Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

PERAN BIDAN DALAM MENANGANI UNSAFE ABORTION

DOSEN PEMBIMBING

Ririn Indriyani, S.ST.M.Tr.Keb

DISUSUN OLEH :

Dian Lutfi Rahmawati P17321181008

Celine Delvi Natasya P17321183011

Rima Labiibah hannum P17321183012

Lutfiah Nurilaili P17321183014

Merita Meliyafara Pratiwi P17321183019

Natasya Farhana Niam P17321183033

Inas Zhafirah P1732118303

Rosa Bella Miliyanto P17321183041

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEDIRI TAHUN

2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah yang
berjudul “ Peran Bidan dalam Menangani Unsafe Abortion” dapat tersusun hingga selesai.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
Obstetrik Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kediri, 26 Januari 2021

Penyusun

2
DAFTAR SI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................4
1.3 Tujuan..............................................................................................................................4
BAB II
PEMBAHASAN........................................................................................................................4
2.1 Pengertian Unsafe Abortion (Pengguguran Tidak Aman)...............................................4
2.2 Penyebab Unsafe Abortion (Pengguguran Tidak Aman).................................................4
2.3 Kerjasama Pihak – pihak yang Terkait Mengenai Unsafe Abortion................................5
2.4 Penatalaksanaan Dalam Mencegah Unsafe Abortion.......................................................9
BAB 3
PENUTUP................................................................................................................................10
3.1  Kesimpulan....................................................................................................................10
3.2  Saran..............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengakhiran kehamilan yang tidak aman menurut WHO yaitu pengakhiran kehamilan
yang tidak dikehendaki dengan cara yang mempunyai resiko tinggi terhadap keselamatan
jiwa perempuan tersebut sebab dilakukan oleh individu yang tidak mempunyai pengetahuan
dan ketrampilan yang sangat diperlukan, serta memakai peralatan yang tidak memenuhi
persyaratan minimal bagi suatu tindakan medis tersebut.
Tindakan unsafe abortion seperti ini diperkirakan banyak dilakukan keluarga miskin
yang tidak ingin menambah anak. Tanpa mereka sadari, unsafe abortion dapat menimbulkan
gangguan pada kesehatan reproduksi bahkan mengakibatkan kematian bagi kaum ibu.
WHO memperkirakan di seluruh dunia setiap tahun terjadi 20 juta kejadian aborsi yang tidak
aman (unsafe abortion) (WHO, 2010). Sekitar 13% dari jumlah total kematian ibu di seluruh
dunia diakibatkan oleh komplikasi aborsi yang tidak aman. 95% (19 dari setiap 20 tindak
aborsi tidak aman) di antaranya terjadi di negara-negara berkembang.
Akibat dari tindakan yang tidak aman tersebut akan memberikan resiko infeksi,
perdarahan, sisa hasil konsepsi yang tertinggal di dalam rahim dan perforasi yang pada
akhirnya dapat menyebabkan kematian apabila tidak mendapatkan pertolongan yang segera,
sehingga kejadian tersebut harus dicegah dengan memberikan pendidikan dan pelayanan
kesehatan yang berkukalitas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimakud dengan unsafe abortion?
2. Apa saja factor penyebab dari unsafe abortion?
3. Bagaimana kerjasama dengan pihak-pihak terkait?
4. Bagaimana penatalaksanaan dari unsafe abortion?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari unsafe abortion
2. Untuk mengetahui factor-faktor yang menjadi penyebab unsafe abortion
3. Untuk mengetahui bagaimana kerjasama dengan pihak-pihak terkait
4. Unruk mengetahui penatalaksanaan dari unsafe abortion

4
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Unsafe Abortion (Pengguguran Tidak Aman)
Unsafe abortion atau pengguguran tidak aman menurut WHO adalah suatu prosedur
untuk mengakhiri kehamilan tidak diinginkan, dilakukan oleh orang yang tidak memiliki
keterampilan yang sesuai atau di lingkungan yang tidak sesuai dengan standar medis minimal
ataupun keduanya.
 Di negara-negara yang melarang praktik aborsi, akses mendapatkan pelayanan aborsi
lebih sulit sehingga aborsi yang tidak aman banyak terjadi. WHO mendefinisikan aborsi yang
tidak aman sebagai terminasi kehamilan yang dilakukan oleh individu yang tidak terlatih atau
pada tempat yang tidak memenuhi standar minimal pelayanan medis. Pada systematica
review yang dilakukan oleh Ganatra dkk (2017) didapatkan bahwa dari total 55,7 juta aborsi
yang dilakukan setiap tahun pada kurun waktu 2010-2014 di seluruh dunia, 54,9% aborsi
dilakukan secara aman, 30,7% aborsi dilakukan kurang aman dan 14,4% dilakukan secara
tidak aman. Sembilan puluh tujuh persen dari aborsi yang tidak aman ini terjadi di negara-
negara berkembang.

