S
DENGAN GOUT ARTHRITIS DI WILAYAH KERJA
OLEH :
SITI MARWAH
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas anugerah-Nya tugas
asuhan keperawatan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Lansia Ny. S
dengan Gout Arthritis Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Teluk Pinang ini dapat selesai.
Adapun tujuan penyusunan asuhan keperawatan ini adalah untuk memenuhi tugas
Gerontik.
Namun kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat banyak
kekurangan, karena itu kami sangat mengharapkan berbagai kritik dan saran yang
membangun sebagai evaluasi demi penyempurnaan asuhan keperawatan ini selanjutnya.
Semoga laporan Asuhan Keperawatan ini dapat bermanfaat.Terimakasih.
Siti Marwah
iii
DAFTAR ISI
COVER.....................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan.......................................................................................................3
1.3 Ruang Lingkup..........................................................................................................3
1.4 Metode Penulisan......................................................................................................3
1.5 Sistematika penulisan................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORITIS.............................................................................................5
BAB III TINJAUAN KASUS...............................................................................................15
3.2 Diagnosa Keperawatan.............................................................................................19
3.3 Intervensi Keperawatan............................................................................................20
3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan................................................................22
BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................................................27
4.1 Pengkajian................................................................................................................27
4.2 Diagnosa Keperawatan.............................................................................................28
4.3 Intervensi Keperawatan,...........................................................................................29
4.4 Implementasi Keperawatan......................................................................................29
4.5 Evaluasi keperawatan...............................................................................................29
BAB V PENUTUP..................................................................................................................31
5.1 Kesimpulan.........................................................................................................................31
5.2 Saran...................................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................33
1
BAB I
PENDAHULUAN
lebih dari satu orang dokter yang melihat secara terpisah. Ketakutan-ketakutan yang
dialami oleh lanjut usia meliputi: Ketergantungan fisik dan ekonomi, sakit-sakitan yang
kronis misalnya (Arthritis 44%, hipertensi 39%, berkurangnya pendengaran atau tuli
28%, dan penyakit jantung 27%), kesepian, kebosanan yang disebabkan rasa tidak
diperlukan (Padila,2013).
Perubahan yang wajar dalam usia lanjut dalam proses berfikir, mengingat serta
dalam proses menangkap maupun merespon sesuatu sudah mulai mengalami penurunan
secara berkala. Proses menua secara individu mengakibatkan beberapa masalah baik
masalah secara fisik, biologis, mental maupun social ekonominya. Hal ini dapat dilihat
terkait dengan masalah kesehatan yang paling banyak dialami adalah penyakit tidak
menular salah satu diantaranya penyakit kronis, salah satu penyakit kronis yang paling
banyak menyerang pada lanjut usia adalah asam urat (Diantri dan Candra, 2013).
Menurut RISKESDES 2013 pravlensi penyakit sendi pada usia 55-64 tahun
45,05%, usia 67-74 tahun 51,9%, usia >75 tahun 54,8%. Penyakit sendi yang sering
dialami oleh golongan lanjut usia yaitu penyakit arthritis gout, osteoritis, dan remothoid
arthritis. Sedangkan dari hasil pengumpulan data penulis di Alahair Timur Kecamatan
Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan Meranti pada bulan Mei 2020 terdapat 1,90%
penduduk yang menderita gout arthritis.
Banyak masalah yang akan terjadi pada lansia, baik dalam fisik maupun dalam
psikososialnya. Maka masalah yang akan terjadi pada lansia harus dicegah melalui hal-hal
yang berkaitan dengan lingkungan seperti latihan fisik melatih pergerakan, modifikasi
lingkungan untuk mencegah terjadinya cidera pada lansia dan melatih kebiasaan pasien.
