Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN INISIASI MENYUSU DINI

PADA BAYI NY.F DI RUANG PONEK RUMAH SAKIT


ABDOEL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Pendidikan Profesi Bidan

Disusun Oleh :
GRATIA ESTHER HENDY NOVYANTI
NIM. 23083017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan
pendahuluan mengenai “Asuhan Kebidanan Persalinan Inisiasi Menyusu Dini
Pada bayi Ny.F di Ruang Ponek Rumah Sakit Abdoel Wahab Sjahranie
Samarinda”.
Dalam penyusunan laporan pendahuluan ini penulis mengalami beberapa
hambatan dan kesulitan, namun atas bantuan serta bimbingan dari beberapa pihak
laporan pendahuluan ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan laporan pendahuluan ini.
Dalam hal ini menyadari di dalam laporan pendahuluan ini mungkin
terdapat kesalahan-kesalahan, Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat
saya harapkan untuk hasil yang lebih baik. Harapan saya semoga laporan
pendahulua mengenai “Asuhan Kebidanan Persalinan Inisiasi Menyusu Dini Pada
Bayi Ny.F di Ruang Ponek Rumah Sakit Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda”.ini
dapat bermanfaat terutama bagi saya dan untuk semua orang yang membaca.

Samarinda, 29 Januari 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4

A. Latar Belakang.......................................................................................................4

B. Tujuan....................................................................................................................5

C. Manfaat..................................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................6

A. Definisi Inisiasi Menyusu Dini (IMD)...................................................................6

B. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini..............................................................................7

C. Indikator Keberhasilan IMD...................................................................................8

D. Kontraindikator Keberhasilan IMD........................................................................9

E. Tatalaksana IMD..................................................................................................10

BAB III TINJAUAN KASUS........................................................................................13

BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................................18

BAB V KESIMPULAN..................................................................................................24

A. Kesimpulan..........................................................................................................24

B. Saran....................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang paling baik bagi bayi. ASI
memiliki kandungan zat gizi ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan
bayi (Izzatun & Ella, 2022). Menurut Global Strategy for Infant and Young Child
Feeding, WHO merekomendasikan agar bayi disusui secara eksklusif sampai usia
enam bulan. ASI eksklusif yaitu pemberian ASI saja sejak bayi lahir hingga usia
enam bulan tanpa pemberian makanan atau minuman tambahan lainnya, termasuk
air (WHO & UNICEF, 2021). Berbagai penelitian telah menuunjukan manfaat
ASI dan ASI ekslusif bagi bayi dan masa depannya. Anak-anak yang disusui
dalam periode yang lama memiliki angka morbiditas dan mortalitas infeksi yang
lebih rendah, serta memiliki kecerdasan yang lebih tinggi daripada mereka yang
disusui dalam periode yang lebih singkat atau tidak disusui (Izzatun & Ella,
2022).

Protokol evidence-based yang baru telah diperbaharui oleh WHO dan


UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama yang menyatakan
bahwa bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan ibunya segera setelah lahir
selama paling sedikit satu jam, yang kedua bayi harus dibiarkan untuk melakukan
inisiasi menyusu dini dan ibu dapat mengenal bahwa bayinya siap untuk menyusu
serta memberi bantuan jika diperlukan, dan yang ketiga menunda semua prosedur
lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru lahir hingga inisiasi menyusu
selesai dilakukan, prosedur tersebut seperti memandikan, menimbang, pemberian
vitamin K, salep mata, dan lain- lain (Juliana, 2020).

Inisiasi menyusu dini merupakan program yang sedang dianjurkan


pemerintah pada bayi baru lahir untuk segera menyusu pada ibunya dengan cara
meletakkan bayi pada dada ibu, dan dibiarkan merayap untuk mencari puting
susunya sendiri. Untuk melakukan program ini, harus dilakukan langsung setelah
lahir, tidak boleh ditunda dengan kegiatan menimbang, mengukur bayi atau
kegiatan yang lainnya. Proses inisiasi menyusu dini antara ibu dan bayi dapat

4
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi karena sangat
bermanfaat merangsang pengeluaran oksitosin sehingga membantu involusi
uterus, serta membantu percepatan pengeluaran. Selain bermanfaat untuk ibu,
inisiasi menyusu dini juga sangat bermanfaat bagi bayi karena dapat terhindar dari
hipotermi (kedinginan) dan memperkuat bounding attachment ibu dan bayi. Selain
itu juga, bayi memperoleh bakteri tak berbahaya dari ibu, menjadikannya lebih
kebal dari bakteri lain di lingkungan (Ranny, 2023).

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, persentase


tertinggi proses mulai menyusu pada anak umur 0-23 bulan adalah pada 1-6 jam
(35,2%). Proses mulai menyusu pada satu jam pertama setelah lahir/IMD hanya
34,5%. IMD mengalami peningkatan pada tahun 2018. Berdasarkan hasil
Riskesdas tahun 2018, proporsi IMD pada anak umur 0-23 bulan adalah 58,2%.
Dari proporsi ini, yang melakukan IMD ≥ 1 jam hanya 15,9%. IMD dapat
menyelamatkan 22% dari bayi yang meninggal sebelum usia 1 bulan. Selain itu,
dengan melakukan IMD, pemberian ASI ekslusif terlaksana dan lama menyusui
lebih panjang sehingga kebutuhan gizi bayi terpenuhi. Jika bayi dapat menyusu 1
jam pertama setelah kelahiran dapat menyelamatkan 22% bayi dan jika menyusu
pada hari pertama akan menyelamatkan 16% bayi. Jadi, bayi akan meningkat
spesifik jika permulaan menyusu ditinggalkan (Juliana, 2020).

