ISSN. 2620-7869
1Konsentrasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Ibnu Khaldun Bogor, Email: listyandini@gmail.com
2Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Airlangga
Abstrak
Kecelakaan kerja sebagian besar disebabkan oleh 88% tindakan tidak aman dan 10% kondisi tidak aman, serta 2%
tidak dapat dihindarkan. Tindakan tidak aman adalah kesalahan dan pelanggaran peraturan yang dapat menyebabkan
kecelakaan kerja. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan tidak
aman di pabrik pupuk Nitrogen, Fosfor, Kalium (NPK) PT. X. Penelitian ini menggunakan metode observasional
dengan rancangan bangun cross sectional. Data diperoleh dengan menyebarkan kuesioner. Jumlah responden
sebesar 65 pekerja. Analisis data menggunakan uji Chi Square (ÿ = 5%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan antara faktor predisposisi: umur (p=0,144), tingkat pendidikan (p=1,000), masa kerja (p=0,462),
pengetahuan (p=0,287), sikap (p=1,000), dan keterampilan (p=0,663) dengan tindakan tidak aman. Namun terdapat
hubungan yang signifikan antara faktor pendukung: APD (Alat Pelindung Diri) (p=0,000) dan faktor penguat:
pengawasan (p=0,000) dan safety talk (p=0,000) dengan tindakan tidak aman. Kesimpulannya, tersedianya APD,
pengawasan, dan safety talk terkait dengan tindakan tidak aman. Perusahaan sebaiknya meningkatkan keterampilan
dan pengetahuan pekerja dengan memberikan pelatihan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), menggiatkan
safety talk, serta menyediakan goggle untuk meningkatkan tindakan aman.
Kata kunci: Tindakan tidak aman, faktor predisposisi, faktor pemungkin
Pendahuluan
menunjukkan bahwa penyebab kecelakaan kerja adalah
Hingga saat ini perusahaan telah berupaya 87% tindakan tidak aman dan 78% berasal dari bahaya
menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
mekanik. Penelitian lain yang dilakukan oleh DuPont
namun masih banyak ditemukan kasus kecelakaan
Company menunjukkan bahwa kecelakaan kerja 96%
dan penyakit akibat kerja. Menurut International Labour
disebabkan oleh tindakan tidak aman dan 4% disebabkan
Organization (ILO) setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian oleh
yang disebabkan oleh penyakit atau kecelakaan akibat
kondisi berbahaya (United Steelworkers Union,
hubungan kerja. Sekitar 300.000 kematian terjadi dari
2005).
250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian
Selain tindakan yang tidak aman, kecelakaan
akibat penyakit akibat hubungan kerja (Pusat kesehatan
kerja juga dapat disebabkan oleh kondisi berbahaya
kerja, 2002).
karena penyebab kecelakaan bersifat multikausal.
Kondisi berbahaya ialah kondisi alat, material, dan
Penyumbang kecelakaan terbesar berasal dari
lingkungan kerja yang tidak aman yang berasal dari
tindakan tidak aman. Menurut Heinrich
kondisi lingkungan fisik, kimia, biologi, dan psikososial
kecelakaaan industri secara umum disebabkan oleh
yang dapat menimbulkan kerusakan properti, cedera,
88% tindakan tidak aman dan 10% kondisi
dan kematian, jika tidak diperbaiki dengan benar (Ramli,
yang berbahaya, serta 2% tak terhindarkan. Hasil
2009).
penelitian Dewan Keamanan Nasional (NSC)
memproduksi amoniak, pupuk urea, pupuk NPK yang bekerja di pabrik pupuk NPK berjumlah 168 orang.
