Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat,
Karunia, serta Taufik dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
KEPERAWATAN KOMUNITAS II tentang ASKEP KOMUNITAS
KESEHATAN PRIA DAN WANITA ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya, dan juga kami berterima kasih pada bapak selaku Dosen
Mata Kuliah keperawatan komunitas II Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi
Muhammadiyah Palembang yang telah memberikan tugas ini kepada penulis.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
A. KESIMPULAN ......................................................................................
B. SARAN ..................................................................................................
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
PTM (Penyakit Tidak Menular) diketahui sebagai penyakit yang
tidak dapat disebarkan dari seseorang terhadap orang lain. Terdapat empat
tipe utama penyakit tidak menular yaitu penyakit kardiovaskuler, kanker,
penyakit pernapasan kronis, dan diabetes. Pola hidup modern telah
mengubah sikap dan perilaku manusia, termasuk pola makan, merokok,
konsumsi alkohol serta obat-obatan sebagai gaya hidup sehingga penderita
penyakit degeneratif (penyakit karena penurunan fungsi organ tubuh)
semakin meningkat dan mengancam kehidupan.
Sedangkan menurut Hananta I.P.Y., & Freitag H. (2011),
Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam
pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu periode.
Hipertensi dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik yang bersifat
endogen seperti usia, jenis kelamin dan genetik/keturunan maupun yang
bersifat eksogen seperti obesitas, konsumsi garam, rokok dan kopi.
Kanker payudara merupakan keganasan pada jaringan payudara
yang dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya. Kanker
payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan
tubuh yang berubah menjadi ganas (Harianto 2005).Jadi kanker payudara
(ca mammae) adalah suatu gangguan pada sel normal mammae yang
tumbuh menjadi sel abnormal yang dapat berubah menjadi ganas.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian PTM ?
2. Apa pengertian hipertensi ?
3. Apa penyebab hipertensi ?
4. Apa klasifikasi hipertensi ?
5. Apa patofisiologi hipertensi ?
6. Apa tanda dan gejala hipertensi ?
7. Apa faktor risiko hipertensi ?
8. Apa pengertian kanker payudara ?
9. Bagaimana epidemiologi kanker payudara ?
10. Apa penyebab kanker payudara ?
11. Apa fisiologi kanker payudara ?
12. Apa patofisiologi kanker payudara ?
13. Apa klasifikasi kanker payudara ?
14. Apa penatalaksanaan kanker payudara ?
15. Apa komplikasi kanker payudara ?
16. Bagaimana konsep asuhan keperawatan ?
C. TUJUAN
1. Untuk megetahui pengertian PTM
2. Untuk mengetahui pengertian hipertensi
3. Untuk mengetahui penyebab hipertensi
4. Untuk mengetahui klasifikasi hipertensi
5. Untuk mengetahui patofisiologi hipertensi
6. Untuk mengetahui tanda dan gejala hipertensi
7. Untuk mengetahui faktor risiko hipertensi
8. Untuk mengetahui pengertian kanker payudara
9. Untuk mengetahui epidemiologi kanker payudara
10. Untuk mengetahui penyebab kanker payudara
11. Untuk mengetahui fisiologi kanker payudara
12. Untuk mengetahui patofisiologi kanker payudara
13. Untuk mengetahui klasifikasi kanker payudara
14. Untuk mengetahui penatalaksanaan kanker payudara
15. Untuk mengetahui komplikasi kanker payudara
16. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN
B. HIPERTENSI
1. Definisi
Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal
dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Seseorang
dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi
dari 140/90 mmHg (Elizabeth dalam Ardiansyah M., 2012).
Menurut Price (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2016),
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung,
tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan
pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar
resikonya.
Sedangkan menurut Hananta I.P.Y., & Freitag H. (2011),
Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam
pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu periode.
Hipertensi dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik yang bersifat
endogen seperti usia, jenis kelamin dan genetik/keturunan maupun
yang bersifat eksogen seperti obesitas, konsumsi garam, rokok dan
kopi.
Menurut American Heart Association atau AHA dalam Kemenkes
(2018) hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya sangat
bermacam-macam pada setiap individu dan hampir sama dengan
penyakit lain. Gejala-gejala tersebut adalah sakit kepala atau rasa berat
ditengkuk. Vertigo, jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan
kabur, telinga berdenging atau tinnitus dan mimisan.
