Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Sistem Informasi Keperawatan II

Dosen Pengampu:

Erna Irawan, M.Kom.,M.Kep

Bahrul Ulumi, S.Kep.Ners

Disusun oleh:

Sifha Nurlingga 88211020

Iva Syawaliyah Kristi 88212014

Sinta Rahayu Yulianti 88212015

Adam Sakti Alamsyah 88212017

Laili Farhani Triani 88213026

Herra Fahriana Sari 88213028

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

ARS UNIVERSITY

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari makalah ini adalah “Makalah Asuhan Keperawatan
Hipertensi”. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen mata kuliah Sistem Informasi Keperawatan II. Selain itu makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang mengenai penyakit Hipertensi bagi
para pembaca dan bagi penulis.

Dalam penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan buku yang berkaitan dan serta
informasi dari media massa yang berhubungan dengan ASKEP Hipertensi. Kami
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Erna Irawan, M.Kep dan Bapak Bahrul
Ulumi, S.Kep.Ners yang telah memberikan tugas ini, sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Dan
kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh anggota yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Makalah ini akan berisikan tentang Hipertensi mulai dari definisi, etiologi,
manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik, pengobatan,
penatalaksanaan, pengkajian, masalah keperawatan, intervensi, implementasi,dan
evaluasi. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna karena pengalaman dan pengetahuan kami yang masih terbatas. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
terciptanya makalah yang lebih baik lagi untuk masa mendatang. Semoga makalah
yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan pembaca.

Bandung, 24 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................
1.3 Tujuan..............................................................................................................

BAB II KONSEP TEORI

2.1 Pengertian........................................................................................................
2.2 Etiologi............................................................................................................
2.3 Klasifikasi........................................................................................................
2.4 Patofisiologi.....................................................................................................
2.5 Komplikasi......................................................................................................
2.6 Manifestasi Klinis............................................................................................
2.7 Pemeriksaan Penunjang...................................................................................
2.8 Penatalaksanaan...............................................................................................

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian.......................................................................................................
3.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................................
3.3 Pperencanaan Keperawatan.............................................................................
3.4 Implementasi Keperawatan.............................................................................
3.5 Evaluasi Keperawatan.....................................................................................

BAB IV KASUS SEMU DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian Keperawatan.................................................................................


4.2 Analisa Data....................................................................................................
4.3 Diagnosa Keperawatan....................................................................................
4.4 Perencanaan Keperawatan...............................................................................

ii
4.5 Implementasi dan Evaluasi..............................................................................
4.6 Catatan Perkembangan....................................................................................

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan......................................................................................................
5.2 Saran................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring perkembangan zaman, departemen kesehatan telah melaksanankan
beberapa program untuk menunjukkan berbagai dampak positif dibidang
kesehatan. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka umur harapan hidup.
Setiap individu pasti berkeinginan untuk dapat terus hidup sehat dan kuat
sampai tua, untuk mencapainya salah satu cara yang dapat dilakukan adalah
perilaku hidup sehat. Adanya perubahan pola hidup sehat membawa
konsekuensi terhadap perkembangan penyakit degeneratif, salah satunya
adalah Hipertensi (Haryono, 2013).
Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
banyak diderita di seluruh dunia. Hipertensi diperkirakan menjadi penyebab
kematian sekitar 7,1 juta orang di seluruh dunia (sekitar 13% dari total
kematian). Negara-negara berkembang seperti Indonesia, terdapat beban
ganda dari prevalensi penyakit hipertensi dan penyakit kardiovaskular lain
bersama-sama dengan penyakit infeksi dan malnutrisi (Sani, 2012).
Penyakit hipertensi dapat menyerang siapa saja, Sebanyak 90% penyebab
kasus hipertensi belum diketahui secara pasti. Namun penyakit hipertensi
dapat disebabkan oleh faktor usia, genetik, jenis kelamin, pola makan yang
tidak sehat, kebiasaan merokok dan aktifitas fisik dengan gejala tengkuk terasa
berat, kepala pusing dan peningkatan tekanan darah. Apabila penyakit
hipertensi tidak ditangani maka akan menimbulkan komplikasi yang
berbahaya seperti diabetes melitus, stroke, penyakit jantung koroner, dan
gagal ginjal (Gunawan, 2011)
Menurut data WHO pada tahun 2012 diseluruh dunia, sekitar 972 juta
orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan
26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat
menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta

1
berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang,
temasuk Indonesia.
Jumlah penderita hipertensi di Indonesia mencapai 21-45%, dan sebanyak
54% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Penyakit hipertensi merupakan
penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis, Secara
keseluruhan prevalensi hipertensi di Indonesia tahun 2013 sebesar 26,5%.
Sebanyak 10 provinsi mempunyai prevalensi Hipertensi pada penduduk umur
>18 tahun diatas prevalensi nasional yaitu Bangka Belitung, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Barat dan Riau (Hamdan,
2016).
Sedangkan jumlah penderita hipertensi di Kabupaten Kampar tahun 2017
menunjukkan bahwa penderita hipertensi diseluruh wilayah Kabupaten
Kampar sebesar 5.993 jiwa, dari 31 Puskesmas yang ada di Kabupaten
Kampar Puskesmas Bangkinang Kota menempati urutan ketiga dalam
menangani kasus hipertensi yaitu sebanyak 905 jiwa (11%) dan penderita
hipertensi ini paling banyak dialami oleh lanjut usia atau lansia. Peran perawat
komunitas, membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan
dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas
perawatan kesehatan keluarga. Adapun peran perawat dalam membantu
keluarga yang anggota keluarganya menderita penyakit hipertensi antara lain
memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar dapat melakukan
asuhan keperawatan secara mandiri, sebagai koordinator untuk mengatur
program kegiatan atau dari berbagai disiplin ilmu, sebagai pengawas
kesehatan, sebagai konsultan dalam mengatasi masalah, sebagai fasilitator
asuhan perawatan dasar pada keluarga yang menderita penyakit hipertensi
(Muhlisin, 2012).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana karakteristik katarak pada pasien?
2. Apa saja faktor risiko yang dapat menyebabkan katarak?
3. Bagaimana proses perjalanan penyakit katarak?

2
4. Apa saja dampak fisik, psikologis, dan sosial dari katarak pada pasien?
5. Apa tujuan utama dari asuhan keperawatan katarak?

1.3 Tujuan
1. Memahami karakteristik katarak pada pasien secara menyeluruh.
2. Mengidentifikasi faktor risiko yang dapat mempengaruhi perkembangan
katarak.
3. Memahami proses perjalanan penyakit katarak dari awal hingga pengobatan.
4. Mengetahui dampak fisik, psikologis, dan sosial dari katarak pada pasien.
5. Menetapkan tujuan yang jelas untuk memberikan asuhan keperawatan yang
optimal kepada pasien katarak
1.4

3
BAB II

KONSEP TEORI

2.1 Pengertian
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan
darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan
tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri
menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung,
serangan jantung dan kerusakan ginjal. Pada pemeriksaan tekanan darah akan
didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung
berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung
berelaksasi (diastolik).
Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan
diastolik, misalnya 120/80 mmHg, dibaca seratus dua puluh per delapan
puluh. Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik
mencapai 140 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik mencapai 90 mmHg
atau lebih, atau keduanya. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi
kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Pada hipertensi sistolik terisolasi,
tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik
kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal.
Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami
kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun
dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian
berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
2.2 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan menurut
(Aspiani, 2014):
1. Hipertensi primer atau hipertensi esensial Hipertensi primer atau hipertensi
esensial disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui
penyebabnya. Faktor yang memengaruhi yaitu: (Aspiani, 2014)

4
a. Genetik

Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,


beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik ini
tidak dapat dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga yang memliki
tekanan darah tinggi.

