Anda di halaman 1dari 50

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS II

“Askep Komunitas Kesehatan Pria dan Wanita”

Disusun Oleh : Kelompok 1

1. Aldi Irawan (21118055)


2. Amelia Monika (21118056)
3. Anggun Riski Rahmiyani (21118058)
4. Anjelia Novriani (21118059)
5. Arifaldi Azhar (21118060)
6. Ayu qorimah Islamiah (21118061)
7. Devi Nina Indriani (21118062)
8. Dewi Ernanti (21118063)
9. Dewi Susantri Nengrum (21118064)
10. Dhea Egy Pramesillia (21118065)
11. Dina Anitasari (21118066)
12. Dinda Tasya Gravela Putri (21118067)
13. Dwi Susanti (21118068)

Dosen pembimbing : Yudi Abdul Majid.,S.Kep.,Ns.,M.Kes

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU


KESEHATAN INSTITUT ILMU KESEHATAN & TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat,
Karunia, serta Taufik dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
KEPERAWATAN KOMUNITAS II tentang ASKEP KOMUNITAS
KESEHATAN PRIA DAN WANITA ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya, dan juga kami berterima kasih pada bapak selaku Dosen
Mata Kuliah keperawatan komunitas II Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi
Muhammadiyah Palembang yang telah memberikan tugas ini kepada penulis.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita.

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat


kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penulis buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
penulis sendiri maupun orang yang membacanya. Akhir kata penulis mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon
kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu
yang akan datang.

Palembang, Maret 2021

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................

DAFTAR ISI ....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................

A. LATAR BELAKANG ............................................................................


B. RUMUSAN MASALAH .......................................................................
C. TUJUAN ................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................

A. PTM (penyakit tidak menular) ................................................................


B. HIPERTENSI .........................................................................................
C. KANKER PAYUDARA ........................................................................
D. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.................................................

BAB III PENUTUP ..........................................................................................

A. KESIMPULAN ......................................................................................
B. SARAN ..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
PTM (Penyakit Tidak Menular) diketahui sebagai penyakit yang
tidak dapat disebarkan dari seseorang terhadap orang lain. Terdapat empat
tipe utama penyakit tidak menular yaitu penyakit kardiovaskuler, kanker,
penyakit pernapasan kronis, dan diabetes. Pola hidup modern telah
mengubah sikap dan perilaku manusia, termasuk pola makan, merokok,
konsumsi alkohol serta obat-obatan sebagai gaya hidup sehingga penderita
penyakit degeneratif (penyakit karena penurunan fungsi organ tubuh)
semakin meningkat dan mengancam kehidupan.
Sedangkan menurut Hananta I.P.Y., & Freitag H. (2011),
Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam
pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu periode.
Hipertensi dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik yang bersifat
endogen seperti usia, jenis kelamin dan genetik/keturunan maupun yang
bersifat eksogen seperti obesitas, konsumsi garam, rokok dan kopi.
Kanker payudara merupakan keganasan pada jaringan payudara
yang dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya. Kanker
payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan
tubuh yang berubah menjadi ganas (Harianto 2005).Jadi kanker payudara
(ca mammae) adalah suatu gangguan pada sel normal mammae yang
tumbuh menjadi sel abnormal yang dapat berubah menjadi ganas.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian PTM ?
2. Apa pengertian hipertensi ?
3. Apa penyebab hipertensi ?
4. Apa klasifikasi hipertensi ?
5. Apa patofisiologi hipertensi ?
6. Apa tanda dan gejala hipertensi ?
7. Apa faktor risiko hipertensi ?
8. Apa pengertian kanker payudara ?
9. Bagaimana epidemiologi kanker payudara ?
10. Apa penyebab kanker payudara ?
11. Apa fisiologi kanker payudara ?
12. Apa patofisiologi kanker payudara ?
13. Apa klasifikasi kanker payudara ?
14. Apa penatalaksanaan kanker payudara ?
15. Apa komplikasi kanker payudara ?
16. Bagaimana konsep asuhan keperawatan ?

C. TUJUAN
1. Untuk megetahui pengertian PTM
2. Untuk mengetahui pengertian hipertensi
3. Untuk mengetahui penyebab hipertensi
4. Untuk mengetahui klasifikasi hipertensi
5. Untuk mengetahui patofisiologi hipertensi
6. Untuk mengetahui tanda dan gejala hipertensi
7. Untuk mengetahui faktor risiko hipertensi
8. Untuk mengetahui pengertian kanker payudara
9. Untuk mengetahui epidemiologi kanker payudara
10. Untuk mengetahui penyebab kanker payudara
11. Untuk mengetahui fisiologi kanker payudara
12. Untuk mengetahui patofisiologi kanker payudara
13. Untuk mengetahui klasifikasi kanker payudara
14. Untuk mengetahui penatalaksanaan kanker payudara
15. Untuk mengetahui komplikasi kanker payudara
16. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan
BAB II