B. Tujuan
A. Tujuan Umum
Untuk engetahui gambaran inisiasi menyusu dini
B. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran inisiasi menyusu dini
b. Untuk mencegah hipotermi
c. Untuk merangsang hormon oksitosin

C. Manfaat
Menciptakan bounding attachment antara ibu dan bayi

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


Inisiasi menyusu dini (IMD) yaitu salah satu kegiatan pemberian air susu
ibu (ASI), awalan untuk melaksanakan pemberian ASI ekslusi manfaat nya begitu
luas.(Barus, 2021). IMD adalah proses bayi mencari puting ibu dan menyusu
sendiri segera pasca persalinan dengan lama waktu paling cepat satu jam baik
keadaan ibu serta bayi stabil,tidak membutuhkan aksi medis selama satu jam.
IMD memiliki macam manfaat baik untuk ibu serta bayi(Nufra & Rahmita, 2020).

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) (early initiation) atau permulaan menyusu


dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Bayi manusia seperti
juga mamalia lain mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri. Asalkan
dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam
segera setelah lahir. Cara bayi melakukan Inisiasi Menyusu Dini ini dinamakan
the breast crawl atau merangkak mencari payudara. Hasil penelitian menunjukan
bahwa hubungan lamanya menyusui dilihat dari kontak antara ibu dan bayi. Bayi
diberi kesempatan menyusu dalam satu jam pertama kelahiran dengan dibiarkan
kontak kulit ke kulit ibu. (Aprilla, 2020)

Untuk upaya mencegah terjadinya gangguan tumbuh kembang bayi maka


dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sebagai faktor yang menentukan
keberhasilan ASI eksklusif. Dampak tidak melakukan inisiasi menyusu dini
terhadap bayi terjadinya penyakit - penyakit yang berisiko kematian tinggi.
Misalnya kanker saraf, leukimia, dan beberapa penyakit lainnya karena
meningkatkan daya tahan tubuh si bayi. Tidak hanya itu, Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) juga dinyatakan dapat menekan Angka Kematian Bayi (AKB) baru lahir
hingga mencapai 22%.

Keberhasilan pemberian ASI ekslusif berawal dari terlaksananya proses


Inisiasi Menyusu Dini (IMD) secara optimal. Disamping menjadi titik awal

6
keberhasilan ASI Eksklusif, Inisiasi Menyusu Dini (IMD) memiliki banyak
manfaat bagi ibu yaitu saat sentuhan, hisapan, dan jilatan bayi pada puting ibu
selama proses Inisiasi Menyusu Dini (IMD) akan merangsang keluarnya hormon
oksitosin yang menyebabkan rahim berkontraksi sehingga membantu pengeluaran
plasenta dan mengurangi perdarahan pada ibu (Mawaddah, 2018).

B. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini


Menurut Dinas Kesehatan (2022) manfaat IMD yaitu :
1. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat. Kulit ibu akan menyesuaikan
suhunya dengan kebutuhan bayi. Kehangatan saat menyusu menurunkan
risiko kematian karena hypothermia (kedinginan).
2. Ibu dan bayi merasa lebih tenang, sehingga membantu pernafasan dan detak
jantung bayi lebih stabil. Dengan demikian, bayi akan lebih jarang rewel
sehingga mengurangi pemakaian energi.
3. Bayi memperoleh bakteri tak berbahaya (bakteri baik) yang ada antinya di
ASI ibu. Bakteri baik ini akan membuat koloni di usus dan kulit bayi untuk
menyaingi bakteri yang lebih ganas dari lingkungan.
4. Bayi mendapatkan kolostrum (ASI pertama), cairan berharga yang kaya akan
antibodi (zat kekebalan tubuh) dan zat penting lainnya yang penting untuk
pertumbuhan usus. Usus bayi ketika dilahirkan masih sangat muda, tidak siap
untuk mengolah asupan makanan.
5. Antibodi dalam ASI penting demi ketahanan terhadap infeksi, sehingga
menjamin kelangsungan hidup sang bayI
6. ayi memperoleh ASI (makanan awal) yang tidak mengganggu pertumbuhan,
fungsi usus, dan alergi. Makanan lain selain ASI mengandung protein yang
bukan protein manusia (misalnya susu hewan), yang tidak dapat dicerna
dengan baik oleh usus bayi.
7. Bayi yang diberikan mulai menyusu dini akan lebih berhasil menyusu ASI
eksklusif dan mempertahankan menyusu setelah 6 bulan.
8. Sentuhan, kuluman/emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu akan merangsang
keluarnyaoksitosin yang penting karena menyebabkan rahim berkontraksi
membantu mengeluarkan plasenta dan mengurangi perdarahan ibu,

7
merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang, rileks, dan
mencintai bayi, lebih kuat menahan sakit/nyeri (karena hormon meningkatkan
ambang nyeri), dan timbul rasa sukacita/Bahagia, merangsang pengaliran ASI
dari payudara, sehingga ASI matang (yang berwarna putih) dapat lebih cepat
keluar

C. Indikator Keberhasilan IMD


Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) pada ibu pasca persalinan diantaranya adalah berhubungan
dengan tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan tempat melahirkan, peran ibunya dan
peran dukungan keluarga, media informasi serta kondisi bayi baru lahir (Reni
Nofita, 2020).

a. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang Dianjurkan


Langkah – langkah melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang dianjurkan :
1. Begitu lahir, bayi diletakan di perut ibu yang sudah dialasikan kain kering.
2. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua
tanganya.
3. Tali pusat dipotong lalu diikat.
4. Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak
dibersihkan karena zat ini membuat nyaman bayi.
5. Tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu
dengan kontak kulit dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama – sama
b. Proses bayi merangkak mencari payudara
Bayi baru lahir segera dikeringkan dan diletakan di perut ibu dengan
kontak kulit ke kulit dan tidak dipisahkan dari ibunya setidaknya satu jam,
semua bayi akan melalui lima tahapan perilaku (pre-feeding behavior) sebelum
ia berhasil menyusui.
1. Dalam 30 menit pertama stadium istirahat/diam dalam keadaan siaga
(rest/quite alert stage). Bayi diam tidak bergerak. Sesekali matanya terbuka
lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan
penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke keadaan di luar
kandungan. Bonding (hubungan kasih sayang) ini merupakan dasar

8
pertumbuhan bayi dalam suasna aman. Hal ini meningkatkan kepercayaan
diri ibu terhadap kemampuan menyusui dan mendidik bayinya.
Kepercayaan diri ayah pun menjadi bagian keberhasilan menyusui dan
mendidik anak bersama – sama ibu
2. Antara 30 – 40 menit mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau
minum, mencium, dan menjilat tangan. Bayi mencium dan merasakan
cairan ketuban yang ada di tangannya. Bau dan rasa ini akan membimbing
bayi untuk menemukan payudarah dan putting susu ibu.
3. Mengeluarkan air liur. Saat menyadari bahwa ada makanan disekitarnya,
bayi mulai mengkuarkan air liurnya.
4. Bayi mulai bergerak ke arah payudara. Areola (kalangan payudara)
sebagai sasaran, dengan kaki menekan perut ibu. Ia menjilat - jilat kulit
ibu, menghentak - hentakkan kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan kiri,
serta menyentuh dan meremas daerah sekitar puting susu dengan
tangannya.
5. Menemukan, menjilat, menghisap putting, membuka mulut lebar dan
melekat dengan baik

D. Kontraindikator Keberhasilan IMD


Menurut Giyan (2021) ada faktor-faktor yang dapat menghambat Inisasi
Menyusu Dini (IMD) baik pada persalinan normal maupun pada persalinan sectio
caesarea.
1. Faktor-faktor yang menghambat Inisasi Menyusu Dini (IMD) pada persalinan
normal, yaitu :
a. Pada persalinan normal, diharapkan agar setiap ibu dapat mencapai
keberhasilan, mampu melaksanakan program Inisasi Menyusu Dini
(IMD) tidak lebih dari satu jam.
b. Beberapa ibu yang mengeluhkan bermacam hal dapat menghambat
keberhasilan Inisasi Menyusu Dini (IMD).
2. Beberapa hal yang dapat menghambat keberhasilan program Inisasi Menyusu
Dini (IMD) pada pasien dengan persalinan normal tersebut, antara lain :

9
a. Kondisi ibu yang masih lemah (bagi ibu post-partum normal, dalam
kondisi kelemahan ini, ibu tidak mampu untuk melakukan program IMD)
b. Ibu lebih cenderung suka untuk beristirahat saja daripada harus kesulitan
membantu membimbing anaknya untuk berhasil melakukan program
IMD.
3. Faktor-faktor yang menghambat Inisasi Menyusu Dini (IMD) pada persalinan
sectio caesarea, yaitu :
a. Rooming-in (Rawat Gabung).
b. . Kondisi sayatan di perut ibu. Pada pasien caesar, dimana terdapat sayatan
di perut, ibu cenderung masih mengeluhkan sakit pada daerah sayatan dan
jahitan di perut, sehingga ibu memilih untuk istirahat, dahulu, dan
memulihkan kondisinya yang lemas sebelum memberikan Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) pada bayinya. Oleh karena itu, pada pasien dengan persalinan
caesar, ibu baru bisa berhasil memberikan ASI pertamanya kepada bayi
setelah lebih dari satu jam pasca melahirkan.
c. Kondisi kelemahan akibat pengaruh anestesi yang diberikan sebelumnya

E. Tatalaksana IMD
1. Pada Partus Spontan (DinKes, 2022)
a. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu dikamar bersalin.
b. Dalam menolong ibu melahirkan disarankan untuk mengurangi / tidak
menggunakan obat kimiawi
c. Bayi lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama kepala,
kecuali tangannya; tanpa menghilangkan vernix Mulut dan hidung bayi
dibersihkan, talipusat diikat.
d. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, Bayi di tengkurapkan di dada-
perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi
puting susu. Keduanya diselimuti. Bayi dapat diberi topi.
e. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi. Biarkan bayi
mencari puting sendiri.
f. Ibu didukung dan dibantu mengenali perilaku bayi sebelum menyusu.