2.2 Penyebab Unsafe Abortion (Pengguguran Tidak Aman)


Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya pelayanan
kesehatan yang memadai. Apalagi bila aborsi dikategorikan tanpa indikasi medis, seperti :
a). Alasan kesehatan, apabila terdapat indikasi medis dimana jika diteruskan akan
mengancam nyawa ibu
b). Alasan psikososial, dimana ibu tidak sendiri tidak ingin punya anak lagi karena alasan
anak sudah banyak, hamil diluar nikah sebagai akibat pergaulan bebas dsb.
c). Kehamilan di luar nikah.
d). Masalah ekonomi, ketidaksiapan ekonomi juga seringkali menjadi pertimbangan bagi
perempuan berkeluarga yang tidak menghendaki kehamilannya untuk melakukan aborsi,
seperti kegagalan KB, pendapatan rendah yang tidak mencukupi untuk menanggung
beban biaya hidup
e). Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan.
f). Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan.
g). Kegagalan pemakaian alat kontrasepsi.
h). Kehamilan karena incest (perkawinan sedarah)

5
2.3 Kerjasama Pihak – pihak yang Terkait Mengenai Unsafe Abortion
Menurut David Viney dalam Yuniningsih (2019: 98) stakeholders adalah
setiap orang yang terpengaruh oleh keputusan dan tertarik pada hasil dari keputusan
tersebut, termasuk individu-individu, atau kelompok-kelompok atau keduanya baik
didalam maupun diluar organisasi. Stakeholders mutlak diperlukan dalam organiasi
publik guna memperlancar semua kegiatan.
Klasifikasi stakeholders dapat dikelompokkan menjadi:

a. Stakeholders primer merupakan stakeholder yang secara langsung terkena dampak,


baik positif maupun negatif dari suatu rencana serta mempunyai kepentingan
langsung terhadap kegiatan tersebut. Stakeholders primer adalah Tenaga Kesehatan
(Bidan) memiliki peran sebagai fasilitator, implementer, dan koordinator, IBI, PKK
dan FKK berperan sebagai fasilitator, implementator dan koordinator.
b. Stakeholders kunci merupakan stakeholder yang secara legalitas memiliki
kewenangan, pengaruh dan kepentingan yang tinggi dalam pengambilan keputusan
pada pembuatan kebijakan. Stakeholder kunci yaitu dinas kesehatan mempunyai
peran sebagai policy creator, fasilitator, akselerator, dan koordinator.
c. Stakeholders sekunder adalah stakeholder yang tidak mempunyai kepentingan
langsung terhadap kegiatan tetapi memiliki kepedulian besar terhadap proses
pengembangan. Stakeholders pendukung dapat dijadikan fasilitator dalam proses
pengembangan dan cukup berpengaruh terhadap pengambilan keputusan.
Stakeholders sekunder terdiri dari kecamatan, kelurahan, RT, RW, keluarga, dan
institusi pendidikan yang masing-masing berperan sebagai fasilitator.

Rekomendasi yang dapat diberikan yakni Dinas Kesehatan dapat menjadi pemimpin utama
dan memastikan optimalnya peran untuk mensinergiskan seluruh stakeholders.

1. Dinas Kesehatan
Peran Dinas Kesehatan Kota Semarang yaitu merumuskan kebijakan untuk menekan
angka kematian ibu sebagai Policy Creator, kebijakan perda tentang keselamatan ibu
dan anak merupakan bentuk perwujudan dari peran yang telah dilakukan. Peran dinas
kesehatan juga sebagai akselerator dalam upaya mempercepat penanggulangan AKI.
Program khusus yang dapat diciptakan untuk menekan angka kematian ibu
diantaranya adalah Gasurkes KIA dan aplikasi sayang bunda. Dinas Kesehatan dalam
menjalankan peranya turut sebagai pihak yang bekerjasama dengan stakeholder lain

