DISUSUN OLEH :
NAMA : RIALITA
NIM : 22222058
5
Sectio Caesarea adalah
suatu cara melahirkan
janin denganmembuat
sayatan pada
dinding uterus melalui
dinding depan perut
(Martowirjo, 2018). Sectio
Caesarea adalah suatu
persalinan buatan dimana
janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding
depan perut dan
dinding rahim dengan
syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat
janin di atas 500 gram
(Sagita, 2019).
B. Definisi
Sectio Caesareaadalah
suatu pembedahan guna
melahirkan janin
lewatinsisi pada
dinding abdomen dan
uterus persalinan buatan.
Sehingga janin di lahirkan
melalui perut dan
dinding perut dan dinding
rahim agar anak lahir
dengan keadaan utuh dan
sehat (Anjarsari,
2019).
Sectio Caesarea adalah
suatu cara melahirkan
janin denganmembuat
sayatan pada
dinding uterus melalui
dinding depan perut
(Martowirjo, 2018). Sectio
Caesarea adalah suatu
persalinan buatan dimana
janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding
depan perut dan
dinding rahim dengan
syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat
janin di atas 500 gram
(Sagita, 2019).
B. Definisi
Sectio Caesareaadalah
suatu pembedahan guna
melahirkan janin
lewatinsisi pada
dinding abdomen dan
uterus persalinan buatan.
Sehingga janin di lahirkan
melalui perut dan
dinding perut dan dinding
rahim agar anak lahir
dengan keadaan utuh dan
sehat (Anjarsari,
2019).
Sectio Caesarea adalah
suatu cara melahirkan
janin denganmembuat
sayatan pada
dinding uterus melalui
dinding depan perut
(Martowirjo, 2018). Sectio
Caesarea adalah suatu
persalinan buatan dimana
janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding
depan perut dan
dinding rahim dengan
syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat
janin di atas 500 gram
(Sagita, 2019).
Definisi
Sectio Caesareaadalah
suatu pembedahan guna
melahirkan janin
lewatinsisi pada
dinding abdomen dan
uterus persalinan buatan.
Sehingga janin di lahirkan
melalui perut dan
dinding perut dan dinding
rahim agar anak lahir
dengan keadaan utuh dan
sehat (Anjarsari,
2019).
Sectio Caesarea adalah
suatu cara melahirkan
janin denganmembuat
sayatan pada
dinding uterus melalui
dinding depan perut
(Martowirjo, 2018). Sectio
Caesarea adalah suatu
persalinan buatan dimana
janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding
depan perut dan
dinding rahim dengan
syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat
janin di atas 500 gram
(Sagita, 2019).
A. Definisi
Kematian janin dalam kandungan adalah kematian janin ketika
masing-masing berada dalam rahim yang beratnya 500 gram dan usia
kehamilan 20 minggu atau lebih minggu atau lebih (Achadiat, 2016).
Kematian janin dalam kandungan adalah kematian hasil konsepsi
sebelum dikeluarkan dengan konsepsi sempurna dari ibunya tanpa
memandang tuanya kehamilan. Kematian dinilai dengan fakta bahwa sesudah
dipisahkan dari ibunya janin tidak bernafas atau tidak menunjukkan tanda-
tanda kehidupan, seperti denyut jantung, pulsasi tali pusat, atau kontraksi otot
(Monintja, 2016). Sedangkan menurut WHO, kematian janin adalah kematian
janin pada waktu lahir dengan berat badan< 1000 gram.
B. Klasifikasi
Klasifikasi Menurut Wiknjosastro (2016) dalam buku Ilmu
Kebidanan, kematian janin dapat dibagi dalam 4 golongan yaitu :
1. Golongan I : Kematian sebelum masa kehamilan mencapai 20 minggu
penuh.
2. Golongan II : Kematian sesudah ibu hamil 20 Golongan II : Kematian
sesudah ibu hamil 20 hingga 28 minggu.
3. Golongan III : Kematian sesudah masa kehamilan lebih 28 minggu (late
foetal death)
4. Golongan IV : Kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga
golongan di pada ketiga golongan di atas.
