Anda di halaman 1dari 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/345351462

Analisis Kebijakan dan Implementasi Program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di


Indonesia

Research · November 2020


DOI: 10.13140/RG.2.2.27220.63365

CITATIONS READS

0 147

1 author:

Ruri Kharisma Fitriani


Airlangga University
20 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Ruri Kharisma Fitriani on 06 November 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ANALISIS KEBIJAKAN DAN IMPLEMENTASI PROGRAM INISIASI
MENYUSU DINI (IMD) DI INDONESIA

Disusun oleh:

RURI KHARISMA FITRIANI

101711133108

DEPARTEMEN BIOSTATISTIKA DAN KEPENDUDUKAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaykum Warahmatullaahi Wabarakatuh

Alhamdulillaahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ANALISIS KEBIJAKAN DAN
IMPLEMENTASI PROGRAM INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI
INDONESIA” sesuai jadwal yang telah ditentukan.

Shalawat serta Salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullaah


Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari Zaman Jahiliyah menuju
Zaman Islamiyah dan yang kita nantikan syafa’atnya di Yaumul Qiyamah.

Makalah ini dibuat untuk penugasan Mata Kuliah Penilaian Kritis Kesehatan
Reproduksi dan Kesehatan Ibu Anak. Penulisan ini tidak bisa selesai tanpa adanya
bantuan, dorongan dan dukungan dari banyak pihak, Maka dari itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada Ibu Nurul Fitriyah, S.K.M., M.P.H. selaku dosen
Mata Kuliah Penilaian Kritis Kesehatan Reproduksi dan Kesehatan Ibu Anak serta
pihak lain yang telah ikut berkontribusi.

Penulis berharap makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan dan memperluas


wawasan pembaca. Namun penulis sangat menyadari bahwa banyak kekurangan
dalam makalah ini sehingga kritik, saran dan masukan dari pembaca sangat penulis
harapkan agar kedepannya bisa menjadi lebih baik.

Ponorogo, 27 September 2020

Ruri Kharisma Fitriani

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................Error! Bookmark not defined.


KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 2
1.4 Manfaat .............................................................................................................. 2
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 3
2.1 Pelaksanaan Program Inisiasi Menyusu Dini................................................. 3
2.2 Baby-friendly Hospital Initiative ....................................................................... 5
2.3 Peraturan Pendukung ...................................................................................... 5
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 9
3.1 Simpulan ............................................................................................................ 9
3.2 Saran .................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka Kematian Ibu atau biasa disebut AKI dan Angka Kematian Bayi atau
disebut AKB merupakan salah satu indikator untuk mengukur derajat
kesehatan masyarakat di Indonesia. Angka Kematian Bayi (AKB)
mencerminkan tingkat pembangunan kesehatan dan kualitas hidup masyarakat
di suatu negara. Pokok permasalahan mengenai kesehatan ibu anak di
Indonesia adalah tingginya Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality
Rate (IMR). Kondisi tersebut menandakan bahwa pengetahuan masyarakat dan
pemberian pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia masih kurang
maksimal. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, Angka
Kematian Neonatal (AKN) sebanyak 15 kematian per 1000 kelahiran hidup,
Angka Kematian Bayi (AKB) sebanyak 24 kematian per 1000 kelahiran hidup
dan Angka Kematian Balita (AKBA) sebanyak 32 kematian per 1000 kelahiran
hidup (SDKI, 2017).

Penyebab kematian neonatus yaitu infeksi sebesar 36%, prematuritas sebesar


28% dan asfiksia sebesar 23%. Infeksi masih menjadi penyebab utama
terjadinya kematian pada neonates. Kematian neonatus yang diakibatkan oleh
infeksi dapat dicegah dengan meningkatkan immunoglobulin pada bayi baru
lahir. Immunoglobulin dapat diperoleh bayi dari Air Susu Ibu (ASI) khususnya
pada kolostrum. Kolostrum mengandung nutrisi lengkap yang dibutuhkan bayi
termasuk antibody yang berperan penting dalam pencegahan penyakit,
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Pada tahun 2006 dilakukan penelitian di
pedesaan Ghana, Afrika dengan melibatkan 10.947 bayi sebagai responden.
Hasilnya menunjukkan bahwa 16% kematian neonatal dapat dicegah jika bayi
mendapat ASI sejak hari pertama kelahirannya dan 22% kematian neonatal
dapat dicegah jika bayi disusui ASI pada satu jam pertama kelahiran (Edmon,
et. al, 2006).