(Nitrogen, Fosfor, dan Kalium), serta pupuk organik. Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus
Salah satu pabrik di PT. X yang memiliki risiko tinggi ukuran minimal sampel dan jumlah sampel 65 orang.
kecelakaan kerja adalah di pabrik pupuk NPK karena Teknik sampling yang digunakan adalah simple random
selama proses produksi melibatkan tenaga manusia sampling.
dan mesin. Variabel yang diteliti meliputi variabel faktor
Tenaga kerja yang terlibat langsung dalam produksi predisposisi (jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan,
pupuk NPK berasal dari perusahaan kontraktor (PT. masa kerja, pengetahuan, sikap, dan keterampilan),
Y), yaitu perusahaan yang menyediakan tenaga kerja faktor pemungkin (APD atau Alat Pelindung Diri), dan
untuk pekerjaan yang faktor penguat (pengawasan dan safety talk), serta
tidak dapat menangani karyawan PT. X. tindakan tidak seorang pria. Pengumpulan data
Terdapat 3 kasus LTA (Loss Time melalui kuesioner, observasi, dan wawancara informal.
Kecelakaan) pada pekerja PT. Y selama Januari 2011-
April 2013 di pabrik pupuk NPK. Suatu kecelakaan Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji
dikatakan LTA jika mengakibatkan pekerja tidak dapat chi-square dengan alpha (ÿ) 5%.
masuk kerja setelah 2 x 24 jam dari kejadian.
Hasil
Sebagian besar kecelakaan besar pekerja PT. A. Tindakan Tidak aman
Pada pabrik pupuk NPK sebagian besar disebabkan Tindakan tidak aman dalam penelitian ini
oleh tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman. dibedakan menjadi kategori tinggi dan rendah
tindakan tidak aman yang ditemui terdiri dari: 1) berdasarkan banyaknya K3. peraturan
melakukan perbaikan tanpa ada atau tidak sesuai Semakin banyak pelanggaran maka termasuk
prosedur; 2) bekerja pada mesin yang beroperasi; 3) tindakan tidak aman kategori tinggi.
melakukan perbaikan dengan alat yang tidak sesuai;
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Tindakan tidak
4) membuka pengaman atau pelindung mesin; 5)
aman Pada Pekerja
menggunakan peralatan yang tidak aman atau tidak
Variabel N %
sesuai standar.
Tindakan tidak aman
Kondisi tidak aman di pabrik pupuk NPK meliputi: 1) 18
Tinggi 27,7
lantai licin akibat debu higroskopis dari bahan baku Rendah 47 72,3
(Urea); 2) tidak ada alat khusus untuk perbaikan; 3) Total 65 100,0
belum ada prosedur perbaikan untuk material yang
tersumbat pada mesin yang beroperasi. Keseluruhan responden yang berjumlah 65
orang, sebagian besar responden (72,3%) termasuk
Berdasarkan laporan kecelakaan di pabrik dalam kategori tindakan tidak aman
pupuk NPK, ditemui beberapa kasus kecelakaan yang kategori rendah.
disebabkan oleh tindakan tidak aman. Sebaliknya, termasuk tindakan tidak aman
Faktor yang menentukan tindakan tidak aman berasal kategori rendah. Data tersebut menunjukkan bahwa
dari faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor sebagian besar responden cenderung berperilaku
penguat. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi aman.
faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan tidak Berdasarkan hasil kuesioner, tindakan tidak
aman pada pabrik pupuk NPK. Aman yang sering dilakukan sebagian besar responden
adalah sering tidak menggunakan alat pelindung diri,
mengambil posisi atau sikap tubuh yang tidak aman
Metode
yaitu dengan mengangkat beban dengan posisi tubuh
Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif
membungkuk atau menyamping, memakai peralatan
dengan rancangan bangun cross-sectional. Jenis
yang tidak aman, bekerja atau berdiri pada posisi yang
penelitian adalah observasional karena peneliti tidak
tidak aman.
memberi perlakuan pada sasaran yang diteliti seorang pria.
(Notoatmodjo, 2010).