b. Jenis kelamin dan usia


Laki - laki berusia 35- 50 tahun dan wanita menopause beresiko
tinggi untuk mengalami hipertensi. Jika usia bertambah maka tekanan
darah meningkat faktor ini tidak dapat dikendalikan serta jenis kelamin
laki–laki lebih tinggi dari pada perempuan.
c. Diet
Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan
berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh penderita
dengan mengurangi konsumsinya, jika garam yang dikonsumsi
berlebihan, ginjal yang bertugas untuk mengolah garam akan menahan
cairan lebih banyak dari pada yang seharusnya didalam tubuh.
Banyaknya cairan yang tertahan menyebabkan peningkatan pada
volume darah. Beban ekstra yang dibawa oleh pembuluh darah inilah
yang menyebabkan pembuluh darah bekerja ekstra yakni adanya
peningkatan tekanan darah didalam dinding pembuluh darah dan
menyebabkan tekanan darah meningkat.
d. Berat badan
Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan
dalam keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB ideal)
dikaitkan dengan berkembangnya peningkatan tekanan darah atau
hipertensi.
e. Gaya hidup
Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola
hidup sehat dengan menghindari faktor pemicu hipertensi yaitu
merokok, dengan merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang

5
dihisap dalam waktu sehari dan dapat menghabiskan berapa putung
rokok dan lama merokok berpengaruh dengan tekanan darah pasien.
Konsumsi alkohol yang sering, atau berlebihan dan terus menerus
dapat meningkatkan tekanan darah pasien sebaiknya jika memiliki
tekanan darah tinggi pasien diminta untuk menghindari alkohol agar
tekanan darah pasien dalam batas stabil dan pelihara gaya hidup sehat
penting agar terhindar dari komplikasi yang bisa terjadi.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjad iakibat penyebab yang jelas. Salah satu
contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular rena, yang
terjadiakibat stenosi arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital
atau akibat aterosklerosis stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah
ke ginjalsehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan
pelepasn renin, dan pembentukan angiostenin II. Angiostenin II secara
langsung meningkatkan tekanan darahdan secara tidak langsung
meningkatkan sintesis andosteron dan reabsorbsi natrium. Apabila dapat
dilakukan perbaikan pada stenosis atau apabila ginjal yang terkena
diangkat tekanan darah akan kembalike normal (Aspiani, 2014).
2.3 Klasifikasi
Menurut (WHO, 2018) batas normal tekanan darah adalah tekanan darah
sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik kurang dari 80
mmHg. Seseorang yang dikatakan hipertensi bila tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.

6
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya yaitu hipertensi primer
dan hipertensi sekunder (Aspiani, 2014). Hipertensi primer adalah
peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya. Dari 90% kasus
hipertensi merupakan hipertensi primer. Beberapa faktor yang diduga
berkaitan dengan berkembangnya hipertensi primer adalah genetik, jenis
kelamin, usia, diet, berat badan, gaya hidup. Hipertensi sekunder adalah
peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya
seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Dari 10% kasus hipertensi
merupakan hipertensi sekunder. Faktor pencetus munculnya hipertensi
sekunder antara lain: penggunaan kontrasepsi oral, kehamilan, peningkatan
volume intravaskular, luka bakar dan stres (Aspiani, 2014).
2.4 Patofisiologi
Hipertensi terdapat pada, mekanisme yang mengatur atau mengontrol
kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasonator.Pada
medula otak, dari pusat vasomotor inilah bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna, medula spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada
titik ini, neuron pre ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsangan vasokontriksi.Individu dengan hipertensi sangat sensitif
terhadap norepinefrin, meski tidak diketahui dengan jelas mengapa bisa terjadi
hal tersebut.
Pembuluh perifer bertanggung jawab terhadap perubahan tekanan darah
usia lanjut. Perubahan itu antara lain aterosklerosis hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah.
Akibatnya akan mengurangi kemampuan aorta dan arteri besar dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume

7
secukupnya) dan curah jantung pun ikut menurun, sedangkan tahanan perifer
meningkat.
2.5 Komplikasi
Tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati atau ditanggulangi, dalam
jangka panjang akan menyebabkan kerusakan ateri didalam tubuh sampai
organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut. 16 Komplikasi yang
dapat terjadi pada penderita hipertensi yaitu: (Aspiani, 2014)
a. Stroke, terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah tinggi di
otak dan akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang
terpajan tekanan darah tinggi.
b. Infark miokard, dapat terjadi bila arteri koroner yang arterosklerotik
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium dan apabila
membentuk 12 trombus yang bisa memperlambat aliran darah
melewati pembuluh darah. Hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel,
kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi
iskemia jantung yang menyebabkan infark. Sedangkan hipertrofi
ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik
melintasi ventrikel terjadilah disritmia, hipoksia jantung, dan
peningkatan resiko pembentukan bekuan.
c. Gagal jantung, dapat disebabkan oleh peningkatan darah tinggi.
Penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung
akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, disebut dekompensasi.
Akibatnya jantung tidak mampu lagi memompa, banyak cairan
tertahan diparu yang dapat menyebabkan sesak nafas (eudema) kondisi
ini disebut gagal jantung.
d. Ginjal, tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan ginjal.
Merusak sistem penyaringan dalam ginjal akibat ginjal tidak dapat
membuat zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui
aliran darah dan terjadi penumpukan dalam tubuh.
2.6 Manifestasi Klinis

8
Tanda dan gejala utama hipertensi adalah (Aspiani, 2014) menyebutkan
gejala umum yang ditimbulkan akibat hipertensi atau tekanan darah tinggi
tidak sama pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa tanda gejala.
Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai
berikut:
a. Sakit kepala
b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
c. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
d. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
e. Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera
Menurut teori (Brunner dan Suddarth, 2014) klien hipertensi mengalami
nyeri kepala sampai tengkuk karena terjadi penyempitan pembuluh darah
akibat dari vasokonstriksi pembuluh darah akan menyebabkan peningkatan
tekanan vasculer cerebral, keadaan tersebut akan menyebabkan nyeri kepala
sampe tengkuk pada klien hipertensi.
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk pasien hipertensi
menurut Amin & Hardhi (2015) adalah sebagai berikut:
Pemeriksaan laboratorium
a. Hb/ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositasi) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti:
hipokoagulasi, anemia.
b. BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
c. Glukosa: hiperglekemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin
d. Urinalisasi: darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal
dan ada DM.
e. CTS can: mengkaji adanya tumor cerebral, enselopati
f. EKG: dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi

9
g. IUP: mengindikasikan penyebab hipertensi seperti: batu ginjal,
perbaikan ginjal
h. Photo dada: menurunkan ditruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu penetalaksanaan
dengan terapi farmakologis dan non farmakologis.
1. Terapi farmakologis Berbagai penelitian klinis membuktikan bahwa, obat
anti hipertensi yang diberikan tepat waktu dapat menurunkan kejadian
stroke hingga 35-40 %, infark miokard 20-25 %, dan gagal jantung lebih
dari 50 %. Obat-obatan yang diberikan untuk penderita hipertensi meliputi
diuretik, angiotensin-converting enzyme (ACE), Beta-blocker, calcium
channel blocker (CCB), dll. Diuretik merupakan pengobatan hipertensi
yang pertama bagi kebanyakan orang dengan hipertensi (Kementerian
Kesehatan RI, 2013)
2. Terapi non farmakologis
a. Makan gizi seimbang
Pengelolaan diet yang sesuai terbukti dapat menurunkan
tekanan darah pada penderita hipertensi. Manajemen diet bagi
penderita hipertensi yaitu membatasi gula, garam, cukup buah,
sayuran, makanan rendah lemak, usahakan makan ikan berminyak
seperti tuna, makarel dan salmon (Kementerian Kesehatan RI,
2013).
b. Mengurangi berat badan
Hipertensi erat hubungannya dengan kelebihan berat badan.
Mengurangi berat badan dapat menurunkan tekanan darah karena
mengurangi kerja jantung dan volume sekuncup (Aspiani, 2015).
Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan 13 berat badan
(obesitas) dianjurkan untuk menurunkan berat badan hingga
mencapai IMT normal 18,5 – 22,9 kg/m2 , lingkar pinggang
c. Olahraga yang teratur