1
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, memberikan ASI segera
setelah bayi dilahirkan, biasanya dalam waktu 30 menit sampai 1 jam pasca
bayi lahir disebut Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Sedangkan menurut WHO
(2017), Inisiasi Menyusu Dini adalah menyusu dalam 1 jam setelah kelahiran
dengan cara bayi diletakkan di bagian perut ibu menjangkau dada segera
setelah lahir dan segera terjadi kontak kulit antara bayi dan ibu. Data dari SDKI
2017 menunjukkan bahwa persentase anak yang mendapat ASI dalam 1 jam
kelahiran sebesar 57%. Angka tersebut masih terbilang kecil mengingat IMD
merupakan salah satu faktor yang dapat menekan Angka Kematian Neonatus.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pelaksanaan dan implementasi Program Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) di Indonesia?
2. Apa saja peraturan atau kebijakan yang mendukung pelaksanaan Program
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Indonesia?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pelaksanaan dan implementasi Program Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) di Indonesia
2. Mengetahui peraturan atau kebijakan yang mendukung pelaksanaan
Program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Indonesia

1.4 Manfaat
1. Secara Teoritis
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca khususnya
pembaca yang memiliki latar belakang di bidang kesehatan
2. Secara Praktis
Dapat memberikan gambaran mengenai kondisi kesehatan masyarakat saat
ini khususnya kesehatan Ibu Anak sehingga dapat menjadi bahan evaluasi
dalam pelaksanaan Program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Indonesia

2
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Pelaksanaan Program Inisiasi Menyusu Dini
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) atau early breast feeding adalah memberikan
kesempatan pada bayi baru lahir untuk menyusu sendiri pada ibunya sesegera
mungkin pada 1 jam pertama kelahiran bayi. Dalam IMD harus terjadi kontak
kulit secara langsung antara bayi dengan ibu. Jangka waktu maksimal
pelaksanaan IMD adalah 1 jam terhitung sejak bayi lahir. Pemberian ASI lebih
dari 1 jam setelah bayi lahir tidak termasuk IMD. Dalam pelaksanaan IMD,
bayi harus mengalami kontak kulit secara langsung dengan ibu. Prinsip
Pelaksanaan IMD adalah bayi baru lahir dikeringkan dengan handuk tanpa
memandikannya terlebih dahulu, kemudian diletakkan di bagian perut ibu
menjangkau dada dengan posisi tengkurap. Bayi tidak dibungkus atau
dibedong sehingga terjadi kontak kulit ibu dan bayi selama proses IMD
berlangsung. Selanjutnya memberikan kesempatan pada bayi untuk mencari
sendiri dan menghisap puting susu ibu selama 1 jam.

Seperti mamalia pada umumnya, secara alamiah setiap bayi baru lahir memiliki
kemampuan untuk melakukan inisiasi menyusu ketika terjadi kontak kulit (skin
to skin contact) dengan ibunya. Kemampuan bayi untuk mencari putting susu
dan menghisapnya disebut Breast crawl. Breast crawl adalah kemampuan
merangkak dan menemukan sendiri puting susu ibu kemudian menghisap tanpa
ada bantuan baik dari ibu maupun tenaga kesehatan penolong persalinan
sehingga dapat menentukan kapan pertama kali bayi menyusu pada ibunya.
Breast crawl pada bayi tidak dapat terjadi secara langsung dalam waktu yang
singkat namun membutuhkan tahapan tahapan. Tahapan dalam breast crawl
dimulai dengan meletakkan bayi di bagian perut ibu menjangkau dada dalam
posisi tengkurap. Bayi akan menyesuaikan diri dengan diam sejenak kemudian
mulai menggerakkan tubuhnya secara perlahan. Bayi kemudian memasukkan
jari jari tangannya ke dalam mulut diikuti dengan keluarnya air liur bayi
sebagai respon atas tindakan yang dilakukan. Setelah beberapa saat, bayi mulai
mengeluarkan lidah dengan gerakan menjilat kulit ibu. Secara perlahan bayi
akan menggerakkan bahu dan melakukan gerakan menendang untuk

3
merangkak dan mencapai puting ibu. Dalam proses mencapai putting ibu, bayi
mengandalkan indera penciuman, pendengaran dan perasa. Selain itu, suara
disekitar dan sentuhan kulit ibu ke kulit bayi dapat merangsang gerakan bayi
sehingga lebih cepat mencapai puting ibu.