Populasi adalah seluruh pekerja kontraktor PT. Y
Machine Translated by Google
Pada penelitian ini, faktor predisposisi Sebagian responden yaitu 41 orang (63,1%)
meliputi variabel jenis kelamin, usia, tingkat memiliki pengetahuan yang tidak baik akan
pendidikan, masa kerja, pengetahuan, sikap, bahaya dan risiko di tempat kerja. Lebih dari
dan keterampilan.
separuh responden (50,8%) memiliki sikap positif
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Variabel
akan bahaya dan risiko di tempat kerja.
Faktor Predisposisi Pada Pekerja Kemudian, keterampilan dari sebagian besar
Variabel N % responden (89,2%) termasuk dalam kategori
Jenis Kelamin tidak baik.
Laki-laki 65 100,0
Perempuan - - Tabel 3. Distribusi Frekuensi Variabel
Total 65 100,0 Faktor Pemungkin Pada Pekerja
Usia Variabel N %
ÿ 29 tahun 33 50,8 APD
< 29 tahun 32 49,2 Baik 45 69,2
Total 65 100,0 Tidak baik 20 30,8
Tidak baik 58
Baik 48 73,8
89,2
Tidak baik 17 26,2
Total 65 100,0
Total 65 100,0
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa 65
Hampir tiga perempat responden (73,8%)
responden (100%) berjenis kelamin laki-laki.
sudah menganggap pelaksanaan pengawasan
Sehingga variabel jenis kelamin tidak dapat
dan safety talk dalam kategori baik. Pelaksanaan
diuji karena tidak ada pembandingnya.
pengawasan dan safety talk berada dalam
Sebanyak 33 orang (50,8%) berusia 29 tahun
tanggung jawab departemen K3 antara PT. X
ke atas. Penggolongan usia tersebut didasarkan
dan PT. Y.
pada nilai median (29 tahun) yang diperoleh
dari distribusi usia responden. Sebanyak 50
orang (76,9%) memiliki latar belakang
pendidikan tinggi (SLTA dan D3). Sebanyak 39
orang (60,0%) telah bekerja selama 30 bulan
lebih atau sama dengan 2,5 tahun lebih.
Penggolongan masa kerja tersebut didasarkan
pada nilai median (30 bulan) yang diperoleh dari
distribusi masa kerja responden. Lebih dari itu
Machine Translated by Google
Tabel 5. Hubungan Faktor Predisposisi, Enabling, dan Reinforcing dengan Tindakan tidak aman
Tindakan tidak aman
Variabel Tinggi Rendah nilai p
N % N %
Usia
ÿ 29 tahun 6 9,2 27 41,5
0,144
< 29 tahun 12 18,5 20 30,8
Tingkat Pendidikan
Tinggi 14 21,5 36 55,4
1.000
Rendah 4 6,2 11 16,9
Masa Kerja
ÿ 30 bulan 9 13,8 30 46,2
0,462
< 30 bulan 9 13,8 17 26,2
Pengetahuan
Baik 9 13,8 15 23,1
0,287
Tidak baik 9 13,8 32 49,2
Sikap
Positif 6 9,2 27 41,5
0,144
Negatif 12 18,5 20 30,8
Keterampilan
Baik 1 1,5 6 9,2
0,663
Tidak baik 17 26,2 41 63,1
APD
Baik 6 9,2 39 60,0
0,000
Tidak baik 12 18,5 8 12,3
Pengawasan
Baik 6 9,2 42 64,6
0,000
Tidak baik 12 18,5 5 7,7
Pembicaraan Keselamatan
B. Hubungan Usia dengan Tindakan tidak Proporsi tindakan tidak aman kategori tinggi pada
seorang pria responden dengan sikap positif (9,2%) lebih kecil 2
Proporsi tindakan tidak aman kategori tinggi kali dibandingkan responden dengan sikap negatif
pada responden kategori usia 29 tahun ke atas (18,5%). Secara statistik tidak ada hubungan antara
(9,2%) lebih kecil dibandingkan responden berusia tindakan tidak aman dengan sikap karena p-value
kurang dari 29 tahun (18,5%). Secara statistik tidak (0,144) > ÿ (0,05).
