Anda di halaman 1dari 69

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KATARAK

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Sistem Informasi Keperawatan II

Dosen Pengampu :

- Erna Irawan, M.Kom.,M.Kep

- Bahrul Ulumi, S.Kep.Ners

Disusun Oleh :

Anatasia Wilhelmina Metantomwate 88211018


Defia Nur Fitriani 88211019
Gabriel Magdalena Junieta 88212011
Nizar Mustopa 88213027
Umi Syahidah 88213030
Juniawati Isnaeni 88214037
Dewi Sagita 88214051

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

ARS UNIVERSITY

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Adapun
judul dari makalah ini adalah “Makalah Asuhan Keperawatan Katarak”. Tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen mata kuliah Sistem
Informasi Keperawatan II. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang mengenai penyakit Katarak bagi para pembaca dan bagi penulis.

Dalam penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan buku yang berkaitan dan
serta informasi dari media massa yang berhubungan dengan ASKEP Katarak. Kami
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Erna Irawan, M.Kep dan Bapak Bahrul yang
telah memberikan tugas ini. Sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Dan kami mengucapkan terima kasih
kepada seluruh anggota yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini akan berisikan tentang Anemia mulai dari definisi, etiologi, manifestasi
klinis, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik, pengobatan, penatalaksanaan,
pengkajian, masalah keperawatan, intervensi, implementasi,dan evaluasi.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna
karena pengalaman dan pengetahuan kami yang masih terbatas. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi terciptanya makalah yang lebih
baik lagi untuk masa mendatang. Semoga makalah yang kami susun ini dapat
bermanfaat bagi penyusun dan pembaca.

Bandung, 11 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................... 3
1.3 TUJUAN ........................................................................................................ 3
BAB II ........................................................................................................................... 4
KONSEP TEORI .......................................................................................................... 4
2.1 PENGERTIAN ............................................................................................... 4
2.2 ETIOLOGI ..................................................................................................... 4
2.3 KLASIFIKASI ............................................................................................... 6
2.4 PATOFISIOLOGI .......................................................................................... 7
2.5 KOMPLIKASI ............................................................................................. 10
2.6 MANIFESTASI KLINIS ............................................................................. 10
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG ................................................................. 11
2.8 PENATALAKSANAAN ............................................................................. 12
BAB III ....................................................................................................................... 15
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN .................................................................... 15
3.1 PENGKAJIAN ............................................................................................. 15
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN .................................................................. 16
3.3 PERENCANAAN KEPERAWATAN ......................................................... 17
3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN ......................................................... 18
3.5 EVALUASI KEPERAWATAN................................................................... 19
BAB IV ....................................................................................................................... 21
KASUS SEMU DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 21
4.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN.............................................................. 21

iii
4.2 ANALISA DATA ............................................................................................. 31
4.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN .................................................................. 35
4.4 PERENCANAAN KEPARAWATAN ........................................................ 36
4.5 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI.......................................................... 46
4.6 CATATAN PERKEMBANGAN................................................................. 58
BAB V......................................................................................................................... 64
PENUTUP ................................................................................................................... 64
5.1 KESIMPULAN ............................................................................................ 64
5.2 SARAN ........................................................................................................ 64
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 65

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Perkembangan penyakit dewasa ini semakin kompleks, semakin banyak
jenis penyakit baru yang ditemukan. Sebagian besar penyakit yang diderita oleh
masyarakat di usia tua saat ini dipengaruhi oleh faktor kebiasaan hidup yang
kurang sehat. Hal ini terjadi karena masyarakat belum memahami tentang
pentingnya kebiasaan hidup yang sehat dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
masyarakat cenderung menganggap remeh pencegahan dan pemeliharaan
kesehatan mereka, dan pada akhirnya menyebabkan terjadinya berbagai macam
penyakit. (Ilyas, 2003).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2002) memperkirakan sekitar 40-45


juta orang di dunia mengalami kebutaan, sepertiganya berada di Asia Tenggara.
Berarti setiap menit diperkirakan 12 orang menjadi buta, empat orang
diantaranya juga berasal dari Asia Tenggara. Pada anak, setiap menit terdapat
satu anak menjadi buta dan hampir setengahnya berada di Asia Tenggara.
Sedangkan pada balita, WHO memperkirakan ada 1,4 juta yang menderita
kebutaan dimana tiga pe rempat diantaranya ada di daerah-daerah miskin di Asia
. berdasarkan Survey Kesehatan Indera tahun 1993-1996, sebesar 1,5% penduduk
Indonesia mengalami kebutaan dengan penyebab utama adalah Katarak (0,78%),
Glaukoma (0,20%), Kelainan Refraksi (0,14%), Gangguan Retina (0,13%), dan
Kelainan Kornea (0,10%). Kebutaan karena katarak kejadiannya diperkirakan
0,1% (sekitar 210.000 orang) per tahun. (Astuti, 2007).

Masyarkat Indonesia memiliki kecendrungan menderita katarak 15 tahun


lebih cepat dibandingkan di daerah subtropis sekitar 16 – 22 persen penderita
katarak yang di operasi berusia dibawah 55 tahun. Angka kebutaan di Indonesia
1,5 persen tertinggi di Wilayah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia

1
2

Tenggara. Disebabkan oleh ketidakseimbanngan antara insiden ( kejadian baru )


katarak yang besarnya 210.000 orang per tahun dengan jumlah operasi katarak
yang hanya 80.000 orang per tahun. Sehingga mengakibatkan jumlah katarak
yang cukup tinggi. Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengidentifikasi
adanya katarak pada sekitar 10% orang, dan angka kejadian ini meningkat hingga
sekitar 50% untuk mereka yang berusia antara 65 sampai 74 tahun, dan hingga
sekitar 70% untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun. Sedangkan katarak
yang lebih sering ditemukan pada wanita dibanding pria. Yang dibuktikan
dengan Rasio pria dan wanita adalah 1:8 dengan dominasi pasien wanita yang
berusia lebih dari 65 tahun dan menjalani operasi katarak. (Depkes, 2008)

Dibandingkan dengan angka kebutaan di negara-negara Asia Tenggara,


tingkat provalensi kebutaan di Indonesia tergolong tinggi, yaitu mencapai 1,5
persen. (Ariefantasista , 2008) Sedangkan di negara -negara lainnya, seperti
Bangladesh hanya 1 persen, di India hanya 0,7 persen, 3 Thailand 0,3 persen.
Penyebab tertinggi kebutaan tersebut adalah buta katarak, mencapai 0,78 persen,
sementara kebutaan karena glaukoma dan kelainan refraksi, masing-masing 0,20
persen dan 0,14 persen. Berdasarkan data Departemen Kesehatan, setiap tahun
terjadi sekitar 210.000 kasus katarak, sedangkan yang berhasil dioperasi hanya
70 persennya, yaitu 80.000 orang per tahun. Akibatnya, terjadi penumpukan
kasus katarak setiap tahunnya yang makin tinggi. Tingginya angka kebutaan dan
rendahnya kemampuan menangani kebutaan masyarakat itu dikarenakan masih
belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan mata, mahalnya biaya operasi,
dan rendahnya ketersediaan tenaga ahli di Indonesia. Bahkan, perhatian
masyarakat untuk kesehatan mata juga dinilai sangat rendah. (Nyimasy, 2002).

Berkaitan dengan peran pemberi asuhan keperawatan dalam hal ini perawat
sebagai salah satu kompetensi yang harus diemban, maka dirasa perlu untuk
mengadakan praktek keperawatan klinik khususnya pada Asuhan Keperawatan
Pada Tn. S Dengan Katarak di Bangsal Seruni, guna mendapat pengalaman
3

secara langsung mengenai perubahan – perubahan yang terjadi pada penderita


katarak.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana karakteristik katarak pada pasien?
2. Apa saja faktor risiko yang dapat menyebabkan katarak?
3. Bagaimana proses perjalanan penyakit katarak?
4. Apa saja dampak fisik, psikologis, dan sosial dari katarak pada pasien?
5. Apa tujuan utama dari asuhan keperawatan katarak?

1.3 TUJUAN
1. Memahami karakteristik katarak pada pasien secara menyeluruh.
2. Mengidentifikasi faktor risiko yang dapat mempengaruhi perkembangan
katarak.
3. Memahami proses perjalanan penyakit katarak dari awal hingga pengobatan.
4. Mengetahui dampak fisik, psikologis, dan sosial dari katarak pada pasien.
5. Menetapkan tujuan yang jelas untuk memberikan asuhan keperawatan yang
optimal kepada pasien katarak.
BAB II

KONSEP TEORI

2.1 PENGERTIAN
Katarak merupakan kalimat dari bahasa Yunani yaitu
“kataarrhakies” yang memiliki arti air terjun. Didalam bahasa Indonesia
sendiri katarak disebut dengan bular, dimana penglihatan nampak tertutup air
terjun akibat lensa yang menjadi keruhan. Katarak merupakan keadaan dimana
lensa yang mengalami kekeruhan yang bisa terjadi karena hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein atau bahkan akibat dari
kedua hal tersebut.
Katarak adalah suatu kondisi dimana lensa mata manusia mengalami
kekeruhan. Biasanya katarak akan terjadi seiring bertambahnya usia yang tidak
dapat dihindari. Tingkat keparahan pada katarak beragam dan disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain kelainan bawaan, cidera, dan obat - obatan tertentu.
Kurang lebih sebanyak 90% penyebab kasus katarak yaitu faktor usia, penyebab
lainnya antara lain traumatis dan kelainan bawaan (Astari, 2018).