6
serta memberikan atau menyediakan pelayanan kesehatan ibu kepada masyarakat.
Sebagai Fasilitator, dinas kesehatan menyediakan pelayanan kesehatan diantaranya
dalam penyediaan alat kesehatan khususnya pemeriksaan ibu, pembangunan
puskesmas dan pemeriksaan gratis bagi warga
2. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan (bidan) merupakan stakeholder yang berperan sebagai fasilitator
dalam melakukan pemeriksaan mulai dari masa kehamilan, melahirkan sampai nifas,
sosialisasi mengenai keselamatan ibu, hingga koordinasi dengan pihak lain. Peran
yang telah dilakukan oleh tenaga kesehatan yakni membuka praktek di Puskesmas
untuk melayani masyarakat, dan pemeriksaan di posyandu serta melakukan konseling
dan sosialisasi ke sekolah hingga karang taruna. Peran sebagai koordintor juga telah
dilakukan oleh tenaga kesehatan bidan puskesmas seperti wadah penyampaian
laporan dari Gasurkes KIA (Tenaga kesehatan bidan lapangan) dan bidan mandiri
untuk bersama-sama ditindak lanjuti.
3. IBI
IBI sebagai fasilitator berperan dalam memberikan sosialisasi dan penyuluhan perihal
kesehatan ibu kepada masyarakat, Pemberian pelatihan kepada para bidan, Pemberian
sanksi juga menjadi peran IBI terhadap bidan yang lalai serta sekaligus melakukan
pembinaan. Ikatan Bidan Indonesia memberikan edukasi kepada remaja mengenai
pencegahan penyakit yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi dan pembagian
tablet Fe serta manfaat yang diperolah.
4. PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga)
PKK sebagai implementer sebagai upaya menciptkan peningkatan kesehatan. PKK
sebagai fasilitator memiliki peran dalam mendata dan pendampingan ibu hamil di
wilayah masing-masing. Peran yang telah dilakukan seperti mendata dan
pendampingan ibu hamil yang mengalami resiko tinggi khususnya dalam memberikan
dukungan dan menyampaikan kendala ke puskesmas terkait yang dilakukan minimal
sekali dalam sebulan untuk pendampingan. Peran PKK dalam pendampingan ibu
hamil lebih memberikan dukungan dan menanyakan hal-hal umum seperti akan
melahirkan dimana nantinya, ke tempat persalinanya naik kendaraan apa. Koordinasi
juga dilakukan misal dengan Gasurkes KIA untuk melaporkan warga yang hamil
terutama resiko tinggi. PKK juga mengadakan konseling dan edukasi ke remaja
terkait kesehatan reproduksi dan seks bebas. PKK kecamatan sebagai koordinator
bagi PKK kelurahan hingga kader dalam melakukan pendampingan kesehatan ibu. RT
7
dan RW juga menjadi stakeholders pendukung bagi PKK kaitanya dalam meminta
pertolongan dan bantuan apabila menemui masalah karena sebagai tokoh masyarakat
yang dihormati.
5. FKK (Forum Kesehatan Kelurahan)
FKK sebagai Fasilitator berperan dalam mendata dan pendampingan ibu hamil
khususnya yang memiliki resiko tinggi dan melakukan kerjasama dan koordinasi
dengan pihak lain serta membantu upaya pertolongan ibu. peran yang telah dilakukan
oleh FKK adalah pendampingan ibu hamil yang dilakukan juga saat disela-sela
melakukan pemberantasan jentik nyamuk yang dilakukan setiap RW Perminggu.
Memanfaatkan media sosial dalam upaya koordinasi yang cepat dan murah serta
penyediaan ambulan desa, namun untuk pembentukan bank darah digunakan ketika
terjadi kasus pendarahan yang dialami ibu hamil belum dilakukan dengan maksimal.
6. Kecamatan
Kecamatan sebagai pihak fasilitator yang turut membantu memberikan pendampingan
dalam upaya kesehatan ibu mulai dari hamil resiko tinggi sampai masa nifas
Kecamatan sebagai koordinator yang berperan dalam penggerak bagi kelurahan, RT
dan RW untuk terlibat aktif dalam membantu penurunan AKI. Peran yang telah
dilakukan yakni Pendampingan dilakukan minimal dua kali dalam sebulan, namun
pihak kecamatan sudah melakukan pendampingan sejumlah empat kali dan anggaran
yang dikeluarkan juga dari dana pribadi karena memang peran yang dilakukan hanya
sebagai stakeholders pendukung. Himbauan dan informasi mengenai kesehatan ibu
dan keluarga berencana juga sering kali di sisipkan diberbagai pertemuan yang
memungkinkan sebagai bentuk peran fasilitator yang dilakukan.
7. Kelurahan
Kelurahan berperan sebagai fasilitator dalam memantau ibu hamil, melahirkan dan
nifas sekaligus sosialisasi kesehatan ibu di kelurahan masing-masing. Peran yang
telah dilakukan diantaranya pemantauan kesehatan ibu yang dilakukan setiap hari
jumat sekaligus pemeriksaan jentik nyamuk di rumah warga. Pemantauan yang
dilakukan juga atas kerjasama dan koordinasi dengan pihak lain seperti Gasurkes KIA
dari Dinas Kesehatan. Kelurahan bila mendapatkan informasi adanya ibu hamil di
wilayahnya segera memberitahu ke Gasurkes KIA untuk segera di tindak lanjuti.
Pemantauan juga sudah maksimal dilakukan dengan adanya sosialisasi dan datang ke
rumah warga setiap minggunya.
8. RT (Rukun Tetangga)
8
RT sebagai fasilitator mempunyai peran dalam mendampingi ibu hamil di lingkungan
RT nya. Kegiatan yang telah dilakukan terkait peran tersebut yakni menyampaikan
informasi mengenai kehamilan dan sosialisasi terkait kesehatan dan keselamatan ibu.
Penyampaian informasi dan sosialissai dilakukan tidak hanya datang dirumah tetapi
juga saat acara kumpul bersama warga. Pendampingan seringkali bersama dengan
stakeholders lain untuk nantinya selalu dipantau jika mengelami masalah seperti
rencana transportasi dan tempat melahirkan. RT juga sebagai fasilitator dalam
memberikan dukungan bagi penanggulangan kematian ibu dalam bentuk bantuan atau
pertolongan.
9. RW (Rukun Warga)
RW sebagai fasilitator berperan dalam membantu juga dalam melakukan
pendampingan kepada warga yang ada di wilayah RW. Implementasi yang dilakukan
terhadap peran tersebut yakni Selama sebulan sekali RW melakukan pendampingan
dan menyampaikan perihal kesehatan ibu pada pertemuan dengan masyarakat jika
memungkinkan serta menyampaikan ke RT terkakit informasi-informasi penting
dalam upaya pencegahan kematian ibu. sebagai Fasilitator RW juga memberikan
bantuan dan pertolongan kepada masyarakat ketika membutuhkan pertolongan.
10. Keluarga
Keluarga merupakan pihak yang paling dekat dengan ibu yang memiliki peran
sebagai fasilitator dalam memberikan dukungan dan kenyamanan bagi ibu hamil,
melahirkan atau nifas. Motivasi juga menjadi hal penting untuk kelancaran terutama
pada masa kehamilan dan melahirkan untuk menghindari stress agar bayi dan ibu
sama-sama sehat sampai persalinan. Peran yang telah dilakukan yakni seperti
mengantar ibu hamil untuk memeriksa kehamilanya meski seringkali ibu hamil ada
yang memeriksa kehamilanya sendiri, mencegah untuk melakukan pekerjaan yang
berat dan beresiko. Tidak semua keluarga mengerti mengenai informasi kesehatan
untuk ibu seperti ada keluarga yang tidak mengetahui tentang kelas ibu hamiil dan
pentingnya untuk si ibu.
11. Institusi Pendidikan
Institusi Pendidikan sebagai fasilitator memiliki peran untuk mengedukasi terhadap
siswa mengenai kesehatan reproduksi termasuk kesehatan ibu khususnya dalam
persiapan pranikah. Kerjasama dengan puskesmas juga dilakukan untuk memberikan
edukasi langsung kepada ahli tenaga kesehatan dengan pemberian obat anemi untuk