2. Etiologi
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan
(Ardiansyah M., 2012) :
a. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hiperetnsi yang
90% tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga
berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial diantaranya :
Genetik
Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih
tinggi mendapatkan penyakit hipertensi.
Jenis kelamin dan usia
Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah
menopause berisiko tinggi mengalami penyakit hipertensi.
Diet konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak.
Konsumsi garam yang tinggi atau konsumsi makanan
dengan kandungan lemak yang tinggi secara langsung
berkaitan dengan berkembangnya penyakit hipertensi.
Berat badan obesitas
Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal sering
dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.
Gaya hidup merokok dan konsumsi alcohol
Merokok dan konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi karena reaksi bahan atau zat
yang terkandung dalam keduanya.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui
penyebabnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh
beberapa penyakit, yaitu : Coarctationaorta, yaitu
penyempitan aorta congenital yang mungkin terjadi
beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta abdominal.
Penyembitan pada aorta tersebut dapat menghambat aliran
darah sehingga terjadi peningkatan tekanan darah diatas
area kontriksi.
Penyakit parenkim dan vaskular ginjal. Penyakit ini
merupakan penyakit utama penyebab hipertensi sekunder.
Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan penyempitan
satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung membawa
darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada pasien
dengan hipertensi disebabkan oleh aterosklerosis atau
fibrous dyplasia (pertumbuhan abnormal jaringan fibrous).
Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi,
serta perubahan struktur serta fungsi ginjal.
Penggunanaan kontrasepsi hormonal (esterogen).
Kontrasepsi secara oral yang memiliki kandungan
esterogen dapat menyebabkan terjadinya hipertensi melalui
mekanisme renin-aldosteron-mediate volume expantion.
Pada hipertensi ini, tekanan darah akan kembali normal
setelah beberapa bulan penghentian oral kontrasepsi.
Gangguan endokrin.
Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal dapat
menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenalmediate
hypertension disebabkan kelebihan primer aldosteron,
kortisol, dan katekolamin.
Kegemukan (obesitas) dan malas berolahraga.
Stres, yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan
darah untuk sementara waktu.
Kehamilan
Luka bakar
Peningkatan tekanan vaskuler
Merokok
3. Klasifikasi Hipertensi
Menurut World Health Organization (dalam Noorhidayah,
S.A.2016) klasifikasi hipertensi adalah :
a. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan
140 mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.
b. Tekanan darah perbatasan (border line) yaitu bila sistolik 141-149
mmHg da n diastolik 91-94 mmHg.
c. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama
dengan 95 mmHg.
4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak di pusat vasomotor pada medula di otak, dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah (Sagala, 2009).
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu
dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Sagala,
2009).
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula
adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi.
Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan
pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat,
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.
Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan hipertensi (Sagala,
2009).
5. Tanda dan Gejala Hipertensi
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain
tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada
retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan
pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada
diskus optikus).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan
gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya
kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ
yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan
patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia
(peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma [peningkatan
nitrogen urea darah (Blood Urea Nitrogen) dan kreatinin]. Keterlibatan
pembuluh darah otak dapat menimbulkan strok atau serangan
iskemiktransien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada
satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan (Sagala, 2009).
Menurut Sagala (2009) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala
klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :
nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah,
akibat peningkatan tekanan darah intrakranial, penglihatan kabur
akibat kerusakan retina akibat hipertensi, ayunan langkah yang tidak
mantap karena kerusakan susunan saraf pusat, nokturia karena
peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edema
dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu
pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara
tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain- lain (Sagala, 2009).
C. KANKER PAYUDARA
1. Definisi
Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan
payudara yang dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya.
Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel
jaringan tubuh yang berubah menjadi ganas (Harianto 2005).Jadi
kanker payudara (ca mammae) adalah suatu gangguan pada sel normal
mammae yang tumbuh menjadi sel abnormal yang dapat berubah
menjadi ganas.