ada hubungan yang bermakna antara tindakan tidak
aman
dengan usia karena p-value (0,144) > ÿ (0,05). G. Hubungan Keterampilan dengan
Tindakan tidak aman
C. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Proporsi tindakan tidak aman kategori tinggi pada
Tindakan tidak aman responden dengan keterampilan baik (1,5%) jauh
Proporsi tindakan tidak aman kategori tinggi lebih sedikit dibandingkan responden dengan
pada responden dengan tingkat pendidikan tinggi keterampilan tidak baik (26,2%). Secara statistik
yaitu D3 dan SLTA (21,5%) lebih besar dibandingkan tidak ada hubungan yang bermakna antara tindakan
responden berpendidikan kategori rendah yaitu SLTP tidak aman
dan SD (6,2%). Secara statistik tidak ada hubungan dengan keterampilan karena p-value (0,663) > ÿ
yang bermakna antara tindakan tidak aman (0,05).
dengan tingkat pendidikan karena p-value H. Hubungan APD dengan Tindakan tidak aman
(1,000) > ÿ (0,05).
Proporsi tindakan tidak aman kategori tinggi
D. Hubungan Masa Kerja dengan pada responden yang menganggap ketersediaan
Tindakan tidak aman
APD baik (9,2%) setengah kali dari responden yang
Proporsi tindakan tidak aman kategori tinggi menganggap ketersediaan APD tidak baik (18,5%).
pada responden dengan masa kerja 30 bulan ke atas Secara statistik terdapat hubungan yang bermakna
atau 2,5 tahun ke atas (13,8%) sama dengan antara tindakan tidak aman dengan ketersediaan
responden dengan masa kerja kurang dari 30 bulan APD karena p-value (0,000) < ÿ (0,05).
(13,8). Secara statistik tidak ada hubungan yang
berarti antara tindakan tidak aman dengan masa
kerja karena
p-value (0,462) > ÿ (0,05). Saya. Hubungan Pengawasan dengan Tindakan
tidak aman
e. Hubungan dengan Pengetahuan Tindakan
Proporsi tindakan tidak aman kategori tinggi
tidak aman
pada responden yang menganggap pengawasan
Proporsi tindakan tidak aman kategori tinggi
baik (9,2%) 2 kali lebih kecil dibandingkan responden
pada responden yang berpengetahuan baik (13,8%)
yang menganggap pengawasan tidak baik (18,5%).
sama dengan responden yang berpengetahuan tidak
Secara statistik terdapat hubungan yang bermakna
baik (13,8%). Secara statistik tidak terdapat hubungan
antara tindakan tidak aman dengan pengawasan
yang bermakna antara tindakan tidak aman dengan
karena p-value (0,000) < ÿ (0,05).
pengetahuan karena p-value (0,287) > ÿ (0,05).
F. Hubungan Sikap dengan Tindakan J. Hubungan Safety talk dengan Tindakan tidak
tidak aman aman
5
Machine Translated by Google
Proporsi tindakan tidak aman kategori menghindari ketidaknyamanan; 4) jika cara yang
tinggi pada responden yang menganggap tidak aman menarik lebih banyak perhatian, dari
pelaksanaan safety talk baik (7,7%) lebih kecil pada cara yang aman, seseorang akan memilih
dibandingkan responden yang menganggap cara yang tidak aman; 5) jika cara yang tidak
pelaksanaan safety talk tidak baik (20%). aman lebih bebas dan dapat dilakukan, maka
Secara statistik terdapat hubungan yang seseorang memilih cara yang tidak aman; 6) jika
bermakna antara tindakan tidak aman dengan cara yang tidak aman lebih diterima kelompok,
safety talk karena p-value (0,000) < ÿ (0,05). maka seseorang akan memilih tidak
6
Machine Translated by Google
tidak aman karena memiliki sedikit pengalaman, Hasil menunjukkan bahwa jumlah tindakan
kurang berlatih, bertindak tanpa berpikir panjang, tidak aman kategori tinggi pada responden
senang dengan coba-coba, rasa ingin tahu, dan dengan masa kerja lebih lama (ÿ 30 bulan)
berani mengambil risiko. sama dengan responden dengan masa kerja
yang relatif baru (< 30 bulan). Hal ini dapat
C. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan terjadi karena pada pekerja kontraktor di PT. X
Tindakan tidak aman hanya bekerja
Pendidikan dapat membimbing cara di suatu tempat dalam waktu singkat yaitu 3-
berpikir seseorang dalam menghadapinya 4 tahun atau 36-48 bulan. Sehingga tidak ada
pekerjaan. Pendidikan dapat membuat seseorang perbedaan yang mencolok untuk tindakan yang
mampu mengenal bahaya dengan baik dan tidak aman kategori tinggi di antara kedua
mencegah kecelakaan saat ia melakukan golongan masa kerja, baik masa kerja yang
pekerjaannya (Depkes RI, 1990). relatif baru (< 30 bulan) maupun yang lebih lama
Teori tersebut bertolak belakang dengan (ÿ 30 bulan).
