 1dari 8

TANDA BAHAYA

PADA MASA KEHAMILAN

Rianda Fitra Rosa


Email: rianda.fitrarosa@pkr.ac.id
Program Studi D-III Kebidanan, Jurusan Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Riau

PENDAHULUAN
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator penting dalam
menilai tingkat derajat kesehatan masyarakat dan merupakan suatu penyebab
kematian terkait dengan gangguan kehamilan (tidak termasuk kecelakaan) selama
melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari) tanpa perhitungan lama kehamilan per
100.000 kelahiran hidup (Handriani & Melaniani, 2015). Penyebab kematian ibu
yang berkaitan langsung dengan kehamilan dikenal dengan sebutan Trias Kalsik
meliputi Perdarahan dengan persentase sebanyak (28%), eklampsia sebanyak
(24%) dan infeksi sebanyak (11%) (Daryanti, 2018).
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator yang mencerminkan
risiko yang dialami ibu selama masa kehamilan sampai dengan paska persalinan.
Biasanya terjadi akibat kurangnya akses ke pelayanan kesehatan yang berkualitas,
terutama pada ketepatan waktu pelayanan kegawatdaruratan yang dilatar
belakangi oleh keterlambatan mengenal tanda bahaya dan pengambilan
keputusan, keterlambatan dalam mencapai dan memperoleh pelayanan kesehatan
di fasilitas kesehatan (lebih sering dikenal dengan TIGA TERLAMBAT).
Sebanyak (22,5%) Ibu Hamil mengalami TIGA TERLAMBAT, sebagai faktor
penyebab tidak langsung kematian Ibu pada masa kehamilan (Kemenkes, 2018).
Kehamilan adalah suatu peristiwa bertemunya sel telur dan sel sperma
(Ariani et al., 2022; Indriyani et al., 2022). Hasil dari pertemuan tersebut akan
bernidasi di dalam rahim selama beberapa waktu dan tumbuh kembang menjadi
bayi.
Morbiditas dan mortalitas ibu hamil dapat dicegah apabila ibu hamil dan
keluarganya mampu mengenali tanda bahaya kehamilan dan mencoba untuk
mencari pertolongan kesehatan (Agustini, 2022; Hutabarat & Lestari, 2017).
Tanda bahaya kehamilan yang dapat muncul antara lain perdarahan vagina, edema
pada wajah dan tangan, demam tinggi, ruptur membran, penurunan pergerakan
janin dan muntah persisten (Agustini, 2022).
Kurangnya deteksi dini mengenali tanda bahaya kehamilan dan faktor
risiko pada kehamilan dapat mengaki batkan kurangnya antisipasi yang cepat pada
saat kehamilan sampai proses persalinan sehingga berisiko besar terjadinya
kematian ibu. Tanda bahaya kehamilan meliputi perdarahan pervaginam, nyeri
abdomen yang hebat, berkurangnya gerakan janin, bengkak, penglihatan kabur,
sakit kepala hebat, demam, muntah-muntah hebat, keluar cairan pervaginam
secara tiba-tiba (Budiarti et al., 2018).
Pengetahuan tentang tanda dan bahaya selama kehamilan sangat mutlak
untuk diketahui, karena dengan ibu yang patuh dalam melaksanakan kunjungan
antenatal akan mengetahui tanda bahaya dan segala resiko yang akan terjadi dan
dapat diantisipasi dengan baik.
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan
penulisan makalah ini sebagai berikut: menjelaskan pengertian kehamilan,
menguraikan tanda-tanda kehamilan, menjelaskan pengertian tanda bahaya
kehamilan, mengetahui apa saja tanda bahaya kehamilan trimester I, mengetahui
apa saja tanda bahaya kehamilan trimester II dan mengetahui apa saja tanda
bahaya kehamilan trimester III.

PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Kehamilan
2.1.1 Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah suatu mata rantai yang berkesinambungan dimulai dari
ovulasi (pematangan sel) lalu pertemuan ovum (sel telur) dan spermatozoa
(sperma) sehingga terjadilah pembuahan dan pertumbuhan zigot kemudian
bernidasi (penanaman) pada uterus dan pembentukan plasenta dan tahap akhir
adalah tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Mardiana et al., 2022).
Menurut Federasi Obstettri Ginekologi Internasional, kehamilan
merupakan proses penyatuan dari spermatozoa dan ovum melalu nidasi atau
implantasi (Chaurullisa & Kurmalasari, 2022). Bila di hitung dari saat fertilisasi
hingga lahirnya nayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40
minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa kehamilan adalah bertemunya sel telur dan sperma di dalam
atau diluar Rahim dan berakhir dengan keluarnya bayi dan plasenta melalui jalan
lahir.
Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya adalah
280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung mulai dari hari pertama haid
terakhir (HPHT) (Ningsih, 2018).

2.1.2 Tanda-tanda Kehamilan


Menurut (Wenas et al., 2014)secara klinis tanda-tanda kehamilan dapat
dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu sebagai berikut :
a. Tanda dan gejala kehamilan pasti
1) Ibu merasakan gerakan bayi di dalam perutnya
2) Bayi dapat dirasakan didalam rahim. Sejak usia kehamilan 6 atau 7
bulan, bidan dapat menemukan kepala, leher, punggung, lengan, dll
dengan meraba perut ibu.
3) Denyut jantung bayi dapat terdengar. Saat usia kehamilan
menginjak bulan ke 5 atau ke-6 denyut jantung bayi terkadang dapat
didengar menggunakan instrument seperti fetoskop.
4) Tes kehamilan medis menunjukkan bahwa ibu hamil. Tes ini
dilakukan dengan perangkat tes kehamilan di rumah atau di
laboratorium dengan urine atau darah ibu (Dahlan & Umrah, 2017).

b. Tanda kehamilan yang tidak pasti (probable signs)


1) Amenore, yaitu wanita yang terlambat mengalami haid dalam masa
wanita tersebut masih mampu hamil.
2) Mual dan Muntah (morning sickness), sering muncul pada pagi hari
dan diperberat oleh makanan yang baunya menusuk.
3) Mastodinia, yaitu rasa kencang dan sakit pada payudara yang
disebabkan payudara membesar.
4) Ada bercak darah dan kram perut, disebabkan implantasi embrio ke
dinding ovulasi.
5) Ibu merasa letih dan mengantuk sepanjang hari
6) Sakit kepala, terjadi karena lelah, mual dan tegang serta depresi
yang disebabkan oleh perubahan hormon.
7) Keluhan kencing (BAK), frekuensi kencing bertambah dan sering
kencing malam disebabkan karena desakan uterus yang membesar
dan tarikan oleh uterus ke kranial.
8) Sering meludah, disebabkan oleh perubahan kadar estrogen
9) Temperatur basal tubuh naik
10) Ngidam, penyebabnya adalah perubahan hormon
11) Perut ibu membesar, setelah 3 atau 4 bulan kehamilan biasanya
perut ibu tampak cukup bessar sehingga terlihat dari luar (Dahlan &
Umrah, 2017).

2.1.3 Klasifikasi Kehamilan


Kehamilan menurut (Saifuddin et al., 2016; Wenas et al., 2014)
diklasifikasikan dalam 3 trimester, yaitu:
1) Trimester kesatu, dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan (0-12 minggu)
2) Trimester kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan (13-27 minggu)
3) Trimester ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (28-40 minggu)

2.2 Tanda Bahaya Kehamilan


2.2.1 Pengertian Tanda Bahaya Kehamilan
Tanda bahaya kehamilan merupakan tanda yang harus diwaspadai karena
adanya kemungkinan bahaya yang dapat terjadi selama masa kehamilan, apabila
tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Palupi et al., 2012).
Tanda-tanda ini jika tidak dilaporkan dapat menyebabkan kematian ibu.
Setiap kunjungan antenatal harus diajarkan kepada ibu tentang bagaimana
mengenali tanda bahaya kehamilan dan mendorongnya ibu untuk datang ketenaga
kesehatan segera jika mengalami tanda tersebut.