3. Etiologi
Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun
beberapa faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan
kejadian kanker payudara (Erik.2005) yaitu :
a. Tinggi melebihi 170 cm
Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker
payudara karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan
remaja membuat adanya perubahan struktur genetik (DNA) pada
sel tubuh yang diantaranya berubah ke arah sel ganas.
b. Usia
Usia dibawah 20 tahun jarang dijumpai kanker payudara, angka
kejadiannya meningkat sejalan dengan bertambahnya usia.
c. Wanita yang belum mempunyai anak
Wanita yang belum mempunyai anak lebih lama terpapar dengan
hormon estrogen relatif lebih lama dibandingkan wanita yang
sudah punya anak.
d. Ibu yang menyusui
Ibu yang menyusui dapat mengurangi bahaya terkena kanker
payudara karena semakin lama ibu menyusui anaknya semakin
kecil terkena kanker payudara,saat menyusui terdapat perubahan
hormonal salah satunya yaitu penurunan esterogen.
e. Kelamin
Kelamin laki-laki hanya 1 % angka kejadian kanker payudara.
f. Faktor genetic
Faktor genetik kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 –
3 x lebih besar pada wanita yang ibunya atau saudara kandungnya
menderita kanker payudara. Dan secara umum juga riwayat
keluarga sangat berperan dalam terjadinya kanker payudara
4. Fisiologi
Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon.
Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa
pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause.
Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan progesteron yang diproduksi
ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus
berkembang dan timbulnya asinus. Perubahan kedua adalah perubahan
sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi
payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi
berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul
benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang
menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan
fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu
pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar
terlalu besar. Begitu menstruasi mulai semuanya berkurang. Perubahan
ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara
menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus
berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari
hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel
alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke
puting susu (Sjamsuhidajat, 2004).
5. Patofisiologi
Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi
antara lain obesitas, radiasi, hiperplasia, optik, riwayat keluarga
dengan mengkonsumsi za-zat karsinogen sehingga merangsang
pertumbuhan epitel payudara dan dapat menyebabkan kanker
payudara. Kanker payudara berasal dari jaringan epithelial, dan paling
sering terjadi pada sistem duktal. Mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel
dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi
karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu
7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi
massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kirakira berdiameter 1
cm). Pada ukuran itu, kira- kira seperempat dari kanker payudara telah
bermetastase. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika sudah teraba,
biasanya oleh wanita itu sendiri. Gejala kedua yang paling sering
terjadi adalah cairan yang keluar dari muara duktus satu payudara, dan
mungkin berdarah. Jika penyakit telah berkembang lanjut, dapat
pecahnya benjolan-benjolan pada kulit ulserasi (Price, 2006) .
Karsinoma inflamasi, adalah tumor yang tumbuh dengan cepat
terjadi kirakira 1-2% wanita dengan kanker payudara gejala-gejalanya
mirip dengan infeksi payudara akut. Kulit menjadi merah, panas,
edematoda, dan nyeri. Karsinoma inimenginfasi kulit dan jaringan
limfe. Tempat yang paling sering untuk metastase jauh adalah paru,
pleura, dan tulang ( Price, 2006 ).
Karsinoma payudara bermetastase dengan penyebaran langsung
kejaringan sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah.
Bedah dapat mendatangkan stress karena terdapat ancaman terhadap
tubuh, integritas dan terhadap jiwa seseorang. Rasa nyeri sering
menyertai upaya tersebut pengalaman operatif di bagi dalam tiga tahap
yaitu preoperatif, intra operatif dan pos operatif. Operasi ini
merupakan stressor kepada tubuh dan memicu respon neuron
endokrine respon terdiri dari system saraf simpati yang bertugas
melindungi tubuh dari ancaman cidera. Bila stress terhadap sistem
cukup gawat atau kehilangan banyak darah, maka mekanisme
kompensasi dari tubuh terlalu banyak beban dan syock akan terjadi.
Anestesi tertentu yang di pakai dapat menimbulkan terjadinya syock.