PEMBAHASAN

A. PTM (Penyakit Tidak Menular)


Penyakit tidak menular merupakan salah satu masalah kesehatan
yang menjadi perhatian nasional maupun global pada saat ini. Data WHO
tahun 2008 menunjukan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi, 36 juta
atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular. Di
negara dengan tingkat ekonomi rendah sampai menengah, 29% kematian
yang terjadi pada penduduk berusia kurang dari 60 tahun disebabkan oleh
PTM.
Indonesia dalam beberapa dasawarsa terakhir menghadapi masalah
triple burden diseases, yaitu penyakit menular yang masih menjadi
masalah, kejadian re-emerging diseases dan new emerging diseases yang
masih sering terjadi, dan di sisi lain kejadian PTM cenderung meningkat
dari waktu ke waktu. Menurut profil Penyakit Tidak Menular WHO tahun
2011, di Indoesia tahun 2008 terdapat 582.300 laki-laki dan 481.700
perempuan meninggal karena PTM. Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007 dan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
tahun 1995 dan 2001, tampak bahwa selama 12 tahun (1995-2007) telah
terjadi transisi epidemiologi dimana kematian karena penyakit tidak
menular semakin meningkat, sedangkan kematian karena penyakit
menular semakin menurun. Fenomena ini diprediksi akan terus berlanjut.
Penyakit tidak menular diketahui sebagai penyakit yang tidak dapat
disebarkan dari seseorang terhadap orang lain. Terdapat empat tipe utama
penyakit tidak menular yaitu penyakit kardiovaskuler, kanker, penyakit
pernapasan kronis, dan diabetes. Pola hidup modern telah mengubah sikap
dan perilaku manusia, termasuk pola makan, merokok, konsumsi alkohol
serta obat-obatan sebagai gaya hidup sehingga penderita penyakit
degeneratif (penyakit karena penurunan fungsi organ tubuh) semakin
meningkat dan mengancam kehidupan. Akibat perilaku manusia pula,
lingkungan hidup dieksploitasi sedemikian rupa sampai menjadi tidak
ramah terhadap kehidupan manusia sehingga meningkatkan jumlah
penderita penyakit paru kronis yang seringkali berakhir dengan kematian.
Demikian pula berbagai penyakit kanker dapat dipicu oleh bermacam
bahan kimia yang bersifat karsinogenik, kondisi lingkungan, serta perilaku
manusia.
Penyakit tidak menular (PTM), dikenal juga sebagai penyakit kronis,
tidak ditularkan dari orang ke orang. Perkembangan penyakit tidak
menular umumnya lambat dan membutuhkan durasi yang panjang.
Berdasarkan profil WHO mengenai penyakit tidak menular di Asia
Tenggara, ada lima penyakit tidak menular dengan angka kesakitan dan
kematian yang tinggi, yaitu penyakit kardiovaskuler, kanker, penyakit
pernapasan kronis, dibetes mellitus, dan cedera.3,4 Empat terbanyak dari
penyakit tidak menular yaitu penyakit kardiovaskuler, kanker, penyakit
pernapasan kronis, dan diabetes mellitus. Proporsi penyebab kematian
PTM pada orang-orang berusia kurang dari 70 tahun, penyebab kematian
terbesar adalah penyakit kardiovaskuler (39%), diikuti kanker (27%),
sedangkan penyakit pernapasan kronis, penyakit pencernaan dan PTM lain
bersama-sama menyebabkan sekitar 30% kematian serta 4% disebabkan
oleh diabetes mellitus.
1. Penyakit Kardiovaskuler
Secara global, penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian
nomor satu dan diproyeksikan akan tetap demikian. Penyakit
kardiovaskuler mencakup penyakit jantung koroner, penyakit
serebrovaskuler, peningkatan tekanan darah, penyakit arteri perifer,
penyakit jantung rematik, penyakit jantung bawaan, dan gagal
jantung.Penyebab utama penyakit kardiovaskuler adalah merokok,
aktivitas fisik yang kurang, dan diet yang tidak sehat. Merokok, diet
yang tidak sehat, dan aktivitas fisik yang kurang meningkatkan risiko
serangan jantung dan stroke. Tekanan darah tinggi tidak memiliki
gejala, namun dapat menyebabkan serangan jantung dan stroke. Lebih
dari 80% kematian akibat penyakit kardiovaskuler terjadi di negara
berpenghasilan rendah sampai menengah. Status ekonomi yang rendah
meningkatkan paparan faktor risiko dan kerentanan terhadap penyakit
kardiovaskuler.
2. Kanker
Kanker menyumbang kematian kedua setelah penyakit
kardiovaskuler. Jenis utama kanker adalah kanker paru, kanker perut,
kanker kolorektal, kanker hati, dan kanker payudara.Lebih dari 70%
semua kematian akibat kanker terjadi di negara berpenghasilan rendah
sampai menengah. Dan diproyeksikan akan terus meningkat dengan
perkiraan 11.5 juta kematian pada 2030. Faktor risiko utama kanker
adalah merokok, konsumsi alkohol, faktor makanan (termasuk
konsumsi sayur dan buah yang kurang), aktivitas fisik yang kurang,
infeksi kronis dari Helycobacter pylori, virus hepatitis B, virus
hepatitis C, dan beberapa jenis Human Papilloma Virus (HPV), serta
lingkungan dan risiko kerja yang berhubungan dengan pengion dan
radiasi.
3. Penyakit Pernapasan Kronis
Penyakit pernapasan kronis adalah penyakit pada saluran udara dan
struktur paru lainnya seperti asma dan alergi pernapasan, penyakit paru
obstruktif kronis, penyakit paru kerja (kerusakan paru akibat debu,
uap, atau gas berahaya yang terhirup pekerja di tempat kerja), sleep
apnea syndrome, dan hipertensi pulmonal.Prevalensi penyakit ini
meningkat dimana-mana, khususnya di kalangan anak-anak dan orang
tua serta meningkat di daerah dengan penghasilan rendah samai
menengah. Penyakit pernapasan kronis sering kurang
diperhatikan,underdiagnosed, kurang diobati, dan kurang dicegah.
Faktor risiko dari penyakit pernapasan kronis adalah merokok (baik
aktif maupun pasif), terpapar polusi udara, paparan allergen, infeksi
saluran pernapasan berulang pada anak, serta debu kerja dan bahan
kimia.
4. Diabetes Mellitus
Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara
efektif menggunakan insulin yang dihasilkan.Risiko kematian orang
yang menderita diabetes mellitus adalah dua kali lipat dibandingkan
orang tanpa diabetes mellitus.Ada dua tipe diabetes, yaitu diabetes
mellitus tipe 1 dan diabetes mellitus tipe 2. Diabetes mellitus tipe 1
ditandai dengan kurangnya produksi insulin; tanpa pemberian insulin
harian, diabetes mellitus tipe 1 akan berakibat fatal. Diabetes mellitus
tipe 2 disebabkan karena penggunaan insulin yang tidak efektif;
diabetes mellitus tipe 2 merupakan 90% tipe dari penderita diabetes di
seluruh dunia, hal ini merupakan dampak dari kelebihan berat badan
dan kurangnya aktivitas fisik. Peningkatan kadar gula darah adalah
efek dari diabetes yang tidak terkontrol sehingga perlahan dapat
merusak jantung, pembuluh darah, mata, ginjal, dan saraf sehingg
memiliki implikasi yang buruk terhadap kesehatan dan kualitas hidup.

Penyakit tidak menular telah menjadi kelompok penyakit yang sulit


untuk didefinisikan. Istilah penyakit tidak menular menjadi sebuah
ironi karena beberapa penyakit yang termasuk seperti kanker leher
rahim, perut, dan hati sebagian disebabkan oleh infeksi organisme.
Namun, empat perilaku seperti penggunaan tembakau, konsumsi
alkohol, pola makan yang buruk, dan kurangnya aktivitas fisik
merupakan perilaku yang menjadi faktor risikodan berhubungan erat
dengan empat penyakit tidak menular utama (penyakit kardiovaskuler,
kanker, penyakit pernapasan kronis, dan diabetes) yang mencapai 80%
menyebabkan kematian dari kelompok penyakit tidak menular.
Penyakit tidak menular muncul dari kombinasi faktor risiko yang tidak
dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Fakor
risiko yang tidak dapat dimodifikasi oleh individu adalah usia, jenis
kelamin, dan genetika. Sedangkan faktor risiko yang dapat
dimodifikasi adalah faktor yang dapat diubah melalui keadaran
individu itu sendiri dan intervensi sosial. Faktor- faktor yang dapat
dimodifikasi tersebut adalah:
1. Merokok
Efek berbahaya dari merokokterhadap kematian yang disebabkan
oleh kanker, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit pernapasan
kronis telah lama diketahui. Selain itu, paparan asap rokok pada
perokok pasif seperti ibu hamil, anak-anak, dan orang dewasa yang
tidak hamil di rumah maupun di tempattempat umum
menyebabkan hasil kelahiran yang merugikan, penyakit pernapasan
pada masa kanak-kanak, dan penyakit lainnya seperti yang diderita
oleh perokok aktif. Setiap tahunnya, tembakau menyumbang
sekitar 6 juta kematian (termasuk perokok pasif) dan diproyeksikan
akan meningkat menjadi 8 juta pada tahun 2030.
Selain pergeseran pola prevalensi merokok, telah terjadi perubahan
dalam jenis rokok yang tersedia, seperti rokok rendah tar dan rokok
elektrik. Namun, hasil tinjauan menyimpulkan bahwa selama lima
dekade desain rokok berkembang tidak mengurangi risiko penyakit
di kalangan perokok. Satusatunya tindakan yang efektif untuk
mencegah bahaya merokok adalah dengan pencegahan dan
penghentian merokok.
2. Konsumsi Alkohol
Alkohol merupakan zat psikoaktif dengan memproduksi substansi
yang membuat ketergantungan pengkonsumsinya. Dampak alkohol
ditentukan oleh volume alkohol yang dikonsumsi, pola minum, dan
kualitas alkohol yang dikonsumsi. Pada tahun 2012, sekitar 3.3 juta
kematian, atau sekitar 5.9% dari seluruh kematian global
disebabkan oleh konsumsi alkohol. Konsumsi Alkohol sangat
umum di seluruh dunia meskipun membawa risiko yang merugikan
bagi kesehatan dan konsekuensi sosial terkait efek memabukkan,
sifat beracun, dan ketergantungan.Konsumsi alkohol merupakan
faktor risiko utama untuk beban penyakit di negara berkembang
berkaitan dengan berbagai penyakit dan cedera, termasuk
kecelakaan lalu lintas, kekerasan, dan bunuh diri. Secara
keseluruhan, 5.1% dari beban penyakit global dan cedera
disebabkan oleh alkohol (diukur dalam Disability-Adjusted Life
Years, DALYs). Konsumsi alkohol yang berlebih tidak hanya
meningkatkan risiko cedera secara substansial, tetapi juga
memperburuk penyakit kardiovaskuler dan hati. Konsumsi alkohol
terus meningkat di Jepang, Cina, dan banyak negara lain di Asia
yang sebelumnya rendah.
Faktor lingkungan meliputi pembangunan, ekonomi, budaya,
ketersediaan alkohol, serta kelengkapan tingkat pelaksanaan dan
penegakkan kebijakan alkohol mempengaruhi pola konsumsi
alkohol dan besarnya masalah yang berhubungan dengan alkohol
dalam populasi.
3. Pola Makan yang Buruk
Sekitar 16 juta (1%) DALYs (ukuran potensial kehilangan
kehidupan karena kematian dini dan tahun-tahun produktif yang
hilang karena cacat) dan 1.7 juta (2.8%) dari kematian di seluruh
dunia disebabkan oleh kurangnya konsumsi buah dan sayur.
Konsumsi cukup buah dan sayur mengurangi risiko penyakit
kardiovaskular, kanker perut, dan kanker kolorektal. Konsumsi
makanan tinggi kalori seperti makanan olahan yang tinggi lemak
dan gula cenderung menyebabkan obesitas dibandingkan makanan
rendah kalori seperti buah dan sayuran. Jumlah garam yang
dikonsumsi merupakan faktor penentu penting dari tingkat tekanan
darah dan risiko kardiovaskuler secara keseluruhan. Diperkirakan
bahwa mengurangi asupan garam dari konsumsi rata-rata 9-12
gram per hari menjadi 5 gram per hari memiliki dampak besar pada
tekanan darah dan penyakit kardiovaskuler. Konsumsi makanan
tinggi lemak jenuh dan trans fatty acid terkait dengan penyakit
jantung, minyak nabati tak jenuh ganda dapat menjadi pengganti
untuk menurunkan risiko penyakit jantung koronerdan diabetes
mellitus tipe 2.
4. Kurangnya Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik yang tidak memadai merupakan satu dari sepuluh
faktor risiko utama kematian global. Orang yang kurang aktif
secara fisik memiliki 20%-30% peningkatan faktor risiko penyebab
kematian dibandingkan dengan mereka yang setidaknya melakukan
aktivitas fisik selama 150 menit per minggu, atau setara seperti
yang direkomendasikan WHO.
Aktivitas fisik yang teratur mengurangi risiko penyakit jantung
iskemik, diabetes, kanker payudara, dan kanker kolon. Selain itu,
aktivitas yang cukup mengurangi risiko stroke, hipertensi, dan
depresi. Aktivitas fisik juga merupakan penentu utama dari
pengeluaran energi dan dengan demikian penting untuk
keseimbangan energy dan control berat badan.

