Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PERILAKU KESEHATAN DAN PERILAKU SAKIT DI

MASYARAKAT TERKAIT DENGAN BUDAYA MASYARAKAT DALAM


MENCEGAH DAN MENGOBATI PENYAKIT KRONIS
Disusun untuk memenuhi Tugas Praktek Mata Kuliah Antropologi Kesehatan

Dosen Pembimbing :
Ibu Rini Ambarwati S.Kep.,Ns.,MKes

Disusun Oleh :
KELOMPOK 5 KELAS REGULER A
1. Adin Naila Afanda (P27820123001)
2. Raditya Ghaly Athaillah (P27820123034)
3. Ulfa Eka Rahmawati (P27820123040)
4. Wafiqoh Rosyaidah (P27820123042)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SOETOMO


POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Perilaku
Kesehatan dan Perilaku Sakit di Masyarakat Terkait Dengan Budaya Masyarakat Dalam
Mencegah dan Mengobati Penyakit Kronis” dengan baik dan lancar tanpa kendala yang
berarti makalah ini disusun sebagai salah satu bentuk pemenuhan tugas mata kuliah
Antropologi Kesehatan, Kelas Reguler A, Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya.
Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Ibu Rini Ambarwati S.Kep., Ns., MKes selaku dosen pembimbing mata kuliah
Antropologi Kesehatan
3. Teman-teman Anggota Kelompok 5 Kelas Reguler A, Prodi DIII
Keperawatan Soetomo
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, Penulis berharap kritik dan saran demi kesempurnaan
pembuatan makalah di masa yang akan datang. Akhirnya, Penulis berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya masyarakat dan mahasiswa Jurusan Kesehatan
Surabaya.

Surabaya, 1 Februari 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................ ii
BAB I ............................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
1.3 Tujuan .......................................................................................................................... 3
1.4 Manfaat ........................................................................................................................ 3
BAB II .......................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN .......................................................................................................................... 4
2.1 Definisi Penyakit Kronis ............................................................................................. 4
2.2 Penyakit Stroke ........................................................................................................... 5
A. Definisi Stroke ............................................................................................................. 5
B. Klasifikasi Penyakit Stroke ........................................................................................ 5
C. Stroke Hemorragik ..................................................................................................... 6
D. Tanda dan Gejala ........................................................................................................ 7
E. Faktor Penyebab ......................................................................................................... 8
2.3 Prevalensi penderita stroke di Indonesia ................................................................ 12
2.4 Budaya masyarakat terhadap Penyakit Stroke ...................................................... 13
2.5 Upaya pencegahan penyakit Stroke ........................................................................ 15
A. Pencegahan Primer ................................................................................................... 15
B. Pencegahan Sekunder ............................................................................................... 16
BAB III ....................................................................................................................................... 17
PENUTUP .................................................................................................................................. 17
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 17
3.2 Saran........................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke merupakan salah satu penyebab utama kecacatan pada kelompok usia
diatas 45 tahun. Penyakit ini sering menimbulkan permasalahan yang komplek, baik
dari segi kesehatan, ekonomi, maupun sosial (Mulyatsih, 2010). Penderita stroke
dapat mengalami keterbatasan fungsi organ (impairment) seperti hemiparesis, afasia,
disartria, disfagia, dan lain sebagainya sehingga menyebabkan ketidakmampuan
(disability) berjalan, berpakaian, berkomunikasi, dan lain-lain. Kondisi ini
menyebabkan keterbatasan peran sosial pada penderita stroke, yaitu terganggunya
kemampuan aktualisasi diri untuk berperan secara sosial, budaya, dan ekonomi dalam
keluarga, seperti tidak dapat berperan sebagai ayah atau tidak dapat bekerja untuk
memenuhi kebutuhan keluarga (Wirawan, 2009).
Pada tahun 2012, stroke merupakan penyebab nomor dua kematian secara
global setelah penyakit jantung dengan prevalensi 11,9% (WHO, 2014). Angka
kematian dan kecacatan akibat stroke pada tahun 1990 – 2010 mengalami
peningkatan yakni masing-masing sebesar 26% dan 19% (Hankey, 2013). Stroke
merupakan penyebab kematian ketiga di Amerika Serikat setelah penyakit jantung
dan semua bentuk kanker. Setiap tahun 750.000 warga Amerika akan mengalami
stroke yang baru atau berulang. Stroke juga merupakan penyebab medis disabilitas
tersering. Penyakit ini memiliki insiden tertinggi dan kondisi neurologis yang sering
ditangani dirumah sakit (Alway, 2011). Kasus stroke juga menjadi urutan ketiga
sebagai penyebab utama kematian setelah penyakit jantung koroner dan kanker di
negara-negara berkembang. Negara berkembang berkontribusi sebesar 85,5% dari
total kematian akibat stroke diseluruh dunia. Dua pertiga penderita stroke terjadi di
negara-negara yang sedang berkembang. Penderita stroke baru terdapat sekitar 13 juta
penduduk setiap tahun, dimana 4,4 juta diantaranya meninggal dalam 12 bulan
(WHO, 2006).
Prevalensi stroke di Indonesia tahun 2007 menunjukkan angka 8,3 per 1000
penduduk. Namun pada tahun 2013 prevalensinya meningkat menjadi 12,1 per 1000
penduduk. Prevalensi stroke diberbagai provinsi di Indonesia rata-rata mengalami
peningkatan pada tahun 2013 bila dibandingkan dengan tahun 2007. Prevalensi stroke