C. Etiologi
Lebih dari 50% kasus, etiologi kematian janin dalam kandungan tidak
ditemukan atau belum diketahui penyebabnya dengan pasti. Beberapa
penyebab yang bisa mengakibatkan kematian janin dalam kandungan, antara
lain. (Achadiat, 2016).
1. Perdaraha Perdarahan : plasenta previa dan solusio plasenta.
2. Preeklampsi dan eklampsia.
3. Penyakit kelainan darah.
4. Penyakit infeksi dan penyakit menular.
5. Penyakit saluran kencing.
6. Penyakit endokrin: diabetes melitus.
7. Malnutrisi
D. Patofisiologi
Janin bisa juga mati di dalam kandung (IFUD) karena beberapa faktor
antara lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan, hal tersebut menjadi
berbahaya karena suplai makanan yang di konsumsi ibu tidak mencukupi
kebutuhan janin. Serta anemia, karena anemia disebabkan kekurangan Fe
maka dampak pada janin adalah irefersibel. Kerja organ – organ maupun
aliran darah janin tidak seimbang dengan pertumbuhan janin.
E. Pathway
Penurunan suplai
makanan, O2 Aliran darah tergangg terganggu/insufisiensi plasenta
Nekrosis
Kematian janin
Uterus berkontraksi Tidak ada pembukaan servik Kematian janin dalam kandungan
Kuretage
Ansietas
F. Manifestai Klinik
1. DJJ tidak terdengar (Syok, uterus tegang atau kaku, gawat janin atau Djj
tidak terdengar)
2. Uterus tidak membesar, fundus uteri turun
3. Pergerakan anak tidak teraba lagi oleh pemeriksaan
4. Palpasi anak tidak jelas
5. Reaksi biologis menjadi negative, setelah anak mati kurang lebih 10 hari
6. Pada rongen dapat dilihat adanya
a. tulang-tulang tengkorak tutup menutupi.
b. tulang punggung janin sangat melengkung
c. hiperekstensi kepala tulang leher janin
d. ada gelembung-gelembung gas pada badan janin bila janin yang mati
tertahan 5 minggu atau lebih, kemungkinan Hypofibrinogenemia 25%
(Wiknjosastro (2016).
H. Diagnosis
1. Anamnesis
a. Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan
janin sangat berkurang.
b. Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah
kecil atau kehamilan tidak seperti biasa.
c. Ibu merasakan belakangan ini perutnya sering menjadi keras dan
merasa sakit-sakit seperti mau melahirkan.
2. Inspeksi
Tidak kelihatan gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat
terutama pada ibu yang kurus.
3. Palpasi
a. Tinggi fundus lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak
teraba gerakan-gerakan janin.
b. Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi pada
tulang kepala janin.
4. Auskultasi
Baik memakai stetoskop, monoral maupun dengan doptone tidak
terdengar denyut jantung janin (DJJ)
5. Reaksi kehamilan
Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin mati dalam
kandungan.
I. Komplikasi
1. Trauma emosional yangg cukup berat terjadi bila waktu antara kematia
janin & persalinan cukup lama.
2. Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah.
3. Dapat terjadi koagulasi bila kematian janin berlangsung lebih dari 2
minggu.
4. Kematian janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak
membahayakan ibu.
Setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan terjadinya kelainan
darah (hipofibrinogenemia) akan lebih besar. Kematian janin akan
menyebabkan desidua plasenta menjadi rusak menghasilkan
tromboplastin masuk kedalam peredaran darah ibu, pembekuan
intravaskuler yang dimulai dari endotel pembuluh darah oleh trombosit
terjadilah pembekuan darah yang meluas menjadi Disseminated
intravascular coagulation hipofibrinogenemia (kadar fibrinogen < 100
mg%).
Kadar normal fibrinogen pada wanita hamil adalah 300-700 mg%.
Akibat kekurangan fibrinogen maka dapat terjadi hemoragik postpartum.
Partus biasanya berlangsung 2-3 minggu setelah janin mati.