2.2 ETIOLOGI
Pada banyak kasus katarak penyebabnya sendiri tidak diketahui, tetapi
katarak biasanya terjadi pada usia lanjut dan keturunan yang dipercepat oleh
faktor lingkungan. Ada beberapa faktor penyebab pada katarak antara lain :

a. Umur

Katarak sering terjadi karena proses penuaan Katarak umumnya terjadi pada
penderita berusia diatas 50 tahun. Dalam keadaan ini menjadikan lensa mata
mengeras dan mengalami kekeruhan.

4
5

b. Trauma Mata
Katarak akibat dari trauma mata dapat terjadi pada semua usia. Trauma
atau cidera pada mata dapat mengakibatkan mata mengalami erosi epitel
pada lensa, hal ini dapat menjadikan hidrasi korteks hingga lensa
mencembung dan mengkeruh.
c. Hipertensi
Hipertensi sangat mempengaruhi perkembangan katarak karena
hipertensi dapat menyebabkan konformasi struktur perubahan protein
dalam kapsul lensa, sehingga hal tersebut memicu pembentukan katarak
d. Diabetes Melitus

Diabetes juga sangat mempengaruhi tingginya jumlah penderita katarak.


Pembentukan katarak yang terkait dengan diabetes sering terjadi karena
penderita diabetes mengalami kelebihan kadar sorbitol (gula yang terbentuk
dari glukosa). hal tersebut dapat membentuk penumpukan di dalam lensa dan
akhirnya membentuk katarak.

e. Genetika

Faktor genetik atau keturunan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan
katarak, beberapa kelainan genetic yang diturunkan dapat menyebabkan
gangguan kesehatan yang dapat meningkatkan resiko katarak, seperti hal nya
kelainan kromosom dapat mempengaruhi kualitas lensa mata sehingga
memicu katarak.

f. Alkohol

Minum alkohol secara berlebihan juga dapat menyebabkan katarak, sebab


alkohol dapat mengganggu homeostasis kalsium pada lensa sehingga memicu
katarak.
6

g. Merokok

Merokok secara langsung memiliki resiko tinggi terhadap katarak, karena hal
ini dapat merubah sel pada mata melalui oksidasi, selain itu merokok juga
mengakibatkan akumulasi logam berat seperti cadium pada lensa dan dapat
menimbulkan katarak.

h. Radiasi Ultra Violet

Radiasi sinar ultraviolet dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan mata,


sehingga mengakibatkan rusaknya saraf pusat penglihatan dan rusaknya
kornea atau lensa, sehingga apabila terpapar sinar matahari terlalu lama pada
siang hari dapat memicu katarak.

2.3 KLASIFIKASI

Berdasarkan garis besar katarak dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa


golongan antara lain:

a. Katarak perkembangan (devlopmental) dan degenerative

b. Katarak trauma: katarak yang terjadi karena trauma pada lensa HUSA mata
akibat benda tanjam ataupun tumpul atau bahkan paparan raidasi sinar radioaktif.

c. Katarak komplikata (Sekunder): katarak disebabkan karena penyakit infeksi


tertentu seperti penyakit seperti diabetes mellitus yang dapat mengakibatkan
kekeruhan pada lensa.

Berdasarkan usia penderita, katarak dapat diklasifikasikan antara lain:

a. Katarak kongenital: katarak yang diderita pada bayi saat lahir, katarak ini
biasanya sudah terdeteksi pada usia dibawah 1 tahun

b. Katarak juvenile katarak yang terjadi pada penderita berusia sesudah 1 tahun
dan dibawah 40 tahun
7

c. Katarak presenil: katarak ini dialami penderita dengan usia30-40 tahun.

d. Katarak senilis katarak ini terjadi dengan penderita rentang usia 40 tahun
keatas Jenis katarak ini merupakan proses degenerated atau kemunduran dan
katarak jenis ini yang paling sering ditemukan.

Adapun tahapan katarak senilis sebagai berikut:

a. Katarak insipen katarak stadium awal dimana kekeruhan mata masih sangat
minimaldan tidak dapat terlihat apabila tidak memakai alat penunjang.
Kekeruhan lensa pada tahap ini memiliki bentuk bercak tidak beraturan.
Seseorang yang mengalami katarak pada stadium ini sering tidak merasakan
keluhan atau gangguan penglihatan hal ini menyebabkan penderitanya abai
penglihan

b. Katarak immatur: keadaan dimana lensa mata masih ada bagian yang jernih

c. Katarak matur dalam stadium ini kekruhan lensa berlanjut dan bahkan sampai
ke seluruh lensamengakibatkan hal yang dialami penderita katarak tahap ini yaitu
penglihatan kabur sulit saat membacadan menjalankan aktifitas keseharian.

d. Katarak hipermaturkeadaan dimana terjadinya lensa yang sudah membuka dan


merembes kekapsul lensa dan hal ini mengakibatkan peradangan distruktur
jaringan mata yang lainnya.

2.4 PATOFISIOLOGI

Lensa mata yang normal merupakan struktur posterior iris yang jernih,
transparan memiliki bentuk seperti kancing baju dan memiliki kekuatan refraksi
yang besar. Lensa memiliki kandungan tiga komponen anatomis. Dalam zona
sentral ada nukleus, dan diperifer terdapat korteks, keduanya dikelilingi oleh
kapsul anterior dan posterior. Karena menambahnya uisa seseorang,
mengakibatkan nukleus menjadi berubah warna coklat kekuningan. Fisik yang
berubah dan juga kimia didalam lersa akan menghilangkan transparasi. Serabut
8

halus multipel (zunula) memanjang dari silier hingga kedaerah luar lensa yang
berubah dapat menyebabkan penglihatan menjadi distorsi. Kimia dalam protein
lensa yang berubah juga bisa mengakibatkan koagulasi, jadi hal tersebut akan
membuat hambatan proses cahaya ke retina dan menjadikan pandangan berkabut.
Protein lensa normal yang terputus dan menjadikan influksi air ke dalam lensa.
Hal ini akan mematahkan serabut lensa yang menegang dan mengganggu
jalannya cahaya. Teori lainnya juga menyatakan jika sebuah enzim memiliki
fungsi untuk melindungi lensa dari perubahan. kandungan enzim akan berkurang
karena usia seseorang yang meningkat, pada banyaknya penderita katarak
disebabkan karena hal tersebut.

Katarak umumnya terjadi bilateral, tetapi kecepatannya berbeda- beda,


katarak bisa terjadi karena kejadiantrauma maupun sistemik, seperti diabetes,
tetapi seringnya merupakan efek dari proses penuaan yang normal. Sebagian
besar katarak berkembang secara kronik apabila penderita tersebut telah masuk
dekade tujuh. Katarak bisa besifat kongenital sehingga perlu diidentifikasi sejak
dini, karena apabila terlambat didiagnosa sejak awal katarak bisa berkembang
berat sehingga mengakibatkan ambliopia dan hilangnya penglihatan secara
permanen. Penyebab katarak sering berperan dalam terjadinya katarak
diantaranya ada radiasi ultra violet, obat-obatan, alkohol, merokok, penyakit DM,
dan juga kurang nya vitamin antioksida dalam waktu yang lama.
9

PATHWAY KATARAK
KELOMPOK 2

CEDERA MATA KETURUNAN USIA LANJUT PY. METABOLIK


(DM)

NUKLEUS MENGALAMI PERUBAHAN


WARNA MENJADI COKLAT
KEKUNINGAN
PERUBAHAN FISIK (PERUBAHAN PD SERABUT HALUS
MULTIPLE (ZUNULA) YANG MEMANJANG DARI BADAN
SILIER KESEKITAR DAERAH LENSA

HILANGNYA
DEFISIT TRANSPARANSI
PENGETAHUAN LENSA

PERUBAHAN KIMIA
TIDAK MENGENAL DALAM PROTEIN
SUMBER LENSA
INFORMASI
KOAGULASI
KURANG TERPAPAR
INFORMASI
GANGGUAN MENGABURKAN TENTANG
PENERIMAAN PANDANGAN PROSEDUR
SENSORI TINDAKAN
PEMBEDAHAN
TERPUTUS PROTEIN LENSA
MENURUNYA DISERTAI INFLUKS AIR
KETAJAMAN ANSIETAS
KEDALAM LENSA
PENGLIHATAN
USIA
MENINGKAT
GANGGUAN
PRESEPSI PENURUNAN
RESIKO
SENSORI ENZIM MENURUN
JATUH

DEGENERASI PADA
LENSA

KATARAK
10

2.5 KOMPLIKASI

Menurut Maria (2017) komplikasi yang dapat terjadi pada penderita katarak
adalah:

a. Glaucoma

b. Uveitis

c. Kerusakan endotel kornea

d. Sumbatan pupil

e. Edema macula sistosoid

f. Endoftalmitis

g. Fistula luka operasi

h. Pelepasan koroid

i. Bleeding

2.6 MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis yang terdapat pada penderita katarak adalah:

a. Penglihatan pada suatu objek benda atau cahaya menjadi kabur, buram.
Bayangan benda yang terlihat seperti semu atau berasap

b. Mata terasa lebih sensitif apabila terkena cahaya

c. Kesulita melihat pada saat malam hari

d. Membutuhkan pencahayaan yang terang untuk beraktifitas sepertimembaca


dan lainnya.

e. Rasa sensitif apabila terkena cahaya


11

f. Sering mengganti kaca mata atau kontak lensa karena merasa tidak nyaman
menggunakannya.

g. Warna cahaya yang terlihat menjadi memudar dan cenderung berubah warna
saat melihat.

h. Jika melihat hanya dengan saru matabayangan benda atau cahaya yang terlihat
menjadi ganda.