Hail pendataan jumlah lansia yang telah dilakukan pada tanggal 1-3 Mei 2020 di
RT.03/RW.03 Desa Alahair Timur Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan
Meranti yaitu berjumlah 52 orang. Lansia awal 46-55 tahun sekitar 24 orang dengan
persentase 46,15%, lansia akhir 56-65 tahun sekitar 17 orang dengan persentase 32,69%
sedangkan lansia manula sekitar 11 orang dengan persentase 21,15%.
Berdasarkan data di atas dan untuk mengaplikasikan mata kuliah gerontik penulis
melakukan pengkajian di RT.03/RW.03 Desa Alahair Timur Kecamatan Tebing Tinggi
Kabupaten Kepulauan Meranti. Dengan kewajiban mengambil 1 kasus, membawa kasus
kelolaan yang dibahas dari BAB 1- BAB 5 yang penulis angkat yaitu Asuhan
Keperawatan Gerontik Dengan Gout Arthritis Pada Ny.S di RTDiwialayh Kerja
Puskesmas Enok, Kelurahan Enok, Kecamatan Enok Kabupaten Indragiri Hilir.
3
BAB IV :
Pembahasan BAB V :
Penutup
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
dan faktor nutrisi seperti yang telah di jelaskan diatas adalah efek dari imobilisasi (Darmojo,
2000).
Inkontinensia lebih banyak diderita oleh perempuan dari pada laki-laki. Wanita yang
melahirkan anak dengan otot dasar panggul yang lemas, menjadi penyebab inkontinensia.
Pada laki-laki, penyebab umumnya adalah pembesaran kelenjar prostat dan diperlukan
prosedur bedah untuk menangani kondisi tersebut (Watson, 2003).
Teori seluler mengemukakan bahwa sel di program hanya untuk membelah pada
waktu yang terbatas serta kemampuan sel yang hanya dapat membelah dalam jumlah
yang tertentu dan kebanyakan diprogram membelah sekitar 50 kali. Jika sebuah sel pada
lanjut usia dilepas dari tubuh dan di biakkan dari laboratorium, lalu diobservasi, jumlah
sel yang akan membelah akan terlihat sedikit, pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi
untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan sesuai dengan berkurangnya umur.
Teori sintesis protein mengemukakan bahwa proses penuaan terjadi ketika protein
tubuh terutama kolagen dan elastin menjadi kurang fleksibel dan kurang elastis. Pada
lanjut usia, beberapa protein di buat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda
dari pritein tubuh orang yang lebih muda. Banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada
kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi tebal, seiring dengan bertambahnya
usia.
Teori sistem imun mengemukakan bahwa kamampuan sistem imun mengalami
kemunduran pada masa penuaan dan mengakibatkan terjadinya peningkatan infeksi,
penyakit autoimun, dan kanker. Terdapat juga perubahan yang progresif dalam
kemampuan tubuh untuk berespon secara adaptif (Homeostasis), seiring dengan
pengunduran fungsi dan penurunan kapasitas untuk beradaptasi terhadap stres biologis
dehidrasi, hipotermi, dan proses penyakit akut dan kronik.
Teori Pelepasan. Teori ini memberikan pandangan bahwa penyesuaian diri lanjut usia
merupakan suatu proses yang secara berangsur – angsur sengaja di lakukan mereka
8
dengan mengurangi aktivitasnya untuk bersama – sama melepaska diri atau menarik diri
dari masyarakat.
Teoti Aktivitas. Teori ini berlawanan dengan teori pelepasan dimana teori ini
berpandangan bahwa walaupun lanjut usia pasti terbebas dari aktivitas, tetapi mereka
secara bertahap mengisi waktu luangnya dengan melakukan aktivitas lain sebagai
kompensasi dan penyesuaian. dengan kata lain sebagai orang yang telah berumur, mereka
meninggalkan bentuk aktivitas yang pasti dan mengkompensasikan dengan melakukan
banyak aktivitas yang baru untuk mempertahankan hubungan antara sitem sosial dan
individu daru usia pertengahan kelanjut usia.