hasil penelitian karena secara statistik tidak ada
hubungan yang berarti antara tindakan tidak e. Hubungan dengan Pengetahuan Tindakan
aman dengan tingkat pendidikan. tidak aman
Tindakan tidak aman baik kategori tinggi maupun Tidak ada hubungan yang bermakna
rendah sama-sama didominasi oleh kelompok antara tindakan tidak aman dengan pengetahuan.
responden tingkat pendidikan tinggi (SLTA dan Hasil menunjukkan bahwa jumlah tindakan tidak
D3). Hal ini bukan jaminan bahwa tingkat aman kategori tinggi pada responden dengan
pendidikan seseorang dapat membimbingnya pengetahuan baik
untuk berperilaku aman. sama dengan responden yang pengetahuannya
tidak baik. Hal ini berarti baik responden yang
Tingkat pendidikan belum menjamin berpengetahuan baik maupun responden yang
seseorang mematuhi aturan. Sehingga berpengetahuan tidak baik sama-sama
dapat disimpulkan bahwa tingkat pekerja berpeluang untuk melakukan tindakan tidak
pendidikan tidak berhubungan dengan tindakan aman kategori tinggi. Menurut Schultz dalam
tidak aman karena mempengaruhi faktor lain, Winarsunu (2008) tingkat kecerdasan akan
salah satunya adalah kepatuhan terhadap aturan terhambat dengan kecelakaan kerja untuk jenis
pekerjaan tertentu yang mensyaratkan
D. Hubungan Masa Kerja dengan penggunaan tingkat kognitif tinggi untuk
Tindakan tidak aman mengerjakannya, tapi bukan pada jenis
Pandie dan Berek (2007) menyatakan ada pekerjaan kasar yang manual berulang. Hal ini
hubungan yang bermakna antara masa kerja sesuai dengan jenis pekerjaan responden yaitu
dengan kecelakaan kerja yang disebabkan oleh persiapan dan pemuatan bahan baku,
tindakan tidak aman. pembersihan, perbaikan dan pemeliharaan pada
Kecelakaan kerja akibat tindakan tidak aman mesin, pengantongan, serta angkat-angkut yang
lebih banyak terjadi pada pekerja yang bekerja termasuk pekerjaan kasar dan berulang.
kurang dari 3 tahun. Sebaliknya, hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang Berdasarkan hasil kuesioner, sebagian
berarti antara tindakan tidak aman dengan masa besar pertanyaan pengetahuan yang belum
kerja. Hal ini sejalan dengan penelitian Helliyanti dikuasai responden adalah penyebab utama
(2009) bahwa tidak ada hubungan yang berarti kecelakaan dan risiko jika tidak menggunakan
antara tindakan tidak aman dengan masa kerja. kacamata keselamatan di area berdebu. Oleh
karena itu, perusahaan sebaiknya meningkatkan
pengetahuan
7
Machine Translated by Google
responden mengenai keselamatan dan kesehatan ialah untuk pekerjaan yang membutuhkan skill tinggi
kerja agar perilaku aman dapat meningkat. seperti pilot misalnya. Namun sebagian besar
pekerjaan yang dilakukan responden lebih banyak
membutuhkan kemampuan fisik sehingga tidak ada
F. Hubungan Sikap dengan Tindakan tidak aman
hubungan antara keterampilan dengan tindakan
Secara statistik tidak ada hubungan yang tidak aman.