Respon metabolisme juga terjadi. Karbohidrat dan lemak di
metabolisme untuk memproduksi energi. Protein tubuh pecah untuk
menyajikan suplai asam amino yang di pakai untuk membangun
jaringan baru. Intake protein yang di perlukan guna mengisi kebutuhan
protein untuk keperluan penyembuhan dan mengisi kebutuhan untuk
fungsi yang optimal. Kanker payudara tersebut menimbulkan
metastase dapat ke organ yang deket maupun yang jauh antara lain
limfogen yang menjalar ke kelenjar limfe aksilasis dan terjadi
benjolan, dari sel epidermis penting menjadi invasi timbul krusta pada
organ pulmo mengakibatkan ekspansi paru tidak optimal. (Mansjoer ,
2000).
6. Manifestasi Klinis
Pada stadium awal tadak ada keluhan sama sekali hanya seperti
fribroadenoma atau penyakit fribrokistik yang kecil saja,bentuk tidak
teratur, batas tidak tegas, permukaan tidak rata, konsistensi pada keras.
Kanker payudara dapat terjadi di bagian mana saja dalam payudara,
tetapi mayoritas terjadi pada kuadran atas terluar dimana sebagian
besar jaringan payudara terdapat kanker payudara umum terjadi pada
payudara sebelah kiri. Umumnya lesi tidak terasa nyeri, terfiksasi dan
keras dengan batas yang tidak teratur, keluhan nyeri yang menyebar
pada payudara dan nyeri tekan yang terjadi pada saat menstruasi
biasanya berhubungan dengan penyakit payudara jinak. Namun nyeri
yang jelas pada bagian yang ditunjuk dapat berhubungan dengan
kanker payudara pada kasus yang lebih lanjut.
Meningkatnya penggunaan mammografi lebih banyak wanitayang
mencari bantuan medis pada penyakit tahap awal. Wanita – wanita ini
bisa saja tidak mempunyai gejala dengan tidak mempunyai benjolan
yang dapat diraba, tetapi lesi abnormal dapat terdeteksi pada
pemeriksaan mammografi. Banyak wanita dengan penyakit lanjut
mencari bantuan medis setelah mengabaikan gejala yang dirasakan,
sebagai contoh mereka baru mencari bantuan medis setelah tampak
dimpling pada kulit payudara yaitu kondisi yang disebabkan oleh
obstruksi sirkulasi limfotik pada dinding dada dapat juga merupakan
bukti. Metastasis di kulit dapat dimanifestasikan oleh lesi yang
mengalami ulserasi dan berjamur. Tanda-tanda dan gejala klasik ini
jelas mencirikan adanya kanker payudara pada tahap lanjut. Namun
indek kecurigaan yang tinggi harus dipertahankan pada setiap
abnormalitas payudara dan evaluasi segera harus dilakukan( Smeltzer
& Bare, 2002 ). Adapun stadium dan klasifikasi kanker payudara
adalah sebagai berikut :
a. Stadium I (stadium dini)
Besarnya tumor tidak lebih dari 2 - 2,25 cm, dan tidak terdapat
penyebaran (metastase) pada kelenjar getah bening ketiak. Pada
stadium I ini, kemungkinan penyembuhan secara sempurna adalah
70 %. Untuk memeriksa ada atau tidak metastase ke bagian tubuh
yang lain, harus diperiksa di laboratorium.
b. Stadium II
Tumor sudah lebih besar dari 2,25 cm dan sudah terjadi metastase
pada kelenjar getah bening di ketiak. Pada stadium ini,
kemungkinan untuk sembuh hanya 30 - 40 % tergantung dari
luasnya penyebaran sel kanker. Pada stadium I dan II biasanya
dilakukan operasi untuk mengangkat sel-sel kanker yang ada pada
seluruh bagian penyebaran, dan setelah operasi dilakukan
penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang
tertinggal.
c. Stadium III
Tumor sudah cukup besar, sel kanker telah menyebar ke seluruh
tubuh, dan kemungkinan untuk sembuh tinggal sedikit. Pengobatan
payudara sudah tidak ada artinya lagi. Biasanya pengobatan hanya
dilakukan penyinaran dan kemoterapi (pemberian obat yang dapat
membunuh sel kanker). Kadang-kadang juga dilakukan operasi
untuk mengangkat bagian payudara yang sudah parah. Usaha ini
hanya untuk menghambat proses perkembangan sel kanker dalam
tubuh serta untuk meringankan penderitaan penderita semaksimal
mungkin (Smeltzer &Bare,2002) .