Teori Berkelanjutan. Teori ini menjelaskan bahwa sebagaimana dengan bertambahnya
usia, masyarakat berupaya secara terus menerus mempertahankan kebiasaan, pernyataan,
dan pilihan yang tepat sesuai dengan dnegan kepribadiannya (Darmojo, 1999 dalam
Watson, 2003).
2.1.5 Perubahan-Perubahan Pada Lanjut Usia
Menua (menjadi tua ) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memeperbaiki kerusakan yang
diderita (constantinides, 1994). Proses menua merupakan proses yang terus menerus
(berlanjut) secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya pada semua mahkluk hidup.
Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Bagi sebagian orang
besar, proses manua adalah suatu proses perubahan klinikal yang didasarkan pada
pengalaman dan observasi yang di defenisikan (Nugroho, 2012) yaitu;
a) Penuaan pada kemikal dengan manifestasi perubahan struktur kristal atau pada
makromolekular,
b) Penuaan ekstraseluler dengan manifestasi progresif pada jaringan kolagen dan jaringan
elastis atau kekurangan amiloid,
c) Penuaan intraseluler dengan menifestasi perubahan komponen sel normal atau akumulasi
substansi
d) Penuaan pada organism
Pada lansia sering terjadi komplikasi penyakit atau multiple penyakit. Hal ini di
pengaruhi berbagai faktor, terutama oleh perubahan-perubahan dalam diri lansia tersebut
secara fisiologis. Lansia akan lebih sensitive terhadap penyakit seperti terhadap nyeri,
temperature, dan penyakit berkemih.
9
2.2.2 Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit/penimbunan Kristal
asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan
10
metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolic dalam pembentukan purin dan
ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Faktor resiko
Berikut ini yang merupakan faktor resiko dari gout adalah :
1. Suku bangsa /ras
Suku bangsa di Indonesia prevalensi yang paling tinggi pada penduduk pantai dan yang
paling tinggi di daerah Manado-Minahasa karena kebiasaan atau pola makan dan
konsumsi alcohol (Wibowo, 2005).
2. Konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol menyebabkan serangan gout karena alkohol meningkatkan produksi
asam urat. Kadar laktat darah meningkat sebagai akibat produk sampingan dari
metabolisme normal alkohol. Asam laktat menghambat ekskresi asam urat oleh ginjal
sehingga terjadi peningkatan kadarnya dalam serum (Carter, 2005).
3. Konsumsi ikan laut
Ikan laut merupakan makanan yang memiliki kadar purin yang tinggi. Konsumsi ikan
laut yang tinggi mengakibatkan asam urat (carter, 2005).
Pengumpulan data klien, baik subjektif maupun objektif melalui anamnesis riwayat
kesehatan dahulu, sekarang, riwayat penyakit keuarga, pola makan, aktivitas, pemeriksaan
fisik melalui tekhnik inspeksi, auskultasi dan palpasi (Stanley,Mickey.2007)
11
a. Anamnesis : Identitas ( Meliputi nama,tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, agama,
status perkawinan.
b. Riwayat penyakit sekarang : Pengumulan data dilakukan sejak munculnya keluhan dan
secara umum mencakup awal gejala dan bagaimana gejala tersebut berkembang. Penting
ditanyakan berapa lama pemakaian obat analgesic, allopurinol.
c. Riwayat penyakit dahulu : Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab yang
mendukung terjadinya gout (misalnya penyakit gagal ginjal kronis, leukemia,
hiperparatiroidisme). Masalah lain yang perlu ditanyakan adalah pernakah klien dirawat
dengan maslah yang sama. Kaji adanya pemakaian alkohol yang berlebihan, penggunaan
obat diuretic.
d. Riwayat penyakit keluarga : Kaji adanya keluarga dari generasi terdahulu yang
mempunyai keluhan yang sama dengan klien karena klien gout dipengaruhi oleh faktor
genetic.