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang untuk pasien katarak antara lain:


a. Kartu mata snellen.
Pemeriksaan kartu snellen ntuk mengetahui kerusakan kornea lensa, cairan
vitreus humor dan retina

b. Lapang pandang

Penuturan penglihatan dapat disebabkan karena adanya massa tumorkrotis dan


glaucoma.

c. Pengukuran tonografi

Dilakukan pemeriksaan dengan mengukur Tekanan Intra Okular (12-25mmHg).

d. Pengukuran gonioskopi

Pemeriksaan dilakukan untuk membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup


glaukoma

e. Oftalmoskopi

Pemeriksaan dengan mengkaji struktur internal okuleratrofi SAD lempeng


optikpepiledema dan perdarahan.
12

f. Tes provokatif

Pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan adanya glaukoma

g. Tes glukosa

Pemeriksaan kontrol DM (Diabetes Melitus)

h. Tes darah Lengkap

Pemeriksaan darah lengkap dilakukan untuk menunjukan anemi sistemik atau


infeksi.

2.8 PENATALAKSANAAN

Operasi atau pembedahan katarak menjadi modalitas utama untuk mengatasi


katarak. Tujuan dari operasi katarak sendiri adalah untuk mengembalikan daya
penglihatan yang jelas dengan cara menghilangkan lensa berkabut dan
menggantinya dengan lensa buatan (Aisyah dan Yunani, 2014). Menurut Diah
dan Fitria (2012), Tidak semua penderita katarak dilakukan pembedahan, hanya
apabila katarak menggangu keseharian penderita maka perlu dilakukan
pembedahan, bebrapa indikasi operasi katarak antara lain :

a. Indikasi Medis

Adapun beberapa keadaan katarak yang perlu dioperasi segara, dan juga jika
perkembangan penglihatan menjadi kurang baik:

1) Katarak Hipermatur

2) Uveitis sekunder

3) Glukoma sekunder

4) Benda asing intra-lentikuler

5) Ablasio retina
13

6) Retinopati diebetika

b. Indikasi Optik

Indikasi optik dimana indikasi ini yang paling banyak terindikasi dalam
pembedahan katarak. Apabila penurunan ketajaman penglihatan pasien menurun
sampai mengganggu keseharian penderita, maka operasi katarak dapat dilakukan.

c. Indikasi Kosmetik

Apabila penglihatan menjadi menghilang secara total yang disebabkan oleh


kelainan dari retina ataupun nervus optikus, dimana hal ini secara kosmetik
penderitanya tidak mampu menerima, biasanya terjadi pada pasien usia muda,
operasi bisa dilakukan akan tetapi hanya bisa menjadikan pupil menjadi hitam
walaupun penglihatannya tidak dapat kembali.

Operasi katarak di Indonesia sudah terdapat empat cara pembedahan yang


dilakukan, yaitu:

a. Phacoemulsifikasi

Bentuk dari ECCE baru dimana metode ini memakai getaran ultrasonic guna
menghancurkan nucleus dan menjadikan material nucleus dan kortek bisa
diaspirasi dengan insisi ± 3mm. Bius yang digunakan dalam operasi ini hanya
bisu lokal atau bahkan hanya dengan obat tetes mata anti nyeri.

b. Small Incision Cataract Surgery (SICS)

Tektik pembedahan ini sangat banyak digunakan dinegara berkembang. Metode


ini bisa dijalankan dengan cara menginsisi ± 6mm pada sclera, lalu membuat
sclera tunnel sampai dibilik depan, pada saat itu nukleus akan dikeluarkan secara
manual, lalu mengeluarkan korteks dengan cara aspirasi juga irigasi kemudian
dipasang OL in the bag.

c. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)


14

Operasi ini terdiri atas dua jenis standar yaitu standar ECCE atau planned ECCE.
Teknik ini dilakukan dengan membuka kapsul lensa secara lalu mengeluarkan
lensa dengan cara manual. Proses kesembuhan lebih lama karena prosedure
pembedahan ini dubutuhkan sayatan yang lebar.

d. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)

Operasi ini mengangkat semua lensa termasuk kapsulnya. Sampai akhir tahun
1960 hanya teknik operasi ini yang tersedia.
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN

Pengkajian keperawatan merupakan suatau tahapan dimana perawat


mengambil informasi dengan pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data
dan menganalisanya. Sehingga dapat diketahui apa yang diperlukan dalam
pemenuhan kebutuhan klien.

A. Fokus pengkajian Pre Operasi

Pengkajian pada mata terbagi menjadi tiga diantaranya :

1) Pengkajian umum
a. Usia Pasien
b. Gejala sistematik seperti hipotiroid, diabetes melitus.
2) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit
Trauma pada mata, penyakit diabetes, penggunaan obat kortikosteroid,
galukoma, uveitis, hipotiroid.
b. Riwayat keluhan gangguan
Riwayat keluhan seperti stadium katarak
c. Psikososial
Pada pengkajian psikossosial yang perlu dikaji antara lain, kemampuan
aktivitas, gangguan membaca, risiko jatuh, berkendara.
3) Pengkajian khusus mata
Pengkajian khusus untuk mata antara lain:
a. Dalam pemeriksaan pelebaran pupil, pada penderita katarak pada lensa
penderita ditemukan kekeruhan lensa (bercak putih).
b. Ditemukan keluhan adanya diplopia, yaitu pandangan berkabut.

15
16

c. Penurunan ketajaman penglihatan karena myopia atau rabun jauh.


d. Penyempitan bilik mata depan.
e. Adanya tanda glaukoma (akibat dari komplikasi).

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


Penulis merumuskan beberapa diagnosa yang mungkin muncul pada Pasien
Katarak dengan Gangguan Peresepsi Sensori, diagnosa keperawatan yang sudah
penulis susun mengacu pada Buku Standar susun mengac Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI) PPNI tahun 2016, adapun sebagai berikut:

A. Diagnosa Pre Operasi


1. Gangguan presepsi sensori berhubungan dengan Gangguan Penglihatan
dibuktikan dengan pasien merasakan sesuatu melalui indera penglihatan
(D.0058).
2. Anseitas berhubungan dengan Krisis Situasional dibuktikan dengan
merasakan kekhawatiran akibat kondisi yang dialami. sulit
berkonsentrasi, tampak gelisah, tampak tegang, dan sulit tidur (D.0080).
3. Resiko Jatuh dibuktikan dengan Gangguan Penglihatan (D.0143).
B. Diagnosa Post Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (procedure
operasi) dibuktikan dengan mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah,
frekuensi nadi meningkat dan sulit tidur (D.0077)
2. Deficit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya mendapat info
yang dibuktikan dengan menyatakan masalah yang dihadapi,
menunjukan perilaku yang tidak sesuai, menunjukan presepsi yang
keliru terhadap masalah (D.0111)
3. Resiko infeksi dibuktikan dengan efek procedure invasive (D.0142)
17

3.3 PERENCANAAN KEPERAWATAN

Pada penulisan karya ilmiah ini penulis hanya berfokus pada satu
perencanaan keperawatan dengan diagnosa keperawatan Gangguan Persepsi
Sensori pada Pasien Katarak. Perencanaan keperawatan yang diberikan penulis
mengacu berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dan
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dari PPNI (2016) sebagai
berikut:

1) Diagnosa Gangguan persepsi sensori berhubungan Gangguan


Penglihatan (D. 0058)
2) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka presepsi
sensori membaik.
3) Kriteria Hasil menurut SLKI, sebagai berikut:
a. Ketajaman penglihatan meningkat
b. Verbalisasi melihat bayangan menurun
4) Intervensi keperawatan menurut SIKI, sebagai berikut:
Observasi
a. Kaji ketajaman penglihatan
b. Periksa status menta, status sensori, dan tingkat kenyamanan (mis.
terlalu terang)
Terapeutik
a. Berikan pencahayaan yang baik
b. Sediakan informasi tentang apa yang terjadi dan apa yang akan
terjadi selanjutnya
c. Sediakan lingkungan dan rutinitas yang konsisten
d. Gunakan isyarat lingkungan untuk stimulus sensori, reorientasi, dan
meningkatkan perilaku yang sesuai (mis. tanda, gambar, jam
kalender dan kode warna pada lingkungan).
18

Edukasi

a. Anjurkan mengguanakan alat bantu sensori seperti kaca mata.