7. Penatalaksanaan
Menurut (Smeltzer dan Bare, 2002) penatalaksanaan kanker
payudara adalah :
a. Pengobatan lokal kanker payudara
Tujuan utama terapi lokal adalah menyingkirkan adanya kanker
lokal:
Mastektomi radiasi yang modifikas
Bedah dengan menyelamatkan payudara, adalah :
mastektomi, limfektomi (pengangkatan jaringan kanker
dan sejumlah kecil jaringan sekitarnya dengan kulit
lapisan atas tetap di tempatnya)
b. Mastektomi
Mastektomi merupakan pengangkatan ke seluruh tubuh
payudara dan beberapa nodus limfe. Tujuannya : untuk
menghilangkan tumor payudara dengan membuang payudara
dan jaringan yang mendasari.
c. Terapi radiasi
Terapi radiasi Biasanya di lakukan sel infuse massa tumor
untuk mengurangi kecenderungan kambuh dan menyingkirkan
kanker resudial.
d. Rekontruksi / pembedahan
e. Terapi Hormonal Tujuan dari terapi hormonal adalah untuk
menekan sekresi hormon esterogen.
f. Tranplantasi sumsum tulang
Tranplantasi sumsung tulang pada tahap ini prosedur yang di
lakukan adalah pengangkatan sumsum tulang dan memberikan
kemoterapi dosis tinggi, sumsum tulang pasien yang di
pisahkan dari efek samping kemoterapi, kemudian infuskan ke
IV.
8. Komplikasi
Menurut Sjamsuhidayat ( 2004 ), komplikasi kanker payudara adalah :
a. Gangguan Neurovaskuler
b. Metastasis : otak, paru, hati, tulang tengkorak, vertebra, iga,
tulang panjang.
c. Fraktur patologi
d. Fibrosis payudara
e. Kematian
1. Lingkungan fisik
a. Apakah rumah penduduk tergolong perumahan yang menetap?
b. Apakah pencahayaan di rumah penduduk sudah cukup?
c. Apakah di daerah ini sirkulasi udara sudah baik ? misalnya
terdapat pepohonan dan terdapat ventilasi yang cukup pada
setiap rumah warga?
2. Pelayanan Kesehatan
a. Apakah terdapat praktik klinik swasta di daerah ini ?
b. Berapa jumlah tenaga kesehatan di daerah ini (perawat, bidan,
dokter)?
c. Apakah terdapat mushola atau tempat ibadah lainnya di daerah
ini ?
d. Ada berapa sekolah yang terdapat pada daerah ini ?
e. Apakah terdapat panti sosial di daerah ini?
f. Apakah terdapat pasar/swalayan/ toko yang menyediakan
kebutuhan masyarakat?
g. Apakah ada tempat perkumpulan untuk melakukan
musyawarah di daerah ini ?
h. Apakah program posyandu terlaksana di daerah ini? Posyandu
apa saja yang diselenggarakan di daerah ini? Apakah posyandu
sudah berjalan aktif? Berapa kali diselenggarakan?
i. Apakah sanitasi warga sudah tergolong baik atau tidak ?
j. Dari mana sumber air yang digunakan dalam masyarakat?
k. Dimanakah pembuangan air limbah pada masyarakat?
l. Apakah mayoritas warga telah memiliki jamban pada setiap
rumah ?
m. Dimanakah mayoritas warga melakukan MCK?
n. Dimankah tempat penumpukan/pembuangan sampah ?
o. Dari mana terdapatnya sumber polusi yang mungkin
mengancam kesehatan atau kegiatan sehari-hari?
p. Apakah ada vektor penyebab penyakit di masyarakat?
3. Keamanan & Transportasi :
a. Apakah ada pemadam kebakaran?
b. Apakah ada terdapat siskamling atau hansip?
c. Apakah ada transportasi umum atau pribadi yang bisa
digunakan di masyarakat?
d. Apakah keadaan jalanan di daerah ini sudah dalam keadaan
baik?
e. Bagaimana cara pemilihan RT/RW di daerah ini ?