10
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang dan
bersepeda bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan
memperbaiki kinerja jantung (Aspiani, 2015). Senam aerobic atau
jalan cepat selama 30-45 menit lima kali perminggu dapat
menurunkan tekanan darah baik sistole maupun diastole. Selain itu,
berbagai cara relaksasi seperti meditasi dan yoga merupakan
alternatif bagi penderita hipertensi tanpa obat (Kementerian
Kesehatan RI, 2013).
d. Berhenti Merokok
Berhenti merokok dapat mengurangi efek jangka panjang
hipertensi karenan asap rokok yang mengandung zat-zat kimia
beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap
melalui rokok dapat menurunkan aliran dara ke bebagai organ dan
meningkatkan kerja jantung (Aspiani, 2015).
e. Mengurangi konsumsi alcohol
Mengurangi konsumsi alkohol dapat menurunan tekanan
darah sistolik. Sehingga penderita hipertensi diupayakan untuk
menghindari konsumsi alkohol (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
f. Mengurangi stress
Stres dapat memicu penurunan aliran darah ke jantung dan
meningkatkan kebutuhan oksigen ke berbagai organ sehingga
meningkatkan kinerja jantung, oleh karena itu dengan mengurangi
stres seseorang dapat mengontrol tekanan darahnya (Nurahmani,
2012).

11
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar dari proses keperawatan. Keberhasilan
asuhan keperawatan tergantung pada kecermatan dan keakuratan dalam mengenal
masalah klien sehingga memberikan arah kepada tindakan keperawatan. Dalam
pengkajian data dasar yang diperlukan meliputi:
a. Biodata
Data lengkap diri klien yang meliputi nama lengkap, umur, jenis kelamin,
kawin/belum kawin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan
penanggungjawab.
b. Keluhan utama
Keluhan utama pada hipertensi adalah berupa nyeri kepala yang
menyebar ke daerah tengkuk yangdisebabkan oleh peningkatan aliran darah ke
otak.
c. Riwayat kesehetan sekarang
Kondisi yang didapatkan saat pengkajian dimana hipertensi memiliki
faktor predisposisi makan makanan yang mengandung lemak, stressor yang
diterima, selain itu penyakit muncul sejak beberapa waktu yang lalu dan tindakan
atau upaya yang dilakukan untuk mengatasi keluhan berupa pusing, jantung
berdebar-debar, cepat lelah, palpitasi, vertigo dan epiktasis spontan.
d. Riwayat kesehatan masa lalu
Hipertensi esensial dapat dipengaruhi oleh genetik, lingkungan,
hiperaktifitas, susunan saraf pusat simpatis dan faktor-faktor yang meningkatkan
resiko seperti obesitas, alkohol, merokok dan polisitemia. Hipertensi sekunder
dapat dipengaruhi oleh penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskluer
dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Hipertensi lebih banyak di derita oleh wanita dan penyakit ini sangat
dipegaruhi oleh faktor keturunan yaitu jika mempunyai riwayat orangtua yang
mengalami hipertensi maka kecenderungan anaknya juga menderita hipertensi.
f. Riwayat psikososial