1
di 12 provinsi ini didapati melebihi prevalensi nasional, yaitu Sulawesi Selatan, DI
Yogyakarta, Sulawesi Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Bangka
Belitung, DKI Jakarta, Kalimantan Selatan, Jawa Tengah, Gorontalo, dan Sumatera
Barat. Sumatera Barat berada pada posisi ke dua belas dengan prevalensi 12,2 per
1000 penduduk (Riskesdas, 2013). Berdasarkan laporan tahunan Dinas Kesehatan
Kota Padang tahun 2011 diperoleh data bahwa stroke termasuk 10 penyebab kematian
terbanyak di Kota Padang (Dinkes Kota Padang, 2012). Stroke adalah penyebab
kematian kelima di Kota Padang dengan persentase 8% setelah penyakit
ketuaan/lansia, diabetes melitus, hipertensi, dan jantung menurut data Badan Pusat
Statistik (BPS) Kota Padang tahun 2011 (Sarigumilan, 2013).
Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa insiden stroke adalah 200 per
100.000 penduduk. Angka ini dapat dibagi berdasarkan kelompok usia. Pada
kelompok usia 35 – 44 tahun insidennya 0,2 %; kelompok usia 45 – 54 tahun 0,7%;
kelompok usia 55 – 64 tahun 1,8%; kelompok usia 65 – 74 tahun 2,7%; kelompok
usia 75 – 84 tahun 10,4%; dan kelompok usia 85 tahun keatas 13,9% (Lumbantobing,
1994). Insiden stroke meningkat seiring bertambahnya usia, dua Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas ix kali lipat untuk setiap dekade setelah usia 55 tahun (Ovbiagele
et al., 2011). Sekarang, lebih dari 83.000 orang berusia ≤ 20 tahun terkena stroke
setiap tahunnya (Feigin et al., 2013). Berdasarkan penelitian epidemiologi yang
dilakukan di 21 wilayah di dunia untuk tahun 1990, 2005, dan 2010 juga
memperlihatkan bahwa sebagian besar kasus stroke telah mengalami perubahan yang
awalnya mengenai usia diatas 55 tahun, sekarang stroke dapat mengenai kisaran usia
20 – 55 tahun. Jika tidak diambil upaya preventif yang efektif diperkirakan beban
stroke pada tahun 2030 akan menjadi dua kali lipat dari tahun sebelumnya (Feigin et
al., 2013).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit kronis?
2. Apa yang diketahui tentang Penyakit Stroke sebagai penyakit kronis?
3. Bagaimana prevalensi Penderita Stroke di Indonesia?
4. Bagaimana hubungan budaya masyarakat terhadap Penyakit Stroke?
5. Bagaimana upaya pencegahan Penyakit Stroke?

2
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang penyakit kronis.
2. Untuk mengetahui tentang penyakit stroke sebagai penyakit kronis.
3. Untuk mengetahui prevalensi penderita stroke di indonesia.
4. Untuk mengetahui hubungan budaya masyarakat terhadap penyakit stroke.
5. Untuk mengetahui upaya pengahan penyakit stroke.
1.4 Manfaat
1. Bagi Peneliti. Penelitian ini bermanfaat sebagai sarana untuk menambah wawasan
dan mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari selama masa perkuliahan,
khususnya metodologi penelitian.
2. Bagi Ilmu Pengetahuan. Sebagai bahan masukan untuk membantu upaya preventif
pencegahan mortalitas dan morbiditas stroke, serta sebagai sumber informasi bagi
peneliti lain untuk penelitian selanjutnya

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Penyakit Kronis
Penyakit kronis menurut WHO (World Health Organization) adalah penyakit
yang terjadi dengan durasi panjang, yang pada umumnya berkembang secara lambat,
serta terjadi akibat faktor genetik, fisiologis, lingkungan dan perilaku. Dikutip dari
Kumparan, biasanya penyakit kronis mengakibatkan gangguan kesehatan selama 1
tahun atau lebih serta membutuhkan penanganan medis yang berkelanjutan. Oleh
karena itu, penderita penyakit kronis perlu membatasi aktivitas kehidupan sehari-hari
atau keduanya.
Menurut Glenn Laverack dalam bukunya yang berjudul A-Z of Health
Promotion, penyakit kronis bisa sangat berbahaya sebab beberapa penyakit ini bisa
mengakibatkan berbagai macam komplikasi kesehatan, disabilitas, hingga kematian.
Meski begitu terdapat beberapa penyakit kronis, seperti artritis, yang tidak
menyebabkan kematian. Sementara beberapa jenis penyakit kronis lainnya, seperti
stroke, memerlukan perawatan intensif dan umumnya tidak bisa disembuhkan secara
total atau benar-benar hilang dari tubuh tetapi bisa tetap dikontrol.
Faktanya, 80% orang dewasa yang berusia 65 tahun dan lebih tua memiliki
setidaknya satu kondisi kronis, sementara 68% memiliki dua atau lebih. Tetapi tidak
bisa dipungkiri penyakit kronis juga dapat menyerang seseorang sejak usia muda. Hal
ini dapat terjadi akibat perubahan gaya hidup modern yang semakin tidak sehat.
Penyakit kronis akan sangat mengganggu aktivitas hidup sehari-hari penderitanya.
Mengenali lebih dalam penyakit kronis itu sendiri menjadi langkah awal untuk dapat
mencegahnya terjadi.
Penyakit kronis mengacu pada diagnosis yang dikategorikan dalam sistem
biomedis menurut etiologi, patofisiologi, tanda, gejala, dan pengobatan yang juga
menyiratkan durasi yang lama dan kurangnya penyembuhan. Kondisi, sindrom, dan
kelainan serupa, namun kurang jelas. Penyakit kronis mengacu pada pengalaman hidup
dari gangguan tubuh atau kesehatan dalam jangka panjang, baik terkait dengan
penyakit, kondisi, sindrom, atau kelainan menular atau tidak menular; dan bagaimana
masyarakat hidup dan mengatasi gangguan tersebut. Ini adalah “pengalaman sensasi