J. Pemeriksaan Penunjang
1. Periksaan Ultrasonograf
Tidak ditemukan DJJ (Denyut Jantung Janin) maupun gerakan
janin, seringkali tulangtulang letaknya tidak teratur, khususnya tulang
tengkorak sering dijumpai overlapping cairan ketuban berkurang.
a) Rontgen foto abdomen
b) Tanda Spalding
Tanda Spalding menunjukkan adanya tulang tengkorak yang
saling tumpang tindih (overlapping) karena otak bayi yang sudah
mencair, hal ini terjadi setelah bayi meninggal beberapa hari
dalam kandungan.
c) Tanda Nojosk
Tanda ini menunjukkan tulang belakang janin yang saling
melenting (hiperpleksi).
d) Tampak gambaran gas pada jantung dan pembuluh darah.
e) Tampak udema di sekitar tulang kepala
2. Pemeriksaan darah lengkap, jika dimungkinkan kadar fibrinogen
(Achadiat, 2016).
L. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (kontraksi
uterus) (D.0077)
2. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri (D.0080)
3. Berduka berhubungan dengan kematian keluarga atau orang yang
berarti (D.0081)
M. Intervensi
No. Diagnosa Luaran (SLKI) Intervensi (SIKI)
Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (1.08238)
berhubungan keperawatan
dengan agen
selama 3x24 jam “tingkat nyeri”
pencedera Observasi
(L.08066) menurun dengan
fisiologis
kriteria hasil: - Identifikasi lokasi, karakteristik,
(kontraksi uterus)
durasi, frekuensi, kualitas,
(D.0077) 1. Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri
2. Meringis menurun - Identifikasi skala nyeri
3. Gelisah menurun - Identifikasi respins nyeri non
4. Kesulitan tidur menurun verbal
5. Frekuensi nadi membaik - Identifikasi faktor yang
6. Pola tidur membaik memperberat dan memperingan
nyeri
- Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
- Monitor efek samping
penggunaan analgesik
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
(mis, hipnosis, terapi musik,
aromaterapi)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitas istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
-
Kolaborasi pemberian analgesik,
jika perlu
2. Ansietas Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas (I.09314)
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam
“tingkat ansietas” (L.09093) Observasi
dengan ancaman menurun dengan kriteria hasil: - Identifikasi saat tingkat ansietas
berubah
terhadap konsep 1. Verbalisasi kebingungan - Monitor tanda-tanda ansietas
diri (D.0080) menurun (verbal dan non verbal)
2. Verbalisasi khawatir akibat
kondisi yang dihadapi Terapeutik
menurun - Ciptakan suasana terapeutik
3. Perilaku gelisah menurun untuk menumbuhkan kepercayaan
4. Perilaku tegang menurun - Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan jika memungkinkan
- Gunakan pendekatan yang tenang
dan meyakinkan
- Motivasi mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami
- Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
- Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
3. Berduka Setelah dilakukan tindakan Dukungan proses berduka
berhubungan keperawatan 3x24 jam (I.09274)
diharapakan ” Tingkat berduka ”
dengan kematian (L.09094) dengan kriteria hasil: Observasi
keluarga atau 1. Verbalisasi - Identifikasi kehilamgam yang
menerima
dihadapi
orang yang kehilangan meningkat
- Identifikasi proses berduka yang
2. Verbalisasi harapan
berarti (D.0081) dialami
meningkat
- Identifikasi sifat keterikatan pada
orang yang meninggal
Terapeutik
- Tunjukkan sikap menerima dan
empati
- Motivasi agar mau
mengungkapan perasaan
kehilangan
- Motivasi untuk menguatkan
dukungan keluarga atau orang
terdekat
- Fasilitasi melakukan kebiasaan
sesuai dengan budaya, agama dan
norma sosial
- Fasilitasi mengekspresikan
perasaan dengan cara yang
nyaman (mis. Membaca buku,
menulis, menggambar atau
bermain)
- Diskusikan strategi koping yang
dapat digunakan
Edukasi
- Jelaskan kepada pasien dan
keluarga bahwa sikap
mengingkari, marah, tawar
menawar, sepresi dan menerima
adalah wajar dalam menghadapi
kehilangan
- Anjurkan mengidentifikasi
ketakutan terbesar pada
kehilangan
- Anjurkan mengekspresikan
perasaan tentang kehilangan
- Ajarkan melewati proses berduka
secara bertahap.