IMD memiliki manfaat yang cukup besar baik bagi ibu maupun bayi. Secara
umum, IMD dapat meningkatkan emotional bonding antara ibu dan bayi. IMD
mencegah hipotermia pada bayi karena dapat memberikan kehangatan bagi
tubuh bayi pasca lahir yang masih memerlukan adaptasi dengan lingkungan
baru diluar rahim ibu. Posisi bayi saat IMD dapat memberikan ketenangan pada
bayi sehingga napas dan denyut jantung bayi menjadi teratur. Saat IMD
merupakan saat pertama kali bayi mendapat ASI khususnya kolostrum.
Kolostrum merupaka cairan kental berwarna keemasan yang keluar dari
payudara ibu sebelum ASI. Kolostrum kaya akan nutrisi dan semua zat yang
dibutuhkan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan secara optimal.
Selama proses IMD berlangsung, bayi dibiarkan menyusu tanpa bantuan
(menyodorkan puting ibu ke mulut bayi). Posisi bayi saat IMD mengharuskan
bayi untuk menghisap puting untuk mendapatkan ASI karena ASI tidak
mengalir ke ujung puting seperti pada kondisi ketika ibu menyusui bayi pada
umumnya. ASI tidak akan keluar selama bayi tidak menghisap puting. Hisapan
bayi akan meningkatkan stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin yang
merangsang kelancaran produksi ASI. Hal ini berdampak pada keberhasilan
pemberian ASI Eksklusif. Selain itu, IMD dapat merangsang kontraksi uterus
sehingga placenta mudah keluar dan mencegah perdarahan postpartum.

Keberhasilan pelaksanaan IMD dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor


internal maupun eksternal. Faktor internal adalah faktor ibu dan bayi,
sedangkan faktor eksternal adalah dukungan suami dan keluarga serta peran
tenaga kesehatan. Tidak semua ibu melahirkan dapat melakukan IMD.
Pelaksanaan IMD harus dilakukan pada ibu dalam kondisi sadar. Pada
persalinan section caesaria, pelaksanaan IMD dapat dilakukan pada ibu yang
mendapatkan anestesi regional. Sedangkan ibu yang mendapatkan anestesi
umum tidak dapat melakukan IMD. Begitupula pada bayi, IMD hanya dapat
dilakukan pada bayi yang sehat dan sudah mencapai usia kelahiran normal.

4
Bayi yang lahir prematur atau mengalami kelainan tidak dapat dilakukan IMD.
Selain itu, dukungan suami dan keluarga memberikan pengaruh psikologis
pada ibu sehingga meningkatkan keberhasilan pelaksanaan IMD. Faktor
terakhir yang tidak kalah penting adalah peran serta tenaga kesehatan. Tenaga
kesehatan berperan dalam memberikan informasi khususnya mengenai
pelaksanaan IMD dan pemberian ASI Eksklusif. Tenaga kesehatan penolong
persalinan mendampingi sekaligus membantu ibu dan bayi sejak proses
persalinan sampai selesainya pelaksanaan IMD. IMD tidak akan berhasil jika
tenaga kesehatan tidak memberikan informasi, tidak memotivasi dan tidak
terampil membantu karena seluruh proses selama IMD membutuhkan bantuan
tenaga kesehatan.

2.2 Baby-friendly Hospital Initiative


World Health Organization (WHO) telah merekomendasikan Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) dalam bentuk Inisiasi rumah sakit sayang ibu dan anak atau Baby-
friendly Hospital Initiative. Dasar dari kebijakan tersebut adalah penelitian
mengenai manfaat IMD bagi pencegahan kematian neonatus. Baby-friendly
Hospital Initiative merupakan prakarsa internasional yang didirikan oleh
WHO/UNICEF pada tahun 1991 untuk mempromosikan, melindungi dan
mendukung Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan kelanjutan dalam menyusui atau
keberhasilan Asi Eksklusif selama 6 bulan. Dengan adanya program ini,
Rumah Sakit atau fasilitas kesehatan didorong untuk menawarkan dan
memberikan perawatan optimal kepada ibu dan bayi, berfokus pada kebutuhan
bayi dan memberdayakan ibu untuk memberikan bayi awal kehidupan yang
baik dimuai dari pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif.

2.3 Peraturan Pendukung


Program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan atau Baby-friendly Hospital
Initiative di Indonesia sudah mulai dikenal oleh masyarakat dan dilaksanakan
di pelayanan kesehatan tertentu. Pelaksanaan program khususnya IMD di
Indonesia sudah diatur dan di dukung dalam beberapa kebijakan dan peraturan.

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang


Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.