4
tidak menyenangkan yang mengganggu secara fisik atau mental” dan mencakup
fenomena seperti kelelahan, kelemahan, anomi, kebingungan, atau stigma sosial.
Berdasarkan hasil temuan Riskesdas pada tahun 2013, penyakit kronis
merupakan sepuluh penyebab utama kematian di Indonesia (Kementrian Kesehatan
RI, 2013). Ada banyak macam-macam penyakit kronis, salah satunyayaitu penyakit
stroke.

2.2 Penyakit Stroke


A. Definisi Stroke
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika sebagaian sel–sel otak
mengalami kematian akibat gangguan aliran darah karena sumbatan atau
pecahnya pembuluh darah di otak. Aliran darah yang berhenti membuat suplai
oksigen dan zat makanan ke otak juga berhenti, sehingga sebagaian otak tidak
dapat berfungsi sebagaimana mestinya (Agromedia, 2009).
Penyakit stroke termasuk penyakit pembuluh darah otak (cerebrovaskuler)
yang ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang disebabkan
berkurangnya aliran darah dan oksigen di otak. Berkurangnya aliran darah dan
oksigen ini bisa disebabkan adanya sumbatan, penyempitan, atau pecahnya
pembuluh darah sehingga mengakibatkan serangkaian reaksi biokimia yang dapat
merusak atau mematikan sel – sel otak (Agromedia, 2009).
Matinya jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang
dikendalikan oleh jaringan otak tersebut. Apabila tidak ditangani secara tepat,
penyakit ini dapat berakibat fatal dan berujung pada kematian. Meskipun dapat
diselamatkan, kadang-kadang si penderita mengalami kelumpuhan pada 8
anggota badannya, menghilangnya sebagaian ingatan, atau menghilangnya
kemampuan berbicara. Bentuknya dapat berupa lumpuh sebelah (hemiplegia),
berkurangnya kekuatan sebelah anggota tubuh (hemiparesis), gangguan bicara,
serta gangguan rasa di kulit wajah, lengan, atau tungkai (Agromedia, 2009).
B. Klasifikasi Penyakit Stroke
Berdasarkan penyebabnya stroke dibagi menjadi dua jenis, yaitu stroke
iskemik dan stroke hemorragik. Berikut penjelasan kedua jenis stroke tersebut
(Agromedia, 2009) :
a. Stroke Iskemik

5
Stroke iskemik terjadi pada sel – sel otak yang mengalami kekurangan
oksigen dan nutrisi yang disebabkan penyempitan atau penyumbatan padaa
pembuluh darah (ateriosklerosis). Arteriosklerosis terjadi akibat timbunan
lemak pada arteri yang menyebabkan luka pada dinding arteri. Luka ini
menimbulkan gumpalan darah (thrombus) yang mempersempit arteri.
Gumpalan ini dapat juga terbawa aliran darah dan menyangkut di pembuluh
darah yang lebih kecil dan menyebabkan penyumbatan. Hampir sebagaian
besar pasien atau sebesar 83% pasien stroke mengalami stroke iskemik. Stroke
iskemik menyebabkan aliran darah ke sebagaian atau keseluruhan otak
menjadi terhenti (Agromedia, 2009).
Berikut jenis – jenis stroke iskemik berdasarkan mekanisme
penyebabnya.
1. Stroke trombotik merupakan jenis stroke yang disebabkan terbentuknya
thrombus yang membuat penggumpalan.
2. Stroke embolik merupakan jenis stroke yang disebabkan tertutupnya
pembuluh arteri oleh bekuan darah.
3. Hipoperfusion sistemik merupakan jenis stroke yang disebabkan
berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena adanya
gangguan denyut jantung.
C. Stroke Hemorragik
Stroke hemorragik adalah stroke perdarahan yang terjadi akibat pecahnya
pembuluh darah di otak. Darah yang keluar dari pembuluh darah yang pecah
mengenai dan merusak sel – sel otak di sekitarnya. Selain itu, sel otak juga
mengalami kematian karena aliran darah yang membawa oksigen dan nutrisi
terhenti. Stroke jenis ini terjadi sekitar 20% dari seluruh pasien stroke. Namun,
80% dari orang yang terkena stroke hemorragik mengalami kematian dan hampir
70% kasus stroke hemorragik terjadi pada penderita hipertensi (Agromedia,
2009). Menurut letaknya, stroke hemorragik dibagi menjadi dua jenis, sebagai
berikut :
1. Hemorragik intraserebral, yakni perdarahan terjadi di dalam jaringan otak.