DAFTAR PUSTAKA
L., K. Varney, helen. (2016) Buku ajar asuhan kebidanan. Jakarta : EGC
LAPORAN PENDAHULUAN
TAMBAHAN
DISUSUN OLEH :
NAMA : RIALITA
NIM : 22222058
B. Tanda-tanda Persalinan
Yang merupakan tanda pasti dari persalinan adalah (Kurniarum, 2016):
1. Timbulnya kontraksi uterus
Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his pembukaan yang
mempunyai sifat sebagai berikut:
a. Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan
b. Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
c. Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan kekuatannya
makin besar
d. Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan cervix.
e. Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi. Kontraksi
uterus yang mengakibatkan perubahan pada servix (frekuensi minimal
2 kali dalam 10 menit). Kontraksi yang terjadi dapat menyebabkan
pendataran, penipisan dan pembukaan serviks.
2. Penipisan dan pembukaan serviks
Penipisan dan pembukaan servix ditandai dengan adanya pengeluaran
lendir dan darah sebagai tanda pemula.
3. Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)
Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis keluar
disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan
karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen bawah rahim
hingga beberapa capillair darah terputus.
C. Leopold Kehamilan
1. Leopold I :
Leopold ini dilakukan untuk mengetahui usia kehamilan dan bagian janin
apa yang terdapat di bagian atas perut ibu (fundus uteri).
2. Leopod II :
Pada tahap Leopold 2, kedua telapak tangan dokter akan meraba perlahan
kedua sisi perut Bumil, tepatnya di area sekitar pusar.
3. Leopod III :
Bagian bawah perut Bumil menggunakan jempol dan jari-jari dari salah
satu tangannya saja, misalnya tangan kanan atau tangan kiri.
4. Leopold IV
Pemeriksaan Leopold iv dilakukan dengan meraba di bagian bawah perut.
D. Tahap persalinan
Tahap persalinan menurut Prawirohardjo (2012) antara lain :
1. Kala I (kala pembukaan)
Kala I persalinan adalah permulaan kontraksi persalinan sejati, yang
ditandai oleh perubahan serviks yang progresif yang diakhiri dengan
pembukaan lengkap (10 cm) pada primigravida kala I berlangsung kira-
kira 13 jam, sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam.
2. Kala II (kala pengeluaran janin)
Menurut Prawirohardjo (2012), beberapa tanda dan gejala persalinan kala
II yaitu :
a. Ibu merasakan ingin mengejan bersamaan terjadinya kontraksi;
b. Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rectum atau vaginanya,
c. Perineum terlihat menonjol;
d. Vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka;
e. Peningkatan pengeluaran lendir darah.
3. Kala III (kala pengeluaran plasenta)
Menurut Prawirohardjo (2012) tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup
beberapa atau semua hal dibawah ini :
a. Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
Sebelum bayi lahir dan miometrium mulai berkontraksi, uterus
berbentuk bulat penuh (discoit) dan tinggi fundus biasanya turun
sampai dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan uterus
terdorong ke bawah, uterus menjadi bulat dan fundus berada di atas
pusat (sering kali mengarah ke sisi kanan).
b. Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat keluar memanjang atau terjulur melalui vulva dan
vagina (tanda Ahfeld).
c. Semburan darah tiba-tiba
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu
mendorong plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Semburan
darah yang secara tiba-tiba menandakan darah yang terkumpul
diantara melekatnya plasenta dan permukaan maternal plasenta
(maternal portion) keluar dari tepi plasenta yang terlepas.
4. Kala IV
Kala pengawasan selama 2 jam setelah plasenta lahir untuk mengamati
keadaan ibu terutama bahaya perdarahan postpartum. Perdarahan
dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 400 cc sampai 500
cc. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV antara lain :
a. Intensitas kesadaran penderita
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi dan pernafasan
c. Kontraksi uterus
d. Terjadinya perdarahan
F. Partograf
1. Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu
persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik
(Imtihanatun,2014)
2. Tujuan pengunaan Partograf
a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan servik melalui pemeriksaan dalam
b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal
c. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi
bayi, grafik kemajuan proses persalinan, membuat keputusan klinik
dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan
secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin.