5
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 secara
umum mengatur dan membahas mengenai ASI Eksklusif. Namun
demikian, pembahasan mengenai Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terdapat
pada bagian kedua Inisiasi Menyusu Dini Pasal 9 dan 10. Pada pasal 9
menjelaskan mengenai kewajiban tenaga kesehatan dan penyelenggara
fasilitas pelayanan kesehatan untuk melakukan IMD terhadap bayi baru
lahir serta tata cara pelaksanaan IMD dan jangka waktu. Pelaksanaan IMD
dalam peraturan pemerintah ini dijelaskan secara singkat dan tidak
mendetail. Kemudian dpasal 10 menjelaskan mengenai penempatan
ruangan ibu dan bayi dengan tujuan memudahkan untuk memberikan ASI
eksklusif. Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa IMD hanya
dibahas di pasal 9 namun cukup singkat dan kurang mendetail.
2. Visi dan Arah Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005-2025
Visi dan Arah Pembangunan Jangka Panjang Republik Indonesia Tahun
2005-2025 membahas banyak mengenai salah satu indikator kesehatan
masyarakat yaitu kematian bayi, Rencana Pembangunan Jangka Panjang
2005-2025 menjelaskan kondisi Indonesia mengenai tingginya angka
kematian bayi. Kemudian menjelaskan mengenai rencana penurunan
angka kematian bayi dengan berbagai metode antara lain peningkatan
pelayanan kesehatan yang berkesinambungan (sustainable), peningkatan
kualitas kesehatan masyarakat melalui perbaikan perilaku sehat dan
peningkatan pembangunan kesehatan masyarakat. Dalam dokumen ini
tidak membahas mengenai Program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sama
sekali namun tujuannya dapat tercapai salah satunya dengan pelaksanaan
IMD.
3. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun
2020-2024
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun
2020-2024 secara umum hampir sama dengan Visi dan Arah
Pembangunan Jangka Panjang Republik Indonesia Tahun 2005-2025.
Dokumen ini menjelaskan mengenai permasalahan di Indonesia salah
satunya tingginya angka kematian neonatus. Renstra Kemenkes RI Tahun

6
2020-2024 menargetkan penurunan angka kematian neonatus dari 15 per
1000 kelahiran hidup menjadi 11 per 1000 kelahiran hidup. Solusi yang
direncanakan antar lain pemimgkatan cakupan pelayanan yang lebih luas
dan merata, peningkatan pelayanan kesehatan neonatal yang
berkesinambungan dan sistem rujukan yang optimal. Dalam dokumen ini
tidak ada bahasan khusus mengenai Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2019 tentang
Rencana Kerja Pemerintah tahun 2020.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2019 memiliki
bahasan yang mendukung pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
Dalam sub bab arah kebijakan Nomor 1 yaitu peningkatan kesehatan ibu,
anak, keluarga berencana dan kesehatan reproduksi huruf f menyebutkan
bahwa salah satunya adalah dengan meningkatkan pelayanan kesehatan
bayi dan balita termasuk inisiasi menyusui dini dan ASI eksklusif.
5. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2019 tentang Pemutakhiran Rencana Kerja Pemerintah Tahun
2020-2024
Dalam dokumen ini secara umum hampir sama dengan Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2019. Pada tabel arah kebijakan
meyebutkan bahwa memiliki perencanaan untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan bayi dan balita termasuk IMD dan ASI eksklusif. Selain itu juga
menyebutkan peningkatan pengetahuan ibu untuk tumbuh kembang anak.
6. Peraturan Bupati Klaten Nomor 12 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan
Program Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu Eksklusif dan Peraturan
Daerah Kabupaten Klaten Nomor 6 Tahun 2019 tentang Perubahan atas
Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 7 Tahun 2008 tentang Inisiasi
Menyusu Dini dan Air Susu Ibu Eksklusif
Peraturan Bupati Klaten Nomor 12 Tahun 2013 dan Peraturan Daerah
Kabupaten Klaten Nomor 6 Tahun 2019 menjelaskan secara detail dan
menyeluruh mengenai hal hal yang berkaitan dengan Inisiasi Menyusu
Dini dan Asi Eksklusif. Dengan adanya dokumen ini maka Kabupaten

7
Klaten mendukung penuh dan mewajibkan adanya Program IMD di
daerahnya.

Berdasarkan analisis beberapa dokumen diatas dapat diketahui bahwa di


Indonesia, banyak aturan aturan atau kebijakan yang mendukung pelaksanaan
dan Implementasi Program Inisiasi Menyusu Dini. Pemerintah Tingkat Daerah
sudah menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan Program Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) di daerahnya.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Program Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) di Indonesia telah diketahui oleh sebagian besar masyarakat.
Program Inisiasi Menyusu Dini telah diatur dalam perundang undangan dan
dilaksanakan serta diimplementasikan di sebagian pelayanan kesehatan di
Indonesia. Pelaksanaan Program Inisiasi Menyusu Dini belum optimal karena
faktor internal ibu dan bayi serta faktor eksternal yaitu dukungan suami dan
keluarga serta peran tenaga kesehatan.