6
2. Hemorragik subaraknoid, yakni perdarahan terjadi di ruang subaraknoid
(ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi
otak).
D. Tanda dan Gejala
Gejala awal stroke sering tidak diketahui oleh penderitanya. Stroke sering
muncul secara tiba-tiba, serta berlangsung cepat dan langsung menyebabkan
penderita tidak sadar diri (coma). Karena itu, sangat penting untuk mengenali
gejala awal terjadinya stroke. Berikut beberapa gejala awal terjadinya stroke:
a. Nyeri kepala disertai penurunan kesadaran, bahkan bisa mengalami koma
(perdarahan otak).
b. Kelemahan atau kelumpuhan pada lengan, tungkai, atau salah satu sisi tubuh.
c. Mendadak seluruh badan lemas dan terkulai tanpa hilang kesadaran (drop
attack) atau disertai hilang kesadaran sejenak (sinkop).
d. Gangguan penglihatan (mata kabur) pada satu atau dua mata.
e. Gangguan keseimbangan berupa vertigo dan sempoyongan (ataksia).
f. Rasa baaal pada wajah atau anggota badan satu sisi atau dua sisi.
g. Kelemahan atau kelumpuhan wajah atau anggota badan satu sisi atau dua sisi.
h. Kehilangan sebagaian atau seluruh kemampuan bicara (afasia).
i. Gangguan daya ingat atau memori baru (amnesia).
j. Gangguan menelan cairan atau makanan padat (disfagia).
Berdasarkan lokasinya di tubuh, gejala stroke terbagi menjadi tiga, sebagai
berikut :
a. Bagian system saraf pusat, yaitu kelemahan otot (hemiplegia), kaku, dan
menurunnya fungsi sensorik.
b. Batang otak, yang terdapat 12 saraf kranial.
Gejalanya yaitu lidah melemah; kemampuan membau, mengecap, mendengar,
melihat secara parsial atau keseluruhan menjadi menurun; serta kemampuan
reflex, ekspresi wajah, pernafasan, dan detak jantung menjadi terganggu.
c. Cerebral cortex
Cerebral cortex merupakan permukaan luar cerebrum, apabila Cerebral cortex
ini mengalami gangguan akan menyebabkan tidak bisa berbicara (afasia),
kehilangan kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang bertujuan

7
(apraksia), daya ingat menurun, kegagalan melaksanakan sebuah fungsi
sebagaian badan (hemiparese), dan kebingungan.
Jika tanda-tanda dan gejala tersebut hilang dalam waktu 24 jam,
dinyatakan sebagai Tensient Ischemic Attack (TIA), yang merupakan serangan
kecil atau serangan awal stroke. Keadaan ini sangat menguntungkan karena
penderita bisa sembuh 100%. Namun, penderita harus tetap waspada terhadap
gejala-gejala stroke yang mungkin timbul (Agromedia, 2009).
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia gejala dan tanda –
tanda stroke adalah dengan slogan “SeGeRa Ke RS” yang terdiri dari :
1. Se, Senyum tidak simetris (mencong ke satu sisi), tersedak, sulit menelan air
minum secara tiba-tiba
2. Ge, Gerak separuh anggota tubuh melemah secara tiba-tiba
3. Ra, Bicara pelo / tiba-tiba tidak dapat bicara / tidak mengerti kata-kata / bicara
tidak nyambung
4. Ke, Kebas atau baal, atau kesemutan separuh tubuh
5. R, Rabun, pandangan satu mata kabur terjadi secara tiba-tiba
6. S, Sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba dan tidak pernah dirasakan
sebelumnya, gangguan fungsi keseimbangan, seperti terasa berputar, gerakan
sulit dikoordinasi.
E. Faktor Penyebab
Terhambatnya aliran darah ke otak beberapa detik saja dapat
menyebabkan seseorang pingsan. Apalagi penyumbatan atau pecahnya pembuluh
darah di otak, bisa menyebabkan sel-sel saraf di otak menjadi rusak dan
mengakibatkan kelumpuhan. Berbagai factor yang bisa menyebabkan serangan
stroke, seperti factor keturunan, gaya hidup, dam komplikasi penyakit
(Agromedia, 2009). Orang-orang yang memiliki satu atau lebih factor risiko di
bawah ini digolongkan ke dalam stroke prone person, yaitu orang yang memiliki
kemungkinan lebih besar mengalami serangan stroke daripada orang normal suatu
saat selama perjalanan hidupnya apabila tidak dikendalikan. Terdapat 2 macam
faktor yang menyebabkan seseorang mengalami serangan stroke (Agromedia,
2009) yaitu :
1. Faktor Yang Tidak Dapat Diubah