Empat perilaku umum diatas (merokok, konsumsi alkohol, pola


makan yang buruk, dan kurangnya aktivitas fisik)menyebabkan
gangguan metabolik berupa peningkatan tekanan darah, kelebihan
berat badan/obesitas, tingginya kadar glukosa darah, dan
peningkatan kadar kolesterol yang berpengaruh terhadap kejadian
penyakit tidak menular.
1. Peningkatan Tekanan Darah
Peningkatan tekanan darah merupakan faktor risiko utama
untuk penyakit jantung koroner, iskemik, dan stroke
hemoragik. Tingkat tekanan darah telah terbukti berhubungan
dengan risiko tersebut. Dikatakan dalam beberapa kelompok
usia, setiap kenaikan 20/10 mmHg tekanan darah, mulai dari
115/75 mmHg meningkatkan risiko dua kalilipat terkena
penyakit kardiovaskuler. Selain penyakit jantung koroner,
iskemik, dan stroke, komplikasi peningkatan tekanan darah
dapat menyebabkan gagal jantung, penyakit pembuluh darah
perifer, gangguan ginjal, dan gangguan penglihatan.
Mengontrol tekanan darah sampai kurang dari 140/90 mmHg
dikaitkan dengan penurunankomplikasi kardiovaskuler.
2. Kelebihan berat badan
Obesitas memiliki efek metabolik yang buruk pada tekanan
darah, kolesterol, trigliserida, dan resistensi insulin. Risiko
penyakit jantung koroner, stroke iskemik, dan diabetes mellitus
tipe 2 terus meningkat seiring dengan meningkatnya indeks
massa tubuh (IMT). IMT yang meningkat juga meningkatkan
risiko kanker payudara, kanker kolon, kanker prostat, kanker
endometrium, kanker ginjal, dan kanker hati. Untuk mencapai
kesehatan optimal, IMT rata-rata untuk populasi dewasa harus
berada pada isaran 21-23 kg/m2, sedangkan bagi individu harus
menjaga IMT dalam kisaran 18.5-24.9 kg/m2. Terdapat
peningkatan risiko penyakit penyerta untuk orang dengan IMT
25-29.9 kg/m2 dan komorbiditas yang parah untuk IMT lebih
dari 30 kg/m2.
3. Kadar Glukosa Darah yang Tinggi
Diabetes bertanggung jawab untuk kematian 1,5 juta jiwa pada
tahun 2012 dan 89 juta DALYs. Toleransi glukosa yang
terganggu, dan gangguan gula darah puasa adalah kategori
risiko untuk diabetes dan penyakit kardiovaskuler.Orang
dengan diabetes memiliki risiko dua kali lipat terkena stroke.
Diabetes juga menyebabkan kegagalan ginjal pada banyak
populasi. Amputasi tungkai bawah meningkat 10 kali lebih
umum pada orang dengan diabetes. Diabetes juga merupakan
penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan.
Prevalensi hiperglikemi bergantung pada kriteria diagnostik
epidemiologi, dikatakan nilai gula darah puasa ≥7.0 mmol/L
(126 mg/dL) sudah cukup untuk mendiagnosis diabetes.
4. Peningkatan Kadar Kolesterol
Kadar kolesterol yang tinggi meningkatkan risiko penyakit
jantung dan stroke. Secara umum, sepertiga dari penyakit
jantung iskemik disebabkan oleh kadar kolesterol yang tinggi.
Kolesterol yang tinggi diperkirakan menyebabkan 2.6 juta
kematian (4.5% dari total kematian) dan 2.0% dari total
DALYs.

Untuk mengurangi dampak dari PTM pada individu dan


masyarakat, diperlukan pendekatan komprehensif dari semua
sektor, termasuk kesehatan keuangan, pendidikan, pertanian,
perencanaan, dan lain-lain. Berbagai penyakit tidak menular
dapat dicegah dengan mengatasi faktor risiko yang terkait,
ditargetkan dengan kebijakan kesehatan formal dan informal
dari inisiatif pemerintah. Temuan kunci telah menggaris
bawahi efektivitas kebijakan pemerintah dalam mencegah
penyakit tidak menular. WHO dalam mengatasi dan
mengendalikan penyakit tidak menular mendukung negara
negara anggota untuk mengembangkan dan melaksanakan
kebijakan yang komprehensif dan terpadu.Komponen program
pengendalian dan pencegahan penyakit tidak menular tersebut
adalah:
1. Pencegahan dan pengendalian penyakit kardiovaskuler.
Solusi untuk penyakit kardiovaskuler adalah dengan diet
makanan yang sehat dan meningkatkan aktifitas fisik,
menghentikan merokok, dan mengetahui kemungkinan
risiko.
2. Pencegahan dan pengendalian kanker
Strategi kunci untuk pencegahan kanker adalah dengan
mengontrol merokok, promosi makanan sehat dan aktivitas
fisik yang cukup, proteksi terhadap agen infeksi seperti
dengan melakukan vaksinasi, mencegah konsumsi alkohol
yang berlebihan, dan menggurangi paparan terahap radiasi
dan agen karsinogenik lain, serta proteksi diri.
3. Pencegahan dan pengendalian penyakit pernapasan kronis
Fokus pencegahan pada penyakit pernapasan kronis adalah
pencegahan merokok, deteksi dini penyakit paru yang
berhubungan dengan paparan, pengaturan diet dan nutrisi,
memperhatikan kualitas udara yang dihirup, dan
memperhatikan kualitas pernapasan pada awal-awal
kehidupan.
4. Kontrol diabetes mellitus
Untuk membantu mencegah diabetes mellitus tipe 2 dan
komplikasinya, dilakukan dengan cara mencapai dan
mempertahan kan berat badan yang ideal, melakukan
aktivitas fisik yang cukup, deteksi dini, pengobatan, dan
menghentikan rokok. Pengendalian diabetes dilakukan
dengan memberikan insulin, mengontrol tekanan darah,
merawat kaki apabila telah terjadi komplikasi, skrining dan
pengobatan retinopati, mengontrol kadar lipid darah
(Warganegara & Nur, 2016).

B. HIPERTENSI
1. Definisi
Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal
dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Seseorang
dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi
dari 140/90 mmHg (Elizabeth dalam Ardiansyah M., 2012).
Menurut Price (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2016),
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung,
tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan
pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar
resikonya.
Sedangkan menurut Hananta I.P.Y., & Freitag H. (2011),
Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam
pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu periode.
Hipertensi dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik yang bersifat
endogen seperti usia, jenis kelamin dan genetik/keturunan maupun
yang bersifat eksogen seperti obesitas, konsumsi garam, rokok dan
kopi.
Menurut American Heart Association atau AHA dalam Kemenkes
(2018) hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya sangat
bermacam-macam pada setiap individu dan hampir sama dengan
penyakit lain. Gejala-gejala tersebut adalah sakit kepala atau rasa berat
ditengkuk. Vertigo, jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan
kabur, telinga berdenging atau tinnitus dan mimisan.