e. Aktivitas dulu dan sekarang : Seseorang yang tak pernah berolahraga atau diikutsertakan
dalam aktivitas mungkin memiliki kesukaran dalam memulai suatu program latihan di
usia lanjut, terutama jika aktivitas tersebut sulit atau menyakitkan.
f. Pola nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, nafsu makan, pola makan, kesulitan menelan dan
mual muntah.
g. Pola eliminasi
Menjelaskan pola fungsi ekskresi,defekasi, ada tidaknya masalah defekasi.
h. Personal Hygine
Berbagai kesulitan melaksanakan aktivitas pribadi, ketergantungan.
i. Neurosensori
Kebas / kesemutan tangan dan kaki, hilang sensasi jari tangan, pembengkakan pada sendi.
(Sarif, 2012)
Rencana tindakan :
1. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi, intensitas dan kualitas nyeri ( 0-10 ).
2. Beri matras atau kasur keras, bantal kecil.tinggikan linen tempat tidur
sesuai kebutuhan.
3. Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman waktu tidur/ duduk di
kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai kebutuhan.
4. Dorong untuk sering ubah posisi
5. Bantu passien bergerak di tempat tidur.
6. Sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang
mennyentak.
7. Anjurkan pasien mandi air hangat atau air pancur saat bangun pagi.
8. Berikan masase yang lembut.
9. Kolaborasi obat sebellum aktivitas atau latihan yang di rencanakan.
Rencana tindakan :
1. kaji pengetahuan klien dan keluarga dalam hal perawatan bagi penderita gangguan
mobilitas
2. nilai keyakinan klien terhadap setiap usaha perawatan
3. monitor cara latihan yang telah dilakukan oleh klien
4. monitor tanda-tanda vital
5. monitor kekuatan otot dan ROM pada klien
6. diskusikan cara-cara melatih pergerakan pada klien
7. demonstrasikan cara-cara melatih pergerakan pada klien dan keluarga.
8. Kolaborasi, beri lingkungan yang aman dan anjurkan untuk menggukan alat bantu
9. Kolaborasi obat – obatan sesuai indikasi ( steroid ).
3. Resiko injury
- Tujuan jangka panjang :
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah cidera klien
tidak terjadi.
- Tujuan jangka pendek :
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam klien dapat
meminimalkan resiko cidera.
Criteria hasil:
1. tidak ada laporan jatuh darikeluarga atau klien
2. tidak terdapat tanda-tanda jatuh pada klien
Rencana :
1. Kaji pengetahuan klien dan keluarga terhadap perubahan fisik pada lanjut usia dan
akibatnya
2. Monitor tanda-tanda jatuh pada klien
14
3. Diskusikan dengan klien dan keluarganya mengenai perubahan pada lanjut usia
proses menua, batasan lanjut usia, perubahan pada system tubuh, akibat
perubahan.
4. Gali pengetahuan klien dan keluarga mengenai upaya pencegahan agar klien tidak
jatuh
5. Monitor sumber-sumber dalam keluarga yang ada dan dan dapat digunakan
peralatan biaya tenaga
6. Kaji factor pendukung terjadinya jatuh: kondisi rumah, kondisi penderita
7. Diskusikan cara-cara pencegahan jatuh pada klien modifikasi lingkungan
8. Beri motivasi klien dan keluarga untuk mempraktekkan cara pencegahan
9. Beri pujian atas usaha yang dilakukan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
1. Identitas
Nama : Ny. S
Umur : 64 Th
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : di Jl. Buruh RT.03/RW.03 Kelurahan Teluk Pinang
Kecamatan Gaung Anak Serka, Kabupaten Indragiri
Hilir.
4. Riwayat kesehatan
a) Status kesehatan saat ini:
1) Klien mengatakan dalam satu tahun terakhir ini merasakan sakt seperti kesemutan,
kebas pada bagian kaki dan juga pada bagian pinggang. Klien tidak pernah
melakukan latihan pergerakan, klien tidak pernah berolahraga paling nyapu
halaman.
b) Riwayat kesehatan masa lalu
Ny.S belum pernah menderita penyakit yang berat. sakit yang diderita adalah pusing,
batuk dan pilek.