8
a. Keturunan
Para ahli meyakini terdapat hubungan antara risiko stroke dengan
factor keturunan, walaupun secara tidak langsung. Pasien yang memiliki
anggota keluarga dengan riwayat stroke perlu mewaspadai factor-faktor
yang dapat menyebabkan stroke, seperti hipertensi dan hiperkolesterol.
b. Jenis Kelamin
Menurut studi kasus yang sering ditemukan, laki – laki lebih
berisiko terkena stroke tiga kali lipat dibandingkan dengan wanita. Laki –
laki cenderung terkena stroke iskemik, sedangkan wanita cenderung
terkena hemoragik.
c. Umur
Mayoritas stroke menyerang orang berusia diatas 50 tahun.
Namun, dengan pola makan dan jenis makanan yang ada sekarang ini,
tidak menutup kemungkinan stroke bisa menyerang mereka yang berusia
muda.
d. Ras
Ras kulit hitam lebih berisiko terkena stroke dibandingkan dengan
ras kulit putih. Hal ini disebabkan, dugaan dari angka kejadian hipertensi
dan konsumsi garam yang tinggi pada ras kulit hitam.
2. Faktor Yang Dapat Diubah
a. Hipertensi
Hipertensi dapat menyebabkan stroke iskemik maupun stroke
hemoragik. Hipertensi menyebabkan terjadinya kerusakan pada sel – sel
endotel pembuluh darah melalui mekanisme perusakan lipid di bawah otot
polos. Karena itu, sangat penting untuk mempertahankan tekanan darah
dalam keadaan normal untuk menurunkan risiko terjadinya serangan
stroke. Menurut Kementerian Kesehatan RI menyatakan bahwa 50%
kasus stroke berhubungan dengan hipertensi dan terdapat 25,8% penduduk
menderita hipertensi (Kemenkes RI, 2017).
b. Penyakit Jantung

9
Penyakit jantung coroner, dan orang yang melakukan pemasangan
katup jantung buatan akan meningkatkan risiko stroke. Stroke emboli
biasanya disebabkan kelainan ketiga penyakit jantung tersebut.
c. Diabetes Mellitus
Penyakit diabetes mellitus dapat menyebabkan kerusakan
pembuluh darah dan mempercepat terjadinya arteriosklerosis pada arteri
kecil termasuk pembuluh darah otak. Selain itu, risiko terkena stroke
menjadi 2,6 kali lebih besar pada pria dan 3,8 kali lebih besar pada wanita
dibandingkan dengan orang yang tidak menderita diabetes. Jika seseorang
sudah pernah terkena stroke, sebaiknya pertahankan kadar gula darah
dalam kisaran normal untuk mencegah berulangnya stroke dan mencegah
meluasnya kerusakan jaringan otak.
d. Obesitas (Kegemukan)
Kaitan antara obesitas atau kegemukan terhadap serangan stroke
belum diketahui secara pasti. Namun, secara epidemiologis, orang yang
mengalami obesitas cenderung menderita hipertensi, hiperkolesterol, dan
diabetes mellitus. Menurut Kemkes RI menyatakan 1 dari 5 kasus stroke
terjadi akibat obesitas dan terdapat 26,1% penduduk kurang aktivitas fisik
(Kemenkes RI, 2017).
e. Hiperkolesterol
Kolesterol merupakan zat yang paling berperan dalam
terbentuknya arteriosklerosis pada lapisan dalam pembuluh darah dan
menyebabkan terjadinya penyumbatan pembuluh darah terutama
pembuluh darah di otak. Jika penyumbatan telah menutupi seluruh rongga
pembuluh darah, maka aliran darah pada jaringan otak terhenti dan
terjadilah stroke. Data Kemenkes RI menyatakan 1 dari 4 kasus stroke
berhubungan dengan kadar LDL tinggi dan 16 sekitar 15,9% penduduk >
15 tahun memiliki kadar LDL tinggi (Kemenkes RI, 2017).
f. Faktor Gaya Hidup
Gaya Hidup yang Tidak Sehat
Gaya hidup tidak sehat seperti mengonsumsi makanan tinggi
lemak dan tinggi kolesterol, kurang aktivitas fisik dan kurang olahraga,

10
meningkatkan risiko terkena penyakit stroke. Hal ini disebabkan, gaya
hidup yang tidak sehat rentan terkena obesitas, diabetes, arteriosclerosis,
dan penyakit jantung. Penyakit tersebut sebagai salah satu pemicu
terjadinya stroke.
Merokok
Nikotin pada rokok menyebabkan peningkatan denyut jantung dan
tekanan darah, menurunkan kolesterol HDL, meningkatkan kolesterol
LDL, dan mempercepat arteriosclerosis. Kebiasaan merokok merupakan
factor risiko yang potensial terhadap serangan stroke iskemik dan
perdarahan akibat pecahnya pembuluh darah pada daerah posterior otak.
Perokok berat mempunyai risiko terkena stroke dua kali lipat. Risiko
terkena stroke akan berkurang jika telah berhenti merokok selama lima
tahun dibandingkan dengan terus merokok. Berdasarkan data Kemenkes
RI menyatakan bahwa 1 dari 10 kasus stroke berhubungan dengan 17
merokok dan terdapat 36,3% penduduk usia > 15 tahun yang merokok ,
perempuan usia >10 tahun (1,9%) (Kemenskes Republik Indonesia, 2017).
Stres
Stres dapat mengakibatkan hati memproduksi radikal bebas lebih
banyak dan mempengaruhi system imunitas tubuh secara umum sehingga
mengganggu fungsi hormonal. Stres yang berujung pada depresi dapat
menjadi salah satu factor terjadinya stroke. Bagaimana depresi dapat
meningkatkan stroke, sampai saat ini belum ada jawaban yang jelas.
Mekanisme yang mungkin adalah stres dan depresi menyebabkan
peningkatan tekanan darah yang berarti juga meningkatkan risiko stres.
Konsumsi Alkohol dan Obat – Obatan Terlarang
Obat – Obatan (misalnya kokain dan amfetamin) juga bisa
mempersempit pembuluh darah di otak dan menyebabkan stroke.
Berdasarkan data Kemenkes RI menyatakan bahwa 1 juta kasus stroke
berhubungan dengan konsumsi alkohol berlebihan dan sekitar 4,6%
penduduk > 10 tahun minum – minuman beralkohol (Kemenskes Republik
Indonesia, 2017).