2. Etiologi
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan
(Ardiansyah M., 2012) :
a. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hiperetnsi yang
90% tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga
berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial diantaranya :
 Genetik
Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih
tinggi mendapatkan penyakit hipertensi.
 Jenis kelamin dan usia
Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah
menopause berisiko tinggi mengalami penyakit hipertensi.
 Diet konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak.
Konsumsi garam yang tinggi atau konsumsi makanan
dengan kandungan lemak yang tinggi secara langsung
berkaitan dengan berkembangnya penyakit hipertensi.
 Berat badan obesitas
Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal sering
dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.
 Gaya hidup merokok dan konsumsi alcohol
Merokok dan konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi karena reaksi bahan atau zat
yang terkandung dalam keduanya.
b. Hipertensi sekunder
 Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui
penyebabnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh
beberapa penyakit, yaitu : Coarctationaorta, yaitu
penyempitan aorta congenital yang mungkin terjadi
beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta abdominal.
Penyembitan pada aorta tersebut dapat menghambat aliran
darah sehingga terjadi peningkatan tekanan darah diatas
area kontriksi.
 Penyakit parenkim dan vaskular ginjal. Penyakit ini
merupakan penyakit utama penyebab hipertensi sekunder.
Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan penyempitan
satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung membawa
darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada pasien
dengan hipertensi disebabkan oleh aterosklerosis atau
fibrous dyplasia (pertumbuhan abnormal jaringan fibrous).
Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi,
serta perubahan struktur serta fungsi ginjal.
 Penggunanaan kontrasepsi hormonal (esterogen).
Kontrasepsi secara oral yang memiliki kandungan
esterogen dapat menyebabkan terjadinya hipertensi melalui
mekanisme renin-aldosteron-mediate volume expantion.
Pada hipertensi ini, tekanan darah akan kembali normal
setelah beberapa bulan penghentian oral kontrasepsi.
 Gangguan endokrin.
Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal dapat
menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenalmediate
hypertension disebabkan kelebihan primer aldosteron,
kortisol, dan katekolamin.
 Kegemukan (obesitas) dan malas berolahraga.
 Stres, yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan
darah untuk sementara waktu.
 Kehamilan
 Luka bakar
 Peningkatan tekanan vaskuler
 Merokok

3. Klasifikasi Hipertensi
Menurut World Health Organization (dalam Noorhidayah,
S.A.2016) klasifikasi hipertensi adalah :
a. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan
140 mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.
b. Tekanan darah perbatasan (border line) yaitu bila sistolik 141-149
mmHg da n diastolik 91-94 mmHg.
c. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama
dengan 95 mmHg.
4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak di pusat vasomotor pada medula di otak, dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah (Sagala, 2009).
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu
dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Sagala,
2009).
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula
adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi.
Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan
pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat,
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.
Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan hipertensi (Sagala,
2009).
5. Tanda dan Gejala Hipertensi
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain
tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada
retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan
pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada
diskus optikus).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan
gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya
kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ
yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan
patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia
(peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma [peningkatan
nitrogen urea darah (Blood Urea Nitrogen) dan kreatinin]. Keterlibatan
pembuluh darah otak dapat menimbulkan strok atau serangan
iskemiktransien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada
satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan (Sagala, 2009).
Menurut Sagala (2009) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala
klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :
nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah,
akibat peningkatan tekanan darah intrakranial, penglihatan kabur
akibat kerusakan retina akibat hipertensi, ayunan langkah yang tidak
mantap karena kerusakan susunan saraf pusat, nokturia karena
peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edema
dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu
pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara
tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain- lain (Sagala, 2009).

6. Manifestasi Klinis Hipertensi


Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016),
tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak
akan pernah terdiagnosa jika tekanan darah tidak teratur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
 Mengeluh sakit kepala, pusing
 Lemas, kelelahan
 Sesak nafas
 Gelisah
 Mual
 Muntah
 Epistaksis
 Kesadaran menurun

7. Faktor Resiko Hipertensi


Menurut Aulia, R. (2017), faktor risiko hipertensi dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu :
a. Faktor yang tidak dapat diubah
 Riwayat Keluarga
Seseorang yang memiliki keluarga seperti, ayah, ibu,
kakak kandung/saudara kandung, kakek dan nenek
dengan hipertensi lebih berisiko untuk terkena
hipertensi.
 Usia
Tekanan darah cenderung meningkat dengan
bertambahnya usia. Pada laki-laki meningkat pada usia
lebih dari 45 tahun sedangkan pada wanita meningkat
pada usia lebih dari 55 tahun.
 Jenis Kelamin
Dewasa ini hipertensi banyak ditemukan pada pria
daripada wanita.
 Ras/etnik
Hipertensi menyerang segala ras dan etnik namun di
luar negeri hipertensi banyak ditemukan pada ras Afrika
Amerika daripada Kaukasia atau Amerika Hispanik.
b. Faktor yang dapat diubah
Kebiasaan gaya hidup tidak sehat dapat meningkatkan
hipertensi antara lain yaitu :
 Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor penyebab
hipertensi karena dalam rokok terdapat kandungan
nikotin. Nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil
dalam paru-paru dan diedarkan ke otak. Di dalam otak,
nikotin memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk
melepas epinefrin atau adrenalin yang akan
menyemptkan pembuluh darah dan memaksa jantung
bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih
tinggi (Murni dalam Andrea, G.Y., 2013).
 Kurang aktifitas fisik
Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang
dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan
pengeluaran energi. Kurangnya aktifitas fisik
merupakan faktor risiko independen untuk penyakit
kronis dan secara keseluruhan diperkirakan dapat
menyebabkan kematian secara global (Iswahyuni, S.,
2017).
 Konsumsi Alkohol
Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan
karbon monoksida, yaitu dapat meningkatkan keasaman
darah. Darah menjadi lebih kental dan jantung dipaksa
memompa darah lebih kuat lagi agar darah sampai ke
jaringan mencukupi (Komaling, J.K., Suba, B.,
Wongkar, D., 2013). Maka dapat disimpulkan bahwa
konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah.
 Kebiasaan minum kopi
Kopi seringkali dikaitkan dengan penyakit jantung
koroner, termasuk peningkatan tekanan darah dan kadar
kolesterol darah karena kopi mempunyai kandungan
polifenol, kalium, dan kafein. Salah satu zat yang
dikatakan meningkatkan tekanan darah adalah kafein.
Kafein didalam tubuh manusia bekerja dengan cara
memicu produksi hormon adrenalin yang berasal dari
reseptor adinosa didalam sel saraf yang mengakibatkan
peningkatan tekanan darah, pengaruh dari konsumsi
kafein dapat dirasakan dalam 5-30 menit dan bertahan
hingga 12 jam (Indriyani dalam Bistara D.N., & Kartini
Y., 2018).
 Kebiasaan konsumsi makanan banyak mengandung
garam
Garam merupakan bumbu dapur yang biasa digunakan
untuk memasak. Konsumsi garam secara berlebih dapat
meningkatkan tekanan darah. Menurut Sarlina,
Palimbong, S., Kurniasari, M.D., Kiha, R.R. (2018),
natrium merupakan kation utama dalam cairan
ekstraseluler tubuh yang berfungsi menjaga
keseimbangan cairan. Natrium yang berlebih dapat
mengganggu keseimbangan cairan tubuh sehingga
menyebabkan edema atau asites, dan hipertensi.\
 Kebiasaan konsumsi makanan lemak
Menurut Jauhari (dalam Manawan A.A., Rattu A.J.M.,
Punuh M.I, 2016), lemak didalam makanan atau
hidangan memberikan kecenderungan meningkatkan
kholesterol darah, terutama lemak hewani yang
mengandung lemak jenuh. Kolesterol yang tinggi
bertalian dengan peningkatan prevalensi penyakit
hipertensi.