10
g. Biarkan kulit kedua bayi bersentuhan dengan kulit ibu selama paling
tidak satu jam; bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, tetap biarkan
kulit ibu – bayi bersentuhan sampai setidaknya 1 jam.
h. Bila dalam 1 jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu
dengan mendekatkan bayi ke puting tapi jangan memasukkan puting ke
mulut bayi. Beri waktu kulit melekat pada kulit 30 menit atau 1 jam lagi.
i. Setelah setidaknya melekat kulit ibu dan kulit bayi setidaknya 1 jam atau
selesai menyusu awal, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang, diukur,
dicap, diberi vit K.
j. Rawat gabung bayi : Ibu – bayi dirawat dalam satu kamar, dalam
jangkauan ibu selama 24 jam.
k. Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi
medis. Tidak diberi dot atau empeng.
2. IMD Pada Post Sectio Caesaria (DinKes, 2022)
a. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu dikamar operasi atau
dikamar pemulihan.
b. Begitu lahir diletakkan di meja resusitasi untuk dinilai dikeringkan
secepatnya terutama kepala tanpa menghilangkan vernix ; kecuali
tangannya. Dibersihkan mulut dan hidung bayi, talipusat diikat.
c. Kalau bayi tak perlu diresusitasi; bayi dibedong, dibawa ke ibu.
Diperlihatkan kelaminnya pada ibu kemudian mencium ibu.
d. Tengkurapkan bayi didada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu.
Kaki bayi agak sedikit serong/melintang menghindari sayatan operasi.
Bayi dan ibu diselimuti. Bayi diberi topi.
e. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi mendekati puting.
Biarkan bayi mencari puting sendiri.
f. Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu paling tidak selama satu
jam, bila menyusu awal selesai sebelum 1 jam; tetap kontak kulit ibu-
bayi selama setidaknya 1 jam.
g. Bila bayi menunjukan kesiapan untuk minum, bantu ibu dengan
mendekatkan bayi ke puting tapi tidak memasukkan puting ke mulut

11
bayi. Bila dalam 1 jam belum bisa menemukan puting ibu, beri
tambahan waktu melekat padadada ibu, 30 menit atau 1 jam lagi.
h. Bila operasi telah selesai, ibu dapat dibersihkan dengan bayi tetap
melekat didadanya dan dipeluk erat oleh ibu.Kemudian ibu dipindahkan
dari meja operasi ke ruang pulih (RR) dengan bayi tetap didadanya.
i. Bila ayah tidak dapat menyertai ibu di kamar operasi, diusulkan untuk
mendampingi ibu dan mendoakan anaknya saat di kamar pulih.
j. Rawat gabung: Ibu – bayi dirawat dalam satu kamar, bayi dalam
jangkauan ibu selama 24 jam. Berikan ASI saja tanpa minuman atau
makanan lain kecuali atas indikasi medis. Tidak diberi dot atau empeng

12
13
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR INISIASI MENYUSU


DINI PADA BAYI NY. F DI RUANG PONEK RUMAH SAKIT ABDEL
WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA

NO. REGISTER : 01.93.84.XX


MASUK RS TANGGAL, JAM : 30 Januari 2024 / 01.20 WITA
DIRAWT DI RUANG : IGD Ponek

Biodata
Nama Bayi : Bayi Ny.F JK : Perempuan
PBL : 47 CM BBL : 2.940 gram
Ibu Suami
Nama : Ny. F Tn. I
Umur : 43 Tahun 45 Tahun
Agama : Islam Islam
Suku/bangsa : Banjar Banjar
Pendidikan : SD SD
Pekerjaan : Buruh Sawit Swasta
Alamat : Jl. Murung Panti Hulu RT. 04
No. Telpon/HP: 081258483XX

DATA SUBJEKTIF
1. Riwayat Antenatal
G10P6A4 umur kehamilan 39 minggu
Riwayat ANC : teratur/tidak, 6 kali, di PMB oleh bidan
Kenaikan BB : 15 kg

13
Keluhan saat hamil : Ibu mengatakan tidak mengalami keluhan selama
hamil
Penyakit selama hamil : Ibu mengatakan tidak mengalami penyakit selama
hamil
Kebiasaan makan : Ibu mengatakan makan sehari 3 kali porsi normal
Obat / Jamu : Ibu mengatakan tidak minum obat / jamu
Merokok : Ibu mengatakan tidak merokok
Komplikasi ibu : Tidak terdapat komplikasi pada ibu
Janin : Tidak terjadi komplikasi pada janin
2. Riwayat Intranatal
Baru lahir tanggal 30 januari 2024 jam 17.29 wita
Jenis persalinan : spontan / tindakan
Penolong : Bidan di IGD Ponek
Lama persalinan : Kala I 2 jam 20 menit
Kala II 0 jam 6 menit
Komplikasi
a. Ibu : Tidak terdapat komplikasi
b. Janin : Tidak terdapat komplikasi
3. Keadaan bayi baru lahir
BB/PB lahir : 2.940 gram / 47 cm
Nilai APGAR : 1 menit / 5 menit / 10 menit : 10/10/10

No Kretia 1 menit 5 menit 10 menit


1 Denyut Jantung 2 2 2
2 Usaha Nafas 2 2 2
3 Tonus Otot 1 2 2
4 Reflek 1 1 2
5 Warna Kulit 2 2 2
TOTAL 8 9 10
Caput succedaneum : Tidak terdapat pembengkakan
Cepal haematoma : Tidak terdapat pembengkakan
Cacat bawaan : Tidak terdapat cacat bawaan
Resusitasi : Ransangan : tidak