11
2.3 Prevalensi penderita stroke di Indonesia
Prevalensi stroke menurut data World Stroke Organization menunjukkan
bahwa setiap tahunnya ada 13,7 juta kasus baru stroke, dan sekitar 5,5 juta kematian
terjadi akibat penyakit stroke. Sekitar 70% penyakit stroke dan 87% kematian dan
disabilitas akibat stroke terjadi pada negara berpendapatan rendah dan menengah.
Selama 15 tahun terakhir, rata-rata stroke terjadi dan menyebabkan kematian lebih
banyak pada negara berpendapatan rendah dan menengah dibandingkan dengan
negara berpendapatan tinggi. Prevalensi stroke bervariasi di berbagai belahan dunia.
Prevalensi stroke di Amerika Serikat adalah sekitar 7 juta (3,0%), sedangkan di Cina
prevalensi stroke berkisar antara (1,8%) (pedesaan) dan (9,4%) (perkotaan). Di
seluruh dunia, Cina merupakan negara dengan tingkat kematian cukup tinggi akibat
stroke (19,9% dari seluruh kematian di Cina), bersama dengan Afrika dan Amerika
Utara (Mutiarasari, 2019).
Di negara Indonesia sendiri berdasarkan hasil Rikesdas tahun 2018 prevalensi
penyakit stroke meningkat dibandingkan tahun 2013 yaitu dari (7%) menjadi
(10,9%). Secara nasional, prevalensi stroke di Indonesia tahun 2018 berdasarkan
diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun sebesar (10,9%) atau diperkirakan
sebanyak 2.120.362 orang. Berdasarkan kelompok umur kejadian penyakit stroke
terjadi lebih banyak pada kelompok umur 55-64 tahun (33,3%) dan proporsi
penderita stroke paling sedikit adalah kelompok umur 15-24 tahun. Laki-laki dan
perempuan memiliki proporsi kejadian stroke yang hampir sama. Sebagian besar
penduduk yang terkena stroke memiliki pendidikan tamat SD (29,5%). Prevalensi
penyakit stroke yang tinggal di daerah perkotaan lebih besar yaitu (63,9%)
dibandingkan dengan yang tinggal di pedesaan sebesar (36,1%). Di DI Yogyakarta
sendiri pada tahun 2018 prevalensi terjadinya penyakit stroke yaitu sebesar (14,6 %)
(Kemenkes RI, 2018). Stroke termasuk dalam 10 besar penyakit terbanyak di Ruang
Alamanda 1 RSUD Sleman. Berdasarkan data dari Ruang Alamanda 1 RSUD
Sleman, satu tahun terakhir rata-rata penderita stroke sebesar 120 pasien (Register
RSUD Sleman, 2021).
Stroke juga merupakan penyebab utama gangguan fungsional dengan 20%
penderita yang masih bertahan hidup membutuhkan perawatan institusi setelah 3
bulan dan 15-30% menjadi cacat permanen (Goldstein.,dkk 2006). Dampak buruk

12
penyakit stroke dapat diminimalisir jika serangan stroke dikenali dan mendapatkan
pertolongan segera. Pasien yang terkena stroke sangat butuh penanganan tepat dan
sesegara mungkin. Penanganan tepat dari tenaga medis diharapkan dapat mengurangi
resiko kematian dan kecatatan permanen.
2.4 Budaya masyarakat terhadap Penyakit Stroke
Stroke merupakan sindrom klinis yang timbul akibat adanya gangguan fungsi
otak atau pecahnya pembuluh darah, yang berlangsung lebih dari 24 jam (Alfa,
2010). Stroke terjadi akibat terganggunya atau berkurangnya suplai darah ke otak
yang berlangsung 24 jam atau lebih dan menyerang secara tiba-tiba. Hipertensi
merupakan faktor risiko yang paling berkontribusi terhadap kejadian stroke (Meiner
& Lueckenotte, 2006). Makin tinggi tekanan darah makin tinggi kemungkinan
terjadinya stroke, baik perdarahan maupun bukan (Premiery Prevention of stroke,
AHA/ASA guideline stroke, 2006 dalam Bethesda stroke center literature, 2008).
Oleh karena itu, penyakit stroke erat kaitannya dengan penyakit hipertensi.
Pola hubungan budaya dengan Kejadian Stroke pada Masyarakat
Minangkabau
Budaya berkaitan dengan pola konsumsi masyarakat setempat. Hal ini
mempengaruhi status kesehatan pada masyarakat. Pernyataan ini didukung juga oleh
Blais et al. (2002) yang mengatakan bahwa sosial budaya mempengaruhi status
kesehatan klien dan perilaku dalam melakukan perawatan kesehatan. Hadril Busudin
mengatakan bahwa masyarakat Minang suka memakan makanan berlemak yang
berasal dari santan kelapa, lemak daging dan jeroan, menyebabkan plasma darah
menjadi kental dan banyak mengandung lemak jenuh sehingga risiko menderita
stroke lebih tinggi dibandingkan dengan suku lainnya (Chaniago, 2003).
Hal ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Djuwita (2001), ia
menemukan adanya perbedaan yang signifikan antara pola makan antara individu
dari suku Minangkabau, Sunda, Jawa dan Bugis. Hasil penelitian terkait variasi
makanan menunjukkan bahwa masyarakat suku minang memiliki jumlah terbanyak
untuk mengonsumsi makanan tinggi lemak, protein hewani dan santan kelapa namun
memiliki jumlah paling sedikit untuk mengonsumsi sayuran dibanding dengan suku
Sunda, Jawa dan Bugis. Mengonsumsi makanan tinggi lemak dan kurang sayur dapat
meningkatkan resiko terjadinya stroke (Lewis et al, 2007). Berdasarkan hal tersebut