Kolaborasi

a. Kolaborasi dalam meminimalkan prosedure/tindakan.

3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Implementasi keperawatan merupakan rangkaian kegiatan yang
dilaksanakan oleh perawat guna membantu pasien untuk mengatasi masalah
kesehatan menjadi lebih baik dan juga menunjukan kriteria hasil yang sesuai
harapan dan sesuai dengan rencana. Dalam proses pemberian implementasi perlu
berfokus terhadap hal yang dibutuhkan pasien.

Implementasi yang diberikan pada pasien gangguan persepsi sensori pada


katarak, atara lain:

Observasi

a. Mengkaji ketajaman penglihatan


b. Memeriksa status menta, status sensori, dan tingkat kenyamanan
(mis, terlalu terang)

Terapeutik

a. Memberikan pencahayaan yang baik


b. Menyediakan informasi tentang apa yang terjadi dan apa yang akan
terjadi selanjutnya
c. Menyediakan lingkungan dan rutinitas yang konsisten
d. Menggunakan isyarat lingkungan untuk stimulus sensori,
reorientasi, dan meningkatkan perilaku yang sesuai (mis. tanda,
gambar, jam kalender dan kode warna pada lingkungan)

Edukasi
19

Menganjurkan untuk mengguanakan alat bantu sensori seperti kaca


mata

Kolaborasi

a. Beri obat sesuai anjuran dokter.


b. Kolaborasi tindakan operasi dengan dokter dan tim medis.

3.5 EVALUASI KEPERAWATAN


Menurut Angel (2018), Evaluasi merupakan tahapan penilaian dengan
membandingkan perubahan keadaan yang dialami pasien dengan tujuan dan
kriteria hasil yang telah dibuat ditahap perencanaan asuhan keperawatan.
Tahap ini dilakukan dengan berkesinambungan juga melibatkan pasien dan
tenaga kesehatan yang lainnya. Untuk memudahkan perawat dalam memantau
dan juga mengevaluasi perkembangan pasien, dapat menggunakan komponen
SOAP/SOAPIER, dalam karya tulis ilmiah ini penulis mengguanakan
komponen SOAP.
Evaluasi dari asuhan keperawatan pada pasien gangguan persepsi sensori, antara
lain:
1) Subyektif :
a. Pasien tidak lagi melihat seperti bayangan atau berkabut
b. Pasien tidak merasakan seperti sesuatu melalui indra penglihatan
c. Pasien mampu mengatasi gangguannya dengan rangsangan lain
2) Obyektif
a. Pasien tidak mengalami distorsi sensori
b. Pasien dapat merespon dengan sesuatu
c. Pasien tidak lagi melihat seolah olah bayangan atau berkabut
d. Pasien tampak fokus bila diajak interaksi
e. Pasien mampu konsentrasi dengan baik
20

f. Pasien tidak mengalami disorientasi terhadap waktu, tempat,


orang maupun suasana
g. Pasien tidak tampak melihat kesatu arah.
3) Analisis
Merupakan dimana keadaan yang terjadi masih berlanjut atau bahkan
muncul diagnosa baru yang terjadi karena keaddan kesehatan pasien
yang diidentifikasikan didalam data subjektif dan objektif.

4) Planing
Planing adalah rencana keperawatan yang telah dilakukan akan dilanjutkan
atau dihentikan atau bahkan bertambah sesuai keadaan kesehatan klein.
BAB IV

KASUS SEMU DAN PEMBAHASAN

4.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. S Ruang : R. Seruni


Umur : 75 tahun No Medrec :02005469

Identitas

A. Identitas Pasien
Nama lengkap : Tn. S
Tempat/tgl lahir : 6 April 1948 Umur : 75 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status perkawinan :Menikah
Pendidikan :SR/SD
Suku/bangsa : Indonesia
Alamat : Leduk Rt 2 Rw 1
Tanggal masuk RS : 25 April 2017, pukul 10.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 25 April 2017, pukul 14.30 WIB
Golongan darah :B
Diagnosa Medis : Katarak
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama lengkap : Tn. T
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki

21
22

Pendidikan : SD
Pekerjaan : Penggilingan padi
Alamat : Leduk Rt 2 Rw 1
Hub. Dengan Klien : Menantu

KELUHAN UTAMA
Pasien mengeluh adanya gangguan melihat pada mata kanannya. Penglihatan terlihat
kabur, silau dan berkabut

RIWAYAT KESEHATAN KLIEN

a. Riwayat Kesehatan Sekarang : Pasien datang ke poli mata Rumah Sakit


Margono Soekarjo pada tanggal 25 April 2017 pada pukul 10.00 untuk memeriksakan
matanya. Pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan pada mata kanannya sejak
satu tahun yang lalu, pandangan terlihat kabur, silau dan berkabut. Pada pukul 11,00
WIB pasien dipindah ke ruang rawat inap di ruang Seruni. Pada hari berikutnya tanggal
26 April 2017 pasien direncanakan untuk dilakukan tindakan oprasi katarak dengan
teknik fakoemulsifikasi dengan anestesi lokal.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

1. Penyakit yang pernah dialami : tidak ada


2. Riwayat alergi : tidak ada
3. Kebiasaan merokok/kopi/alcohol : tidak ada
4. Obat-obat yang pernah/sering dipakai : tidak ada
5. Pernah dirawat : tidak pernah
6. Pernah operasi : tidak pernah
23

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga pasien tidak ada yang pernah menderita sakit serupa dengan penyakit
pasien saat ini. Keluarga pasien juga tidak memiliki riwayat penyakit keturunan.

PEMERIKSAAN FISIK
A. Pemeriksaan Kesehatan Umum
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis GCS : 15 E4M6V5
3. Vital Sign : TD : 140/ 90 mmHg Nadi : 88 x/ menit
Pernafasan : 18 x/m Suhu : 36.9o Celcius
B. Pemeriksaan Fisik Head to toe
a. Kepala
Inspeksi : Bentuk mesochepal, rambut bersih beruban
Palpasi : Tidak teraba masa benjolan, tidak ada hematoma
b. Mata
Kanan Kiri
Inspeksi : Inspeksi :
• Pupil : isokhorik, 3 mm • Pupil : isokhorik, 3 mm
• Sclera : anikterik • Sclera : anikterik
• Konjungtiva : tidak anemis • Konjungtiva : tidak anemis
• Lensa : terdapat bercak putih pada • Lensa : terdapat bercak putih pada
seluruh bagian lensa sebagian lensa
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan
tidak terdapat sinusitis tidak terdapat sinusitis
Visus mata : Visus mata :
• Snellen test : tidak dapat melihat • Snellen test : tidak dapat melihat
sama sekali sama sekali
24

• Hitung jari : pandangan kabur, • Hitung jari : pandangan kabur,


tidak dapat melihat tidak dapat melihat
• Pencahayaan : dapat melihat • Pencahayaan : dapat melihat
cahaya (silau) cahaya (silau)

c. Telinga
Inspeksi : Simetris tidak ada kelainan, bersih tidak ada serumen.
Pendengaran : Kemampuan mendengar menurun
d. Hidung
Inspeksi : Simetris, tidak terdapat secret
e. Mulut dan Tenggorokan
Inspeksi : Mulut bersih, tidak ada pembesaran tonsil.
f. Leher
Inspeksi : Tidak ada peningkatan Jugular Venous Pressure (JVP)
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar Tyroid
g. Dada
Inspeksi : Pengembangan dada simetris, tidak ada penarikan otot intercosta.
Palpasi : Tidak teraba masa atau benjolan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Tidak ada wheezing atau ronchi.
h. Jantung
Inspeksi : Tidak terlihat pulsasi iktus cordis
Palpasi : Tidak teraba iktus cordis
Perkusi : Redup
Auskultasi : Lup Dub, S1>S2 , irama teratur, tidak ada murmur gallop
i. Abdomen
Inspeksi : Dinding perut supel
Palpasi : Tidak teraba massa benjolan, tidak ada distensi abdomen
25

Perkusi : Suara tympani


Auskultasi : Bising usus 10 x/ menit
j. Genetalia
Inspeksi : Pasien laki laki, pasien tidak terpasang kateter
k. Ekstremitas
Akral hangat, capillary refill kurang dari 2 detik, tidak terdapat eodema.
Reflek patella (+). Reflek babinski (+). Tidak terdapat kelemahan anggota
gerak.
l. Kulit
Turgor kulit baik, warna kulit sawo matang dan terlihat bersih.

POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

No ADL Sebelum sakit Sesudah Sakit


1. NUTRISI

- Jenis Frekuensi - Peroral - Peroral


- Porsi/jumlah kalori - 2-3 x - 3 x sehari
sehari

- Makanan kesukaan - Ubi - Ubi


- Makanan pantangan - Tidak ada - Tidak ada
- Nafsu makan - Baik - Baik
- Cara makan - Sendiri - Dibantu
(sendiri/dibantu) - Air putih - Air putih
- Minum - 1 liter - 1,5 liter
- Frekuensi - Sendiri - Dibantu
- Cara minum
(sendiri/dibantu)
26

MASALAH : Tidak ada Tidak ada

2. ELIMINASI

1. BAB
- Frekuensi
- 1 x sehari - 1 x sehari
- Penggunaan pencahar
- Tidak - Tidak
- Waktu
- Pagi hari - Pagi hari
- Warna
- Coklat - Coklat
- Bau, darah, lender
- Tidak ada - Tidak ada
- Konsistensi
- Padat - Padat
- Kolostomi
- Tidak - Tidak
- Obstipasi
- Tidak - Tidak
- Diare
- Tidak - Tidak
- Cara /proses
- Sendiri - Sendiri
mengeluarkan
(sendiri/dibantu)
2. BAK
- Frekuensi - 5 x sehari - 5 x sehari

- Warna - Kuning - Kuning

- Bau, darah, lender - Tidak ada - Tidak ada

- Kesulitan - Tidak - Tidak

- Inkontinensia - Tidak - Tidak

- Hematuria - Tidak - Tidak

- Penggunaan kateter - Tidak - Tidak

- Cara /proses - Sendiri - Sendiri

mengeluarkan
(sendiri/dibantu
27

MASALAH : Tidak ada Tidak ada

3 ISTIRAHAT & TIDUR

- Waktu tidur - Tidur - Tidur malam :


malam : 7-8 jam
7-8 jam Tidur siang : 2
Tidur jam
siang : 2 - 9-10 jam
jam - Tidak ada
- Lamanya - 9-10 jam - Tidak ada
- Kebiasaan penghantar - Tidak ada - Tidak ada
- Tidak ada
tidur
- Masalah tidur - Tidak ada

- Kegiatan yang dilakuakn


saat istirahat

MASALAH Tidak ada Tidak ada

4. KEBERSIHAN DIRI

- Pemeliharaan badan - 1 x sehari - 1 x sehari


(mandi) - 2 x sehari - 2 x sehari
- Pemeliharaan mulut/gigi - 1 x - 1 x seminggu
- Pemeliharaan kuku seminggu - 2 x sehari
- 2 x sehari - Dibantu
- Pemeliharaan rambut - Sendiri
- Cara melakukan
(sendiri/dibantu)
MASALAH : Tidak ada Tidak ada
28

5. AKTIVITAS /LATIHAN

- Olahraga - Jarang - Tidak


- Kegiatan di waktu luang - Menonton - Mendengarkan
musik
- Cara melakukan - Sendiri - Sendiri
(sendiri/dibantu)
MASALAH : Tidak ada Tidak ada

STATUS PSIKOLOGIS

1. Kesesuaian perilaku verbal & nonverbal : Sesuai

2. Emosi (Stabil/tidak) : Tidak stabil, pasien terlihat gelisah karna khawatir


dengan operasi yang akan dijalani

3. Persepsi terhadap penyakitnya : Penyakit ini membuat pasien cemas karena


kalien mengatakan ketidaktahuan mengenai penyakit yang sedang dialaminya,
terbukti dengan ketika perawat menanyakan definisi, penyebab, tanda dan
gejala, serta perawatan penyakit katarak

4. Masalah penyakit terhadap kehidupan klien & Keluarga : Mengganggu


aktivitas sehari-hari

5. Konsep diri :

a. Gambaran diri : Klien tidak malu dengan penyakit yang dimiliki

b. Ideal diri : Terjaga

c. Harga diri : Terjaga


29

d. Identitas diri : Seorang laki-laki

e. Peran diri : Seorang kepala rumah tangga

MASALAH : Tidak ada

STATUS SOSIAL

a. Komunikasi

1. Bicara (kooperatif/tidak/lancar) : Lancar

2. Bahasa yang digunakan : Indonesia

b. Kehidupan keluarga/masyarakat

1. Orang yang paling berharga bagi klien : Istri

2. Hubungan klien dengan keluarga : Baik

3. Peran klien dalam keluarga dan masyarakat : Sebagai kakek dan ayah

4. Hubungan dengan petugas dan klien lain : Baik

MASALAH : Tidak ada

STATUS SPIRITUAL

1. Keyakinan agama : Islam

2. Ketaatan beribadah : Taat

3. Cara melakukan ibadah selama sakit : Duduk atau berbaring

4. Keyakinan terhadap sakit : Yakin bahwa penyakit yang di deritanya adalah ujian dari
Allah SWT
30

5. Keyakinan terhadap penyembuhan : Yakin bahwa penyakitnya akan sembuh

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan labolatorium pada tanggal : 25 April 2017

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal


HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hemoglobin 14.6 g/ dL 11.2– 17.3
Leukosit 4650 U/ L 3800 – 10600
Hematokrit 43 $ 40 – 52
Eritrosit 4.5 10^6/ uL 4.4 – 5.9
Trombosit 220.000 / uL 150.000 – 440.000
MCV 95.3 fL 80 – 100
MCH 32.5 pg/ cell 26 – 34
MCHC 34.1 $ 32 – 36
RDW 12.3 $ 11.5 – 14.5
MPV 10.5 fL 9.4 – 12.4
Hitung jenis
Basofil 0.2 $ 0–1
Eosinofil 3.2 $ 2–4
Batang L 0.2 $ 3–5
Segmen 54.9 $ 50 – 70
Limfosit 35.3 $ 25 – 40
Monosit 6.2 $ 2–8
KIMIA KLINIK
Glukosa sewaktu 100 mg/ dL <= 200
31

TERAPI
a. Asam mefenamat 500 mg : 2 x 1
b. Ciprofloksasin 500 mg : 2 x 1
c. Dexsametasone 0,5 mg : 2 x 1
d. Optiflox tetes mata : 3 x od
e. Nelydex tetes mata : 4 x od

4.2 ANALISA DATA


NO Data Etiologi Masalah
1. DS : Usia lanjut dan proses Gangguan
• Klien penuaan Persepsi Sensori
mengatakan ↓
penghianat Nukleus mengalami
terganggu, perubahan warna menjadi
penglihatan coklat kekuningan
terasa kabur, ↓
silau, dan Hilangnya transparansi lensa
berkabut ↓
DO : Perubahan kimia dalam
• Visus mata : tidak protein lensa
dapat melihat ↓
snellen test dari Koagulasi
jarak 20 kaki, dan ↓
hitung jari dari Mengabutkan pandangan
jarak 2m. Klien ↓
membedakan Gg. Penerimaan sesori/status
terang dan gelap organ indera
• Mata kanan klien ↓
terdapat bercak
32

putih pada Menurunnya ketajaman


seluruh bagian penglihatan
mata. ↓
• Mata kiri klien Gg. Persepsi Sensori
terdapat bercak
putih pada
sebagian mata.
2. DS : Usia lanjut dan proses Defisit
• Klien penuaan Pengetahuan
mengatakan ↓
kurang paham Nukleus mengalami
mengenai perubahan warna menjadi
perawatan coklat kekuningan
penyakit katarak ↓
DO : Hilangnya transparansi lensa
• Klien tidak dapat ↓
menjawab Perubahan kimia dalam
pertanyaan protein lensa
tentang definisi, ↓
penyebab, tanda Koagulasi
dan gejala, ↓
perawatan Mengabutkan pandangan
penyakit katarak. ↓
Tidak mengenal sumber
informasi

Defisit Pengetahuan
33

3. DS : Usia lanjut dan proses Ansietas


• Klien penuaan
mengatakan ↓
khawatir Nukleus mengalami
mengenai operasi perubahan warna menjadi
yang akan coklat kekuningan
dilakukan ↓
• Klien Hilangnya transparansi lensa
mengatakan ↓
khawatir Perubahan kimia dalam
mengenai protein lensa
penyakit yang ↓
sedang Koagulasi
dialaminya ↓
DO : Mengabutkan pandangan
• Klien terlihat ↓
gelisah Terputusnya protein lensa
disertai influks air kedalam
lensa

Usia meningkat

Penurunan enzim menurun

Degenerasi pada lensa

KATARAK

34

Kurang terpapar informasi


mengenai prosedur tindakan
pembedahan

Ansietas/Cemas
4. DS : Usia lanjut dan proses Risiko Jatuh
• Klien penuaan
mengatakan ↓
kesulitan Nukleus mengalami
melakukan perubahan warna menjadi
aktifitas karena coklat kekuningan
penglihatannya ↓
terganggu Hilangnya transparansi lensa
DO : ↓
• Klien tampak Perubahan kimia dalam
berhati – hati saat protein lensa
berjalan ↓
• Visus mata : tidak Koagulasi
dapat melihat ↓
snellen test dari Mengabutkan pandangan
jarak 20 kaki, dan ↓
hitung jari dari Gg. Penerimaan sesori/status
jarak 2m. Klien organ indera
membedakan ↓
terang dan gelap Menurunnya ketajaman

• Mata kanan klien penglihatan

terdapat bercak ↓

putih pada Risiko Jatuh


35

seluruh bagian
mata.
• Mata kiri klien
terdapat bercak
putih pada
sebagian mata.