12
Hipertensi juga memunculkan riwayat kepribadian seperti ansietas,
depresi, euphoria, marah kronik dan stress multifaktor. Gejala tersebut ditandai
adanya letupan suasana hati, gelisah, tangisan yang meledak, gerak tangan
empati, muka tegang, gerak fisik, penurunan pola bicara dan menghela napas.
g. Riwayat spiritual
Riwayat spiritual tergatung pada masing-masing kepercayaan dan agama
yang dianut oleh individu klien.
h. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum: lemah
2. Tanda-tanda vital: suhu tubuh cenderung meningkat, pernapasan dangkal,
nadi cepat, tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan diastolik diatas 90
mmHg
3. Sistem pernapasan: sangat mendukung untuk mengetahui masalah pada
gangguan kardiovaskuler dimana pemeriksaannya meliputi inspeksi pada
bentuk dada ditemukan bentuk dada phisis (panjang dan gepeng),
empisematous (tong) dan pektus eksavatus ( cekung kedalam). Pada palpasi
ditemukan kelainan dinding toraks, gerakan dinding tidak simetris dan
getaran yang dirasakan tidak merata. Pada perkusi ditemukan penurunan
suara paru atau perubahan dari resonan. Pada auskultasi ditemukan suara
napas tambahan.
4. Pemeriksaan jantung dan pembuluh darah dapat secara langsung mengetahui
masalah pada penyakit hipertensi antara lain meliputi; pada pemeriksaan
inspeksi perubahan apeks jantung karena disebabkan adanya perubahan
sumbu jantung karena hipertropi, pada palpasi terdapat penurunan denyut
apeks karena empisema terdapat thril jantung dan distensi vena jugularis.
Pada perkusi biasanya tetap normal pada bunyi redup tetapi didapatkan
pembesaran jantung. Pada auskultasi didapatkan bunyi kuat dan keras pada
katup aorta dan katup mitral.
5. Pemeriksaan kepala dan leher untuk mengetahui adanya sianosis perifer,
ekspresi wajah yang gelisah, pusing, kesakitan dan ptekie. Pada mata terdapat
ikterus bilamana ada gagal jantung dan dilakukan pemeriksaan neurosensori
untuk mengetahui adanya pusing saat bangun dari duduk, wajah meringis,
menarik diri dan kehilangan kontak mata.

13
6. Output urine merupakan indikasi fungsi jantung yang penting. Penurunan
haluaran urine merupakan temuan penting yang harus dikaji lebih lanjut
untuk menentukan apakah penurunan tersebut merupakan penurunan
produksi urine atau karena ketidakmampuan klien untuk buang air kecil.
Dareah suprapubik harus diperiksa terhadap adanya massa oval dan diperkusi
adanya tanda pekak yang menunjukkan kandung kemih penuh.
7. Pengkajian yang harus dilakujkan meliputi perubahan nutrisi sebelum dan
sesudah masuk rumah sakit, penurunan turgor kulit, kulit kering Atau
berkeringat, muntah dan penurunan berat badan. Adanya refluks
hepatojuguler, pembengkakan hepar adanya nyeri tekan pada abdomen.
8. Keluhan kelemahan fisik, pusing, dada rasa berdebar, sulit tidur karena
ortopnea, dispnea nokturnal paroksismal, berkeringat malam hari, sering
terbangun karena nyeri kepala dan sesak napas.

3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa yang mungkin muncul pada penderita hipertensi menurut SDKI 2017
adalah sebagai berikut:
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis (D.0077)
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur (D.0055)
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)
4. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan
darah (D.0009)
5. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload
(D.0011) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi (D.00111)

3.3 Perencanaan Keperawatan


Rencana Keperawatan penyakit Hipertensi. Menurut Tim Pokja SIKI PPNI (SIKI
2018) menjelaskan bahwa intervensi/ perencanaan keperawatan pada pasien
hipertensi adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis

14
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan nyeri berkurang.
Kriteria Hasil :
1) Keluhan nyeri menurun dengan skala 1-2
2) Pasien tampak rileks, tidak gelisah
3) Tidak terjadi ketegangan otot
4) Meringis menurun
5) Kesulitan tidur menurun
Intervensi:
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri.
Rasional: Untuk mengetahui lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, dan intesitas nyeri.
2. Identifikasi skala nyeri.
Rasional: Untuk menentukan skala nyeri.
3. Identifikasi respons nyeri non ferbal.
Rasional: Untuk mengetahui respon pasien terhadap nyeri.
4. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
Rasional: Untuk mengetahui nyeri yang dirasakan.
5. Ajarkan tekhnik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
Rasional: Untuk melihat perkembangan sesudah dilakukan terapi
nonfarmakologis.
6. Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu.
Rasional: Pemberian obat analgetik untuk mengurangi nyeri dan
mempercepat proses penyembuhan pasien.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan gangguan pola tidur pasien teratasi.
Kriteria Hasil:
1) Keluhan sulit tidur menurun.
2) Keluhan tidak puas tidur menurun.