2.2.2 Tanda Bahaya Kehamilan Trimester I (0-12 minggu)


a. Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang terjadi pada masa kehamilan kurang dari 22 minggu.
Pada masa kehamilan muda, perdarahan pervaginam yang berhubungan
dengan kehamilan dapat berupa abortus, kehamilan mola, kehamilan
ektopik terganggu (KET)
1) Abortus
Abortus merupakan hasil konsepsi yang keluar terjadi saat usia
kehamilan kurang dari 20 minggu serta berat janin kurang dari 500
graam. Secara umum ada lebih dari satu penyebab antara lain: faktor
genetik, autoimun, kelainan anatomi/ kelainan kongenital uterus,
infeksi, hematologik, defek fase luteal, serta lingkungan hormonal
(Fatimah & Nuryaningsih, 2018).
(a) Abortus imminens
Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya
abortus, ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih
tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.
Diagnosis abortus iminens biasanya diawali dengan keluhan
perdarahan pervaginam pada umur kehamilan kurang dari 20
minggu. Penderita mengeluh mulas sedikit atau tidak ada keluhan
sama sekali kecuali perdarahan pervaginam (Saifuddin et al.,
2016).
(b) Abortus insipiens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks
telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil
konsepsi masih dalam karum uteri dan daiam proses pengeluaran.
Penderita akan merasa mulas karena kontraksi yang sering,dan
kuat, perdarahannya bertambah sesuai dengan pembukaan serviks
uterus dan umur kehamilan. Besar uterus masih sesuai dengan
umur kehamilan dengan tes urin kehamilan masih positif
(Saifuddin et al., 2016).
(c) Abortus inkompletus
Batasan ini juga masih terpancang pada umur kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Sebagian
jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus di mana
pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan
teraba jaringan dalam kamm uteri atau menonjol pada ostium uteri
eksternum. Perdarahan biasanya masih terjadi jumlahnya pun bisa
banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa.
(d) Abortus komplet
Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, osteum uteri telah
menutup, uterus sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit.
Besar uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan.
(e) Missed abortion
Penderita rnissed abortion biasanya tidak merasakan keluhan apa
pun kecuali merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti
yang diharapkan. Bila kehamilan di atas 14 minggu sampai 20
minggu penderita justeru merasakan rahimnya semakin mengecil
(f) Abortus habitualis
Abortus habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau
lebih berturur-rurur. Penderita abonus habitualis pada umumnya
tidak sulit untuk menjadi hamil kembali, tetapi kehamilannya
berakhir dengan keguguran/abortus secara berturut-turut. Bishop
melaporkan kejadian abortus habitualis sekitar 0,41% dari seluruh
kehamilan.
2) Mola hidatidosa
mola hidatidosa adaiah suatu kehamilan yang berkembang tidak waiar
di mana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis
mengalami perubahan berupa degenerasi hidropik. Secara
makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa
geiembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih,
dengan ukuran bervariasi dari beberapa milimeter sampai 1. atau 2
cm.
3) Kehamilan ektopik terganggung (KET)\
Kehamilan ektopik ialah suatu kehamiian yang pertumbuhan sel telur
yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kawm
uteri. Lebih dart 95 % kehamilan ektopik berada di saluran telur (tuba
Fallopii)
4) Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah serius dalam
kehamilan adalah sakit kepala yang hebat, menetap dan tidak hilang
dengan beristirahat. Terkadang sakit kepala yang hebat menyebabkan
penglihatan kabur. Hal ini merupakan gejala dari preeklamsia dan jika
tidak diatasi akan menyebabkan kejang, stroke, dan koagulopati.
5) Penglihatan kabur
Penglihatan kabur atau terbayang dapat disebabkan oleh sakit kepala
yang hebat, sehingga terjadi oedema pada otak dan meningkatkan
resistensi otak yang mempengaruhi sistem saraf pusat.
6) Nyeri perut yang hebat
Nyeri perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang. Hal ini mungkin
gejala utama pada kehamilan ektopik atau abortus.
7) Pengeluaran lendir vagina
Beberapa keputihan adalah normal. Namun dalam beberapa kasus,
keputihan diduga akibat tanda-tanda infeksi atau penyakit menular
seksual.