4.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan Persepsi Sensori b/d Menurunnya ketajaman penglihatan
2. Defisit Pengetahuan b/d Kurangnya Sumber Informasi
3. Ansietas b/d kurangnya pengetahuan
4. Risiko jatuh d/d kesulitan melakukan aktivitas karena penglihatan terganggu,
tampak berhati-hati saat berjalan, tidak dapat melihat Snellen test dari jarak 20 kaki
dan hitung jari dari jarak 2m, mata kanan dan kiri terdapat bercak putih
36

4.4 PERENCANAAN KEPARAWATAN


NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Gangguan Persepsi Sensori Setelah dilakukan tindakan 25 April 2018
bd Menurunnya ketajaman tindakan keperawatan selama
penglihatan d.d: 3x24jam Gangguan persepsi Observasi Observasi
DS : sensori klien dapat berkurang - Observasi TTV - Untuk mengobservasi
- Klien mengatakan dengan kriteria hasil : Pada tanggal 25, 26 dan TTV
penglihatan - Ketajaman penglihatan 27 April
terganggu, klien meningkat dalam - Kaji ketajaman - Untuk mengidentifikasi
penglihatan terasa 3x24 jam penglihatan kemampuan visual
kabur, silau, dan - Penglihatan klien tidak Pada tanggal 25 dan 27 pasien
berkabut kabur, silau dan April
berkabut dalam 3x24 - Periksa status sensori, - Dengan mengetahui
DO : jam dan tingkat kenyamanan status sensori dan
- Visus mata : tidak - Visus mata kembali (mis. terlalu terang) tingkat kenyamanan
dapat melihat normal dalam 3x24 jam Pada tanggal 25 April
snellen test dari - Tidak terdapat bercak Terapeutik Terapeutik
jarak 20 kaki, dan putih pada mata klien - Diskusikan tingkat - Untuk mengetahui
hitung jari dari dalam 3x24 jam toleransi terhadap beban tingkat toleransi beban
37

jarak 2m. Klien sensori(mis.bising,terlalu sensori terhadap


dapat membedakan terang) lingkungan
terang dan gelap Pada tanggal 25 April
- Mata kanan klien - Batasi stimulus(mis. - Untuk memberikan
terdapat bercak Cahaya, suara, aktivitas) kenyamanan kepada
putih pada seluruh Pada tanggal 25, 26 dan klien
bagian mata. 27 April
Edukasi
- Mata kiri klien Edukasi
- Untuk memberikan
terdapat bercak - Ajarkan cara
edukasi kepada klien
putih pada sebagian meminimalisasi
cara meminimalisasi
mata. stimulus(mis. mengatur
stimulus
pencahayaan
ruangan,mengurangi
kebisingan,membatasi
kunjungan)
Pada tanggal 25 April
Kolaborasi
Kolaborasi
- Untuk mengurangi
- Kolaborasi pemberian
gangguan persepsi
obat yang
38

memperngaruhi persepsi stimulus yang pasien


stimulus alami
Pada tanggal 27 April
- Kolaborasi tindakan - Untuk mengetahui
operasi katarak dengan apakah harus dilakukan
dokter dan tim medis tindakan operasi atau
Pada tanggal 25 April tidak

TTD :
Nama Perawat :
2. Defisit Pengetahuan b/d Setelah dilakukan tindakan 25 April 2018
Kurangnya Sumber keperawatan selama 1x24 jam
Informasi d.d : Defisit pengetahuan klien Observasi Observasi
DS : dapat teratasi dengan kriteria - Identifikasi kesiapan dan - Untuk mengidentifikasi
- Klien mengatakan hasil : kemampuan menerima dan mengetahui
kurang paham - Klien mulai informasi pada tanggal bagaimana kesiapan
mengenai mengetahui mengenai 25/04/18. klien ketita diberi
perawatan penyakit perawatan penyakit edukasi.
katarak katarak.
39

DO : - Klien dapat - Identifikasi gaya belajar - Agar mempermudah


- Klien tidak dapat menjelaskan tentang klien pada tanggal pemberian informasi
menjawab definisi, penyebab, 25/04/18. pada klien.
pertanyaan tentang tanda dan gejala, serta Terapeutik Terapeutik
definisi, penyebab, perawatan penyakit - Sediakan materi - Untuk mempermudah
tanda dan gejala, katarak. mengenai penyakit penyampaian informasi
dan perawatan katarak meliputi definisi, pada klien.
penyakit katarak penyebab, tanda dan
gejala, serta perawatan
penyakit katarak, dan
siapkan media
pendidikan kesehatan
sesuai gaya belajar klien
(mis. leaflet, video, dll.)
pada tanggal 25/04/18.
- Jadwalkan pendidikan - Untuk memberikan
kesehatan sesuai kenyamanan dan
kesepakatan pada tanggal kesiapan kepada klien.
25/04/18.
40

- Ciptakan lingkungan - Untuk memberikan


yang mendukung agar kenyamanan dan agar
klien tidak merasa materi yang
malu/terstigmatisasi disampaikan dapat
pada saat melakukan diterima dengan baik
pendidikan kesehatan. dan benar
- Gunakan teknik - Agar materi atau
komunikasi yang komunikasi yang
memperhatikan aspek disampaikan dapat
budaya, usia dan gender diterima dengan baik
setiap saat dan sesuai.
berkomunikasi dengan
klien.
- Gunakan bahasa yang - Agar materi atau
sederhana dan mudah komunikasi yang
dipahami pada saat disampaikan dapat
berkomunikasi dengan diterima dengan baik
klien. dan sesuai.
41

Edukasi Edukasi
- Ajarkan klien mengenai - Agar klien mulai
materi yang sudah memahami mengenai
disiapkan yaitu mengenai penyakit yang diderita
definisi, penyebab, tanda nya sehingga klien
dan gejala, serta tidak bingung dan
perawatan penyakit mengerti bagaimana
katarak pada tanggal cara melakukan
25/04/18. perawatan dan
mencegah terjadinya
penyakit tersebut.
- Anjurkan bertanya jika - Untuk meminimalisir
terdapat informasi yang terjadinya kesalahan
kurang jelas pada saat informasi yang klien
melakukan pendidikan terima.
kesehatan.

TTD :
Nama Perawat :
42

3. Ansietas berhubungan Setelah dilkukan tindakan 1x24 25 April 2018


dengan kekhwatiran jam ansietas klien dapat teratasi Observasi Observasi
mengalami kegagalan dengan kriteria hasil : - Monitor tekanan darah, - Untuk mengetahui
ditandai dengan merasa - Klien tidak merasa nadi, pernafasan, suhu perkembangan klien,
khawatir akibat dari khawatir terhadap tubuh, BB, EKG pada karenan perubahan
kondisi yang dihadapi, operasi yang akan tanggal 25/04/18 TTV, BB dan EKG
tampak gelisah d.d : dilakukan menandakan adanya
DS : - Klien tidak merasa masalah yang dialami
- Klien mengatakan khawatir akan penyakit klien
khawatir mengenai yang dialaminya - Identifikasi hal yang
operasi yang akan - Klien tampak tenang telah memicu emosi - Untuk mengathui
dilakukan tidak gelisah lagi pada tanggal 25/04/18 penyebab emosi klien
- Klien mengatakan Terapeutik
khawatir mengenai - Lakukan sentuhan untuk Terapeutik
penyakit yang memberikan dukungan - Agar terjalin rasa
sedang dialaminya (misa, mernagkul, percaya antar satu sama
DO : menepuk-nepuk) pada lain
- Klien terlihat tanggal 25/04/18
gelisah Edukasi
43

- Anjurkan Edukasi
mengungkapkan - Beri kesempatan untuk
perasaan yang dialami mengungkapkan
(mis ansietas, marah, perasaan dapat
sedih) pada tanggal membantu stress dan
25/04/18 penyebab perasaan
- Jelaskan tentang jengkel atau hal lainnya
prosedur, waktu dan - Memberikan informasi
lamanya pasca operasi kepada klien mengenai
pada tanggal 25/04/18 prosedur, waktu, dan
Nama perawat : lamanya operasi yang
TTD : aakn dilakukan klien
4. Resiko Jatuh b.d Setelah dilakukan tindakan 25/4/2018
Penglihatan terganggu keperawatan dalam waktu Observasi :
Observasi
DS : 3x24 jam resiko jatuh klien - Identifikasi risiko jatuh
- Klien mengatakan teratasi, dengan kriteria hasil : setidaknya sekali setiap - Untuk membantu klien
kesulitan - Klien tidak mengalami shift 25/04/2018 dalam kondisi aman
melakukan kesulitan saat - Agar klien dan
aktifitas karena beraktivitas. keluarga paham
44

pengllihatannya - Klien menggunakan - Identifikasi faktor mengenai denah


terganggu. alat bantu dengan lingkungan yang ruangan yang ada
benar. meningkatkan resiko sehingga
DO :
- Visus mata membaik jatuh (mis. lantai licin, meminimalisir
- Klien tampak
- Mata klien tidak penerangan kurang). terjadinya jatuh.
berhati-hati saat
terdapat bercak putih 25/4/2018.
berjalan. Terapeutik
pada seluruh bagian
- Visus mata : tidak
mata. Terapeutik : - Untuk meminimalisir
dapat melihat
- Orientasikan ruangan terjadi nya jatuh
snellen test dari
pada pasien dan keluarga - Untuk meminimalisir
jarak 20 kaki, dan
25/4/2018 terjadi nya jatuh yang
hitung jari dari
- Pasang handrall tempat tidak terduga
jarak 2m. Klien
tidur - Untuk membantu klien
membedakan
25/4/2018 dalam melakukan
terang dan gelap.
- Pastikan roda tempat aktifitas
- Mata kanan klien
tidur dan kursi roda - Untuk mengurangi
terdapat bercak
selalu dalam kondisi terjadinya jatuh
putih pada seluruh
terkunci 25/4/2018
bagian mata.
45