G. Amniotomi
Amniotomi atau pemecahan selaput ketuban secara artifisial disebut
juga dengan induksi bedah. Teknik ini dapat digunakan untuk melakukan
induksi atau augmentasi persalinan. Pemecahan ketuban buatan memicu
pelepasan prostaglandin. Amniotomi dapat dilakukan sejak awal sebagai
tindakan induksi dengan atau tanpa oksitosin. Pada uji acak, Bacos dan
Backstrom (1987) menemukan bahwa amniotomi saja atau kombinasi dengan
oksitosin lebih baik dari pada oksitosin saja. Induksi persalinan secara bedah
(amniotomi) lebih efektif jika keadaan serviks baik. Amniotomi pada dilatasi
serviks sekitar 5 cm akan mempercepat persalinan spontan selama 1 sampai 2
jam, bahkan Mercer dkk (1995) dalam penelitian acak dari 209 perempuan
yang menjalani induksi persalinan baik itu amniotomi dini pada dilatasi 1-2
cm ataupun amniotomi lanjut pada dilatasi 5 cm didapatkan awitan persalinan
yang lebih singkat yakni 4 jam (Cunningham, 2013).
H. Episiotomi
Episiotomi adalah insisi perineum dan vagina untuk mencegah perobekan
traumatik saat melahirkan. Prinsip tindakan episiotomi adalah pencegahan
kerusakan yang lebih hebat pada jaringan lunak akibat daya regang yang
melebihi kapasitas adaptasi atau elastisitas jaringan tersebut (Saifuddin,
2008).
I. Apgar score
Merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah lahir meliputi 5
variabel pernafasan,frekuensi jantung, warna, tonus otot dan iritabilitas
refleks. Apgar dilakukan pada :
a. 1 menit kelahiran yaitu untuk memberi kesempatan pada bayi untuk
memulai perubahan
b. Menit ke-5
c. Menit ke-10, penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai yang
rendah dan perlu tindakan resusitasi. Penilaian menit ke10 memberikan
indikasi morbiditas pada masa mendatang. Nilai yang rendah
berhubungan dengan kondisi neurologis.
J. IMD
IMD (Inisiasi Menyusi Dini) sangat penting bagi ibu dan bayi baru
lahir untuk memulai pemberian ASI eksklusif. Inisiasi Menyusui Dini (early
initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu segera
setelah lahir, cara bayi melakukan inisiasi dini ini dinamakan the breast crawl
atau merangkak mencari payudara. Jangka waktunya adalah sesegera
mungkin setelah melahirkan (Yulianti, 2010).
K. Kardiotokografi (CTG)
CTG adalah Alat yang dipakai untuk mencatat pola denyut jantung
janin dalam hubungannya dengan adanya kontraksi ataupun aktivitas janin
dalam rahim. CTG umumnya meliputi dua piringan kecil yang ditempelkan
ke permukaan perut menggunakan ikat pinggang elastis yang dilingkarkan di
perut ibu hamil.
L. Perawatan bayi
Perawatan bayi adalah suatu tidakan merawat dan memelihara
kesehatan bayi dalam bidang preventif dan kuratif. Pengertian dasar
mengenai perawatan bayi sehari-hari secara menyeluruh, sangat penting bagi
ibu dalam merawat bayi. Perawatan bayi baru lahir sangat penting dilakukan
setelah bayi lahir dan sangat bermanfaat baik untuk ibu maupun bayi seperti
cepatnya pemulihan organ tubuh ibu yang mengalami perubahan pada saat
kehamilan serta terbinanya hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi
(Pricilia, 2013).
M. BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) didefinisikan sebagai bayi dengan berat
lahir kurang dari 2.500 gram (Setyarini and Suprapti, 2016). BBLR dapat
disebabkan oleh kelahiran prematur (kelahiran sebelum usia gestasi 37
minggu) dengan berat badan yang sesuai masa kehamilan (SMK), atau karena
bayi yang beratnya kurang dari berat yang semestinya atau kecil masa
kehamilan (KMK), atau keduanya.
DAFTAR PUSTAKA
Sutanto AV, Fitriana Y. Asuhan pada Kehamilan. Jogyakarta: Pustaka baru press;
2019.
Imtihanatun Najahah. 2014 : 8 (1): 20-29 Faktor Risiko Panjang Lahir Bayi
Pendek Di Ruang Bersalin Rsud Patut Patuh Patju Kabupaten Lombok
Barat. Jurnal Media Bina Ilmiah.
Yulianti, Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Trans Info
Medika.