2.2.3 Tanda Bahaya Kehamilan Trimester II (13-27 minggu)


a. Gerakan bayi berkurang
Gerakan janin tidak ada atau kurang (minimal 3 kali dalam 1 jam). Ibu
mulai merasakan gerakan bayi selama bulan ke-5 atau ke-6. Jika bayi tidak
bergerak seperti biasa dinamakan IUFD (Intra Uterine Fetal Death). IUFD
adalah tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin didalam kandungan.
Beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur
gerakannya akan melemah (Wenas et al., 2014).
b. Perdarahan hebat
Perdarahn masif atau hebat pada kehamilan muda.
c. Bengkak pada wajah, kaki dan tangan
Bengkak atau oedema adalah penimbunan cairan yang berlebih dalam
jaringan tubuh. Ibu hamil akan mengalami bengkak yang normal pada kaki
yang akan hilang setelah istirahat. Bengkak bisa menunjukan adanya
masalah serius jika muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah
istirahat dan diikuti dangan keluhan fisik yang lain. Hal ini bisa
merupakan pertanda anemi, gagal jantung atau per- eklampsia (Palupi et
al., 2012).

2.2.4 Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III (28-40 minggu)


a. Pengeluaran cairan pervaginam
Yang dimaksud cairan di sini adalah air ketuban. Ketuban yang pecah
pada kehamilan aterm dan disertai dengan munculnya tanda-tanda
persalinan adalah normal. Pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum dimulainya tanda-tanda persalinan
ini disebut ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini menyebabkan
hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan dalam rahim sehingga
memudahkan terjadinya infeksi (Wenas et al., 2014)
b. Kejang
Menurut SDKI (2012) penyebab kematian ibu karena eklampsi (24%).
Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya keadaan dan
terjadinya gejala-gejala sakit kepala, mual, nyeri ulu hati sehingga muntah.
Bila semakin berat, penglihatan semakin kabur, kesadaran menurun
kemudian kejang. Kejang dalam kehamilan dapat merupakan gejala dari
eklampsia (Saifuddin et al., 2016)

PENUTUP
1. Kesimpulan
Tanda bahaya dalam kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan
adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan/periode antenatal, yang
apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu.
Tanda bahaya dalam kehamilan meliputi perdarahan pervaginam, nyeri abdomen
yang hebat, berkurangnya gerakan janin, bengkak, penglihatan kabur, sakit kepala
hebat, demam, muntah-muntah hebat, keluar cairan pervaginam secara tiba-tiba.
Deteksi dini gejala dan tanda bahaya selama kehamilan merupakan upaya
terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan yang serius terhadap kehamilan
ataupun keselamatan ibu hamil. Perawatan kehamilan merupakan salah satu upaya
yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi kehamilan dan
kematian serta menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Ibu hamil diharapkan
dapat melakukan perawatan kehamilannya dengan memeriksakan kehamilan nya
ke bidan.

2. Saran
Sesuai dengan informasi yang telah disampaikan, maka ada beberapa saran
pada tulisan ini, yaitu:
a. Bagi ibu hamil. Pada ibu hamil untuk aktif mencari informasi tentang
kesehatan khususnya tanda-tanda bahaya dalam kehamilan.
b. Bagi Tenaga medis. Diharapkan petugas kesehatan dapat lebih meningkatkan
informasi atau sosialisasi tentang tanda bahaya kehamilan dan pentingnya
kunjungan Antenatal Care. Tenaga kesehatan juga dapat melibatkan suami
atau keluarga untuk berpartisipasi secara aktif dalam mendukung ibu hamil
untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraannya.
c. Bagi Responden/Masyarakat umum. Diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dan informasi bagi ibu hamil agar lebih mengenali tanda bahaya
kehamilan dan manfaat dari kunjungan Antenatal Care.