4. Pemerintah dan politik
a. Ada berapa RT dan RW di desa ini ?
b. Ada berapa kader di desa ini ?
c. Apakah ada karang taruna di desa ini? Apakah sudah berjalan
dengan baik dan aktif?
d. Apakah terdapat tokoh agama di desa ini ?
5. Pendidikan
a. Tingkat pendidikan komunitas ?
b. Apa fasilitas pendidikan yang tersedia?
c. Jenis bahasa apa yang digunakan dalam pendidikan?
6. Rekreasi
a. Apakah masyarakat sering melakukan rekreasi antar warga atau
kelompok tertentu?
b. Fasilitas apa yang digunakan jika pergi berekreasi?
7. Ekonomi
a. Apakah warga memiliki pekerjaan yang tetap?
b. Berapa jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan?
c. Berapa jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan?
d. Berapa jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga, dan
lanjut usia?
Pengkajian komunitas pada klien hipertensi
1. Riwayat kesehatan
a. Apakah anda pernah merasa berat di tengkuk?
b. Apakah anda sering merasa pusing?
c. Apakah anda pernah merasa pandangan kabur?
d. Apakah anda merasa telinga berdengung?
e. Apakah anda merasa kesulitan untuk tidur?
Apakah anda sering merasa jantung berdebar-debar?
2. Riwayat kesehatan keluarga
a. Apakah di dalam keluarga ada anggota keluarga yang
mengalami hipertensi?
3. Makanan yang dikonsumsi
a. Biasanya anda lebih sering makan makanan yang (Asin, manis,
pedas)?
b. Berapa banyak anda makan dalam sehari?
c. Apakah anda sering mengemil makanan seperti kue, roti,
biscuit, makanan berlemak, santan, jeroan dan tetelan? Jika iya,
berapa kali dalam seminggu?
d. Apakah anda pernah mengkonsumsi alcohol?
e. Apakah anda pernah mengkonsumsi kopi? Jika iya, berapa kali
dalam sehari?
f. Apakah anda merokok? Jika iya, berapa batang yang anda
habiskan dalam sehari?
4. Aktivitas fisik
a. Berapa kali anda berolahraga dalam seminggu? Berapa durasi
waktunya?
5. Riwayat pengobatan
a. Apakah yang anda lakukan dalam mengatasi rasa nyeri/berat di
tengkuk tersebut?
6. Komunikasi
a. Darimanakah anda mendapatkan informasi mengenai
hipertensi?
b. Apakah yang telah anda lakukan dalam perawatan hipertensi
dalam kehidupan sehari-hari?
c. Apakah ada papan pengumuman tentang hipertensi di
lingkungan anda? Jika iya, Apakah anda mengerti isi dari
informasi tersebut?
d. Apakah anda juga mendapatkan informasi mengenai hipertensi
dari teman terdekat atau tetangga?
Deteksi Kanker
Langkah-langkah yang dilakukan antara lain:
1. Mempersiapkan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Memetakan Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama yang dapat melakukan pemeriksaan
Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara.
2. Melakukan pemetaan peserta wanita sudah menikah dan wanita
berisiko dengan ketentuan:
a. Berisiko tinggi Kanker Leher Rahim, antara lain:
menikah/hubungan seksual pada usia muda, sering melahirkan,
merokok, berganti-ganti pasangan seksual, dan infeksi menular
seksual.
1) Apakah anda sudah menikah?
2) Apakah anda pernah melakukan hubungan seksual pada
usia muda?
3) Berapakali anda melahirkan?
4) Apkah anda merokok ?
5) Apakah anda pernah berganti-ganti pasangan seksual?
6) Apakah anda pernah mengalami infeksi menular
seksual ?
b. Berisiko tinggi Kanker Payudara, antara lain: riwayat keluarga
ada yang menderita Kanker Payudara, menstruasi dini, wanita
yang mempunyai anak pertama diatas usia 30 tahun, tidak
pernah menyusui, menopause usia lanjut, riwayat tumor jinak
payudara, terapi hormon, pajanan radiasi, kontrasepsi oral
terlalu lama, alkohol dan trauma terus menerus
1) Apakah ada keluarga anda yang menderita kangker
payu dara?
2) Pada umur berapakah anda mulai menstruasi?
3) Pada usia berapa anda melahirkan anak pertama?