13
lansia hipertensi yang bersuku Minang akan beresiko untuk terjadinya stroke.
Ditambah lagi dengan pola konsumsi masyarakat Minang yang sulit diubah, seperti
yang dibuktikan dengan penelitian kualiatif Fitriani (2005), bahwa tidak banyaknya
perubahan gata kebiasaan makan lansia Minangkabau yang menderita stroke ataupun
hipertensi sebelum dan setelah sakit. Fitriani juga menyatakan bahawa selain gaya
kebiasaan makan, ada juga faktor gaya hidup yang kurang beraktivitas dan kebiasaan
merokok terutama pada lansia laki-laki, kebiasaan minum kopi dan stress.
Pengobatan Tradisional Masyarakat Nias bagi Penderita Stroke
Pemanfaatan terapi tradisional sebagai pengobatan alternative bagi penderita
penyakit stroke ditemukan pada Suku Nias. Terapi ini digunakan dalam proses
pemulihan pasien stroke, pasca stroke. Jenis terapi yang digunakan oleh masyarakat
Nias adalah
a. melakukan pijat tradisional dengan minyak
pijat tradisional dengan menggunakan minyak adalah salah satu warisan
budaya Suku Nias untuk mempercepat pemulihan pasien stroke dan mencegah
berulangnya serangan stroke. Masyarakat menyebut terapi ini dengan istilah
kusuk sedangkan orang yang memijat atau mengurut disebut dengan Tukang
Kusuk atau solome.
b. Membuat ramuan herbal
Selain mengonsumsi obat modern dari rumah sakit, masyarakat suku Nias
juga mengiringi obat tersebut dengan ramuan hebal yang terbuat dari tanaman
yang terdapat di sekitar rumah untuk mengindari efek ketergantungan dengan
obat dan mempercepat proses pemulihan. Orang yang meracik ramuan
tradisional disebut dengan Tukang obat atau same’e dalu-dalu.
c. Melakukan pengasapan atau oukup
Pengasapan, oukup atau mandi uap dengan menggunakan campuran daun-
daunan yang diyakini dapat memberikan dampak relaksasi bagi tubuh. Daun-
daun yang dikumpulkan merupakan tanaman obat yang sering ditemukan di
lingkungan rumah, seperti daun pepaya. Tata cara oukup dapat dilakukan
dengan merebus dedaunan herbal, daun pepaya atau dedaunan herbal minimal
20 jenis, dalam air mendidih kemudian dicampur dengan minyak dan
digosokkan kebagian tubuh yang lemah.

14
d. Dukun beranak atau sondurusi sabeto atau bida dane.
Di Nias dukun beranak mempunyai kemampuan yang sama dengan profesi
Bidan dalam menolong persalinan dan merawat kehamilan. Oleh karena itu
sebagian masyarakat sangat meyakini bahwa pengobatan tradisional sangat
efisien dan efektif dalam penyembuhan penyakit yang di derita. Secara umum
ke ahlian para penyembuh tradisional tersebut di peroleh secara turun
temurun, tetapi ada juga yang mendapatkan keahliannya karena belajar (Meda
et al., 2015).
Dapat diambil kesimpulan bahwa, masyarakat Nias memilih pengobatan
alternatif disamping pengobatan klinis, masyarakat Nias memiliki persepsi bahwa
untuk mengobati suatu penyakit untuk tidak bergantung pada obat-obatan dari rumah
sakit namun lebih baik memakai obat kampung atau obat tradisional (Adirman et
al.,2021)
2.5 Upaya pencegahan penyakit Stroke
Pencegahan stroke bertujuan untuk mengendalikan angka kematian akibat
stroke dan kejadian stroke, memperkecil kemungkinan disabilitas akibat stroke serta
mencegah terjadinya stroke berulang. Bentuk-bentuk upaya pencegahan stroke yang
dapat dilakukan :
A. Pencegahan Primer
Pencegahan Primer adalah pencegahan yang dilakukan pada orang sehat atau
kelompok berisiko yang belum terkena stroke untuk mencegah kemungkinan
terjadinya serangan stroke yang pertama, dengan mengendalikan faktor risiko
dan mendeteksi diri serangan stroke (P2PTM Kemenkes RI, 2018). Hal ini dapat
dilakukan dengan :
1. Peningkatan aktivitas fisik
2. Penyediaan pangan sehat & percepatan perbaikan gizi
3. Peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit
4. Peningkatan kualitas lingkungan
5. Peningkatan edukasi hidup sehat
6. Peningkatan perilaku hidup sehat, yang diimplementasikan dalam perilaku
“CERDIK” yaitu :
C ; Cek kesehatan secara berkala,