14
Pengisapan Lendir : ya
Ambu bag : tidak
Massase Jantung : tidak
Intubasi endotracheal : tidak
O2 : tidak

DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Pernafasan : 46 kali/menit
b. Warna kulit : kemerahan
c. Denyut jantung : 146 kali/menit
d. Suhu Aksiler : 37.2oC
e. Postur dan Gerakan : Dalam keadaan istirahat kepalan tangan longgar,
lengan, panggul, lutut semi fleksi
f. Tonus otot / tingkat : Tonus otot baik / 5
g. Kesadaran : Composmentis (bayi menangis kuat)
h. Ekstremitas : Simetris, jari lengkap, tidak terdapat sindaktil /
Polidaktil
i. Kulit : Kemerahan
j. Tali Pusat : Tidak ada perdarahan, segar
k. BB sekarang : 2.940 gram
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Bentuk simetris
b. Mata : Strabismus (-), perdarahan konjungtiva (-)
c. Telinga : Simetris, bentuk normal
d. Hidung : Tidak ada cuping hidung
e. Mulut : Tidak terdapat labiopalaokizis
f. Leher : Tidak terdapat pembengkakan kelenjar tiroid /
vena
Junggularis
g. Klavikula : Tidak terdapat fraktus klavikula
h. Lengan tangan : Simetris, tidak terdapat sindaktil / polidaktil

15
i. Dada : Putting simetris, tidak terdapat retraksi
j. Abdomen : Tidak terdapat perdarahan tali pusat / penonjolan
sekitar tali pusat
k. Genetalia : Vagina berlubang, uretra berlubang, labia mayora
menutupi labio minora
l. Tungkai dan kaki : Simetris, Gerakan ktif, jumlah jari lengkap
m. Anus : Anus berlubang
n. Punggung : Tidak ada pembengkakan atau cekungan
3. Reflek : Moro : Positif
Rooting : Positif
Walking : Positif
Graphs : Positif
Sucking : Positif
Tonicneck : Positif
4. Antropometri : PB : 47 cm
LK : 33 cm
LD : 31 cm
LILA : 11 cm
5. Eliminasi : Miksi : Positif
Mekonium : Positif
6. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan

ASSESMENT
1. Diagnosa Kebidanan
Bayi Ny. F umur 0 jam cukup bulan sesuai masa kehamilan
2. Masalah
Resiko Hipotermi
3. Kebutuhan
Management Termoregulasi
4. Diagnosa Potensial
Tidak ada

16
5. Masalah Potensial
Tidak ada

6. Kebutuhan Tindakan Segera Berdasarkan Kondisi Klien


a. Mandiri
Inisiasi menyusu dini
b. Kolaborasi
DPJP dr.Sp.A
c. Merujuk
Tidak dilakukan

PLANNING
Tanggal 30 Januari 2024 jam
JAM EMPLEMENTASI EVALUASI

Apperance : 2, Pulse : 2, Grimace : 2,


Menilai sepintas kondisi
17.29 Activity : 2, Respiration : 2. Bayi Ny.F
bayi
dalam kondisi bugar

Melakukan inisiasi Bayi Ny.F dapat menemukan putting susu.


17.30 menyusu dini (IMD) reflek rooting positif, reflek sucking
selama 1 jam positif, reflek walking positif.

Bayi Ny. F, jenis kelamin Perempuan, BB :


Melakukan pemeriksaan 2940 gram, PB : 47 cm, T : 37.2, RR :
18.30 fisik, vital sign, dan 46x/mnt, N : 146x/mnt. Tidak terdapat
antropometri cacat bawaan.
Ibu mengerti kondisi bayi saat ini

Vitamin K diberikan di paha kiri bayi


18.45 Pemberian vitamin K
secara intramuscular, dengan dosis 0,5 mg

17
Salep mata (Reco Chloramphenicol)
18.46 Pemberian salep mata
diberikan pada kedua ma bayi Ny.F

Melakukan management Bayi Ny.F berada dalam incubator yang


18.47
termoregulasi bersuhu 34.2oC

Bayi Ny. F, T : 37.5, RR : 48 x/mnt, N :


20.00 Vital Sign
148x/mnt

20.10 Merencanakan perawatan


Bayi rawat gabung dengan ibu
gabung

Preseptor Klinik Preseptor Institusi 30 Januari 2024


Mahasiswi

Anis Indah Putri S.ST Hestri Norhapifah, SST., M. Keb Gratia Esther Hendy Novyant

NIP : 198703172011012002 NIDN : 1129059002 NIM : 23083017

18
19
BAB IV

PEMBAHASAN

Pembahasan merupakan suatu bagian dari laporan kasus yang membahas


mengenai hubungan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus. Kasus diatas
merupakan pengkajian data pada bayi Ny.F dengan persalinan normal dengan
menggunakan tahap-tahap manajemen asuhan kebidanan SOAP yang meliputi
pengkajian data subjektif, data objektif, assessment dan planning (termasuk
pendokumentasian implementasi dan evaluasi). Pada data subjektif bayi Ny.F usia
42 tahun G10P5A4 usia kehamilan 38 minggu, ini merupakan anak kesepuluh,
pernah keguguran. Ibu melahirkan normal pada tanggal 30 Januari 2024 jam
17.29 WITA secara spontan jenis kelamin Perempuan, berat badan lahir 2940
gram dan panjang badan 47cm. Lama persalinan kala I selama 2 jam 20 menit dan
persalinan kala II selama 6 menit tanpa komplikasi.

Penilaian segera setelah proses persalinan, lakukan penilaian awal pada


bayi baru lahir yang berupa kondisi pernafasan bayi, gerakan aktif bayi, dan
warna kulit bayi. Pada saat lahir, kulit bayi yang baru lahir dapat menunjukkan
berbagai warna, tekstur dan tanda, yang banyak diantaranya akan hilang dengan
sendirinya. Kulit bayi yang sangat halus terlihat merah kehitaman karena tipis,
dan lapisan lemak subkutan belum melapisi kapiler. Kemerahan ini tetap terlihat
pada kulit sekalipun ketika bayi menangis, kulit akan terlihat lebih kemerahan
(Zenith, 2021). Penilaian APGAR pada bayi Ny.F didapatkan skor 9 pada 1 menit
pertama dan dilakukan tindakan resusitasi awal kelahiran yaitu pengisapan lender.
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 sampai 42
minggu dan berat badan lahir 2500-4000 gram (Zenith, 2021). Berdasarkan usia
kehamilan Ny.F saat persalinan yaitu 38 minggu dan berat badan lahir 2940 gram,
maka sesuai dengan teori dimana usia kehamilan 37-42 minggu termasuk aterm
atau cukup bulan. dapat disimpulkan bayi Ny.F cukup bulan.