- Mata kiri klien - Gunakan alat bantu Edukasi


terdapat bercak berjalan (mis. kursi roda, - Untuk mengurangi
putih pada walker) 25/4/2018 terjadinya jatuh
sebagian mata.
Edukasi :
- Anjurkan menggunakan
alas kaki yang tidak licin
25/4/2018

TTD :
Nama perawat :
46

4.5 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


No Diagnosa Implementasi Evaluasi

1. Gangguan Persepsi - 25/04/18 18.30 WIB S : Klien mengatakan penglihatan masih


Sensori bd Menurunnya Mengobservasi TTV terganggu, penglihatan masih terasa
ketajaman penglihatan dd Respon : klien kooperatif kabur, silau, dan berkabut.
DS : Hasil : TD : 140/ 90 mmHg
- Klien mengatakan Nadi : 88 x/ menit O : - Visus mata : tidak dapat melihat
penglihatan Respirasi : 18 x/ menit snellen test dari jarak 20 kaki, dan hitung
terganggu, Suhu : 36.9oC jari dari jarak 2m. Klien dapat
penglihatan terasa TTD : membedakan terang dan gelap
kabur, silau, dan Nama Perawat : - Mata kanan klien terdapat bercak
berkabut putih pada seluruh bagian mata.
DO : - 25/04/18 18.35 WIB - Mata kiri klien terdapat bercak

- Visus mata : tidak Mengkaji ketajaman penglihatan putih pada sebagian mata.

dapat melihat Respon : klien kooperatif

snellen test dari Hasil : Visus mata (pada kedua A : Masalah belum teratasi

jarak 20 kaki, dan mata) : P : Lanjutkan Intervensi

hitung jari dari • Snellen test : tidak dapat melihat - Observasi TTV

jarak 2m. Klien sama sekali - Batasi stimulasi


47

dapat membedakan • Hitung jari : pandangan kabur,


terang dan gelap tidak dapat melihat TTD :
- Mata kanan klien • Pencahayaan : dapat melihat Nama Perawat :
terdapat bercak cahaya (silau)
putih pada seluruh TTD :
bagian mata. Nama Perawat :
- Mata kiri klien
terdapat bercak - 25/04/18 18.45 WIB
putih pada Melakukan pemeriksaan status
sebagian mata. sensori, dan tingkat kenyamanan
(mis. terlalu terang) serta
Mendiskusikan tingkat toleransi
terhadap beban sensori
Respon : klien mengatakan
pencahayaan diruangan terlalu
terang
Hasil : klien terlihat mengkerutkan
dahi dan menutup matanya
TTD :
48

Nama Perawat :

- 25/04/18 18.47 WIB


Membatasi stimulus(mis. Cahaya,
suara, aktivitas)
Respon : klien kooperatif
Hasil : pasien merasa nyaman dan
istirahat tidak terganggu
TTD :
Nama Perawat :

- 25/04/18 19.00 WIB


Mengajarkan klien cara
meminimalisasi stimulus(
mengatur pencahayaan
ruangan,mengurangi
kebisingan,membatasi kunjungan)
Respon : klien kooperatif
49

Hasil : klien dapat melakukan apa


yang perawat ajarkan dengan benar
TTD :
Nama Perawat :

- 25/04/18 19.30 WIB


Mengkolaborasikan tindakan
operasi katarak dengan dokter dan
tim medis
Respon : Dokter dan tim medis
lainnya memahami kondisi klien
Hasil : Dokter dan tim medis setuju
dan memberikan jadwal untuk
dilakukannya operasi
TTD :
Nama Perawat :

2. Defisit Pengetahuan b/d - 25/04/18 pada pukul 10:30 WIB S : Klien mengatakan sudah mulai
Kurangnya Sumber mengerti mengenai penyakit katarak dan
50

Informasi ditandai dengan Mengidentifikasi kesiapan dan bagaimana perawatan pda penyakit
: kemampuan klien dalam menerima katarak.
DS : informasi O : Klien mampu menjawab pertanyaan-
- Klien mengatakan Respon : Klien kooperatif pertanyaan terkait katarak dengan benar
kurang paham Hasil : Klien siap dan mampu A : Masalah teratasi
mengenai menerima informasi P : Hentikan intervensi
perawatan penyakit TTD :
katarak Nama Perawat : TTD :
DO : Nama Perawat :
Klien tidak dapat - 25/04/18 pada pukul 10:35 WIB
menjawab pertanyaan Mengidentifikasi gaya belajar klien
tentang definisi, penyebab,
tanda dan gejala, dan Respon : Klien kooperatif
perawatan penyakit Hasil : Gaya belajar klien ialah
katarak
membaca, klien mengatakan suka
membaca buku dirumah.
TTD :
Nama Perawat :

- 25/04/18 pada pukul 10:40 WIB


51

Melakukan kontrak waktu untuk


menentukan jadwal pemberian
pendidikan kesehatan.
Respon : Pasien kooperatif
Hasil : Klien menyetujui dan
meminta pendidikan kesehatan
dilakukan setelah jam makan siang
sekitar jam 1.
TTD :
Nama Perawat :

- 25/04/18 pada pukul 11:00 WIB


Menyediakan materi mengenai
penyakit katarak meliputi definisi,
penyebab, tanda dan gejala, serta
perawatan penyakit katarak, serta
menyiapkan media pendidikan
kesehatan berupa leafleat.
52

Hasil : Materi disiapkan dalam


bentuk leafteat.
TTD :
Nama Perawat :

- 25/04/18 pada pukul 12:55 WIB


Menciptakan lingkungan yang
mendukung saat melakukan
pendidikan kesehatan dengan cara
menutup sampiran dan atur
pencahayaan.
TTD :
Nama Perawat :

3. Ansietas berhubungan - 25/04/18 pada pukul 10.15 S : klien sudah tidak merasa khawtir
dengan kekhwatiran Memonitor tekanan darah, nadi, akan operasi yang dilakukan dan
mengalami kegagalan pernafasan, suhu tubuh, BB, EKG penyakit yang dideritanya
ditandai dengan merasa Hasil : O : klien tampak tenang tidak gelisah
khawatir akibat dari TD : 130/80 mmHg lagi
Nadi : 85 x/menit A : masalah teratasi
53

kondisi yang dihadapi, Pernafasan : P : hentikan intervensi


tampak gelisah Suhu : 36,5℃
DS : BB ; 57 kg TTD :
- Klien mengatakan EKG : 85 x/menit Nama Perawat :
khawatir mengenai TTD :
operasi yang akan Nama Perawat :
dilakukan
- Klien mengatakan - 25/04/18 pada pukul 10.45
khawatir mengenai Mengindentifikasi hal yang telah
penyakit yang memicu emosi
sedang dialaminya Respon : klien kooperatif
DO : Hasil : klien mengungkapkan apa
- Klien terlihat saja yang memicu emosinya sendiri
gelisah TTD :
Nama Perawat :

- 25/04/18 pada pukul 11.00


Melakukan sentuhan untuk
memberikan dukungan
54

Hasil : memberikan dukungan


dengan menepuk pundak klien
ketika berbicara
TTD :
Nama Perawat :

4. Resiko Jatuh b.d - 25/4/2018 pada pukul10.00 S : Klien mengatakan aktivitas sehari-
Penglihatan terganggu Mengidentifikasi risiko jatuh hari masih terganggu karena adanya
DS : Hasil : resiko jatuh klien tinggi gangguan penglihatan.
- Klien mengatakan karena visus masih belum teratasi O : klien tampak berhati-hati saat
kesulitan TTD : berjalan, visus mata tidak dapat melihat
melakukan Nama Perawat : snellen test dari jarak 20 kaki, dan hitung
aktifitas karena jari dari jarak 2m. Klien membedakan
pengllihatannya - 25/4/2018 pada pukul 10.05 terang dan gelap, Mata kanan klien
terganggu. Mengidentifikasi faktor terdapat bercak putih pada seluruh
lingkungan yang meningkatkan bagian mata.Mata kiri klien terdapat
DO :
resiko jatuh (mis. lantai licin, bercak putih pada sebagian mata.
- Klien tampak
penerangan kurang.
berhati-hati saat
A : Masalah belum terastasi
berjalan.
55