4) Apakah anda memberikan ASI kepada anak anda?
5) Apakah anda masih menstruasi setiap bulannya? Kapan
terkahir menstruasi?
6) Apakah sebelumnya anda mempunyai riwayat tumor
jinak payudara?
7) Apakah anda pernah melakukan terpai hormon?
8) Apakah anda berada di lingkungan yang terpapar
radiasi?
9) Apakah anda mengkonsumsi pik KB? Berapa lama
anda mengkonsumsinya?
10) Apakah anda pernah mengkonsumsi alkohol?
11) Apakah anda pernah mengalami trauma yang terus-
menrus?
c. Peserta mendapatkan rekomendasi dari Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama
d. Peserta mendaftar dengan lembar kesediaan Formulir
Permohonan Pelayanan Deteksi Kanker Leher Rahim atau
Kanker Payudara
ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa
a. Gaya hidup monoton b.d kurang pengetahuan tentang keuntungan
olahraga bagi kesehatan : suatu kebiasaan hidup yang dicirikan
dengan aktivitas fisik yang rendah.
b. Perilaku kesehatan cenderung beresiko b.d kurang dukungan social
Hambatan kemampuan untuk mengubah gaya hidup/perilaku
dalam cara yang memperbaiki status kesehatan.
c. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan b.d keterampilan
komunikasi yang tidak efektif : ketidakmampuan mengidentifikasi,
mengelola, dan/atau mencari bantuan untuk mempertahankan
kesehatan.
d. Defisiensi kesehatan komunitas b.d ketidakcukupan akses pada
pemberi layanan kesehatan.
e. Ketidakefektifan manajemen kesehatan b.d kurang dukungan
sosial.
yang
memperbaiki Kepercayaan mengenai
status kesehatan : Sumber-sumber
kesehatan. yang diterima
1. 170303 : Merasakan
dukungan dari tetangga
:dipertahankan pada 3
ditingkatkan ke 5.
2. 170304 : Merasakan
dukungan dari penyedia
layanan kesehatan :
dipertahankan pada 3
ditingkatkan ke 5.
3. 170305 : Merasakan
dukungan dari dukungan
kelompok sendiri :
dipertahankan pada 3
ditingkatkan ke 5
3 Ketidakefekti Kriteria hasil : 1. Berikan
fan pendidikan
Keseimbangan Gaya Hidup :
pemeliharaan kesehatan.
2013
kesehatan b.d 2. Peningkatan
keterampilan kesadaran
f. 201301 :
komunikasi kesehatan.
Mengenali
yang tidak 3. Lakukan
kebutuhan
efektif : Skrining
untuk
ketidakmamp kesehatan.
menyeimban
uan 4. Berikan
gkan
mengidentifi panduan
aktivitas-
kasi, sistem
aktivitas
mengelola, pelayanan
hidup :
dan/atau kesehatan.
dipertahanka
mencari 5. Fasilitasi
n pada 2
bantuan pembelajaran.
ditingkatkan
untuk
ke 5.
mempertahan
g. 201302 :
kan
Mencari
kesehatan. informasi
tentang
startegi
untuk
aktivitas
hidup yang
seimbang :
dipertahanka
n pada 2
ditingkatkan
pada
Pengetahuan : Manajemen
Kanker : 1833
Pengetahuan : Manajemen
Hipertensi : 1837
1. 185522 : strategi
pencegahan penyakit
dipertahankan pada 2
ditingkatkan di 4.
2. 185527 : Pentingnya
skrining pencegahan
dipertahankan pada 2
ditingkatkan ke 4.
3. 185535 : strategi
meningkatkan
keseimbangan hidup
dipertahankan pada 2
ditingkatkan ke 4.
1. 280101 : Penyediaan
program pendidikan publik
tentang penyakit kronis
dipertahankan pada 2
ditingkatkan ke 4.
2. 280102 : Tingkat
partisipasi populasi target
dalam program
pengurangan resiko
dipertahankan pada 2
ditingkatkan ke 4.
3. 280103 : Ketersediaan
program preventif
dipertahankan pada 2
ditingkatkan ke 4.