Inisiasi menyusu dini (IMD) dilakukan pada pukul 17.31 WITA selama 60
menit, bayi telah berhasil menyusu pada menit ke 15 dan bayi sudah bisa menyusu
dengan baik. Memulai menyusu dini akan mengurangi 22% kematian bayi berusia

18
28 hari ke bawah, meningkatkan keberhasilan menyusui secara eksklusif dan
lamanya bayi disusui, merangsang produksi ASI, memperkuat refleks menghisap
bayi refleks menghisap awal pada bayi paling kuat dalam beberapa jam pertama
setelah lahir. Berdasarkan uraian teori melakukan inisiasi menyusu bayi pada 1
jam pertama dan berhasil pada menit ke 7 dan bayi sudah dapat menyusu, hal ini
sesuai dengan teori refleks menghisap bayi paling kuat dalam beberapa jam
pertama setelah lahir. (Zenith, 2021).

Pada data objektif dilakukan pengkajian pada bayi Ny.F. Didapatkan


tanda-tanda vital dalam keadaan normal, yaitu laju jantung : 146x/m, laju nafas :
46x/m, S : 37.2oC pada pemriksaan antropometri didapatkan BB 2940 gram, PB
47 cm, lingkar kepala : 33 cm, lingkar dada : 31 cm, lingkar lengan : 11 cm.
Menurut Zenith (2021) pengukuran pengukuran lingkar kepala yang dalam
keadaan normal berkisar 32 - 37 cm, lingkar dada 34 - 36 cm, panjang badan 45 -
53 cm, berat badan bayi 2500 - 4000 gram. Suhu bayi dalam keadaan normal
berkisar antara 36,5 -37,5˚C. Denyut nadi bayi yang normal berkisar 120 -140 kali
permenit. Pernafasannya bervariasi dari 40 sampai 60 kali permenit.

Dari hasil pemeriksaan fisik secara sistematis pada kepala bayi Ny.F
ditemukan bentuk proposional, rambut tebal, tidak ada moulage, tidak ada
benjolan, cekungan atau kelainan lainnya. Pemeriksaan fisik secara sistematis
pada bayi baru lahir Kepala teraba sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah
ukuran dan tampilannya normal. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering
terlihat tulang kepala tumpang tindih yang disebut moulding atau moulase.
Fontanel anterior harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi akibat
prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada
mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkan peningkatan tekanan
intakranial, sedangkan yang cekung dapat terjadi akibat dehidrasi. Perhatikan
adanya kelainan congenital seperti anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan
sebagainya.

Pada pemeriksaan telinga bayi ditemukan hasil yaitu telinga Simetris,


terletak sejajar dengan sudut mata, daun telinga elastis, terdapat lubang telinga,
tidak ada pengeluaran cairan abnormal. Pada telinga Periksa dan pastikan jumlah,

19
bentuk dan posisinya pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang. Daun
telinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas dibagian atas.
Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears)
terdapat pada bayi yang mengalami sindrom tertentu (Pierre-robin). Hal ini sesuai
dengan teori dimana telinga Simetris, terletak sejajar dengan sudut mata, daun
telinga elastis, terdapat lubang telinga, tidak ada pengeluaran cairan abnormal,
tidak terdapat kelainan pada telinga bayi. Hal ini dapat disimpulkan tidak
ditemukan kelainan pada telinga bayi.

Pada mata ditemukan hasil Simetris, sclera putih, tidak terdapat tanda
infeksi, reflex berkedip dan refleks cahaya positif, tidak ada kelainan. Pada mata
periksa mulanya akan tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai kekeruhan
pada kornea. Katarak congenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih.
Pupil harus tampak bulat. Hal ini sesuai dengan teori dimana pada mata
ditemukan mata Simetris, sclera putih, tidak terdapat tanda infeksi, refleks
berkedip dan refleks cahaya positif, tidak ada kelainan pada mata bayi

Pada Hidung terdapat septum ditengah, terdapat dua lubang hidung,


bersih, tidak ada kelainan, tidak ada pernapasan cuping hidung. Bibir tidak ada
kelainan, berwarna kemerahan, tidak ada palatoskiziz maupun labioskizis, lidah
bersih, mukosa lembab, gusi kemerahan, refleks mencari positif, refleks
menghisap positif, dan refleks menelan positif. Hidung atau mulut Bibir bayi baru
lahir harus kemerahan dan lidahnya harus rata dan simetris bibir dipastikan tidak
adanya sumbing dan langit-langit harus tertutup. Refleks hisap bayi harus bagus,
dan berespon terhadap rangsangan. Bayi harus bernafas dengan hidung, jika
melalui mulut harus diperhatikan kemungkinan adanya obstruksi jalan nafas
karena atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang
menonjol ke nasofaring. Tidak terdapat kelainan pada hidung, hidung terdapat
septum ditengah, terdapat dua lubang hidung, bersih, tidak ada kelainan, tidak ada
pernapasan cuping hidung dan pada mulut bayi, refleks mencari, menghisap dan
menelan pun baik.

Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan pada bayi dengan hasil yaitu tidak
teraba benjolan, tidak bengkak pada leher bayi, pergerakan baik, dan tidak ada

20
pembesaran pada kelenjar tiroid dan vena jugularis. Pada leher pergerakannya
harus baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan
tulang leher Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan
pada fleksus brakhialis lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya
pembengkakan. Periksa adanya pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis.
Tidak ada kesenjangan antara teori dengan pemeriksaan leher bayi di dapatkan
dengan hasil yaitu tidak teraba benjolan dan tidak bengkak pada leher bayi hal ini
sesuai dengan teori.

Pada pemeriksaan dada ditemukan yaitu bentuk dada normal dan simetris,
putting susu kecoklatan dan menonjol, bunyi nafas dan jantung teratur, tidak ada
retraksi dada. Pada dada Kontur dan simetrisitas dada normalnya adalah bulat dan
simetris. Payudara baik pada laki-laki maupun perempuan terlihat
membesar.karena pengaruh hormone wanita dari darah ibu. Periksa kesimetrisan
gerakan dada saat bernafas. Apabila tidak simetris kemungkinan bayi mengalami
pneumotorik, paresis diafragma atau hernia diafragmatika. pernafasan yang
normal dinding dada dan abdomen bergerak secara bersamaan Dari pemeriksaan
dada yang di dapatkan tidak terdapat kelainan pada dada bayi ditemukan dengan
hasil simetris, putting susu menonjol hal ini sesuai dengan teori karena penonjolan
putting susu pengaruh dari hormone ibu.

Pada pemeriksaan abomen bayi ditemukan tidak teraba benjolan, tidak ada
penonjolan umbicalis, tidak ada perdarahan maupun tanda-tanda infeksi pada tali
pusat. Perut Bentuk, penonjolan sekitar tali pusat pada saat menagis, perdarahan
tali pusat. Perut harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan
gerakan dada saat beernafas. Kaji adanya pembengkakan, jika perut sangat cekung
kemungkinan terdapat hernia diafragmatika, perut yang membuncit kemungkinan
karena hepato-splenomegali atau tumor lainnya. Jika perut kembung
kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau duktus
omfaloentriskus persisten. Dari hasil pemeriksaan bayi tidak ditemukan kelainan
maupun masalah pada abdomen hal ini sejalan dengan uraian teori seperti tidak
adanya pembengkakan maupun tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat bayi.

21
Didapatkan hasil pemeriksaan pada genetalia bayi Ny.F yaitu Labia
mayora menutupi labia minora dan terdapat lubang uretra. Labia mayora
normalnya menutupi labia minora dan klitoris. Klitoris normalnya menonjol.
Menstruasi palsu kadang ditemukan, diduga pengaruh hormon ibu disebut juga
psedomenstruasi, normalnya terdapat umbai hymen. Pada pemeriksaan genetalia
bayi berjenis kelamin perempuan yaitu labia mayora yang sudah menutupi labia
minora, dan tidak terdapat kelainan.

Pada pemeriksaan punggung bayi Ny.E tidak ditemukan adanya benjolan


atau cekungan dan tidak terdapat bercak mongol. Periksa spina dengan cara
menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda abnormalitas seperti
pembengkakan atau cekungan, lesung atau bercak kecil berambut yang dapat
menunjukan adanya abnormalitas medulla spinalis atau kolumna vertebrata. Pada
anus terdapat lubang anus ditandai dengan bayi sudah dapat BAB. Dari hasil
pemeriksaan tidak ditemukannya kelainan pada punggung maupun anus bayi hal
ini sejalan dengan teori tidak ada tanda-tanda abnormalis seperti pembengkakan
atau cekungan pada punggung bayi.

Pada pemeriksaan ekstremitas tangan kanan dan kiri simetris, tonus otot
aktif, jumlah jari tangan kanan dan kiri lengkap. Kaki kanan dan kiri simteris,
tonus otot aktif, jumlah jari kaki kanan dan kiri lengkap. Bahu, lengan dan tangan
Gerakan normal, kedua lengan harus bebas gerak, jika gerakan kurang
kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau fraktur. Periksa jumlah jari.
Perhatikan adanya plidaktili atau sidaktili. Telapak tangan harus dapat terbuka,
garis tangan yang hanya satu buah berkaitan dengan abnormalitas kromosom,
seperti trisomy. Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau
tercabut sehingga menimbulkan luka dan perdarahan Pada bahu tidak terdapat
kelainan jumlah jari lengkap, pergerakan aktif hal ini sejalan dengan uraian teori
tidak adanya kerusakan neurogalis atau fraktur pada bahu bayi dan julah jari
tangan dan kaki lengkap.

Dari hasil pemeriksaan reflek-reflek ditemukan pada rooting : Positif.


Mencari sentuhan saat disentuh sudut bibirnya. Refleks sucking : Positif. Bayi
dapat menghisap dengan baik pada saat menyusu. Refleks swallowing : Positif.

22
Bayi dapat menelan dengan baik pada saat menyusu. Refleks graphs : Positif.
Tangan bayi menggenggam saat diberi sentuhan.. Refleks Babinski : Jari-jari
menggenggam lalu fleksi saat disentuh sepanjang tumit hingga jari. Refleks morro
: Positif. Bayi melakukan gerakkan mengangkat kedua tangan dan kaki secara
bersamaan ketika meja digebrak. Pemeriksaan refleks pada bayi dilakukan guna
memeriksa kesehatan neurologi. Yang jika ditemukan salah satu dari refleks yang
diperiksa mengalami kelainan, maka bayi dicurigai mengalami kelainan pada
sistem saraf.