- Visus mata : tidak Hasil : Kondisi lingkungan aman, P : Lanjutkan intervensi


dapat melihat lantai tidak licin dan penerangan - identifikasi resiko jatuh
snellen test dari cukup. - identifikasi faktor lingkungan
jarak 20 kaki, dan TTD : - pasang handrall tempat tidur
hitung jari dari Nama Perawat :
- pastikan roda tempat tidur dan
jarak 2m. Klien kursi roda selalu dalam kondisi
membedakan - 25/4/2018 pada pukul 10.15 terkunci.
terang dan gelap. Memasang handrall tempat tidur
- memfasilitasi alat bantu
- Mata kanan klien Respon : klien kooperatif
terdapat bercak Hasil : klien merasa aman
TTD
putih pada seluruh TTD :
Nama perawat
bagian mata. Nama Perawat :

- Mata kiri klien


terdapat bercak - 25/4/2018 pada pukul 10.20
putih pada Memastikan roda tempat tidur dan
sebagian mata. kursi roda selalu dalam kondisi
terkunci
Respon : klien kooperatif
Hasil : klien merasa aman
56

TTD :
Nama Perawat :

- 25/4/2018 pada pukul 11.00


Memfasilitasi alat bantu untuk
berjalan (mis. kursi roda, walker)
Respon : klien merasa terbantu
Hasil : Meminimalisir resiko jatuh
TTD :
Nama Perawat :

- 25/4/2018 pda pukul 11.20


Meorientasi ruangan pada pasien
dan keluarga
Respon : klien dan keluarga
kooperatif
Hasil : klien dan keluarga
memahami ruangan yang
ditempatinya.
57

TTD :
Nama Perawat :

- 25/4/218 pada pukul 11.45


Menganjurkan menggunakan alas
kaki yang tidak licin
Respon : klien kooperatif
Hasil : klien memahami pentingnya
menggunakan alas kaki.
TTD :
Nama Perawat :
58

4.6 CATATAN PERKEMBANGAN


No. Tanggal Diagnosa Catatan Perkembangan Pelaksana
& Keperawatan (SOAPIER)
Waktu
1. 26/04/18 Gangguan Persepsi S : Klien mengatakan penglihatan masih terganggu, penglihatan
Sensori bd Menurunnya masih terasa kabur, silau, dan berkabut.
ketajaman penglihatan O : - Visus mata : tidak dapat melihat snellen test dari jarak 20
kaki, dan hitung jari dari jarak 2m. Klien dapat membedakan
terang dan gelap
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Observasi TTV
- Batasi stimulasi
- Kaji ketajaman penglihatan
I : 1. Mengobservasi TTV, dengan hasil
- TD : 130/ 80 mmHg
- Nadi : 90 x/ menit
- Respirasi : 18 x/ menit
59

- Suhu : 36.8oC
2. Membatasi stimulus(mis. Cahaya, suara, aktivitas)
E : penglihatan klien masih terasa kabur dan silau
R : - Anjurkan klien selalu menggunakan eye shield
- Ajarkan klien perawatan mata pasca operasi secara
mandiri
2. 26/04/18 Risiko jatuh d.d S : Klien mengatakan sudah mengetahui bagaimana cara
penglihatan terganggu mencegah terjadinya resiko jatuh
O : Klien dapat menjawab pertanyaan perawat ketika ditanya
mengenai pencegahan jatuh, klien tidak dapat menyebutkan rupa
dan warna pada jarak > 2m
A : Masalah resiko jatuh teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
I : • mengidentifikasi risiko jatuh
Hasil : risiko jatuh klien tinggi karena visus masih belum teratasi
• mengidentifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan resiko
jatuh (mis. lantai licin, penerangan kurang.
Hasil : Kondisi lingkungan aman, lantai tidak licin dan
penerangan cukup.
60

• memasang handrall tempat tidur


Hasil : klien merasa aman
• memastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam
kondisi terkunci
Hasil : klien merasa aman
• Memfasilitasi alat bantu untuk berjalan (mis. kursi roda,
walker)
Hasil : Meminimalisir resiko jatuh
E : Penglihatan mata klien masih terasa silau
R : - anjurkan klien selalu menggunakan eye Shield
- anjurkan klien perawatan mata pasca operasi secara
mandiri.

3. 27/04/18 Gangguan Persepsi S : Klien mengatakan penglihatannya membaik dan terlihat


Sensori bd Menurunnya terang, sudah tidak terlihat kabur, silau dan berkabut baik mata
ketajaman penglihatan kanan maupun mata kiri
O : Visus mata :
• Snellen test : dapat melihat sampai baris 3.
• Hitung jari : dapat melihat.
• Rangsang warna : dapat melihat.
61

A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
I : 1. Mengobservasi TTV, dengan hasil
- TD : 130/ 80 mmHg
- Nadi : 85 x/ menit
- Respirasi : 20 x/ menit
- Suhu : 37oC
2. Membatasi stimulus(mis. Cahaya, suara, aktivitas)
3. Mengkaji ketajaman penglihatan
- Visus mata :
• Snellen test : dapat melihat sampai baris 3.
• Hitung jari : dapat melihat.
• Rangsang warna : dapat melihat.
4. Mengkolaborasikan pemberian obat yang memperngaruhi
persepsi stimulus
5. Menganjurkan kepada klien untuk selalu menggunakan eye
shield
6. Mengajarkan klien cara melakukan perawatan mata pasca
operasi secara mandiri
62

E : Klien sudah mampu melihat sekitar dengan jelas


R : Tidak ada rencana keperawatan karena intervensi dihentikan
4. 27/04/18 Risiko jatuh d.d S : klien mengatakan aktifitas sehari-hari tidak terganggu, karena
penglihatan terganggu gangguan penglihatannya sudah membaik
O : visus mata :
• Snellen test : dapat melihat Sampai baris ke 3
• Hitung hari : dapat melihat
• Rangsang warna : dapat melihat
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
I : mengidentifikasi risiko jatuh
Hasil : risiko jatuh klien tinggi karena visus masih belum teratasi
• mengidentifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan resiko
jatuh (mis. lantai licin, penerangan kurang.
Hasil : Kondisi lingkungan aman, lantai tidak licin dan
penerangan cukup.
• memasang handrall tempat tidur
Hasil : klien merasa aman
63

• memastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam


kondisi terkunci
Hasil : klien merasa aman
• Memfasilitasi alat bantu untuk berjalan (mis. kursi roda,
walker)
Hasil : Meminimalisir resiko jatuh
E : Risiko jatuh teratasi karena klien sudah mampu melihat
dengan jelas
R : Tidak ada rencana keperawatan karena intervensi dihentikan
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Katarak adalah suatu kondisi dimana lensa mata manusia mengalami
kekeruhan. Biasanya katarak akan terjadi seiring bertambahnya usia yang tidak
dapat dihindari.

Berdasarkan studi kasus asuhan keperawatan pada Tn.S dengan penyakit


katarak dapat disimpulkan sebagai berikut : Tn.S menderita penyait katarak dan
diagnosa yang ada yaitu gangguan persepsi sensori berhubungan dengan
menurunnya ketajaman penglihatan defisit pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya sumber informasi, resiko jatuh berhubungan dengan penglihatan
terganggu, dan ansietas berhubungan dengan kekhwatiran mengalami kegagalan
ditandai dengan merasa khawatir akibat dari kondisi yang dihadapi, tampak
gelisah. Yang disertai dengan intervensi nya dan implementasi yang dilakukan
sesuai dengan intervensi yang ada.

5.2 SARAN
Bagi penulis, untuk lebih menguasai konsep teori dan konsep asuhan
keperawatan pada pasien katarak agar dapat menyusun intervensi dan
melaksanakan implementasi yang lebih tepat dan rasional, sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan klien.

64
DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Ophthalmology. (2021). Cataract in the Adult Eye Prefered


Practice Pattern. Retrievedfrom : https://www.aao.org/preferred-practice-
pattern/cataract-in-adult diakses pada tanggal 20 mei 2023
Ayuni, D.Q.(2020). Asuhan Keperawatan pada pasien post katarak. Sumbar. Pustaka
galeri mandiri
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=_EvmDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR
3&dq=asuhan+keperawatan+pada+pasien+katarak&ots=GbRWZu7tze&sig=uJA7qp
SeTeeX4aa4YWFrvN9gX-s&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false diakses pada
tanggal 19 mei 2023
Dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional Indonesia, 2018 ,Tim Pokja SIKI
DPP PPNI

Dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional Indonesia, 2018 ,Tim Pokja SDKI
DPP PPNI

Dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional Indonesia, 2018 ,Tim Pokja SLKI
DPP PPNI

Kementerian kesehatan repubik indonesia www.kemenkes.gom.id diakses pada


tanggal 19 mei 2023

Nurdianto R.A.(2017). Asuhan keperawatan gangguan persepsi sensorik penglihatan


pada Tn.S dengan pre dan post operasi katarak diruang seruni dirumah sakit Margono
Soekarjo Purwokerto. https://repository.poltekkes-smg.ac.id/index.php?p=fstream-
pdf&fid=2646&bid=12954 diakses pada tanggal 18 mei 2023

World helath organization. (2020). World report on vision. Geneva: WHO.

https://repository.poltekkes-smg.ac.id/index.php?p=fstream&fid=135566&bid=31682
diakses pada tanggal 8 mei 2023

65

Anda mungkin juga menyukai