8. Faktor Resiko Hipertensi


a. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak,
atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang
terpajan tekanan tinggi.Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik
apabila arteri- arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi
dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang
diperdarahinya berkurang.
Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat
melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya
aneurisma (Sagala, 2009). Gejala terkena stroke adalah sakit kepala
secara tiba-tiba, seperti, orang bingung, limbung atau bertingkah
laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah
atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa
kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri
secara mendadak (Santoso, 2006). Infark Miokard dapat terjadi
apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat menyuplai
cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut.Karena
hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen
miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi
iskemia jantung yang menyebabkan infark.Hipertropi ventrikel
dapat juga menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran
listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia
jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan (Sagala,
2009).
b. Gagal Ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Rusaknya
glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal,
nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan
kematian. Rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar
melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang,
menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik
(Sagala, 2009).
c. Gagal jantung
Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam
memompa darah yang kembalinya kejantung dengan cepat
mengakibatkan cairan terkumpul di paru, kaki dan jaringan lain
sering disebut edema. Cairan didalam paru-paru menyebabkan
sesak napas,timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak
atau sering dikatakan edema (Sagala, 2009). Ensefalopati dapat
terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang cepat).
Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan
tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium
diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolap
dan terjadi koma serta kematian (Sagala, 2009).

C. KANKER PAYUDARA
1. Definisi
Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan
payudara yang dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya.
Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel
jaringan tubuh yang berubah menjadi ganas (Harianto 2005).Jadi
kanker payudara (ca mammae) adalah suatu gangguan pada sel normal
mammae yang tumbuh menjadi sel abnormal yang dapat berubah
menjadi ganas.

2. Epidimiologi Kanker Payudara


Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker terbanyak di
Indonesia. Berdasarkan Pathological Based Registration di Indonesia,
KPD menempati urutan pertama dengan frekuensi relatif sebesar
18,6%. (Data Kanker di Indonesia Tahun 2010, menurut data
Histopatologik ; Badan Registrasi Kanker Perhimpunan Dokter
Spesialis Patologi Indonesia (IAPI) dan Yayasan Kanker Indonesia
(YKI)). Diperkirakan angka kejadiannya di Indonesia adalah
12/100.000 wanita, sedangkan di Amerika adalah sekitar 92/100.000
wanita dengan mortalitas yang cukup tinggi yaitu 27/100.000 atau 18
% dari kematian yang dijumpai pada wanita. Penyakit ini juga dapat
diderita pada laki - laki dengan frekuensi sekitar 1 %.Di Indonesia,
lebih dari 80% kasus ditemukan berada pada stadium yang lanjut,
dimana upaya pengobatan sulit dilakukan. Oleh karena itu perlu
pemahaman tentang upaya pencegahan, diagnosis dini, pengobatan
kuratif maupun paliatif serta upaya rehabilitasi yang baik, agar
pelayanan pada penderita dapat dilakukan secara optimal.

3. Etiologi
Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun
beberapa faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan
kejadian kanker payudara (Erik.2005) yaitu :
a. Tinggi melebihi 170 cm
Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker
payudara karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan
remaja membuat adanya perubahan struktur genetik (DNA) pada
sel tubuh yang diantaranya berubah ke arah sel ganas.
b. Usia
Usia dibawah 20 tahun jarang dijumpai kanker payudara, angka
kejadiannya meningkat sejalan dengan bertambahnya usia.
c. Wanita yang belum mempunyai anak
Wanita yang belum mempunyai anak lebih lama terpapar dengan
hormon estrogen relatif lebih lama dibandingkan wanita yang
sudah punya anak.
d. Ibu yang menyusui
Ibu yang menyusui dapat mengurangi bahaya terkena kanker
payudara karena semakin lama ibu menyusui anaknya semakin
kecil terkena kanker payudara,saat menyusui terdapat perubahan
hormonal salah satunya yaitu penurunan esterogen.
e. Kelamin
Kelamin laki-laki hanya 1 % angka kejadian kanker payudara.
f. Faktor genetic
Faktor genetik kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 –
3 x lebih besar pada wanita yang ibunya atau saudara kandungnya
menderita kanker payudara. Dan secara umum juga riwayat
keluarga sangat berperan dalam terjadinya kanker payudara

4. Fisiologi
Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon.
Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa
pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause.
Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan progesteron yang diproduksi
ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus
berkembang dan timbulnya asinus. Perubahan kedua adalah perubahan
sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi
payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi
berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul
benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang
menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan
fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu
pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar
terlalu besar. Begitu menstruasi mulai semuanya berkurang. Perubahan
ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara
menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus
berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari
hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel
alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke
puting susu (Sjamsuhidajat, 2004).

5. Patofisiologi
Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi
antara lain obesitas, radiasi, hiperplasia, optik, riwayat keluarga
dengan mengkonsumsi za-zat karsinogen sehingga merangsang
pertumbuhan epitel payudara dan dapat menyebabkan kanker
payudara. Kanker payudara berasal dari jaringan epithelial, dan paling
sering terjadi pada sistem duktal. Mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel
dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi
karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu
7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi
massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kirakira berdiameter 1
cm). Pada ukuran itu, kira- kira seperempat dari kanker payudara telah
bermetastase. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika sudah teraba,
biasanya oleh wanita itu sendiri. Gejala kedua yang paling sering
terjadi adalah cairan yang keluar dari muara duktus satu payudara, dan
mungkin berdarah. Jika penyakit telah berkembang lanjut, dapat
pecahnya benjolan-benjolan pada kulit ulserasi (Price, 2006) .
Karsinoma inflamasi, adalah tumor yang tumbuh dengan cepat
terjadi kirakira 1-2% wanita dengan kanker payudara gejala-gejalanya
mirip dengan infeksi payudara akut. Kulit menjadi merah, panas,
edematoda, dan nyeri. Karsinoma inimenginfasi kulit dan jaringan
limfe. Tempat yang paling sering untuk metastase jauh adalah paru,
pleura, dan tulang ( Price, 2006 ).
Karsinoma payudara bermetastase dengan penyebaran langsung
kejaringan sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah.
Bedah dapat mendatangkan stress karena terdapat ancaman terhadap
tubuh, integritas dan terhadap jiwa seseorang. Rasa nyeri sering
menyertai upaya tersebut pengalaman operatif di bagi dalam tiga tahap
yaitu preoperatif, intra operatif dan pos operatif. Operasi ini
merupakan stressor kepada tubuh dan memicu respon neuron
endokrine respon terdiri dari system saraf simpati yang bertugas
melindungi tubuh dari ancaman cidera. Bila stress terhadap sistem
cukup gawat atau kehilangan banyak darah, maka mekanisme
kompensasi dari tubuh terlalu banyak beban dan syock akan terjadi.
Anestesi tertentu yang di pakai dapat menimbulkan terjadinya syock.
Respon metabolisme juga terjadi. Karbohidrat dan lemak di
metabolisme untuk memproduksi energi. Protein tubuh pecah untuk
menyajikan suplai asam amino yang di pakai untuk membangun
jaringan baru. Intake protein yang di perlukan guna mengisi kebutuhan
protein untuk keperluan penyembuhan dan mengisi kebutuhan untuk
fungsi yang optimal. Kanker payudara tersebut menimbulkan
metastase dapat ke organ yang deket maupun yang jauh antara lain
limfogen yang menjalar ke kelenjar limfe aksilasis dan terjadi
benjolan, dari sel epidermis penting menjadi invasi timbul krusta pada
organ pulmo mengakibatkan ekspansi paru tidak optimal. (Mansjoer ,
2000).
6. Manifestasi Klinis
Pada stadium awal tadak ada keluhan sama sekali hanya seperti
fribroadenoma atau penyakit fribrokistik yang kecil saja,bentuk tidak
teratur, batas tidak tegas, permukaan tidak rata, konsistensi pada keras.
Kanker payudara dapat terjadi di bagian mana saja dalam payudara,
tetapi mayoritas terjadi pada kuadran atas terluar dimana sebagian
besar jaringan payudara terdapat kanker payudara umum terjadi pada
payudara sebelah kiri. Umumnya lesi tidak terasa nyeri, terfiksasi dan
keras dengan batas yang tidak teratur, keluhan nyeri yang menyebar
pada payudara dan nyeri tekan yang terjadi pada saat menstruasi
biasanya berhubungan dengan penyakit payudara jinak. Namun nyeri
yang jelas pada bagian yang ditunjuk dapat berhubungan dengan
kanker payudara pada kasus yang lebih lanjut.
Meningkatnya penggunaan mammografi lebih banyak wanitayang
mencari bantuan medis pada penyakit tahap awal. Wanita – wanita ini
bisa saja tidak mempunyai gejala dengan tidak mempunyai benjolan
yang dapat diraba, tetapi lesi abnormal dapat terdeteksi pada
pemeriksaan mammografi. Banyak wanita dengan penyakit lanjut
mencari bantuan medis setelah mengabaikan gejala yang dirasakan,
sebagai contoh mereka baru mencari bantuan medis setelah tampak
dimpling pada kulit payudara yaitu kondisi yang disebabkan oleh
obstruksi sirkulasi limfotik pada dinding dada dapat juga merupakan
bukti. Metastasis di kulit dapat dimanifestasikan oleh lesi yang
mengalami ulserasi dan berjamur. Tanda-tanda dan gejala klasik ini
jelas mencirikan adanya kanker payudara pada tahap lanjut. Namun
indek kecurigaan yang tinggi harus dipertahankan pada setiap
abnormalitas payudara dan evaluasi segera harus dilakukan( Smeltzer
& Bare, 2002 ). Adapun stadium dan klasifikasi kanker payudara
adalah sebagai berikut :
a. Stadium I (stadium dini)
Besarnya tumor tidak lebih dari 2 - 2,25 cm, dan tidak terdapat
penyebaran (metastase) pada kelenjar getah bening ketiak. Pada
stadium I ini, kemungkinan penyembuhan secara sempurna adalah
70 %. Untuk memeriksa ada atau tidak metastase ke bagian tubuh
yang lain, harus diperiksa di laboratorium.
b. Stadium II
Tumor sudah lebih besar dari 2,25 cm dan sudah terjadi metastase
pada kelenjar getah bening di ketiak. Pada stadium ini,
kemungkinan untuk sembuh hanya 30 - 40 % tergantung dari
luasnya penyebaran sel kanker. Pada stadium I dan II biasanya
dilakukan operasi untuk mengangkat sel-sel kanker yang ada pada
seluruh bagian penyebaran, dan setelah operasi dilakukan
penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang
tertinggal.
c. Stadium III
Tumor sudah cukup besar, sel kanker telah menyebar ke seluruh
tubuh, dan kemungkinan untuk sembuh tinggal sedikit. Pengobatan
payudara sudah tidak ada artinya lagi. Biasanya pengobatan hanya
dilakukan penyinaran dan kemoterapi (pemberian obat yang dapat
membunuh sel kanker). Kadang-kadang juga dilakukan operasi
untuk mengangkat bagian payudara yang sudah parah. Usaha ini
hanya untuk menghambat proses perkembangan sel kanker dalam
tubuh serta untuk meringankan penderitaan penderita semaksimal
mungkin (Smeltzer &Bare,2002) .