15
3) Keluhan pola tidur berubah menjadi baik.
4) Pasien dapat tidur nyenyak.
Intervensi:
1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur.
Rasional: Memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana
keperawatan.
2. Batasi waktu tidur siang,jika perlu.
Rasional: Meningkatkan agar klien bisa tidur pada malam hari.
3. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis pijat,
pengaturan posisi.
Rasional: Memberikan rasa nyaman dan meningkatkan pola tidur pasien.
4. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit.
Rasional: Meningkatkan pengetahuan klien pentingnya tidur cukup untuk
mempercepat proses penyembuhan
5. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur.
Rasional: Mempercepat proses penyembuhan pasien.
6. Anjurkan menghindari makanan/minuman yang menganggu waktu tidur.
Rasional: Menghindari gangguan saat tidur ,dan memberikan rasa nyaman
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
pasien dapat melakukan aktivitas sesuai tingkat kemampuan
Kriteria Hasil:
1) Pasien dapat melakukan aktifitas ringan.
2) Keluhan lelah menurun.
3) Peningkatan kekuatan tubuh meningkat tanpa disertai peningkatan
tekanan darah, nadi dan pernafasan.
Intervensi:
1. Kaji tingkat kemampuan pasien melakukan aktivitas.
Rasional : Mengetahui tingkat kemampuan dan perkembangan
kemampuan aktivitas pasien.
2. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas.

16
Rasional: Mengetahui lokasi ketidaknyamanan pasien selama melakukan
aktivitas.
3. Lakukan latihan gerak pasif dan/atau aktif.
Rasional: Mempercepat proses penyembuhan klien dalam melakukan
aktivitas secara normal.
4. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap.
Rasional: Mendorong pasien untuk melakukan latihan beraktivitas.
5. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan.
Rasional: Meningkatkan asupan makan pasien dan mempercepat proses
penyembuhan pasien
4. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan darah.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam keadekuatan
aliran darah pembuluh darah distal untuk mempertahankan jaringan membaik.
Kriteria Hasil:
1) Denyut nadi perifer meningkat.
2) Warna kulit pucat menurun.
3) Tekanan darah sistolik membaik.
4) Tekanan darah diastolik membaik
Intervensi:
1. Monitor tekanan darah.
Rasional: Untuk mengetahui kondisi tekanan darah pasien yang konstan
atau ada masalah.
2. Monitor nadi (Frekuensi, kekuatan, irama)
Rasional: Untuk mengetahui kondisi jantung.
3. Identifikasi penyebab perubahan tanda vital.
Rasional: Untuk mengetahui penyebab perubahan tanda vital.
4. Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien.
Rasional: Untuk memantau kondisi pasien.
5. Dokumentasikan hasil pemantauan
Rasional: Untuk mengingat hasil pemantauan.
6. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Rasional: Supaya pasien mengetahui tujuan dan prosedur pemantauan.