DAFTAR PUSTAKA
Agustini, N. K. T. (2022). Pengetahuan Ibu Hamil tentang Tanda Bahaya
Kehamilan di Puskesmas II Denpasar Selatan. Jurnal Medika Usada, 5(1),
5–9. https://doi.org/10.54107/medikausada.v5i1.113
Ariani, S. A., Evi, E. R., & Dea, D. A. H. (2022). Dukungan Suami Berpengaruh
Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Trimester III. Bina Generasi :
Jurnal Kesehatan, 14(1), 1–5. https://doi.org/10.35907/bgjk.v14i1.251
Budiarti, V., Putri, R., & Amelia, C. R. (2018). Hubungan Karakteristik Ibu dan
Dukungan Suami dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Tanda
Bahaya Kehamilan. Journal Of Issues In Midwifery, 2(1), 1–18.
https://doi.org/10.21776/ub.joim.2018.002.01.1
Chaurullisa, G., & Kurmalasari, N. (2022). Pemberian Buah Naga Merah pada Ibu
Hamil Trimester III Atas Indikasi Anemia Ringan di Puskesmas Geyer 1.
TSJKeb_Jurnal, 7(1), 36–41.
Dahlan, A. K., & Umrah, A. S. (2017). Faktor yang Berhubungan dengan
Pengetahuan Ibu Hamil Primigravida dalam Pengenalan Tanda Bahaya
Kehamilan. Jurnal Voice of Midwifery, 07(09), 1–14.
Daryanti, E. (2018). Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang Kehamilan
Berisiko di Desa Sukarame Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya
…. Jurnal Keperawatan & Kebidanan STIKes Mitra Kencana Tasikmalaya,
1(3),11–20.
https://jurnal.ubktasikmalaya.ac.id/index.php/jmk_kb/article/view/24
Fatimah, & Nuryaningsih. (2018). Buku Ajar Asuhhan Kebidanan Patologi.
Handriani, I., & Melaniani, S. (2015). The Effect of Referral Process and
Complications to Maternal Mortality. Jurnal Berkala Epidemiologi, 3(3),
400. https://doi.org/10.20473/jbe.v3i32015.400-411
Hutabarat, E. N. B., & Lestari, S. W. (2017). Pengetahuan Tanda Bahaya
Kehamilan dan Perilaku Perawatan Kehamilan pada Ibu Hamil Trimester III
di Puskesmas Bestari Medan Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Kebidanan
IMELDA, 5(2), 679–685.
Indriyani, N., Fitri, N. L., Sari, S. A., Keperawatan, A., Wacana, D., Kunci, K., &
Pilates, S. (2022). Penerapan Senam Pilates terhadap Nyeri Punggung Bawah
pada Ibu Hamil Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Yosomulyo Kota
Metro Tahun 2022. Jurnal Cendikia Muda, 3(4), 503–512.
Kemenkes. (2018). Menjaga Kesehatan Ibu dan Anak. WartaKESMAS, 3, 7–10.
https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Warta
-kesmas-edisi-3-2018_1219.pdf
Mardiana, E., Musa, S. M., & Lestari, M. (2022). Jurnal JKFT. Jurnal JKT:
Universitas Muhammadiyah Tanggerang, 7(1), 54–58.
Ningsih, E. S. (2018). Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Hamil Trimester III
dengan Keteraturan Kunjungan Anc. Jurnal Midpro, 9(2), 2–5.
https://doi.org/10.30736/midpro.v9i2.19
Palupi, F. H., Fakhidah, L. N., & Utami, U. (2012). Tingkat Pengetahuan Kader
Kesehatan tentang Tanda Bahaya Kehamilan di Desa Bolon Kecamatan
Colomadu. Maternal, 7(167), 47–58.
https://ejurnal.stikesmhk.ac.id/index.php/maternal/article/view/489
Saifuddin, A. B., Rachimhadhi, T., & Wiknjosastro, G. H. (2016). Ilmu
Kebidanan Sarworno Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo, 4(3), 460–474.
Wenas, R. A., Lontaan, A., & Korah, B. (2014). Pengaruh Promosi Kesehatan
tentang Tanda Bahaya Kehamilan terhadap Pengetahuan Ibu Hamil di
Puskesmas Amurang Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal Ilmiah Bidan,
2(2), 1–5.

Anda mungkin juga menyukai