7. Penatalaksanaan
Menurut (Smeltzer dan Bare, 2002) penatalaksanaan kanker
payudara adalah :
a. Pengobatan lokal kanker payudara
Tujuan utama terapi lokal adalah menyingkirkan adanya kanker
lokal:
 Mastektomi radiasi yang modifikas
 Bedah dengan menyelamatkan payudara, adalah :
mastektomi, limfektomi (pengangkatan jaringan kanker
dan sejumlah kecil jaringan sekitarnya dengan kulit
lapisan atas tetap di tempatnya)
b. Mastektomi
Mastektomi merupakan pengangkatan ke seluruh tubuh
payudara dan beberapa nodus limfe. Tujuannya : untuk
menghilangkan tumor payudara dengan membuang payudara
dan jaringan yang mendasari.
c. Terapi radiasi
Terapi radiasi Biasanya di lakukan sel infuse massa tumor
untuk mengurangi kecenderungan kambuh dan menyingkirkan
kanker resudial.
d. Rekontruksi / pembedahan
e. Terapi Hormonal Tujuan dari terapi hormonal adalah untuk
menekan sekresi hormon esterogen.
f. Tranplantasi sumsum tulang
Tranplantasi sumsung tulang pada tahap ini prosedur yang di
lakukan adalah pengangkatan sumsum tulang dan memberikan
kemoterapi dosis tinggi, sumsum tulang pasien yang di
pisahkan dari efek samping kemoterapi, kemudian infuskan ke
IV.

8. Komplikasi
Menurut Sjamsuhidayat ( 2004 ), komplikasi kanker payudara adalah :
a. Gangguan Neurovaskuler
b. Metastasis : otak, paru, hati, tulang tengkorak, vertebra, iga,
tulang panjang.
c. Fraktur patologi
d. Fibrosis payudara
e. Kematian

D. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


Pengkajian
1. Geografi
a. Apakah anda tingal di daerah pegunungan atau pantai ?
b. Bagaimana keadaan tanah di daerah ini ?
c. Berapa luas daerah ini ?
d. Ada berapa batas wilayah di daerah ini dan apa saja nama wilayah
di masing- masing batasnya?
2. Demografi
a. Berapakah jumlah KK di daerah ini ?
b. Berapakah jumlah penduduk di daerah ini ?
c. Bagaimana mobilitas penduduk, apakah penduduk jarang di rumah
ketika pagi dan siang hari karena bekerja, sedangkan anak-anak
pada sekolah.?
d. Apakah daerah ini termasuk daerah yang padat dengan penduduk?
2. Vital Statistik
a. Bagaimana status kelahiran di daerah ini?
b. Penyakit apa saja yang banyak terjadi di masyarakat khususnya
pada wanita usia dewasa?
c. Penyakit apa saja yang banyak terjadi di daerah ini khususnya pada
pria usia dewasa?
d. Apakah dalam satu bulan ini sudah terdapat banyak warga yang
meninggal?
3. Kelompok Etnis
a. Suku apa yang dianut di masyarakat?
4. Nilai dan Keyakinan
a. Apakah ada masjid / mushola atau tempat ibadah lainnya?
b. Apakah masyarakat menganut agama yang sama?
c. Keyakinan apa yang di anut dalam masyarakat
pengkajian sub sistem

1. Lingkungan fisik
a. Apakah rumah penduduk tergolong perumahan yang menetap?
b. Apakah pencahayaan di rumah penduduk sudah cukup?
c. Apakah di daerah ini sirkulasi udara sudah baik ? misalnya
terdapat pepohonan dan terdapat ventilasi yang cukup pada
setiap rumah warga?
2. Pelayanan Kesehatan
a. Apakah terdapat praktik klinik swasta di daerah ini ?
b. Berapa jumlah tenaga kesehatan di daerah ini (perawat, bidan,
dokter)?
c. Apakah terdapat mushola atau tempat ibadah lainnya di daerah
ini ?
d. Ada berapa sekolah yang terdapat pada daerah ini ?
e. Apakah terdapat panti sosial di daerah ini?
f. Apakah terdapat pasar/swalayan/ toko yang menyediakan
kebutuhan masyarakat?
g. Apakah ada tempat perkumpulan untuk melakukan
musyawarah di daerah ini ?
h. Apakah program posyandu terlaksana di daerah ini? Posyandu
apa saja yang diselenggarakan di daerah ini? Apakah posyandu
sudah berjalan aktif? Berapa kali diselenggarakan?
i. Apakah sanitasi warga sudah tergolong baik atau tidak ?
j. Dari mana sumber air yang digunakan dalam masyarakat?
k. Dimanakah pembuangan air limbah pada masyarakat?
l. Apakah mayoritas warga telah memiliki jamban pada setiap
rumah ?
m. Dimanakah mayoritas warga melakukan MCK?
n. Dimankah tempat penumpukan/pembuangan sampah ?
o. Dari mana terdapatnya sumber polusi yang mungkin
mengancam kesehatan atau kegiatan sehari-hari?
p. Apakah ada vektor penyebab penyakit di masyarakat?
3. Keamanan & Transportasi :
a. Apakah ada pemadam kebakaran?
b. Apakah ada terdapat siskamling atau hansip?
c. Apakah ada transportasi umum atau pribadi yang bisa
digunakan di masyarakat?
d. Apakah keadaan jalanan di daerah ini sudah dalam keadaan
baik?
e. Bagaimana cara pemilihan RT/RW di daerah ini ?
4. Pemerintah dan politik
a. Ada berapa RT dan RW di desa ini ?
b. Ada berapa kader di desa ini ?
c. Apakah ada karang taruna di desa ini? Apakah sudah berjalan
dengan baik dan aktif?
d. Apakah terdapat tokoh agama di desa ini ?
5. Pendidikan
a. Tingkat pendidikan komunitas ?
b. Apa fasilitas pendidikan yang tersedia?
c. Jenis bahasa apa yang digunakan dalam pendidikan?
6. Rekreasi
a. Apakah masyarakat sering melakukan rekreasi antar warga atau
kelompok tertentu?
b. Fasilitas apa yang digunakan jika pergi berekreasi?
7. Ekonomi
a. Apakah warga memiliki pekerjaan yang tetap?
b. Berapa jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan?
c. Berapa jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan?
d. Berapa jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga, dan
lanjut usia?
Pengkajian komunitas pada klien hipertensi