Hal yang pertama kali dilakukan jika sakit adalah membeli obat diwarung jika tidak
sembuh baru di bawa ke puskesmas.
c) Pola kebiasaan
1) Makan dan minum
Ny.S mengatakan makan 3 kali sehari tapi makanan dikonsumsinya sedikit tergantung
nafsu makannya.
2) Eliminasi
Ny.S mengatakan BAK dan BAB dapat dilakukannya sendiri dengan mandiri, tetapi
keluhan yang dirasakan tidak dapat mengontrol BAK jika mau ke kamar mandi,
kadang sudah keluar sendiri sebelum sampai ke kamar mandi.
3) Toileting
a. Mandi: Ny.S mengatakan mandi 1 hari sehari dilakukan sendiri
b. Gosok gigi : jarang dilakukan, karena merasa giginya sudah ompong semua
c. Mencuci rambut: seminggu sekali
d. Berpakaian dan berhias : memakai sendiri tanpa bantuan.
d) Istirahat tidur
17
Ny.S mengatakan biasanya tidur malam mulai jam 21.00 WIB jika siang Ny.S
beristirahat di dalam rumah atau diluar rumah
e) Aktivitas
Ny.S mengatakan tidak pernah berolahraga, paling nyapu, berpindah masih dilakukan
secara mandiri tetapi Ny.S mengatakan sudah tidak mampu berjalan jauh.
f) Neurosensori
Ny.S mengatakan tidak mampu jalan jauh kedua kaki kebas dan kesemutan.
g) Psikososial
a. Hubungan social
Ny.S mengatakan tidak mengikuti salah satu kegiatan di masyarakat dengan
alasan sudah tua
b. Konsep diri
Ny.S mengatakan semua bagian tubuhnya di sukai. Sekarang peran Ny.S adalah
sebagai ibu dan nenek yang diharapkan keluarganya dapat sebagai tempat mengadu
i) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
sadar penuh (Composmentis) orientasi terhadap orang, waktu, tempat dan situasi
baik. Penampilan kurang rapi, rambut di ikat tetapi acak-acakan
b. tanda-tanda vital
TD: 130/90
mmHg
kepala dan rambut: rambut sebagian sudah beruban, tmpak berminyak dan
berbau.
Mata masih dapat melihat dengan jelas
Telinga bersih, fungsi pendengaran masih baik.
Mulut, gigi, bibir: mulut bau,
DS:
DO:
Postur tubuh tidak stabil saat berjalan
Prubahan gaya jalan lambat, kaki diseret
Ny.S tampak dapat jalan tapi sempoyongan
Nilai otot 3/5
Lantai kamar mandi licin dan berlumut
Perabotan dan peralatan tidak rapi
Penerangan didalam rumah kurang
Rambut tampak berminyak dan lusuh
Mulut, gigi tampak kotor
Rambut di ikat rapii.
3.1.2 Analisa Data
No Data Etiologi Problem
1 DS: Ketidakmauan Kerusakan mobilitas
Ny.S mengatakan merasakan sakit untuk melakukan fisik
pada bagian kaki, seperti kesemutan pergerakan
dan kebas dan juga bagian
pinggangnya
Ny.S mengatakan dia tidak pernah
berolahraga, paling nyapu
Keluarga mengatakan ibunya tidak
mau jalan-jalan pagi, karena
katanya dingin.
19
DO:
Postur tubuh tidak stabil ketika
berjalan tremor.
Perubahan gaya jalan lambat, kaki
diseret.
Nilai otot 3/5
DO:
Ny.S tampak berjalan tapi
Sempoyongan
Lantai kamar mandi licin dan
berlumut
Perabotan dan peralatan tidak rapi
penerangan kurang.
Nilai oto 3/5
diseret.
2 Resiko injury b/d klien tidak mengalami 1. Kaji pengetahuan klien dan
ketidakmampuan jatuh selama dalam keluarga terhadap perubahan
dalam bergerak perawatan 1 minggu fisik pada lanjut usia dan
ditandai dengan ditandai dengan: akibatnya
Ny.S mengtakan a) Tidak ada laporan 2. Monitor tanda-tanda jatuh pada
dia sudah tidak jatuh darikeluarga klien
mampu berjalan atau klien 3. Diskusikan dengan klien dan
jauh, kedua kaki b) Tidak terdapat keluarganya mengenai
saya kebas, dan tanda-tanda jatuh perubahan pada lanjut usia
kesemutan, pada klien proses menua, batasan lanjut
keluarga usia, perubahan pada system
mengatakan “ ya tubuh, akibat perubahan.
beginilah rumah 4. Gali pengetahuan klien dan
kami seperti ini”, keluarga mengenai upaya
Ny.S tampak pencegahan agar klien tidak
berjalan tapi jatuh
sempoyongan, 5. Monitor sumber-sumber dalam
lantai kamar mandi keluarga yang ada dan dan
licin dan berlumut, dapat digunakan peralatan biaya
perabotan dan tenaga
peralatan tidak rapi, 6. Kaji factor pendukung
penerangan kurang terjadinya jatuh: kondisi rumah,
kondisi penderita
7. Diskusikan cara-cara
pencegahan jatuh pada klien
modifikasi lingkungan
8. Beri motivasi klien dan
keluarga untuk mempraktekkan
cara pencegahan
9. Beri pujian atas usaha yang
dilakukan.
22
cara pencegahan
24
O:
TTV sebelum latihan
TD: 120/80 mmHg
Setelah latihan TD:
130/90mmHG
Ny.S dapat
mendemonstrasikan
ulang latihan ROM aktif
dalam diskusi
memperhatikan
A: Tujuan tercapai
P: Lanjutkan intervensi dan
evaluasi pelaksanaan senam
ROM, memberi motivasi.
2 22-5-2023 1. Mendiskusikan perubahan Pukul: 16.30 WIB Siti
15.30 pada lanjut usia: proses S: Mar
menua, batasan lanjut usia Ny.S mengatakan yang wah
perubahan pada system dikatakan itu benar, kaena saya
tubuh akibat perubahan O:
2. Mendiskusikan cara- Ny.S tempat aktif dalam diskusi
cara
dan memperhatikan tidak ada
pencegahan jatuh pada
laporan Ny.S jatuh dan tanda-
Ny.S modifikasi
lingkungan
26
BAB IV
PEMBAHASAN
5. Pola nutrisi
Di tinjauan teoritis ditemukan kesulitan menelan dan mual muntah sedangkan di
tinjauan kasus tidak ditemukan kesulitan menelan dan mual muntah tetapi Ny.S
makan dengan frekuensi 3 kali, pola nutrisi Ny.S dalam batas normal.
29
6. Pola eliminasi
Masalah defekasi ditemukan dalam tinjauan teoritis sedangkan di tinjauan kasus tidak
ditemukan tetapi yang ditemukan pada Ny.S yaitu BAK tidak mampu terkontrol.
7. Personal hygiene
Berbagai kesulitan melaksanakan aktivitas pribadi seperti mandi ditemukan pada
teoritis sedangkan pada tinjauan kasus ditemukan Ny.S mandiri dalam melakukan
aktivitas pribadi tanpa bantuan.
8. Neurosensori
Tanda dan gejala yang ditemukan dalam tinjauan teoritis yaitu hilang sensasi jari
tangan, pembengkakan pada sendi. Sedangkan di tinjauan kasus tidak ada ditemukan
tetapi yang ditemukan adalah Ny.S mengatakan kedua kaki kebas dan kesemutan.