4. 280105 : ketersediaan
program pendidikan
manajemen penyakit kronis
sendiri dipertahankan pada
2 ditingkatkan ke 4.
5. 280119 : pemantauan
insiden penyakit kronis
dipertahankan pada 2
ditingkatkan ke4
6. 280123 : pemantauan
komplikasi penyakit kronis
dipertahakan pada 2
ditingkatkan ke.
1. 280701 : identifikasi
kondisi berisiko tinggi
yang umum di komunitas
dipertahankan pada 2
ditingkatkan ke 4.
2. 280703 : pemilihan
skrining difokuskan pada
deteksi dini dipertahankan
pada 2 ditingkatkan ke 4.
3. 280707 : identifikasi
kebutuhan skrining untuk
orang dewasa
dipertahankan pada 2
ditingkatkan ke 4.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. PTM
Penyakit tidak menular (PTM) diproyeksikan akan terus meningkat
persentasenya dalam menyebabkan kematian dan penurunan kualitas
hidup. Empat kelompok penyakit utamanya berkaitan erat dengan
empat faktor perilaku seperti merokok, konsumsi alkohol, pola makan
yang buruk, dan kurangnya aktivitas fisik. Empat faktor perilaku
tersebut berpengaruh terhadap empat faktor metabolik kunci penyakit
tidak menular, yaitu, tekanan darah meningkat, kelebihan berat
badan/obesitas, kadar glukosa darah yang tinggi, dan kadar kolesterol
yang meningkat.
2. Hipertensi
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan
gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya
kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ
yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan
patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia
(peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma [peningkatan
nitrogen urea darah ( Blood Urea Nitrogen) dan kreatinin].
Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan strok atau
serangan iskemiktransien yang bermanifestasi sebagai paralisis
sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan
(Sagala, 2009).
3. Kanker Payudara
Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker terbanyak di
Indonesia. Berdasarkan Pathological Based Registration di Indonesia,
KPD menempati urutan pertama dengan frekuensi relatif sebesar
18,6%. (Data Kanker di Indonesia Tahun 2010, menurut data
Histopatologik ; Badan Registrasi Kanker Perhimpunan Dokter
Spesialis Patologi Indonesia (IAPI) dan Yayasan Kanker Indonesia
(YKI)).
B. SARAN
1. PTM
WHO mengusulkan beberapa intervensi untuk mencegah dan
mengontrol penyakit tidak menular, seperti untuk peningkatan pajak
tembakau dan alkohol, tempat kerja dan publik harus bebas dari asap
rokok, memberi informasi kesehatan dan peringatan, larangan iklan
rokok, promosi, dan sponsorships, akses terbatas untuk alkohol,
melarang iklan alkohol, mengurangi asupan garam dalam makanan,
penggantian lemak trans dengan lemak tidak jenuh ganda, dan
menyadarkan public melalui media massa tentang diet dan aktivitas
fisik.
2. Hipertensi
Bagi masyarakat khususnya penderita hipertensi agar dapat
memeriksakan tekanan darah secara rutin dan meminum obat yang
diberikan di puskesmas secara rutin. Serta penderita hipertensi agar
dapat menciptakan tidur yang optimal dan manajemen stres. Penderita
hipertensi harus mencari informasi tentang hipertensi dan dampaknya
serta obat-obatan herbal yang dapat menurunkan tekanan darah. Saat
kontrol tekanan darah, penderita hipertensi harus sering bertanya
kepada petugas kesehatan terkait hipertensi dan mendengarkan
pendidikan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan, apabila
ada kegiatan yang diadakan di puskesmas seperti penyuluhan dan
senam hipertensi, sebaiknya penderita hipertensi agar rajin untuk
mengikutinya.
3. Kanker Payudara
Saran bagi masyarakat adalah agar masyarakat lebih antusias lagi
dan peduli akan kesehatan khususnya kesehatan pribadi. Dan mau
mencari informasi kesehatan yang dapat meningkatkan pengetahuan
masyarakat mengenai faktor-faktor penyebab penyakit dan
pencegahannya.
DAFTAR PUSTAKA
Warganegara, E., & Nur, N. N. (2016). Faktor Risiko Perilaku Penyakit Tidak
Menular. Majority, 5(2), 88–94. Retrieved from
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1082