bermakna antara tindakan tidak aman dengan Berdasarkan hasil pertanyaan
sikap. Hubungan tersebut tidak signifikan karena keterampilan, bahwa kesalahan paling banyak
sikap merupakan predisposisi perilaku. Perwujudan ditanggapi mengenai ergonomi angkat-angkut.
sikap menjadi perilaku pekerja mempengaruhi Selain itu, perilaku yang tidak aman salah satunya
lingkungan kerja seperti rekan kerja yang tidak didominasi dengan cara mengangkat beban yang
saling mengingatkan keselamatan, melihat salah. Keterampilan dan perilaku tersebut
pengalaman rekan kerja yang selalu selamat saat menunjukkan bahwa respon memerlukan pelatihan
bertindak tidak aman, dan lainnya. cara kerja angkat-angkut yang aman sesuai prinsip
ergonomi.
Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa sikap
positif terhadap nilai-nilai kesehatan dan keselamatan
tidak selalu diwujudkan dalam tindakan nyata. Hal H. Hubungan APD dengan Tindakan
ini disebabkan oleh: 1) sikap akan diwujudkan ke tidak aman
dalam tindakan tergantung pada situasi saat itu; 2) Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara
sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan tindakan tidak aman dan ketersediaan
yang mengacu pada pengalaman orang lain; 3) APD menunjukkan hubungan yang bermakna.
sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan Sebagian besar responden (60%) menganggap
berdasarkan banyak atau sedikitnya pengalaman APD disediakan dalam kategori baik, termasuk
seseorang; 4) nilai yang menjadi pegangan bagi tindakan tidak aman kategori rendah. Terlihat bahwa
setiap orang. Sesuai dengan (2007), kesimpulannya pekerja cenderung berperilaku aman ketika
disimpulkan bahwa sikap secara langsung tidak kebutuhan APD telah terpenuhi dengan baik.
memberikan Notoatmodjo
perubahan perilaku. Hal ini disebabkan sikap belum Menurut Green (1980) perilaku terbentuk dari
otomatis diwujudkan dalam tindakan/perilaku tiga faktor, salah satunya faktor pendukung seperti
terbuka (overt behavior). tersedianya fasilitas atau sarana kesehatan.
Ketersediaan APD
merupakan salah satu faktor yang mendukung
terbentuknya perilaku, hal ini sesuai dengan
G. Hubungan Keterampilan dengan Notoatmodjo yang menyatakan bahwa sikap
Tindakan tidak aman otomatis belum diwujudkan menjadi tindakan tanpa
Pada penelitian ini tidak ada hubungan yang didukung oleh fasilitas (Notoatmodjo, 2007).
bermakna antara tindakan tidak aman dan
keterampilan. Sejalan dengan Brauer dalam Salah satu bahaya yang terdapat di
Winarsunu (2008), kemampuan mengenal bahaya lingkungan fisik pabrik NPK adalah debu yang
adalah hal penting dalam keselamatan kerja sehingga berasal dari bahan baku. Paparan debu utama
seseorang dapat bertindak benar. Diperlukan berasal dari gudang bahan baku yaitu 28,267 mg/
keterampilan dalam membuat pertimbangan dan m3 melampaui batas yang seharusnya 10 mg/m3
keputusan tindakan yang benar sehingga menjadi per 8 jam. Saat observasi dilakukan, hampir semua
selamat. Keterampilan yang terkandung pekerja tidak menggunakan kacamata keselamatan,
terutama saat bekerja
8
Machine Translated by Google
di gudang bahan baku. Menurut Rijanto ditambah dengan materi mengenai penggunaan
(2011), sebaiknya perusahaan menyediakan APD dan penyebab utama
kacamata (kacamata keselamatan jenis mangkuk kecelakaan agar pengetahuan Pekerja K3 semakin
dan penutup) untuk mengurangi paparan debu pada berkembang.