Dibuktkan dengan
TTV sebelum
latihan TD: 120/80
mmHg
Setelah latihan TD: 130/90mmHG
Ny.A dapat mendemonstrasikan ulang latihan ROM aktif dalam diskusi
memperhatikan
BAB V
PENUTU
P
Setelah melakukan asuhan keperawatan gerontik dengan gout arthritis pada Ny.S di
Jl. Tawi. L RT.03/RW.03 Kelurahan Teluk Pinang Kecamatan Gaung Anak Serka,
Kabupaten Indragiri Hilir, maka penulis membuat kesimpulan dan saran yang mungkin dapat
bermanfaat bagi pembaca dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan
gerontik dengan gout arthritis.
5.1 Kesimpulan
1. Pada tahap pengkajian asuhan keperawatan terhadap Ny.S dengan gout arthritis
penulis mengumpulkan data dengan menggunakan teknik wawancara dengan pasien
dan keluarga, observasi langsung, dan studi dokumentasi. Pada tahap ini penulis tidak
mendapatkan hambatan dimana pasien dan keluarga dapat diajak bekerjasama.
2. Pada tahap diagnose keperawatan, penulis dapat merumuskan 2 diagnosa dari 4
diagnosa keperawatan. Ada dua diagnose kepeawatan yang ditemukan pada kasus,
berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan.
3. Pada tahap intervensi keperawatan, rencana keperawatan pada kasus disesuaikan
dengan kebutuhan pasien dan falisitas yang disediakan.
4. Pada tahap implementasi keperawatan, semua rencana dapat dilakukan, karena adanya
kerjasama pasien dengan keluarga.
5. Pada tahap evaluasi, penulis tidak menjumpai masalah, hasil dari pelaksanaan yang
telah dilakukan selama 3 hari masalah pasien teratasi.
5.2 Saran
1. Dalam pengkajian, sebaiknya dilakukan pengkajian yang tepat dan komphrensif yang
mencakup aspek bio-psiko-sosio dan spiritual, sehingga data yang diperoleh akurat
dan dapat menyimpulkan masalah yang di hadapi pasien.
2. Dalam perumusan diagnose keperawatan diharapkan, tetap merumuskan masalah dan
mampu menganalisa data sesuai dengan data yang ditemukan pada kasus, sehingga
diperoleh diagnose keperawatan yang singkron.
3. Dalam menyusun rencana hendaknya tujuan yang ada dalam perencanaan dapat
menjawab apa yang menjadi masalah, dapat meningkatkan komunikasi . tahap ini
sebaiknya perlu peningkatan pengetahuan, agar rencana yang telah disusun benar-
benar dan mempunyai dasar logika.
33
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, Boedi. 2000. Buku Ajar Geatri. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Diantari, E, Candra, A. 2013. Pengaruh Asupan Purin Dan Cairan Terhadap Kadar Asam
Urat Pada Wanita Usia 50-60 Tahun Di Kecamatan Gajah Mugkur Semarang. Jornal
Of Nutrition College. Volume 2.
Hurlock, E. B. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Notoatmojo, S. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi.4. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho, H. 2012. Keperawatan Gerontik Dan Geatrik. Jakarta: EGC.
Ode, Sarif. 2012. Asuhan Kperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha
Medika. Padila, 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Carter, Michael A. 2005. Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi. Dalam:Hartanto, dkk
(Editor). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi ke-6 Jilid 2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta, Indonesia.
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik,
Edisi 2. Jakarta: EGC.
Watson. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta: EGC.
Wibowo, S 2005. Memperlambat Penuaan, Mencegah "Padam" dan Peremajaan Pria.
Pidato Pengukuhan Guru Besar. Documentation: Diponegoro University Press,
Semarang.
Yuli, Reny. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: CV. Trans Info Media.
35
Oleh:
Mahasiswa Profesi Keperawatan
1. Kompres es pada
sendi yang nyeri
Kompres menggunakan
jahe yang sudah dihaluskan
pada sendi yang nyeri.