Telah dilakukan upaya menjaga kehangatan pada bayi baru lahir dengan
mengeringkan tubuh bayi. Dilakukan upaya dalam membebaskan jalan nafas
dengan usaha isap lendir menggunakan alat penghisap lendir yaitu suction
dilakukan pada mulut bayi. Mekanisme pengaturan temperature tubuh pada bayi
baru lahir belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan
upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami
hipotermia. Membebaskan Jalan Nafas dengan cara sebagai berikut yaitu,
penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai Alat penghisap
lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya yang steril Bila cairan amnion
yang mengandung meconium terintalasi oleh bayi. Mekonium membantu
pertumbuhan pathogen yang mematikan dalam jalan respirasi, karena meconium
merupakan medium yang baik bagi pertumbuhan bakteri. Bila segera tidak
bersihkan / dihisap dengan baik, maka saat bayi aktif bernafas setelah lahir,
meconium akan tersedot masuk ke jaringan paru, dan bayipun mengalami sesak
nafas.

Maka dapat di simpulkan upaya dalam pencegahan kehilangan panas pada


bayi baru lahir sudah dilakukan sesuai dengan teori. Hal ini dilakukan untuk
mencegah bayi mengalami hipotermia dimana mekanisme pengaturan suhu tubuh
bayi belum berfungsi sempurna. Dilakukannya isap lendir pada bayi hal ini pun
sejalan dengan uraian teori untuk mencegah cairan ketuban yang bercampur
meconium masuk ke dalam paru dan mencegah bayi mengalami sesak nafas

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sudah dilakukan sesuai dengan uraian teori
dimana telah dilakukan segera setelah bayi lahir. Dilakukan selama 60 menit bayi

23
tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung ke kulit ibu dan
bayi telah berhasil menyusu sendiri.

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
1. Pada data subjektif didapatkan bayi Ny.F jenis kelamin Perempuan, pada
tanggal 30 januari 2024 jam 17.29 WITA secara spontan dengan nilai APGAR
10 pada 1 menit pertama. Pada data objektif pemeriksaan umum pada bayi
Ny.H kesadaran umum baik, pemeriksan head to toe tidak terdapat kelainan
dan cacat bawaan, dengan nilai TTV suhu 37.2 oC, denyut jantung 146x/m,
pernafasan 46x/meit, BB 2940 gram, PB 47cm.
2. Pada diagnosa didapatkan bayi Ny.H neonatus cukup bulan sesuai masa
kehamilan dengan keadaan baik
3. Rencana intervensi yang dilakukan yaitu melakukan inisiasi menyusu dini
(IMD) dan pencegahan hipotermi
4. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan asuhan kebidanan pada
bayi Ny.F. Kedua orang tua memahami tujuan dan manfaat IMD. Ibu bersedia
mengikuti KIE yang telah diberikan, ibu bersikap kooperatif dan mampu
memahami penjelasan yang diberikan.

B. Saran
Saran yang dapat penulis berikan kepada semua pihak pada kasus ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Pasien
Diharapkan dapat menambah wawasan keluarga serta orang tua mengenai
inisiasi menyusu dini
2. Bagi bidan

24
Diharapkan dapat memberikan KIE atau penyuluhan mengenai inisiasi
menyusu dini
3. Bagi institusi
Dapat memberikan tambahan sebagai bahan referensi mengenai pengetahuan
inisiasi menyusu dini pada bayi serta dapat menjadi referensi penulis yang
lain untuk melengkapi laporan yang masih kurang.

DAFTAR PUSTAKA

Aprilla, G. G. (2020). Studi Kasus Inisiasi Menyusui Dini (Imd).

Barus, L. (2021). Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pelaksanaan Inisiasi


Menyusu Dini (IMD) Di Puskesmas Hutagalung Kecamatan Parlilitan
Tahun 2020. Journal of Midwifery Senior, 4(1)

Dinkes (2022). Inisiasi Menyusu Dini. Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo

Giyan (2021). Hubungan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Dengan Pemberian ASI
Ekslusif Pada Anak Usia 6-24 bulan di Indonesia. Poltekkes Kemenkes
Bengkulu

Izzatun, N., Ella, N, H. (2022). Inisiasi menyusu dini (IMD) sebagai upaya awal
pemberian ASI ekslusif : scoping review. Jurnal Riset Kebidanan
Indonesia. 6(2). 2615-5621

Juliana, W, W. (2020). Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Sebagai Upaya


Memperlancar Pemberian ASI Ekslusif. Jurnal Medical Science Ilmu
Kesehatan Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang. 10 (2)

Ranny, S (2023). Inisiasi Menyusui Dini. Politeknik Kemenkes Riau

Suriati, I., & Auliah, D. (2019). Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan


Inisiasi Menyusui Dini Pada Ibu Nifas Bersalin Normal. Voice of
Midwifery, 9(1), 833–839.

WHO, & UNICEF. (2021). Indicators for Assessing Infant and Young Child
Feeding Practices. Geneva: World Health Organization.

WHO. (2021). Infant and young child feeding.

Zenith, A, S. (2021). Asuhan Kebidanan Neonatus Pada Bayi Ny.F Neonatus


Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan di RS PMI Kota Bogor. Politeknik
Kesehatan Kemenkes Bandung

25

Anda mungkin juga menyukai