9
siswi disekolah. Penyampaian materi tidak bisa secara mendetail karena terhambat
oleh jam pelajaran dan materi lain yang juga perlu dibahas.
Tenaga Kesehatan sebagai stakeholders primer karena memiliki keterlibatan langsung
dalam kebijakan penanggulangan angka kematian ibu serta sebagai garda terdepan
karena sebagai stakeholders yang dibekali dengan pengetahuan kesehata dan berperan
sebagai fasilitator, implementator. RT (Rukun Tetangga), RW (Rukun Warga),
Keluarga, Kecamatan, kelurahan, dan institusi Pendidikan sebagai stakeholders
Sekunder karena hanya sebagai pendukung dan kepedulian terhadap isu mengenai
penanggulangan kematian ibu di Kecamatan Pedurungan. yang masing-masing
berperan sebagai fasilitator.
Koordinasi dan komunikasi harus selalu diupayakan dan pelibatan stakeholders
terutama petugas lapangan dalam setiap proses kegiatan termasuk penumbuhan
komitmen disetiap pertemuan rutin. Kerjasama dengan pihak swasta atau organisasi
peduli kesehatan juga perlu dilakukan untuk membantu mempercepat penanggulangan
angka kematian ibu di sektor bantuan pendanaan atau tenaga.