15
E ; Enyahkan asap rokok,
R ; Rajin aktivitas fisik,
D ; Diet sehat dengan gizi seimbang,
I ; Istirahat yang cukup,
K ; Kelola stress
B. Pencegahan Sekunder
Pencegahan Sekunder adalah pencegahan yang dilakukan pada orang yang
sudah mengalami serangan stroke, agar tidak terjadi serangan stroke berulang
yaitu dengan penambahan obat pengencer darah seperti aspirin. Disamping
pengendalian faktor risiko lainnya, individu pasca stroke tetap secara rutin dan
teratur mengontrol faktor risiko (P2PTM Kemenkes RI, 2018).

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Stroke adalah penyakit yang menakutkan sebagai penyebab kecacatan nomer
1 dan penyakit mematikan nomer 3 di dunia. Dari laporan Riskesdas kondisi stroke
di Indonesia semakin meningkat, tercatat prevalensi stroke tidak hanya menyerang
usia lanjut namun juga menyerang usia produktif. Berdasarkan riset yang dilakukan
penulis di lingkungan Sewon, Bantul pada tanggal 22 Mei 2014 disimpulkan.
“Masyarakat Sewon sadar bahwa penyakit stroke berbahaya, namun sedikit dari
masyarakat memiliki pengetahuan dasar mengenai stroke.”
Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut, Penderita stroke yang paling sering ditemui yaitu yang berusia di atas 50
tahun dan lebih banyak pada perempuan dan pendidikan menengah kebawah serta
pekerjaan lainnya dan bertempat tinggal di luar kota Solok. Stroke iskhemik lebih
banyak ditemukan dibandingkan dengan stroke hemorhagik. Penderita stroke dengan
riwayat faktor risiko yang paling banyak di temui yaitu tekanan darah tinggi.
Penderita stroke yang dirawat selama 1-9 hari lebih banyak ditemukan. Tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara usia, jenis kelamin, pendidikan dengan jenis stroke.
Terdapat hubungan yang bermakna antara tekanan darah dengan jenis stroke.
Terdapat hubungan yang bermakna antara kadar gula darah dengan jenis stroke.
Terdapat hubungan yang bermakna antara kolesterol dengan jenis stroke. Tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara merokok dengan jenis stroke.

3.2 Saran
1. Bagi institusi pendidikan
Agar memberikan ilmu pengetahuan yang optimal kepada mahasiswa agar
mahasiswa mengerti mengenai penyakit Stroke selama mengikuti pendidikan dan
memberikan pengawasan serta bimbingan kepada mahasiswa saat melakukan
proses di rumah sakit sehingga ilmu yang diperoleh dapat diterapkan dalam kasus
nyata.
2. Bagi penulis
Aktif dan terus belajar untuk menambah ilmu dalam dunia Kesehatan
terutama dalam bidang Keperawatan, khususnya tentang ilmu penyakit Stroke.

17
Dan banyak mencari pengalaman tentang perawatan yang tepat dalam menangani
pasien dengan penyakit Stroke.

18
DAFTAR PUSTAKA
American Stroke Assosiation. About Stroke.
http://www.strokeassociation.org/STROKEORG/AboutStroke/AboutStroke_UC
M_308529_SubHomePage.jsp, (diakses pada tanggal 2 Februari 2024).
Hriwijaya, Dwinawan. (2013).Perbedaan UX dan UI. http://uniteux.com/ memahami-
perbedaan-ux-dan-ui/, (diakses pada tanggal 2 Februari 2024).
Penyakit Kronis, Gejala dan Penyebabnya https://baliroyalhospital.co.id/pe nyakit-
kronis-gejala-dan-penyebabnya/ (Diakses pada 1 Februari 2024)
Penyakit kronis dan perawatan penyakit
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2231531/ (Diakses pada 1
Februari 2024)
Penyakit Stroke definisi Stroke
http://repository.poltekkesdenpasar.ac.id/7241/5/BAB%20II%281%29.pdf
(Diakses pada 1 Februari 2024)
Adirman Lafau, N. J. (Agustus 2021). Deskripsi Terapi Tradisional Pada Pasien Pasca
Stroke di Kota Gunung Sitoli, Nias. Jurnal Perawat Indonesia, Volume 5 No 2,
Hal 740-747.
Yenni. (2011). Hubungan dukungan keluarga dan karakteristik lansia dengan kejadian
stroke pada lansia hipertensi di wilayah kerja puskesmas perkotaan bukittinggi.
Depok: Universitas Indonesia. Tersedia
https://lib.ui.ac.id/file?file=digital%2F20282740-T+Yenni.pdf

19

Anda mungkin juga menyukai