17
5. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan
ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi metabolisme
tubuh meningkat.
Kriteria Hasil:
1) Kekuatan nadi perifer meningkat.
2) Pucat atau sianosis menurun
3) Tekanan darah membaik
Intervensi:
1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (meliputi
dispnea, kelelahan, edema, ortopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea,
peningkatan CVP).
Rasional: Untuk mengetahui ada tidaknya tanda/gejala primer penurunan
curah jantung (meliputi dispnea, kelelahan, edema, ortopnea, paroxysmal
nocturnal dyspnea, peningkatan CVP).
2. Monitor tekanan darah.
Rasional: Untuk selalu memantau tekanan darah.
3. Berikan diet jantung yang sesuai (misal batasi asupan kafein, natrium,
kolesterol, dan makanan tinggi lemak).
Rasional: Mencegah faktor risiko terjadinya penyakit jantung
4. Berikan teknik relaksasi untuk mengurangi stres, Jika perlu.
Rasional: Untuk mengurangi risiko terjadinya penyakit akibat stres.
5. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi.
Rasional: Untuk menjaga kesehatan pasien dengan melakukan olahraga.
6. Anjurkan berhenti merokok.
Rasional: Untuk mengurangi faktor risiko penyakit.
7. Ajarkan pasien dan keluarga untuk mengukur berat badan harian.
Rasional: Untuk mengetahui ada tidaknya kenaikan berat badan.
8. Rujuk ke program rehabilitasi jantung
Rasional: Untuk mendapatkan tindakan yang lebih baik sehingga
mempercepat proses kesembuhan pasien
6. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.

18
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan
kecukupan informasi yang berkaitan dengan topik tertentu meningkat.
Kriteria Hasil:
1) Perilaku sesuai anjuran meningkat.
2) Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat.
3) Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun.
4) Perilaku membaik.
Intervensi:
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi.
Rasional: Untuk mengetahui kesiapan dan kemampuan menerima
informasi.
2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat.
Rasional: Untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat.
3. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan.
Rasional: Untuk menambah wawasan pasien dan agar pasien tetap ingat
pendidikan kesehatan yang telah diberikan.
4. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Rasional: Untuk menambah pengetahuan pasien tentang penyakit
5. Berikan kesempatan untuk bertanya
Rasional: Untuk mengetahui hal yang belum dimengerti oleh pasien dan
menambah pemahaman pasien.
6. Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan.
Rasional: Untuk menambah pengetahuan pasien mengenai faktor risiko
yang dapat mempengaruhi kesehatan.
7. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
Rasional: Untuk merubah perilaku pasien ke perilaku sehat dan bersih

3.4 Implementasi Keperawatan


Menurut Budiono (2016) Implementasi/Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah
realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan.

19
Implementasi merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan instruksi
yang telah teridentifikasi dalam komponen P (perencanaan). Kegiatan dalam
pelaksanaan meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon
klien selama dan sesudah pelaksaan tindakan, serta menilai data yang baru.

3.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi menurut (Budiono 2016) adalah penilaian dengan cara membandingkan
perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil
yang di buat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui
apakah tujuan yang ditetapkan sudah dicapai atau belum. Format yang digunakan
dilakukan dalam evaluasi asuhan keperawatan adalah SOAP.
a. S ( Data Subjektif )
Data berdasarkan keluhan yang diucapkan atau disampaikan oleh pasien yang
masih dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan
b. O ( Data Objektif )
Data objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau hasil observasi
secara langsung kepada klien, dan yang dirasakan klien setelah dilakukan
tindakan keperawatan.
c. A ( Analisis )
Interpretasi dari data subjektif dan data objektif. Analisis merupakan suatu
masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau juga dapat
dituliskan masalah/diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan status
kesehatan klien yang telah teridentifiksasi datanya dalam data subjektif dan
objektif.
d. P (Planning)
Perencanaan keperawatan yang akan dihentikan atau dilanjutkan dari rencana
tindakan keperawatan yang telah ditentukan.

20
BAB IV
KASUS SEMU DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
4.2 Analisa Data
4.3 Diagnosa Keperawatan
4.4 Perencanaan Keperawatan
4.5 Implementasi dan Evaluasi
4.6 Catatan Perkembangan

21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

22
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Kesehatan (2016). TEKANAN DARAH TINGGI. Diakses 24 Mei
dari https://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/2016/10/Tekanan-Darah-Tinggi-
Hipertensi.pdf

23

Anda mungkin juga menyukai