1. Riwayat kesehatan
a. Apakah anda pernah merasa berat di tengkuk?
b. Apakah anda sering merasa pusing?
c. Apakah anda pernah merasa pandangan kabur?
d. Apakah anda merasa telinga berdengung?
e. Apakah anda merasa kesulitan untuk tidur?
Apakah anda sering merasa jantung berdebar-debar?
2. Riwayat kesehatan keluarga
a. Apakah di dalam keluarga ada anggota keluarga yang
mengalami hipertensi?
3. Makanan yang dikonsumsi
a. Biasanya anda lebih sering makan makanan yang (Asin, manis,
pedas)?
b. Berapa banyak anda makan dalam sehari?
c. Apakah anda sering mengemil makanan seperti kue, roti,
biscuit, makanan berlemak, santan, jeroan dan tetelan? Jika iya,
berapa kali dalam seminggu?
d. Apakah anda pernah mengkonsumsi alcohol?
e. Apakah anda pernah mengkonsumsi kopi? Jika iya, berapa kali
dalam sehari?
f. Apakah anda merokok? Jika iya, berapa batang yang anda
habiskan dalam sehari?
4. Aktivitas fisik
a. Berapa kali anda berolahraga dalam seminggu? Berapa durasi
waktunya?
5. Riwayat pengobatan
a. Apakah yang anda lakukan dalam mengatasi rasa nyeri/berat di
tengkuk tersebut?
6. Komunikasi
a. Darimanakah anda mendapatkan informasi mengenai
hipertensi?
b. Apakah yang telah anda lakukan dalam perawatan hipertensi
dalam kehidupan sehari-hari?
c. Apakah ada papan pengumuman tentang hipertensi di
lingkungan anda? Jika iya, Apakah anda mengerti isi dari
informasi tersebut?
d. Apakah anda juga mendapatkan informasi mengenai hipertensi
dari teman terdekat atau tetangga?

Deteksi Kanker
Langkah-langkah yang dilakukan antara lain:
1. Mempersiapkan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Memetakan Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama yang dapat melakukan pemeriksaan
Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara.
2. Melakukan pemetaan peserta wanita sudah menikah dan wanita
berisiko dengan ketentuan:
a. Berisiko tinggi Kanker Leher Rahim, antara lain:
menikah/hubungan seksual pada usia muda, sering melahirkan,
merokok, berganti-ganti pasangan seksual, dan infeksi menular
seksual.
1) Apakah anda sudah menikah?
2) Apakah anda pernah melakukan hubungan seksual pada
usia muda?
3) Berapakali anda melahirkan?
4) Apkah anda merokok ?
5) Apakah anda pernah berganti-ganti pasangan seksual?
6) Apakah anda pernah mengalami infeksi menular
seksual ?
b. Berisiko tinggi Kanker Payudara, antara lain: riwayat keluarga
ada yang menderita Kanker Payudara, menstruasi dini, wanita
yang mempunyai anak pertama diatas usia 30 tahun, tidak
pernah menyusui, menopause usia lanjut, riwayat tumor jinak
payudara, terapi hormon, pajanan radiasi, kontrasepsi oral
terlalu lama, alkohol dan trauma terus menerus
1) Apakah ada keluarga anda yang menderita kangker
payu dara?
2) Pada umur berapakah anda mulai menstruasi?
3) Pada usia berapa anda melahirkan anak pertama?
4) Apakah anda memberikan ASI kepada anak anda?
5) Apakah anda masih menstruasi setiap bulannya? Kapan
terkahir menstruasi?
6) Apakah sebelumnya anda mempunyai riwayat tumor
jinak payudara?
7) Apakah anda pernah melakukan terpai hormon?
8) Apakah anda berada di lingkungan yang terpapar
radiasi?
9) Apakah anda mengkonsumsi pik KB? Berapa lama
anda mengkonsumsinya?
10) Apakah anda pernah mengkonsumsi alkohol?
11) Apakah anda pernah mengalami trauma yang terus-
menrus?
c. Peserta mendapatkan rekomendasi dari Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama
d. Peserta mendaftar dengan lembar kesediaan Formulir
Permohonan Pelayanan Deteksi Kanker Leher Rahim atau
Kanker Payudara
ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa
a. Gaya hidup monoton b.d kurang pengetahuan tentang keuntungan
olahraga bagi kesehatan : suatu kebiasaan hidup yang dicirikan
dengan aktivitas fisik yang rendah.
b. Perilaku kesehatan cenderung beresiko b.d kurang dukungan social
Hambatan kemampuan untuk mengubah gaya hidup/perilaku
dalam cara yang memperbaiki status kesehatan.
c. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan b.d keterampilan
komunikasi yang tidak efektif : ketidakmampuan mengidentifikasi,
mengelola, dan/atau mencari bantuan untuk mempertahankan
kesehatan.
d. Defisiensi kesehatan komunitas b.d ketidakcukupan akses pada
pemberi layanan kesehatan.
e. Ketidakefektifan manajemen kesehatan b.d kurang dukungan
sosial.

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI

1 Gaya hidup Kriteria hasil : 1. Peningkatan


monoton b.d Latihan : Latihan
1. (185520) Faktor
kurang kekuatan.
lingkungan yang
pengetahuan 2. Terapi latihan :
mempengaruhI perilaku
tentang Latihan
kesehatan : dipertahankan
keuntungan pergerakan sendi.
pada 2 ditingkatkan ke 5.
olahraga bagi 3. Bantuan
2. 185522) Strategi
kesehatan : modifikasi diri.
pencegahan penyakit :
suatu 4. Fasilitasi tanggung
dipertahankan pada 2
kebiasaan jawab diri.
ditingkatkan ke 5.
hidup yang
3. (185525) Manfaat
dicirikan
dukungan sosial:
dengan dipertahankan pada 2 di
aktivitas fisik tingkatkan ke 5.
yang rendah. 4. (180502) Manfaat olahraga
teratur : dipertahankan
pada 2 ditingkatkan ke 5.
5. (182308) Perilaku
meningkatkan kesehatan :
dipertahankan pada 2
ditingkatkan ke 5.
2 Perilaku Kriteria hasil : 1. Modifikasi
kesehatan perilaku.
Penerimaan status kesehatan
cenderung 2. Membangun
beresiko b.d 1. 130016 : Mempertahankan hubungan yang
kurang hubungan : dipertahankan kompleks.
dukungan pada 3 di tingkatkan 5. 3. Peningkatan
sosial 2. 130007 :Menyesuaikan koping
:Hambatan perubahan dalam status 4. Dukungan
kemampuan kesehatan : dipertahankan pengambilan
untuk pada 2 ditingkatkan ke 4. keputusan
mengubah 3. 130011 : Membuat

gaya keputusan tentang

hidup/perilak kesehatan : dipertahankan

u dalam cara pada 2 ditingkatkan ke

yang
memperbaiki Kepercayaan mengenai
status kesehatan : Sumber-sumber
kesehatan. yang diterima

1. 170303 : Merasakan
dukungan dari tetangga
:dipertahankan pada 3
ditingkatkan ke 5.
2. 170304 : Merasakan
dukungan dari penyedia
layanan kesehatan :
dipertahankan pada 3
ditingkatkan ke 5.
3. 170305 : Merasakan
dukungan dari dukungan
kelompok sendiri :
dipertahankan pada 3
ditingkatkan ke 5
3 Ketidakefekti Kriteria hasil : 1. Berikan
fan pendidikan
Keseimbangan Gaya Hidup :
pemeliharaan kesehatan.
2013
kesehatan b.d 2. Peningkatan
keterampilan kesadaran
f. 201301 :
komunikasi kesehatan.
Mengenali
yang tidak 3. Lakukan
kebutuhan
efektif : Skrining
untuk
ketidakmamp kesehatan.
menyeimban
uan 4. Berikan
gkan
mengidentifi panduan
aktivitas-
kasi, sistem
aktivitas
mengelola, pelayanan
hidup :
dan/atau kesehatan.
dipertahanka
mencari 5. Fasilitasi
n pada 2
bantuan pembelajaran.
ditingkatkan
untuk
ke 5.
mempertahan
g. 201302 :
kan
Mencari
kesehatan. informasi
tentang
startegi
untuk
aktivitas
hidup yang
seimbang :
dipertahanka
n pada 2
ditingkatkan
pada

Pengetahuan : Manajemen
Kanker : 1833

1. 183301 : hasil skrining


abnormal : Dipertahankan
pada 2 ditingkatkan ke 4.
2. 183302 : Tanda dan gejala
kanker : dipertahankan
pada 2 ditingkatkan ke 4.
3. 183303 : diagnosis kanker
tertentu : dipertahankan
pada 2 ditingkatkan ke 4.