pekerja. Namun, pekerja perlu diberikan pengertian
untuk sering membersihkan lensa kacamata agar Kesimpulan
mencegah embun. Pada penelitian ini, tindakan tidak aman
dikategorikan menjadi dua, yaitu tindakan tidak
Saya. Hubungan Pengawasan dengan aman kategori rendah dan tinggi. Ditemukan bahwa
Tindakan tidak aman sebagian besar pekerja bertindak tidak aman
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada kategori rendah. Faktor yang berhubungan dengan
hubungan yang bermakna antara tindakan tidak tindakan tidak aman pada penelitian ini adalah
aman dengan pengawasan. Serupa dengan penelitian faktor pemungkin yaitu APD dan faktor penguat
Karyani (2005) yang menyatakan bahwa ada yaitu pengawasan dan pembicaraan keselamatan.
hubungan yang bermakna antara tindakan tidak
aman dengan pengawasan. Menurut Heinrich dalam Faktor APD, pengawasan, dan safety talk
10 aksioma keselamatan kerja, salah satunya yang cenderung membuat pekerja bertindak tidak
menyatakan bahwa pengawas adalah salah satu aman kategori rendah.
kunci pencegahan kecelakaan kerja akibat tindakan Saran bagi perusahaan untuk meningkatkan
tidak aman. perilaku aman pekerja antara lain: 1) memberikan
pelatihan K3 khususnya cara mengangkat dan
Sebagian besar responden (64,6%) pengangkutan yang ergonomis; 2) menambah
menganggap pengawasan K3 baik, termasuk dalam materi safety talk
tindakan tidak aman kategori rendah. mengenai pendidikan tentang APD khususnya
Kemudian, sebagian besar tindakan tidak aman kacamata keselamatan dan pengertian penyebab
yang dilakukan pekerja adalah tidak menggunakan utama kecelakaan; 3) meningkatkan pengawasan
APD maka pengawasan di tempat kerja perlu khususnya
ditingkatkan dengan memberikan perhatian khusus penggunaan APD pada pekerja; 4) menyediakan
pada penggunaan APD pekerja. kacamata keselamatan berupa goggles; 5)
menambah safety sign yang menunjukkan perintah
untuk bertindak aman bagi pekerja; 6) pekerja perlu
J. Hubungan Safety Talk dengan diberi pemahaman bahwa mereka berhak menolak
Tindakan tidak aman pekerjaan ketika syarat keselamatan dan kesehatan
Terdapat hubungan yang bermakna antara kerja serta kondisi APD diragukan.
tindakan tidak aman dengan pembicaraan keselamatan.
Sebagian besar responden (66,2%) menganggap
safety talk terlaksana dengan baik termasuk dalam
Referensi
kategori tindakan tidak aman
[1] Azadeh, A. dan Fam I., Muhammad. (2009).
kategori rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Evaluasi Pentingnya Perilaku Keselamatan
pelaksanaan safety talk yang baik cenderung
Pada Produsen Baja Berdasarkan Entropi. J
membuat pekerja berperilaku aman. Res Ilmu Kesehatan, Vol. 9, No. 2, hal 10-18.
Selain itu untuk meningkatkan perilaku aman
pada pekerja diperlukan keragaman materi safety [2] Depkes. RI (1990). Materi Orientasi Bagi
talk agar wawasan dan kesadaran K3 semakin Kepala Dinas Kesehatan Dati II. Jakarta:
bertambah bagi pekerja. Materi safety talk yang Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan
sudah ada seperti utama K3, housekeeping, dan Masyarakat - Direktorat Bina Peran
9
Machine Translated by Google
10