2.4 Penatalaksanaan Dalam Mencegah Unsafe Abortion


a. Memberikan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual sejak dini, termasuk
menghindari kehamilan
b. Konseling remaja
c. Memberi penjelasan resiko aborsi yang tidak aman
d. Menyediakan metode KB khusus, memberi penjelasan tentang KB darurat
e. Bekerja sama dengan tokoh masyarakat
f. Penyuluhan tentang abortus dan bahayanya.
g. Bagi pasangan suami istri yang karena gagal KB maka dilakukan konseling untuk
tetap meneruskan kehamilan dengan memperhatikan segi sosial ekonomi yang
melatarbelakanginya
h. Untuk kehamilan yang tidak diinginkan yang tidak menghendaki untuk melanjutkan
kehamilannya dapat melakukan induksi haid secara aman (Safe Abortion)

10
BAB 3

PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Aborsi tidak aman (Unsafe Abortion) adalah penghentian kehamilan yang dilakukan
oleh orang yang tidak terlatih/kompeten dan menggunakan sarana yang tidak memadai,
sehingga menimbulkan banyak komplikasi bahkan kematian. Aborsi tidak aman tidak selalu
sama dengan aborsi ilegal. Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya
pelayanan kesehatan yang memadai.
Masalahnya tiap perempuan mempunyai alasan tersendiri untuk melakukan aborsi
dan hukumpun terlihat tidak akomodatif terhadap alasan-alasan tersebut, misalnya dalam
masalah kehamilan paksa akibat perkosaan atau bentuk kekerasan lain termasuk kegagalan
KB. Larangan aborsi berakibat pada banyaknya terjadi aborsi tidak aman (unsafe abortion),

3.2  Saran

 Untuk menurunkan angka kejadian unsafe abortion diperlukan peran bidan di


komunitas dengan memberikan health education mengenai bahaya aborsi
 Bidan dikomunitas bisa bekerjasama dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat
untuk menekan adanya unsafe abortion
 Bidan harus bisa menjunjung tinggi kode etik kebidanan dengan tidak melakukan
aborsi atas indikasi nonmedis.

11
DAFTAR PUSTAKA
Sjahdeini, Remy Sjahdad. 2020. Hukum Kesehatan Tentang Hukum Malapraktik Tentang
Tenaga Medis Jilid 2. Bogor : IPB Press
Ocviyanti, Dwiana, Maya, Dorothea. 2018. J Indon Med Assoc. V 68 : Aborsi di Indonesia.
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Indiarti. 2018. Meraih Kehamilan : Menunda, Menghindari dan Mendapatkan Kehamilan
dengan Metode Sehat Alami. Sleman : Elmatera
Maternity, Dainty, Ratna, Dewi Putri, Devy, Lestari Nurul. 2017. Asuhan Kebidanan
Komunitas. Yogyakarta : Andi
Putri, Lidia Aditama, Siti, Mudlikah. 2019. Obstetri dan Ginekologi. Gresik : Guepedia
Setiawan, Beny, Herbasuki, Nurcahyanto. 2020. E-Journal Undip. V 9, Nomer 2. Semarang :
Undip
Yuniningsih, Tri dan Sri Suwitri. 2019. Jejaring Kebijakan. Semarang: Program Studi Doktor
Administrasi Publik Press FISIP UNDIP
Ganatra B, Gerdts C, Rossier C, Johnson BR, Tunçalp Ö, Assifi A, Sedgh G, Singh S,
Bankole A, Popinchalk A, Bearak J, Kang Z, Alkema L (November 2017). "Klasifikasi
aborsi global, regional, dan subregional menurut keamanan, 2010-14: perkiraan dari model
hierarki Bayesian" . Lancet .

12
13

Anda mungkin juga menyukai