Pengetahuan : Manajemen
Hipertensi : 1837

1. 183703 : Target tekanan


darah dipertahankan pada 3
ditingkatkan ke 5.
2. 183705 : komplikasi
potensial hipertensi
dipertahankan pada 2
ditingkatkan pada 4.
3. 183706 : Pilihan
pengobatan yang tersedia
dipertahankan pada 2
ditingkatkan ke 4.
4. 183707 : manfaat
pengobatan jangka panjang
dipertahankan pada 2
ditingkatkan ke 4.

Pengetahuan : gaya hidup sehat


: 1855

1. 185522 : strategi
pencegahan penyakit
dipertahankan pada 2
ditingkatkan di 4.
2. 185527 : Pentingnya
skrining pencegahan
dipertahankan pada 2
ditingkatkan ke 4.
3. 185535 : strategi
meningkatkan
keseimbangan hidup
dipertahankan pada 2
ditingkatkan ke 4.

4 Defisiensi Status imun komunitas : 2800


kesehatan
1. 280001 : Tingkat imunisasi 1. Pengembangan
komunitas sama dengan atau lebih kesehatan
b.d besar dari standar komunitas
ketidakcukup dipertahankan pada 2 2. Manajemen
an akses pada ditingkatkan ke 4. Sumber daya
pemberi 2. 280007 : Skrining pada Keuangan
layanan populasi beresiko infeksi 3. Skrining
kesehatan. dipertahankan pada 1 Kesehatan
ditingkatkan ke 4.
3. 280008 : Kepatuhan
dengan rekomendasi
imunisasi
dipertahankanpada 2
ditingkatkan ke 4.

Kontrol resiko komunitas


penyakit kronik : 2801

1. 280101 : Penyediaan
program pendidikan publik
tentang penyakit kronis
dipertahankan pada 2
ditingkatkan ke 4.
2. 280102 : Tingkat
partisipasi populasi target
dalam program
pengurangan resiko
dipertahankan pada 2
ditingkatkan ke 4.
3. 280103 : Ketersediaan
program preventif
dipertahankan pada 2
ditingkatkan ke 4.
4. 280105 : ketersediaan
program pendidikan
manajemen penyakit kronis
sendiri dipertahankan pada
2 ditingkatkan ke 4.
5. 280119 : pemantauan
insiden penyakit kronis
dipertahankan pada 2
ditingkatkan ke4
6. 280123 : pemantauan
komplikasi penyakit kronis
dipertahakan pada 2
ditingkatkan ke.

Kefektifan skrining kesehatan


komunitas : 2807

1. 280701 : identifikasi
kondisi berisiko tinggi
yang umum di komunitas
dipertahankan pada 2
ditingkatkan ke 4.
2. 280703 : pemilihan
skrining difokuskan pada
deteksi dini dipertahankan
pada 2 ditingkatkan ke 4.
3. 280707 : identifikasi
kebutuhan skrining untuk
orang dewasa
dipertahankan pada 2
ditingkatkan ke 4.

5 Ketidakefekti Kriteria hasil : 1. Membangun


fan hubungan
1. 160001 : Menanyakan
manajemen yang
pertanyaan terkait
kesehatan b.d kompleks.
kesehatan dipertahankan
kurang 2. Modifikasi
pada 2 ditingkatkan ke 4.
dukungan perilaku.
2. 160002 : mencari informasi
sosial 3. Peningkatan
kesehatan dari berbagai
koping.
macam sumber
4. Konseling.
dipertahakan pada 2
5. Dukungan
ditingkatkan ke 4.
emosional.
3. 160003 : Menggunakan
6. Panduan
informasi kesehatan yang
sistem
dapat dipercaya untuk
pelayanan
mengembangkan strategi
kesehatan.
dipertahakan pada 2
ditingkatkan ke 4.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. PTM
Penyakit tidak menular (PTM) diproyeksikan akan terus meningkat
persentasenya dalam menyebabkan kematian dan penurunan kualitas
hidup. Empat kelompok penyakit utamanya berkaitan erat dengan
empat faktor perilaku seperti merokok, konsumsi alkohol, pola makan
yang buruk, dan kurangnya aktivitas fisik. Empat faktor perilaku
tersebut berpengaruh terhadap empat faktor metabolik kunci penyakit
tidak menular, yaitu, tekanan darah meningkat, kelebihan berat
badan/obesitas, kadar glukosa darah yang tinggi, dan kadar kolesterol
yang meningkat.
2. Hipertensi
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan
gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya
kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ
yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan
patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia
(peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma [peningkatan
nitrogen urea darah ( Blood Urea Nitrogen) dan kreatinin].
Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan strok atau
serangan iskemiktransien yang bermanifestasi sebagai paralisis
sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan
(Sagala, 2009).
3. Kanker Payudara
Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker terbanyak di
Indonesia. Berdasarkan Pathological Based Registration di Indonesia,
KPD menempati urutan pertama dengan frekuensi relatif sebesar
18,6%. (Data Kanker di Indonesia Tahun 2010, menurut data
Histopatologik ; Badan Registrasi Kanker Perhimpunan Dokter
Spesialis Patologi Indonesia (IAPI) dan Yayasan Kanker Indonesia
(YKI)).

B. SARAN
1. PTM
WHO mengusulkan beberapa intervensi untuk mencegah dan
mengontrol penyakit tidak menular, seperti untuk peningkatan pajak
tembakau dan alkohol, tempat kerja dan publik harus bebas dari asap
rokok, memberi informasi kesehatan dan peringatan, larangan iklan
rokok, promosi, dan sponsorships, akses terbatas untuk alkohol,
melarang iklan alkohol, mengurangi asupan garam dalam makanan,
penggantian lemak trans dengan lemak tidak jenuh ganda, dan
menyadarkan public melalui media massa tentang diet dan aktivitas
fisik.
2. Hipertensi
Bagi masyarakat khususnya penderita hipertensi agar dapat
memeriksakan tekanan darah secara rutin dan meminum obat yang
diberikan di puskesmas secara rutin. Serta penderita hipertensi agar
dapat menciptakan tidur yang optimal dan manajemen stres. Penderita
hipertensi harus mencari informasi tentang hipertensi dan dampaknya
serta obat-obatan herbal yang dapat menurunkan tekanan darah. Saat
kontrol tekanan darah, penderita hipertensi harus sering bertanya
kepada petugas kesehatan terkait hipertensi dan mendengarkan
pendidikan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan, apabila
ada kegiatan yang diadakan di puskesmas seperti penyuluhan dan
senam hipertensi, sebaiknya penderita hipertensi agar rajin untuk
mengikutinya.
3. Kanker Payudara
Saran bagi masyarakat adalah agar masyarakat lebih antusias lagi
dan peduli akan kesehatan khususnya kesehatan pribadi. Dan mau
mencari informasi kesehatan yang dapat meningkatkan pengetahuan
masyarakat mengenai faktor-faktor penyebab penyakit dan
pencegahannya.
DAFTAR PUSTAKA

Warganegara, E., & Nur, N. N. (2016). Faktor Risiko Perilaku Penyakit Tidak
Menular. Majority, 5(2), 88–94. Retrieved from
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1082

Depkes RI., 2007. InaSH Menyokong Penuh Penanggulangan Hipertensi.


Intimedia. Jakarta

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PANDUAN


PENATALAKSANAAN KANKER PAYUDARA Disetujui oleh :
Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (PERABOI).,Perhimpunan
Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI).,Perhimpunan
Hematologi Onkologi MedikPenyakit Dalam Indonesia
(PERHOMPEDIN).,Ikatan Ahli Patologi Anatomi Indonesia
(IAPI).,Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia
(PDSRI).,Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik & Rehabilitasi
Indonesia (PERDOSRI)., Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik
Indonesia (PDGKI)

Anda mungkin juga menyukai