3.2 Saran
Berdasarkan simpulan diatas, penulis memiliki saran baik untuk pemerintah
dan sertor terkait maupun untuk masyarakat.
1. Saran penulis untuk pemerintah dan sektor terkait antara lain:
Pemerintah perlu melakukan sosialisasi dan memberikan edukasi kepada
masyarakat mengenai aturan dan kebijakan tentang Program Inisiasi
Menyusu Dini (IMD). Selain itu, penerapan perundang undangan mengenai
Program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan Baby-friendly Hospital Initiative
harus dilaksanakan dan diimplementasikan di seluruh institusi pelayanan
kesehatan sehingga tujuan program tercapai secara optimal.
2. Saran penulis untuk masyarakat adalah :
Masyarakat perlu memahami dan memiliki kesadaran untuk melaksanakan
Program Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Selain itu kader kesehatan perlu
memberikan fokusnya pada pendampingan Ibu hamil saat mendapatkan
edukasi mengenai Program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) guna
mempersiapkan pelaksanaan IMD pasca persalinan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Visi dan Arah Pembangunan Jangka Panjang (PJP) tahun 2005-2025, Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional 142 (2005).
https://www.bappenas.go.id/files/1814/2057/0437/RPJP_2005-2025.pdf
Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 11 Tahun 2019
Tentang Pemutakhiran Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2020, Pub. L.
No. 11, 211 (2019).
BKKBN, BPS, KEMENKES, & USAID. (2018). Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia 2017.
Peraturan Bupati Klaten Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan Program
Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu Eksklusif, Pub. L. No. 12, 1
(2013).
Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 6 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Inisiasi
Menyusu Dini dan Air Susu Ibu Eksklusif, Pub. L. No. 6 (2019).
Edmond, K. M., Zandoh, C., Quigley, M. A., Amenga-etego, S., Owusu-agyei, S.,
& Kirkwood, B. R. (2006). Delayed Breastfeeding Initiation Increases
Risk of Neonatal Mortality. PEDIATRIC, 117(3), 1–9.
https://doi.org/10.1542/peds.2005-1496
Fikawati, S., & Syafiq, A. (2010). Kajian Implementasi dan Kebijakan Air Susu Ibu
Eksklusif dan Inisiasi Menyusu Dini di Indonesia. MAKARA,
KESEHATAN, 14(1), 17–24.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Laporan Nasional Riskesdas
2018. In Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Issue 9).
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Pokok Pokok Renstra
Kemenkes 2020-2024. 40.
Lekunaung, S. H., Asrifuddin, A., & Raule, J. (2019). Analisis Kebijakan
Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Di
Puskesmas Essang Kabupaten Talaud. Jurnal KESMAS, 8(7), 1–8.
Murti, N. N., & Hendriani, D. (2017). IMD dan Laktasi. Mahakam Midwifery
Journal, 2(1), 33–45.
Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 - 2015, Pub. L. No.
17, 4 (2007).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 Tentang
Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif, Pub. L. No. 33, 1 (2012).
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2019 Tentang Rencana
Kerja Pemerintah Tahun 2020, 1 (2019).

10
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2020 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024, Pub. L. No.
18, 2278 (2020).
http://www2.pom.go.id/public/hukum_perundangan/pdf/Pengamanan
rokok bagi kesehatan.pdf
Sholikah, B. M. (2018). Hubungan Penolong Persalinan, Inisiasi Menyusu Dini dan
Dukungan Petugas Kesehatan dengan Perilaku Ibu Dalam Pemberian ASI
Eksklusif. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 3(2), 6–12.
https://doi.org/10.30651/jkm.v3i2.1755
SIMAMORA, Z. A. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan
Inisiasi Menyusu Dini (IMd) Di Desa Sukaraya Kecamatan Pancur Batu
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2018 (Issue Inisiasi Menyusu Dini)
[Politeknik Kesehatan Kemenkes RI]. http://repo.poltekkes-
medan.ac.id/jspui/handle/123456789/634
UNICEF, & WHO. (2009). Baby-Friendly Hospital Initiative Revised Updated And
Expanded for Integrated Care. UNICEF/WHO.

11

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai