Anda di halaman 1dari 58

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELAUI MEDIA VIDIO TERHADAP

PERILAKU VULVA HYGIENE UNTUK MENCEGAH KEPUTIHAN PADA REMAJA


PUTRI SMPN 1 KUPANG BARAT

PROPOSAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Metodelogi Penelitian Keperawatan

OLEH
EKAWATI RAMBU JATI
171902721

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA
KUPANG
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatnya kami dapat menyelesaikan proposal ini. Penulisan proposal ini dilakukan dalam
ranggka memenuhi salah satu Tugas Metodelogi Penelitian Keperawatan. Penulis menyadari
bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangat sulit bagi kami untuk
menyelesikan proposal ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Ketua Yayasan Maranatha Kupang, Alfriets Sellan.
2. Stefanus Mendes Kiik. S.Kep,Ns.M.Kep.,Sp.Kep.Kom, Selaku Ketua STIKes Maranatha
Kupang .
3. Fance R. Pandie, S.Kep,Ns.,M.Kep Selaku Pembimbing yang telah meluangkan waktu,
Tenaga dan pikiran untuk mengarahkan kelompok kami selama penyusunan proposal.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu.
Kami menyadari bahwa proposal ini masih banyak kekurangan.oleh karena itu, segala masukan,
saran demi perbaikan penulisan proposal ini, kami terima dengan senang hati. Semoga proposal
ini membawa manfaat bagi pengembagan ilmu pengetahuan.

ii
DAFTAR
ISI

Daftar Isi................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................4

1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................4

1.4 Manfaat Penulisan...........................................................................5

1.5 Keaslian penelitian..........................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pendidikan kesehatan.....................................................................10
2.1.1 Pengertian pendidikan kesehatan...............................................10
2.1.2 Tujuan pendidikan kesehatan.....................................................10
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan kesehatan.....11
2.1.4 Metode pendidikan kesehatan....................................................12
2.1.5 Media pendidikan kesehatan.......................................................13
2.1.6 Alat bantu pendidikan kesehatan...............................................15
2.1.7 Langkah-langkah pendidikan kesehatan...................................15
2.1.8 Sasaran pendidikan kesehatan....................................................17
2.2 Konsep Perilaku..............................................................................17
2.2.2 Klasifikasi perilaku......................................................................17
2.2.3 Bentuk perilaku............................................................................18
2.2.4 Faktor perilaku.............................................................................18
2.2.5 Domain perilaku Kesehatan........................................................18
2.3 Konsep Vulva Hygiene....................................................................19
2.3.1 Anatomo fisiologi organ reproduksi wanita..............................19
2.3.3 Pengertian Vulva hygiene............................................................22
2.3.4 Tujuan vulva hygiene...................................................................22
2.3.5 Manfaat.........................................................................................22

iii
2.3.6 Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk memelihara organ genetalia
Eksterna.................................................................................................23
2.3.7 Langkah-langkagh melakukan vulva hygiene...........................23
2.4 Konsep Keputihan...........................................................................24
2.4.1 Pengertian.....................................................................................24
2.4.2 Macam-macam keputihan...........................................................24
2.4.3 Penyebab keputihan.....................................................................25
2.4.4 Mencegah keputihan....................................................................26
2.5 Remaja..............................................................................................28
2.5.1 Pengertian.....................................................................................28
2.5.2 Perkembangan remaja dan ciri-cirinya.....................................28
2.5.3 Tugas-tugas perkembangan remaja...........................................29
2.5.4 Tujuan perkembangan remaja...................................................30
2.5.5 Pembinaan kesehatan reproduksi remaja.................................30
2.6 Kerangka teori.................................................................................31
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka konsep............................................................................32
3.2. Hipotesis penelitian........................................................................33
3.3. Desain penelitian............................................................................33
3.4 Definisi operasional.........................................................................34
3.5 Populasi dan sampel........................................................................35
3.6 Lokasi dan Waktu penelitian.........................................................36
3.7 Instrumen penelitian.......................................................................37
3.8 Etika penelitian................................................................................37
3.9 Prosedur pengumpulan data..........................................................38
3.10 Pengolahan data dan analisis data...............................................39
LAMPIRAN KUISIONER PENELITIAN.........................................43
Daftar Pustaka.......................................................................................47

iv
v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik,
emosi dan psikis. Masa remaja yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa
pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut masa pubertas . Masa remaja
adalah masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa. (Widyastuti, 2009). Pada remaja
Putri masa puber ditetapkan mulai saat ia mendapat haid yang pertama (menareche),
yaitu pada usia sekitar 11-15 tahun.
Masalah yang sering dialami dan paling beresiko menjadi persoalan bagi seorang
remaja putri adalah keputihan (Pradnyandari,Surya, & Aryana, 2019) , Hal ini
dikarenakan remaja putri cenderung belum memahami bagaimana cara merawat organ
kewanitaan dengan baik.
Keputihan merupakan adanya sekret yang keluar atau cairan selain darah
berlebihan dan tidak sewajarnya dari lubang vagina . Keputihan bisa terjadi baik secara
normal (fisiologis) maupun abnormal (patologis) (Sukamto dkk, 2018). Keputihan wajar
ataupun fisiologis ialah siklus fisiologis ialah siklus reproduksi perempuan dengan tipe
pengeluaran di zona reproduksi bercorak putih bening, tidak berbau, rasa gatal ataupun
nyeri , dan keputihan abnormal ataupun dapat diucap dengan patologis adalah keputihan
yang diisyarati dengan beberapa pengeluaran yang banyak , bercorak putih semacam susu
basi, serta kuning atau kehijauan. (Marhaeni, 2016). Keputihan dapat di sertai gatal
diiringi nyeri , serta bau amis atau bau busuk. Keputihan dapat dijauhi dengan metode
penangkalan ialah melindungi kebersihan, semacam membersihkan zona reproduksi,
tidak menggubakan celana ketat, serta senantiasa membersihkan zona reproduksi dari
arah depan ke balik. (Hamid, 2012)
Menurut data World Helath Organozation (WHIO, 2012) angka kejadian
perilaku Personal hygiene saat menstruasi yang buruk sangat besar. Rata-rata lebih dari
50% perempuan disetiap dunia tanpa sadar melaukannya. Dari hasil penelitian di
Amerika persentase kejadian perilaku personal hygiene sekitar 60%, Swedia 72%, Mesir
75%, dan di Inonesia 50%. Data Dinas Kesehatan bahwa jumlah remaja putri yang

1
mengalami hygiene menstruasi yang buruk ialah DKI Jakarta 30,3%, Kota Yogyakarta
13,2%, Nusa Tenggara Barat 12,1%, Nusa Tenggara Timur 8,9%, dan di Bengkulu 2,0%.
Data Survey Kesehatan Rwproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) pada tahun 2010
menunjukan bahwa pada wanita usia 15-24 tahun rentan mengalami keputihan. Hasil
penelitian memperlihatkan kejadian kepiutihan di Indonesia terjadi peningkatan setiap
tahunnya hingga 70% dan didapatkan data sebanyak 50% remaja putri di Indonesiayang
mengalami keputihan (Pradnyandari, Surya, & Aryana, 2019).
Faktor yang menyebabkan terjadinya keputihan adalah bakteri, virus, jamur ,
parasit ataupun kurangnya kebersihan pada alat genetalia terutama vagina, seperti jarang
mengganti celana dalam maupun mengganti pembalut saat menstruasi yang kurang tepat
dan menggunakan celana yang tidak mudah untuk diserap keringat, serta hubungan
seksual yang tidak sehat (Aastuti, Wilyono, & Candrawati, 2018) . Menurut World Healt
Organization (WHO) remaja jarang dalam memperhatikan kebersihan pada organ
genetalia eksternalnya (Abrori et al, 2017). Sahingga dapat menimbulkan masalah pada
kesehatan reproduksinya .
Dampak yang bisa terjadi bila tidak menjaga kebersihan alat reproduksi yaitu bisa
terkena jamur atau kutu yang dapat menyebabkan rasa gatal yang tidak nyaman , mencuci
atau mebersihkan daerah genital dengan air kotor, pemeliharaan yang tidak benar dapat
menyebabkan keputihan yang abnormal dan resiko terjadinya kanker rahim. (Astuti,
Dewi, and Widiastuti 2016). Dampak dari keputihan yang segera diobati dapat berakibat
seperti terjadinya infeksi saluran reproduksi, infeksi menular seksual, radang panggul,
dan salphingitis. Kasus PMS khususnya klamidia terjadi sekitar 6,2% pada remaja usia
15-24 tahun. Perempuan yang mengalami keputihan yang disebakan oleh infeksi berulang
atau menahun dapat mengalami infertil, tumor dan kanker serviks (Shadine, 2012).
Kebersihan perorangan atau personal hygiene merupakan suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk menjaga kesejahteraan fisik dan
psikis. Salah satu dampak kurang dari menjaga personal hygene adalah terjadinya
keputihan. (Izzati and Agustiani 2014). Salah satu aktivitas kebersihan diri diantaranya
adalah vulva hygiene atau kebersihan genital, Vulva hygiene adalah perawatan
khususnya alat kelamin luar yang dilakukan perempuan untuk mempertahankan
kesehatannya terutama pada saat remaja putri dalam masa menstruasi. yang merupakan

2
tindakan keperawatan pada alat kelamin perempuan, yaitu perawatan diri pada organ
eksterna yang terdiri dari mons veneris, terletak didepan simpisis pubis, labia mayora
yang merupakan dua lipatan besar yang membentuk vulva, labia minora, dua lipatan kecil
diantara atas labia mayora , klitoris, sebuah jaringan eriktil yang serupa dengan penis
laki-laki, kemudian juga yang terkait disekitarnya seperti uretra, vagina , perineum, dan
anus. Tujuan dari pelaksanaan vulva hygiene adalah untuk meningkatkan derajat
kesehatan seseorang , mencegah penyakit maupun iritasi disekitar vulva, memelihara
kebersihan seseorang, meningkatkan percaya diri, dan memperbaiki vulva hygiene yang
kurang (Tarwoto & Wartonah, 2010).
Pravelensi remaja putri yang mengalami keputihan masi cukup tinggi di
Indonesia. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya informasi tentang keputihan.
Pengetahuan remaja tentang keputihan akan mempengaruhi sikap dan perilaku hidup
bersih dan sehat (Ilmawati & Kuntoro, 2017). Tingkat pengetahuan tentang reproduksi
berfungsi untuk mencegah terjadinya masalah pada organ reproduksi (Shadine, 2012).
Hal ini sejalan dengan BKKBN, 2011 menyatakan Rendahnya pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi akan memungkinkan perempuan tidak berperilaku hygiene pada
saat menstruasi yang dapat membahayakan kesehatan reproduksinya sendiri.
Salah satu peran perawat adalah sebagai Educator atau pendidik adalah
membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan dalam kesehatan, gejala
penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien
setelah dilakukan pendidikan kesehatan (Diana, 2012). Ada banyak media yang bisa
digunakan dalam melakukan pendidikan kesehatan salah satunya media yang paling
efektif adalah media vidio, hal ini didukung oleh penelitian Purnama (2013) yang
membuktikan bahwa media video lebih efektiv daripada media lieflet denga selisih skor
pengetahuan sebanya 1,65 poin. Selain itu media video lebih membuat responden fokus
dan tartarik dengan materi atau pesan yang disampaikan. Menurut Kemenkes RI (2012),
Seseorang mendapat pengetahuan melalui panca inderanya, dimana sebagian besar
diperoleh melalui indera penglihatan (mata) yaitu sebesar 83% dan indera pendengar
(telinga) yaitu sebesar 11%, sedangkan sisanya melalui indera perasa 1%, indera
penciuman 3%.

3
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Bachtiar (2015) yang menunjukan bahwa
terdapat bubungan antara adanya perubahan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok metode ceramah dan media video
perubahan tersebut dapat dilihat dari nilai yang awalnya pretest 19,67 dan possttest 22,07
dengan nilai þ value=0.003. Penelitian lain yang dilakukan oleh Ardianto (2013),
mengemukakan bahwa terdapat pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode
audovisual dikarenakan pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Artinya
keberhasilan penyuluhan dipengaruhi olehmedia karena dapat mempengaruhi
pengetahuan, sikap dan emosi.
Berdasarkan fenomena dan latar belakang diatas maka peneliti merasa penting
dan tertarik untuk melakukan penelitian menganai “Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Melaui Media Video terhadap perilaku vulva hygiene pada saat menstruasi untuk
mencegah keputihan pada remaja putri smpn 1 kupang barat”.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan media video
terhadap perilaku vulva hygiene pada saat menstruasi untuk mencegah keputihan pada
remaja?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Menjelaskan pengaruh pendidikan kesehatan melalui media video terhadap
perilaku vulva hygiene untuk mencegah keputihan pada remaja.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi tingkat penetahuan responden sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan melalui media video terhadap perilaku
vulva hygiene.
2. Mengidentifikasi sikap responden sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan melaui media video terhadap perilaku vulva
hygiene.
3. Mengidentifikasi tindakan responden sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan melalui media video terhadap perilaku vulva
hygiene.

4
4. Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan melalui media video
terhadap perilaku vulva hygiene.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini menjelaskan pengaruh pendidikan kesehatan melalui
media video terhadap perilaku vulva hygiene untuk mencegagah keputihan
pada remaja siswi putri, sehingga dapat menambah pengetahuan sebagai
penembangan ilmu keperawatan disekolah.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi responden
Responden mendapatkan manfaat dalam upaya meningkatkan
perilaku positif terkait vukva hygiene untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optilal.
2. Bagi institusi sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada
pihak sekolah dalam memberikan pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi terutama perilaku vulva hygiene pada remajaj putri dalam
mencegah keputihan.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur bagi peneliti
selanjutnya untuk terus berinovasi da;lam pengembangan media
penyuluhan yang dapat memikat minat responden dan menjadi suatru
metode penyuluhan yang efektif.
4. Remaja Putri
Diharapkan remaja putri mengetahui informasi tentang pendidikan
kesehatan reproduksi khususnya membersihkan area genetalia untuk
mencegah keputihan.

1.5 Keaslian Penelitian


Metode Penelitian
N Nama Judul Tempat (desain, sampel, Hasil Penelitian
o Peneliti/Th Penelitian variabel, analisis)

5
n
1 Entin Pengaruh Tempat Desain:Menggunak Hasil penelitian
Jubaedah, Pendidikan penelitian
an desain quasi menunjukan rerata
Diyah Sri Kesehatan dilakukan
experimen dengan pengetahuan sebelum
Yuhandini, Melalui di SMP
rancangan pre-post dan setelah intervensi
Sriyantin Media Negeri Kota
control design. adalah 80,16; 93,85
(2019) Video dan CirebonSampel: Jumlah pada kelompok
leaflet sampel penelitian dengan media video
Terhadap adalah 52 remaja dan 81,92 (p 0,000);
pengetahua putri 90,58 (p 0,000) pada
n personal Variabel: kelompok dengan
hygiene Variabel independen media leaflet.
menstruasi (Pendidikan
remaja kesehatan melalui
putri media video)
Variabel dependen
(perilaku Personal
hygiene menstruasi
remaja putri)
Analisis:
menggunakan uji
Wilcoxon dan
Mann-Whitney.
2 Kiki Pengaruh Tempat Desain: desain Hasil penelitian
Febriani, Pendidikan penelitian penelitian membuktikan
Elisa Kesehatan dilakukan menggunakan sebelum pendidikan
Candrawati Terhadap di SDN 02 desain pra-post kesehatan lebih dari
, Ronasari Peningkata Desa eksperimen dengan separuh (62,5%) anak
Mahaji n Ngantru menggunakan memiliki
Putri Pengetahua Kecamatan pendekatan pre-test pengetahuan cukup
(2018) n dalam Ngantang test desain. tentang pemilihan
Pemilihan Kabupaten Sampel: sampel jajan dan sesudah
Jajan Pada Malang penelitian pendidikan kesehatan
Anak menggunakan lebih dari separuh
simple random (75,0%) anak
sampling sehingga memiliki
didapatkan sebanyak pengetahuan baik
16 anak tentang pemilihan
Variabel: jajan, sedangkan hasil
Variabel independen paired t test
(Pendidikan membuktikan
kesehatan) pendidikan kesehatan
Variabel dependen berpengaruh terhadap
(Peningkatan peningkatan
pengetahuan dalam pengetahuan dalam
Pemilihan jajan pada pemilihan jajan pada

6
anak) anak usia sekolah 7-9
Analisis: metode Tahun di SDN 02
analisis data yang Desa Ngantru Kec.
digunakan adalah Ngantang Kabupaten
paired t test desain. Malang dengan
p-
value=(0,000)<(0.050
).
3 Maidartati, Hubungan Tempat Desain: Desain Hasil penelitian
Sri Hayati, Pengetahua penelitian Penelitian menunjukan bahwa
Legi Agus n dengan dilakukan menggunakan %).hampir
Nurhida Perilaku di SMPN desain kuantitif setengahnya
(2016) Vulva 30 Bandung dengan model mempunyaio
Hygiene korelasi. pengetahuan bail
Pada saat Sampel: jumlah (39,75%),
menstruasi sampel sebesar 80 setengahnya
remaja responden mempunyai
Variabel: pengetahuan cukup
Variabel independen (50%), dan sebagian
(Pengetahuan) kecil responden
Variabel dependen mempunyai
(Perilaku vulva pengetahuan kurang
hygiene) (11,25). Sebagian
Analisis: analisis besar berperilaku
data univariat baik (85%) dan
menggunakan sebagian kecil
presentase, analisis responden
data bivariat berperilaku buruk
menggunakan (15%). Dari hasil
sperman. penelitian didapatkan
ada hubungan antara
pengetahuan dengan
perilaku vulva
hygiene pada saat
menstruasi pada
remaja putri usia 13-
15 tahun fi SMPN 30
Bandung dengan
hasil p value sebesar
0,000.
4 Mulyadi, Efektivitas Tempat Desain: Jenis Hasil penelitytian
M. Isra, Pendidikan Penelitian penelitian kuantitatif 0,001 (p=0,001),
Warjiman , Kesehatan dilakukan dengan rancangan artinya ada pengaruh
Chrisnawat dengan di Sekolah penelitian pre- yang signifikan
i (2018) media Dasar Islam eksperimental sebelum dan sesudah
video Darul dengan pendekatan deberikan pendidikan

7
Terhadap Mu’minim one group pretest kesehatan dengan
tingkat Banjarmasi postest design. media video terhadap
Pengetahua n. Sampel: Teknik tingkat pengetahuan
n Perilaku pengambilan sampel mengenai perilaku
Hidup menggunakan hidup bersih dan
Bersih dan nonprobability sehat.
Sehat sampling jenis
proposive sampling
dengan jumlah
ampel sebanyak 14
orang.
Variabel:
Variabel Independen
(Pendidikan
kesesehatan
menggunakan media
video)
Variabel dependen
(Perilaku hidup
bersih dan sehat)
Analisis: Uji
statistik
mengfgunakan uji
nonparametik
Wilcoxon Test

Penelitian Entin Jubaedah, Diyah Sri Yuhandini, Sriyantin (2019), dengan judul
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Media Video dan leaflet Terhadap pengetahuan
personal hygiene menstruasi remaja putri. Metode penelitian Menggunakan desain quasi
experimen dengan rancangan pre-post control design. Perbedaan yang terdapat pada
penelitian ini adalah pada waktu penelitian dan lokasi penelitian, sedangkan persamaan
dengan penelitian ini pada metode yang digunakan yaitu sama-sama menggunakan
metode pre post control design dan variabel independen yaitu pengaruh penbdidikan
kesehatan melalui media video.
Penelitian Kiki Febriani, Elisa Candrawati, Ronasari Mahaji Putri (2018), dengan
judul Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan dalam
Pemilihan Jajan Pada Anak. Metode Penelitian menggunakan desain penelitian
menggunakan desain pra-post eksperimen dengan menggunakan pendekatan pre-test test
desain. Perbedaan yang terdapat pada penelitian ini adalah pada lokasi dan metode

8
penelitian yaitu pada penelitian saya menggunakan metode quasi eksperimen, sedanglkan
persamaan penelitian ini adalah pada waktu penelitian dan teknik pengambilan sampel
yaitu menggunakan simple random sampling.
Penelitian Maidartati, Sri Hayati, Legi Agus Nurhida (2016), dengan judul
Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Vulva Hygiene Pada saat menstruasi remaja.
Metode yang digunakan Desain Penelitian menggunakan desain kuantitif dengan model
korelasi. Perbedaan penelitian ini adalah pada ,metode yang digunakan, waktu dan lokasi
penelitian. Sedangkan persamaan penelitian ini adalah pada variabel dependen yaitu
Perilaku Vulva hygiene pada remaja.
Penelitian Mulyadi, M. Isra, Warjiman ,Chrisnawati (2018), dengan judul
Efektivitas Pendidikan Kesehatan dengan media video Terhadap tingkat Pengetahuan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Metode yang digunakan Jenis penelitian kuantitatif
dengan rancangan penelitian pre-eksperimental dengan pendekatan one group pretest
postest design. Perbedaan penelitian ini adalah pada metode penelitian, lokasi dan waktu
penelitian. Sedangkan persamaan penelitian ini adalah pada variabel independen yaitu
pendidikan kesehatan melalui media video.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendidikan Kesehatan


2.2.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan secara umum adalah segala upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok
atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh
perilaku pendidikan, yang tersirat dalam pendidikan adalah : input adalah
sarana pendidikan (individu, kelompok, dan masyarakat), pendidik
adalah (pelaku pendidikan), proses adalah (upaya yang direncanakan
Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari promosi kesehatan
itu proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatannya dan tidak haanya
mengaitkan diri pada peningkatan kemampuan, sikap dan praktek
kesehatan saja. Tetapi juga meningkatkan atau meperbaiki lingkungan
(baik fisik maupun non fisik) dalam rangka memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka (Nataatmojo, 2007).

10
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan adalah penerapan aplikasi
dalam bidang kesehatan pada individu, kelompok ataupun masyarakat.
2.1.2 Tujuan pendidikan kesehatan
Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga, dan
masyarakat dalam membina, memelihara perilaku dan lingkungan sehat,
sertan berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal. Pendidikan kesehatan merupakan salah satu upaya penting untuk
menunjang program kesehatan, sehingga tercepainya perubahan tindakan
khususnya mobilasi segera dalam membina dan memelihara tindakan sehat
serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal(Notoatmojo, 2007). Tujuan pendidikan kesehatan menurut
Effendy (2009) adalah:
1. Terjadinya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat
dalam memmbina dan memelihara perilaku hidup sehat dan
lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal.
2. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup baik sehat fisik, mental,
dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.
3. Menurut WHO tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk merubah
perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan.
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan kesehatan
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar pendidikan
kesehatan dapat mencapai sasaran (Saragih, 2010) yaitu:
1. Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap
informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin
tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang menerima
informasi yang didapatnya.
2. Tingkat Sosial Ekonomi

11
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula
dalam menerima informasi baru.
3. Adat Istiadat
Masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap adat istiadat
sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan.
4. Kepercayaan masyarakat
Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang-
orang yang sudah mereka kenal, karena sudah ada kepercayaan
masyarakat dengan penyampai informasi.
5. Ketersediaan Waktu di Informasi
Waktu penyampaian informasi harus diperhatikan, tingkat aktivitas
masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam
penyuluhan.
2.1.4 Metode pendidikan kesehatan
Metode pendidikan kesehatan menurut Putra dkk (2014) yaitu:
1. Metode pendidikan individual (Perorangan)
Bentuk dari metode individual ada 2 (dua) bentuk:
a. Bimbingan dan penyuluhan (gudance an counseling)
b. Wawancara (interview)
2. Metode Pendidikan kelompok
a. Kelompok besar
1. Ceramah: Metode yang cocok untuk sasaran yang
berpendidikan tinggi maupun rendah.
2. Seminar: Hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan
pendidikan menengah keatas. Seminar adalah suatu penyajian
(presentasi) dari satu ahghli atau beberapa ahli tentang suatu
topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di
masyarakat.
b. Kelompok kecil
1. Diskusi Kelompok: Dibuat sedemikian rupa sehingga saling
berhadapan, pimppinan diskusi atau penyuluh duduk di anta

12
peserta agar ada kesan lebih tinggi, tiap kelompok punya
kebebasan mengeluarkan pendapat, pimpinan diskusi
memberikan pancingan, mengarahkan dan mengatur sehingga
diskusi berjalan hidup dan tidak ada dominasi dari salah satu
peserta.
2. Curah pendapat (Brain Storming): Merupakan modifikasi
diskusi kelompok, dimulai dengan memberikan jawaban atau
tanggapan, tanggapan/jawaban tersebut di tampung dan ditulis
dalam filpchart/papan tulis, sebelum semuanya mencurahkan
pendapat tidak boleh ada komentar dari siapun, beru setelah
semuanya mengemukakan pendaapat, tipa anggota
mengomentaridan akhirnya terjadi diskusi.
3. Bola salju (Snow Balling): tiap orang dibagi menjadi pasangan-
pasangan (1 pasang 2 orang). Kemudian dilontarkan suatu
pertanyaan atau masalah, setelah lebih kurang 5 menit tiap 2
pasang bergabung menjadi satu, mereka tetap mendiskusikan
masalah tersebut dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2
pasangan yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi
dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya akhirnya
terjadi diskusi seluruh kelas.
4. Kelompok Kecil-kecil (Buzz group): Klelompok langsung
dibagi menjadi kelompok kecil-kecil, kemudian dilontarkan
suatu masalah yang sama atau tidak sama denga kelompok lain
dan masing-masing kelmpok mendiskusikan masalah tersebut.
Selanjutnya kesimpulan dari tiap kelompok tersebut dan dicari
kesimpulannya.
5. Memainkan peran (Role Play): Beberapa kelompok ditunjukan
sebagai pemegang peranan tertentu untuk memainkan peranan
tertentu, misal sebagai dokter puskesmas, sebagai perawta atau
bidan, dll. Sedangkan anggota lainnya sebagai pasien atau
anggota masyarakat. Mereka mempergakan bagaimana

13
interaksi atau komunikasi sehari-hari dalam melaksanakan
tugas.
6. Permainan simulasi (Simulation Games): Merupakan gambaran
role play dan diskusi kelompok. Pesan-pesan disajikan dalam
bentuk permainan monopoli. Cara memainkan persisi seperti
bermain monopoli dengan menggunakan dadu atau gaco
(petunjuk arah) dan papan main.
3. Metode Pendidikan Massa
Pada umum pendidikan (cara) ini adalah tidak langsung. Biasanya
menggunakan atau melalui media massa.
1.1.5 Media Pendidikan Kesehatan
Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalahg suatu alat
bantu pendidikan (audio visual aids/AVA). Berdasarkan fungsinya sebagai
penyaluran pesan-pesan kesehatan (media), media ini dibagi menyadi 3
yaitu: cetak, elektronik, media papan (bil board). Media pendidikan
kesehatan menurut Putra dkk (2014) yaitu:
1. Media cetak
a. Booklet : Untuk menyampaikan pesan dalam bentukbuku, baik
tulisan maupun gambar.
b. Leaflet: Melalui lembar yang dilipat. Isi pesan bisa gambar/tulisn
atau keduanya.
c. Flayer (selembaran): Seperti leaflet tetapi tidak berbentuk lipatan.
d. Flip chart (Lembar balik): Pesan informasi kesehatan dalam bentuk
lembar balik biasanya dalam bentuk buku, dimana tiap lembar
(halaman) berisi gambar peragaan dan dibaliknya berisi kalimat
sebagai pesan/informadsi berkaiatan dengan gambar tersebut.
e. Rubrik/tulisan-tulisan pada surat kabar atau mejalah mengenai
bahasan atau suatu masalah kesehatan atau hal-hal yang berkaitan
dengan kesehatan.

14
f. Poster, ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan/informasi
kesehatab yang biasanya titempel ditembok-tembok, di tempat-
tempat umum atau dikendaraan umum.
g. Foto, yang mengungkapkan kesehatan.
2. Media elektronik
a. Televisi: dapat dalam bentuk sinetron, sandiwara, forum
diskusi/tanya, pidato/ceramah, TV spot, quis atau cerdas cermat, dll.
b. Radio: Bisa dalam bentuk obrolan/tanya jawab, sandiwara radio,
ceramah, radio spot, dll.
c. Video Compact Disc (VCD)
d. Slide: slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau
informasi kesehatan.
e. Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan
kesehatan.
3. Media papan (billboard)
2.1.6 Alat bantu Pendidikan Kesehatan
Alat bantu pendidikan kesehatan adalah alat-alat atau perlengkapan
yang diperlukan penyuluhan guna memperancar kegiatan penyuluhan guna
memperlancarkegiatan penyuluhan. Alat bantu sering disebut alat peraga
merupakan alat atau benda yang dapat diamati, didengar, diraba atau
disarankan oleh indra manusia yang berfungsi sebagai alat untuk
memeragakan yang menjelaskan uraian yang disampaikan secara lisan
oleh penyuluh guna membantu proses belajar mengajar, agar materi lebih
mudah diterima dan dipahami oleh sasaran. Ada tiga macam alat bantu
sebagai berikut (Putra dkk, 2014)
1. Alat bantu lihat (visual aids) yang berguna dalammembantu
menstimulasi indera mata (Penglihatan pada waktu terjadinya proses
pendidikan). Alat ini ada dua benuk, yaitu diproyeksikan (slide, film
strip)dan alat-alat diproyeksikan.

15
2. Alat bantu dengar (audio visual) yaitu alat yang dapat mambantu
menstimulasi indra pendengar pada waktu proses penyampaian dalam
pendidikan misalnya piringan bhitam, radio, pita suara dan sebagainya.
3. Alat bantu lihatr/dengar (ausio visual aids) seperti televisi dan video
cassete, Alat bantu ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan
disetiap manusia diterima atau ditangkap melalui panca indra.
Semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima sesuatu maka
semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh
(Nataatmooji, 2005).
2.1.7 Langkah-langkah pendidikan kesehatan
Langkah-langkah pendidikan kesehatan menurut Putra, dkk (2014) yaitu:
1. Analisa situasi
Analisa situasi merupakan suatu dalam mengumpulkan data tentang
keadaan wilayah, masalah-masalah sehingga diperoleh informasi yang
akurat tentang masalah yang dihadapi.
2. Penentuan prioritas masalah
Mengurutkan masalah dari masalah yang dianggap paling penting
sampai dengan urutan yang kurang penting. Ini dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode antara lain dengan cara pembobotan.
3. Penentuan tujuan
Tujuan penyuluhan adalah mengubah perilaku anak perilaku yang
tidak sehat.
4. Penentuan sasaran
Sasaran penyuluhan dibedakan menjadi:
a. Masyarakat umum
b. Masyarakat sekolah sebagai masyarakat yang mudah dicapai
c. Kelompok masyarakat tertentu, misalnya kader kesehatan yang
membantu mengerahkan dan menyebarkan informasi yaitu:
1. Penentuan pesan

16
Pesan merupakan informasi yang disampaikan kepada sasaran.
Pesan yang disampaikan harus disesuaikan dengan sasaran
yang deberikan penyuluhan,
2. Penentuan metode
Pemilihan metode biasanya mengacu pada penentuan tujuan
yang ingin dicapai, apakan pengubahan pada tingkat kognitif,
afektif ataupun psikomotor.
3. Penentuan Media
Dalam menyampaikan penyuluhan digunakan media dan alat
bantu peraga. Pemilihan media dan metode yang tepat serta
dukungan dan kemampuan dari tenaga penyuluha n merupakan
suatu hal untuk mempermudah proses belajar mengajar.
4. Penentuan rencana penelitian
Penilai yang dilakukan meliputi: penentuan tujuan penilaian,
penuntunan tolak ukur yang akan digunakan untuk penilaian.
5. Penyusunan jadwal kegiatan
Rencana kegiatan dibuat dalam satu kurun waktu dan terjadwal
yang disesuaikan dengan sasaran, tujuan, materi, media, alat
peraga, petugas penyuluhan, waktu dan rencana penilaian.
2.1.8 Sasaran Pendidikan Kesehatan
Sasaran pendidikan kesehatan adalah masyarakat atau individu yang sehat
maupun sakit. Sasaran pendidikan kesehatan tergantung tingkat dan tujuan
penyuluhan yang diberikan. Lingkungan pendidikan kesehatan
dimasyarakat dapat dilakukan melalui beberapa lembaga dan organisasi
masyarakat (Natoatmojo, 2013).

2.2 Konsep Perilaku


2.2.1 Pengertian
Perilaku merupakan hasil segala macam pengalaman dan interaksi
manusia dengan lingkungannya. Wujudnya bisa berupa pengetahuan,
sikap, dan tindakan. Perilaku manusia cenderung bersifat menyeluruh, dan

17
pada dasarnya terdiri atas sudut pandang psikologis, fisiologis, dan sosial.
Namun, ketiga sudut pandang ini dibedakan pengaruh dan perannya
terhadap pembentukan perikalu manusia (Budiaharto, 2010).
Perilaku manusia merupakan pencermina dari berbagai unsur
kejiwaan yang mencakup hasrat, sikap, reaksi, rasa takut atau cemas dan
sebagainya. Oleh karena itu, perilaku manusia dipengaruhi atau dibentuk
dari faktor-faktor yang ada dalam diri manusia atau unsur kejiwaannya.
2.2.2 Klasifikasi perilaku
Perilaku kesehatan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu
(Purwoastuti dkk, 2015):
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health Maintanance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau
menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha menyembuhkan
bilamana sakit.
2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan,
atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (Health Seeking
Behavor)
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun sosial budaya dan sebagainya.
2.2.3 Bentuk Perilaku
Secara lebih perasional perilaku dapa diartikan sebagai suatu respon
organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar
subjek tersebut. Respon ini berbentuk dua macam yaitu (Wawan, 2011)
1. Bentuk pasif adalah respon internal yaitu yang terjadi didalam diri
manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat orang lain,
misalnya barpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan.
2. Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasisecara
langsung..
2.2.4 Faktor Perilaku

18
Berdasarkan perilaku kesehatan terbentuk dari tiga faktor untama yaitu
(Budiharto, 2010):
1. Faktor Predisposisi yang terdiri dari pengetahuan sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, umur, pendidikan, pekerjaan,
dan status ekonomi keluarga.
2. Faktor pendukung yang terdiri atas lingkungan fisik, tersedia atau
tidak tersedianya sarana dan prasarana kesehatan, serta ada atau
tidaknya program kesehatan.
3. Faktor Pendorong terdiri atas sikap dan perbuatan petugas kesehatan
atau orang lain yang menjadi panutan.
2.2.5 Domain Perilaku Kesehatan
Menurut Bloom, seperti dikutip Nataatmojo (2003), Membagi
perilaku itu didalam 3 domain (Ranah atau kawasan), meskipun
kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelasdan
tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan
pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga
domain perilaku tersebut. Dalam perkembangan selanjutnya oleh
para ahli pendidikan dan untuk kepentingan pengukur hasil, ketiga
domain itu diukut dari (Purwoastuti dkk, 2015):
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu.
2. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek Allport (1954)
dalam Purastuti dkk (2015) menjelaskan bahwa sikap
mempunyai 3 komponen:
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional dan evaluasi terhadap suatu objek
c. Kecendrungan untuk bertindak (Tend to behave)

19
3. Praktik (tindakan)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan
(behavior).

2.3 Konsep Vulva Hygiene


2.3.1 Anatomi fisiologi Organ Reproduksi Wanita
Organ reproduksi terbagi 2, yaitu (Yanti, 2011):
1. Organ Eksternal, terdiri dari:
a. Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri
dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen,
vestibulum, orificium uretra externum, kelenjar-kelenjar pada dinding
vagina.
b. Mons pubis/mons veneris
Lapisan lemak di bagian anterior simpisis os pubis, pada masa pubertas
daerah ini mulai ditumbui rambut pubis.
c. Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons ke arah bawah dan belakang, banyak
mengandung pleksus vena. Homolog embriologik dengan skortum pada
pria. Ligementum rotundum uteri berakhir pada batas atas labia mayora.
Di bagian bawah perineum, labia mayora manyatu (pada komisura
posterior)
d. Labia minora
Lipatan jaringan tipisdibalik labia mayora, tidak mempunyai folikel
rambut. Banyak terdapat pebuluh darah, otot polos dan serabutsaraf.
e. Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak dibagian superior vulva,
dan corpus clitoridis yang tertanamdidalam dinding vagina. Homolog
embriologik dengan penis pada pris. Terdapat juga reseptor androgen
pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabutsaraf sangat
sensitif.

20
f. Vestibulum
Daerah dengan batas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia
minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium
uretrhae externum, introitus vaginae, ductus glandulae bratholini kanan
kiri dan ductus skene kanan kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat
fossa navicularis.
g. Introitus/orificium vagina
Terletak dibagian vestibulum. Pada gadis tertutup lapisan tipis
bermukosa yaitu selaput darah/hymen, utuh tanpa ada robekan. Hymen
normal terdapat lubang keciluntuk aliran darah menstruasi, dapat
berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribfoormis, septum atau fibriae.
h. Perineum
Daerah tepi antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Perineum
merenggang pada saat persalinan.
2. Organ Internal terdiri dari:
a. Vagina
Rongga muskulo membranosa berbentuk tabunng mulai dari tepi
cerviskuteri dibagian cranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal
ventral. Fungsi vagina adalah untuk mengeluarkan sekresi uterus pada
saat hais, untu jalan lahir dan untuk kopulasi (persetubuhan).
b. Serviks
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis
(barbatasan/menembus dinding dalam vagina) dan parssupravaginalis.
Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan jaringan ikat
(kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga
vagina yaitu partio cervikalis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri
eksternum (luar, arah vagina) dilapisi epitel mukosa serviks, dan ostium
uteri (dalam, arah vagina). Kelenjar mukosa serviks menghasilkan
lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat
dan larutan berbagai garam, peptidan dan air.
c. Uterus

21
Uterus (rahim) adalah tempat tertanamnya ovum yang telah dibuahi
yang selanjutnya akan tumbuh dan berkemabang menjadi janin. Bila
tidak terjadi perubahan, maka ada lapisan dinding uterus yang
terkelupas dan terjadi perdarahan yang disebutmenstruasi.
d. Tuba falopi
Sepasang tuba falopi menghubungkanovarium dengan rahim pada sisi
kiri dan kanan. Tuba falopi berasal dari ujung ligamentum latum
berjalan kearah lateral dengan panjang sekitar 12 cm. Fungsi tuba falopi
sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai cavum uteri.
e. Ovarium
Ovarium adalah organ endokrin berbentuk oval, terletak di rongga
peritoneum sepanjang kiri dan kanan. Ovarium berfungsi dalam
pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum, ovulasi
(pengeluaran ovum) sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid.

2.3.2 Konsep Dasar Vulva Hygiene


Perempuan paling rentan pada kesehatan reproduksinya karena
bentuk organ reproduksi utama bersifat menerima atau dalam bentuk
lubang yang agak besar, sehingga pengaruh luar mudah masuk, baik secara
sengaja dengan hubungan seksual, maupun secara tidak sengaja melalui
media tertentu. Oleh karena itu , Organ reproduksi perempuan paling
penting untuk diperhatikan.

2.3.3 Pengertian Vulva Hygiene


Vulva hygiene atau perawatan organ genetalia eksterna merupakan
perawtan diri pada organ eksterna yang terdiri atas mons veneris terletak di
depan, labia mayora dua lipatan besar yang membentuk vulva, labia
minora dua lipatan kecil diantara atas labia mayora, klitoris sebuah
jaringan erektil yang serupa dengan penis laki-laki, kemudia juga bagian
yang terkait disekitar seperti uretra, vagina, perineum, dan anus.

22
Tujuannya adalahuntuk mencegah terjadinya infeksi pada vulva dan
menjaga kebersihan vagina (Hidayat, 2008)
2.3.4 Tujuan
Tujuan vulva hygiene menurut Siswono (2011) yaitu:
1. Menjaga kesehatan dan kebersihan vagina.
2. Membersihkan bekas keringat dan bakteriyang ada di sekitar vulva
diluar vagina.
3. Mempertahankan pH derajat keasaman vagina normal yaitu 3,5-4,5.
4. Mencegah rangsangan tumbuhnya jamur, bakteri, dan protozoa
5. Mencegah timbulnnya keputihan dan virus.
2.3.5. Manfaat
Perwatan genetalia memiliki beberapa manfaat menurut Siswono (2011)
antara lain:
1. Menjaga vagina dan daerah sekitarnya tetap bersih dan nyaman.
2. Mencegah munculnya keputihan, bau tidak sedap dan gatal-gatal.
3. Menjaga agar pHvagina tetap maksimal (3.5-4,5)
2.3.6 Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk memelihara Organ
Genetalia Eksterna
Berikut ini merupakan cara menjaga kebersihan organ intim pada
wanita menurut Nurhayati (2013) yaitu:
1. Membasuh vagina dari arah depan ke belakang, dengan hati-hati
dengan menggunakan air bersih setelah buang air kecil, baung air
besar maupun mandi.
2. Mengganti pakaian dalam minimal 2 akli dalam sehari
3. Pada saat menstruasi, gunakan pembalut yang berbahan lembut,
menyerap dengan baik , tidak mengandung bahan yang membuat
alergi (parfum atau gel) dan merekat dengan baik pada celana
dalam. Pembalut harus diganti minimal 3 kali sehari atau setiap 4
jam sekali untuk menghindari tumbuhnya bakteri.
4. Mencuci tangan sebelum menyentuh vagina.

23
5. Menggunakan celana dalam yang bersih dan merbahan katun yang
dapat menyerap keringat.
6. Menggunakan celana yang berongga.
7. Hindari menggunakan handuk atau waslap milik orang lain untuk
mengeringkan vagina.
8. Mencukur sebagian rambut kemaluan untuk menghindari
kelembapan didaerah vagina.
2.3.7 Langkah-langkah melakukan vulva hygiene
Langkah-langkah melakukan vulva hygiene yang benar manurut
Kusmran (2012) yaitu:
1. Mengganti celana dalam minimal 2 Kli sehari
2. Membersihkan kotoran yang keluar dari alat kelamin atau anus
dengan menggunakan air bersih atau kertas pembersih (tisu)
3. Gerakan cara membersihkan alat kelamin adalah dari arah
vagina kearah anus, untuk mencegah kotoran anus masuk ke
vagina.
4. Tidak menggunakan air kotor untuk membersihkan vagina
5. Dinajurkan mencukur atau merapikan rambut kemaluan karena
bisa ditumbuhi jamur atau kutu yang dapat menimbulkan rasa
gatal dan tidak nyaman.
2.4 Konsep Keputihan
2.4.1 Pengertian
Keputihan adalah keluarnya cairan berlebihan dai liang singgama
(vagina) yang terkadang disertai rasa gatal, nyeri, rasa terbakar dibibir
kemaluan, kerap disertai bau bususk dan menimbulkan rasa nyari sewaktu
buang air kecil atau bersanggama (Aulia, 2012).
Keputihan atau flour albus merupakan sekresi vaginal
abnormal pada wanita. Keputihan yang disebabkan oleh infeksi baisanya
disertai dengan rasa gatal didalam vagina dan disekitar bagian bibir vagina
bagian luar (Wijayanti, Daru, 2009).
2.4.2 Macam-macam keputihan

24
Macam-macam keputihan menurut Wijaayanti, Daru (2009) ada 2 yaitu:
1. Keputihan Normal
Ciri-ciri keputihan normal ialah: warnanya bening, kadang-kadang
putih kental, tidak berbau, tanpa disertai keluhan (misalnyagatal, nyeri,
rasa terbakar, dsb), keluar pada saat menjelang dan sesudah menstruasi
atau pada saat stress dan kelelahan.
2. Keputihan Tidak normal
Ciri-ciri keputihan tidak normal ialah: jumlahnya banyak, timbul terus-
menrus, warnanya berubah (misalnya kuning, hijau, abu-abu,
menyerupai susu/yoghurt) disertai adanya keluhan (seperti gatal,
panas, nyeri) serta berbau (apek, amis, dsb).
2.4.3 Penyebab keputihan
Berikut ini adalah uraian mengenai beberapa penyebab keputihan
(Wijayanti, 2009 dan Nurchasanah, 2009)
1. Keputihan seringkali terjadi karena infeksi jammur, bekteri atau
parasit. Jamur yang sering menginfeksi adalah Candida dan
moilia. Sedangkan, bakteriyang sering menyebabkan keputihan
adalah hemofilus vaginalis, yang tergolong bakteri jahat dan dapat
menular melalui hubungan seksual. Hemofilus vaginalis
menyebabkan keputihan dengan cairan yang banyak, berubah
seperti air sabun, perih saat buang air kecil. Dari golongan parasit
jenis trikomonas sering menyebabkan keputihan. Sebagaimana
bakteri hemofilus vaginalis, parasit trikomonas juga ditularkan
melalui hubungan seksual.
2. Dalam keadaan normal, secret yang dihasilkan oleh kelenjar
vagina dan serviks dapat meningkat menjelang masa haid, selesai
haid, pertengahan siklus masa subur, selama kehamilan, dan pada
saat terangsang secara seksual.
3. Keputihan patologis adalah infeksi (jamur, kuman, parasit, dan
virus). Keputihan bisa juga terjadi akibat adanya benda asing
dalam liang senggama, gangguan hormonal akibat berhentinya

25
haid, kelainan bawaan pada vagina, dan adanya kanker pada alat
kelamin, terutama dileher ramim. Adapun jenis kuman (bakteri)
yang dapat menyebabkan keputihan adalah sebagai berikut
menurut Aulia (2012):
a. Gonococus, atau lebih dikenal dengan na,a GO, berwarna
kekuningan, yang sebetulnya merupakan nanah yang terdiri
dari sel darah putih yang mengandung kuman neisseria
gonorhea yang dapat ditularkan melalui senggama.
Neisseria gonorhea akan mati setelah terkena sabun,
alkohol, detergen, dan sinar matahari.
b. Clamydia trachomatis, kuman ini ditemukan pada cairan
vagina dengan pewarnaan diemsa, dan sering menyebabkan
penyakit mata trakhoma.
c. Gardenerella, Yakni bakteri yang menyebabkan
peradangan vagina tidak spesifik. Bakteri ini biasanya
memenuhi sel-sel epitel vagina berbentuk clue cel. Selain
itu, gardenerella juga menghasilkan asam amino yang
diubah menjadi senyama amino berbau amin dan berwarna
keabu-abuan.
d. Treponema pallidium, Yakni penyakit ini dapat berbentuk
kutil liang senggama dan bibir vagina
e. Infeksi akibat jamur biasanya disebabkan aleh spesies
candida. Cairannya kental, putihh susu (sering berbentuk
putting payudara) dan gatal. Infeksi candida menyebabkan
peradangan yang membuat vagina tampak kemerahan.
f. Sedangkan keputihan akibat virus seringkali disebabkan
oleh HPV (human papiloma virus) dan herpes simplek
g. Tidak terjaganya kebersihan diri dan daerah kewanitaan
h. Hubungan seksual yang tidak aman.
2.4.4 Mencegah keputihan
2.4.1 Pencegahan secara umum

26
Untuk mencegah keputihan ada beberapa tips yang dapat dilakukan
menurut Wijayanti (2009):
1. Bersihkan organ intim dengan pembersih yang tidak mengganggu
kestabilan pH disekitar vagina. Salah satunya produk pembersih
yang terbuat dari bahan dasar susu. Produk seperti ini mampu
menjaga keseimbangan pH sekaligus meningkatkan pertumbuhan
flora normal dan menekan pertumbuhan bekteri yang tak
bersahabat.
2. Hindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan dengan tujuan
agar vagina harum dan kering sepanjang hari. Bedak memiliki
partikel-partikel halus yang mudah terselip disana-sini dan akhirnya
mengundang jamur dan bakteri bersarang ditempat itu.
3. Selalu keringkan bagian vagina sebelum berpakaian
4. Gunakan celana dalam yang kering.
5. Gunaka celana dalam yang bahannya menyerap keringat seperti
katun. Celana dari bahansati atau bahan sintetik lain membuat
suasana disekitar organ intim panas dan lembab.
6. Pakaian luar juga perlu diperhatikan. Celana jeans tidak dianjurkan
karena pori-porinya sangat rapat. Pililah seperti rok atau celana
bahan non jeans agar sirkulasi udara disekitar organ intim bergerak
leluasa.
7. Ketika haid, sering-seringlah berganti pembalut.
8. Gunakan panty liner disaat perlu saja, jangan terlalu lama. Misalkan
saat berpergian keluar rumah dan lepaskan sekembalinya anda
dirumah.

2.4.2 Pencegahan secara Tradisional


Keputihan juga dapat disembuhkan dengan mempergunakan secara
ramuan tradisional (Wijayanti, 2009):
1. Ambilah 10 lembar daun beluntas

27
2. Potong kayu rapet kira-kira sepanjang 5-6 cm, kayu rapet bisa
dipilih sejenis pulasari
3. Satu batang temu kunci
4. Kunir sepotong ujung kelinking
5. Sepotong temulawak sebesar jari kelingking
Semua bahan-bahan ramuan tersebut dirajang. Seperti temu
kunci dan temulawak diiris tipis-tipis. Bersama-sama dengan
daun beluntas, masukan ke dalam panci yang telah diisi denga 2
mangkok air bersih, direbus sampai mendidih dan tunggu
setelah air menyusut menjadi 1/3 mangkok, angkatlah. Ambilah
air godokan tersebut dan hangat-hangat diminum. Minumlah
ramuan tersebut secara teratur selama 10 hari. Keputihan
tersebut akan sembuh dan lenyap.
2.5 Remaja
2.5.1 Pengertian
Remaja atau “Adolescene” (inggris), berasal dari
bahasa latin “adolescere” yang berarti tumbuh ke arah
kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya
kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan
psikologis (Widyastuti, 2009), Batasan usia remaja menurut
WHO adalah 12 sampai 24 tahun dan belum kawin. Menurut
Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin.
Menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun.
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai
oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja,
yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa
pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa
pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dan masa anak
ke masa dewasa. Pada masa remaja tersebut terjadilah suatu
perubahan organ-organ fisik (organobiologik) secara cepat, dan

28
perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan
(mental emosional).
2.5.2 Perkembangan remaja dan ciri-cirinya
Berdasarkan cifat dan ciri perkembangannya, masa (rentang
waktu) remaja ada tiga tahap, yaitu (Widyastuti, dkk, 2009)
1. Masa remaja Awal (10-12 tahun)
a. Tampak dan memang merasa lebih dekatdengan teman
sebaya,
b. Tampak dan merasa ingin bebas
c. Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan
keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal
(abstrak).
2. Masa remaja tengah (13-15 tahun)
a. Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri
b. Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada
lawan jenis.
c. Timbul perasaan cinta yang mendalam
d. Kemampuan berpikir abstrak (berkhyal) makin
berkembang
e. Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
seksual.
3. Masa remaja Akhir (16-19 tahun)
a. Menanpakan pengungkapan kebebasan diri
b. Dalam mencari teman sebaya lebih selektif
c. Memiliki citra (gambaran, kesadaran, peranan) terhadap
dirinya.
d. Dapat mewujudkan perasaan cinta
e. Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak
2.5.3 Tugas-tugas perkembangan Remaja
Adapun tugas-tugas perkembangan remaja adalah sebagai berikut
(Kusmiran, 2013):

29
1. Menerima keadaan dan penampilan diri, serta
menggunakan tubuhnya secara efektif.
2. Belajar beerperan sesuai dengan jenis kelamin (sebagai
laki-laki atau perempuan)
3. Mencapai relsi yang beru dan lebih matang dengan
teman sebaya, baik sejenis maupun lawan jenis.
4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang
bertanggung jawab.
5. Mencapai kemandirian secara emosional terhadap
orang tua dan orang dewasa lainnya .
6. Memeriapkan karier dan kemandirian secara ekonomi.
7. Mmepersiapkan diri (fisik dan psikis) dalam
menghadapi perkawinan dan kehidupan keluarga.
8. Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan
intelektual untuk hidup bermasyarakat dan untuk masa
depan (dalam bidang pendidikan atau pekerjaan0.
9. Mencapai nilai-nilai kedewasaan.
2.5.4 Tujuan perkembangan remaja
Adapun tujuan perkembangan remaja adalah sebagai berikut
(Kusmiran, 2013):
a. Perkembangan pribadi
1. Ketrampilan kognitif dan nonkognitif yang dibutuhkan agar
dapat mandiri secara ekonomi maupun mandiri dalam
bidang-bidang pekerjaan tertentu
2. Kecakapan dalam mengelola dan mengatasi masalah-masalah
pribadi secara efektif
3. Kecakapan-kecakapan sebagai seorang pengguna kekayaan
kultural dan peradaban bangsa
4. Kecakapan untuk dapat terikat dalam suatu keterikatan yang
intebsif pada suatu kegiatan.
b. Perkembangan sosial

30
1. Pengalaman bersama pribadi-pribadi yang berbeda dengan
dirinya, baikdalam kelas, sosial, subkultural, maupun usia.
2. Pengalaman dimana tindakannya dapat berpengaruh pada
orang lain
3. Kegiatan saling tergantung yang diarahkan pada tujuan-
tujuan bersama (interaksi kelompok)
2.5.5 Pembinaan Kesehatan Reproduksi Remaja
Pembinaan kesehatan reproduksi remaja menurut Kusmiran
(2013) adalah bertujuan untuk memberikan informasi dan
pengetahuan yang berhubungan dengan perilaku hidup sehat
bagi remaja, disamping mengatasi masalah yang ada.
Pengetahuan yang memadai dan adanya motivasu untuk
menjalani masa remaja yang sehat. Diharapkan para remaja
mampu memelihara kesehatan dirinya agar dapat memasuki
masa kehidupan berkeluarga dengan reproduksi sehat.

2.6 Kerangka teori

Konsep pendidikan kesehatan


1.Definisi
2. Tujuan penkes
31
3.Faktor-faktor yang mempengaruhi
penkes
Konsep perilaku Pengaruh pendidikan kesehatan
1. Definisi terhadap perilaku vulva hygiene
2. Klasifikasi pada remaja putri
3. Bentuk perilaku
4. Faktor perilaku
5. Domain perilaku kesehatan

Konsep vulva hygiene


1. Definisi
2. Tujuan
3. Manfaat
4. Langkah-langkah vulva hygiene Modifikasi: Notoatmojo, 2011)

BAB III
METODE PENELITIAN

32
3.1 Kerangka konsep
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan
atau kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati atau
diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmojo, 2012)

Pengaruh
Domain perilaku vulva
pendidikan
hygiene untuk
kesehatan melalui
mencegah keputihan:
media video
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Tindakan
Faktor yang mempengaruhi
penkes (Saragih, 2013) yaitu:
Faktor yang menpengaruhi perilaku
1. Tingkat pendidikan
(Budiharto, 2010) yaitiu:
2. Tingkat sosial ekonomi
1. Kepercayaan
3. Adat istiadat
2. UMUR
4. Kepercayaan
3. Pendidikan
masyarakat
4. Status ekonomi dan keluarga
5. Ketersediaan waktu di
Masyarakat

Keterangan:

= Diteliti =Berhubungan = Berpengaruh

= Tidak diteliti

33
Gambar 1.1: kerangka konsep pendidikan kesehatan terhadap perilaku vulva hygiene
pada remaja putri
Perilakum vulva hygiene adalah membersihkan daerah genetalia dengan
cara yang benar, yaitu dari area depan (vulva) kearah belakang (peritoneum).
Perilaku vulva hygiene dipengaruhi (Budiharto, 2010) yaitu: kepercayaan, umur,
pendidikan, dan status ekonomi keluarga. Salah satu cara untuk mengatasi
kurangnya informasi dan perilaku yang tidak baik dalam perawatan area genetalian
bisa dengan cara salah satunya adalah diberikan pendidikan kesehatan vulva
hygiene melalui media video.
3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis Merupakan jawaban sementara atas pertanyaan peneitian yang telah
dirumuskan
Hipotesis dialam penelitian berarti jawaban sementara penelitian, patokan duga atau
dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut
(Notoatmojo, 2010).

H1 : Ada Pengaruh pendidikan kesehatan media video terhadap perilaku vlva


hygiene untuk mencegah keputihan pada remaja kelas VIII di SMPN 1 Kupang
Barat
3.3 Desain Penelitian
Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true
experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok
kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel
luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Walaupun demikian, desain ini
lebih baik dari pre-experimental design. Quasi Experimental Design digunakan
karena pada kenyataannya sulit medapatkan kelompok kontrol yang digunakan
untuk penelitian. Dalam suatu kegiatan administrasi atau manajemen misalnya,
sering tidak mungkin menggunakan sebagian para karyawannya untuk eksperimen
dan sebagian tidak. Sebagian menggunakan prosedur kerja baru yang lain tidak. Oleh
karena itu, untuk mengatasi kesulitan dalam menentukan kelompok kontrol dalam

34
penelitian, maka dikembangkan desain Quasi Experimental. Desain eksperimen
model ini diantarnya sebagai berikut:
a) Time Series Design Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk

penelitian tidak dapat dipilih secara random. Sebelum diberi perlakuan,

kelompok diberi pretest sampai empat kali dengan maksud untuk

mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum diberi

perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali ternyata nilainya

berbeda-beda, berarti kelompok tersebut keadaannya labil, tidak

menentu, dan tidak konsisten. Setelah kestabilan keadaan kelompok

dapat diketahui dengan jelas, maka baru diberi treatment/perlakuan.

Desain penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok saja, sehingga

tidak memerlukan kelompok kontrol.

b) Nonequivalent Control Group Design Desain ini hampir sama dengan

pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok

eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.

Dalam desain ini, baik kelompok eksperimental maupun kelompok

kontrol dibandingkan, kendati kelompok tersebut dipilih dan

ditempatkan tanpa melalui random. Dua kelompok yang ada diberi

pretes, kemudian diberikan perlakuan, dan terakhir diberikan postes.

c) Conterbalanced Design Desain ini semua kelompok menerima semua

perlakuan, hanya dalam urutan perlakuan yang berbeda-beda, dan

dilakukan secara random Dari ketiga jenis penelitian eksperimen di atas,

maka penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen kuasi

(Quasi Experimental Design), desain penelitian yang digunakan adalah

35
Nonequivalent Control Group Design. Dimana kelompok eksperimen

maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Kelompok

eksperimen dan kontrol dilakukan tes awal. Kedua kelompok

mendapatkan perlakuan berbeda, dimana kelompok eksperimen

menggunakan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads

Together (NHT) dan kelompok kontrol menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dan

diakhiri dengan tes akhir untuk masing-masing kelompok.

Tabel 3.1

Metode Penelitian

E O1 X1 O2

K O2 X2 O4

(Sugiyono, 2013:116)
Keterangan :
E : Kelas Eksperimen
K : Kelas Kontrol
O1 : Tes Awal (sebelum perlakuan) pada kelompok eksperimen
O2 : Tes Akhir (setelah perlakuan) pada kelompok eksperimen
O3 : Tes Awal (sebelum perlakuan) pada kelompok kontrol
O4 : Tes Akhir (sebelum perlakuan) pada kelompok kontrol
X1 : Penerapan pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together
X2 : Penerapan pembelajaran kooperatif Team Assisted
Individualization

Tujuan peneliltian adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan


kesehatan media video terhadap perilaku vulva hygiene untuk mencegah keputihan
pada remaja putri kelas VIII di SMPN 1 Kupang Barat.

36
Untuk melakukan metode eksperimen kuasi, maka peneliti melakukan langkah-
langkah sebagaimana terdapat pada kerangka eksperimen dibawah ini:

Langkah - langkah metode kuasi eksperimen :


1) Mengujikan soal pre test kepada peserta didik pada kelas treatment dan juga kelas

kontrol.

2) Hasil dari pre test kelas treatment dan kelas control diujikan dengan uji beda yaitu uji-t.

untuk mengetahui tidak adanya perbedaan yang signifikan.

3) Setelah teruji kelas treatment dan kelas control tidak memiliki perbedaan maka kedua

kelas tersebut dapat dilakukan proses pembelajaran sesuai dengan model pembelajran

masing-masing kelas. Bila hasil tes uji beda menyatakan adanya perbedaan maka

eksperimen tidak bisa dilanjutkan.

37
4) Setelah kelas treatment dan kelas control diberikan perlakuan model pembelajaran.

Langkah selanjutnya melakukan mengujikan post test.

5) Hasil dari post test kelas treatment dan kelas kontrol diujikan kembali dengan uji

beda (uji-t) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan secara signifikan.

6) Langkah yang terakhir adalah mengujikan proses pembelajaran dengan

menghitung skor gain dan uji beda pre test dan post test untuk mengetahui

bahwa proses bermakna secara signifikan dapat tidaknya meningkatkan hasil

belajar.

3.4 Defenisi Opereasional


1.2 Tabel Definisi operasional
No Variabel Definisi Parameter Alat ukur Skala Skor
operasional ukur
1 Variabel independen Pendidikan 1.Pengertia SAP
dalam penelitian ini kesehatan n vulva
adalah: adalah proses hygiene
Pendidikan memberi 2.Tujuan
kesehatan media materi melalui vulva
video media video hygiene
guna 3.Manfaat
mengubah vulva
perilaku vulva hygiene
hygiene untuk 4.Cara
mencegah merawat
keputihan vulva
hygiene
2 Variabel dependen 1.Pengetahuan Kuisioner Ordinal Skor untuk
dalam penelitian ini Hasil tau tindakan,
adalah: responden penetahuan,
1. Pengetahuan mengenai sikap
responden pengertian dikatakan:
sebelum dan vulva hygien, -Baik: jika
sesudah Macam nilai skor x
diberikan perawatan ≥117
pendidikan vulva hygiene, -Cukup: jika
kesehatan Tujuan vulva nilai skor <78
melalui hygiene. x <117

38
media video 2.Sikap adalah -Kurang: jika
2. Sikap tanggapan nilai skor x <
respoden responden 78
sebelum dan yang
sesudan melakukan
diberikan vulva hygiene
penkes 3.Tindakan
melalui adalah kegiata
media video responden
3. Tindakan dalam
responden melakukan
sebelum dan vulva hygiene
sesudah
diberikan
penkes
melalui
media video

3.5 Populasi dan Sampel


3.2.1 Populasi
Menurut Notoadmojo (2012) populasi adalah keseluruhan obyek penelitian
yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri kelal VIII di
SMPN 1 Kupang barat yang berjumlah 86 orang.
3.2.2 Sampel
3.2.2.1 kriteria sampel
Penetuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk mengurangi bias
hasil penelitian, khususnya jika terdapat variabel-variabel kontrol ternyata
mempunyai pengaruh terhadap variabel yang kita teliti. Kriteria sampel dapat
dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu inklusi dan eksklusi (Nursalam, 2013).
1. Kriteria inklusi
a. Bersedia menjadi responden penelitian
2. Kriteria ekslusi
a. Tidak masuk sekolah pada saat dilakukan penelitian
Menurut Notoadmojo (2012), sampel adalah sebagian dari keseluruhan
subyek yang diteliti dan dianggap mewakili populasi. Sampel yang digunakan
adalah remaja putri kelas VIII SMPN I KUBA. Cara menentukan besar sampel
menggunakan rumus slovin sebagai berikut:

39
n= N
1+ Nxe²
n= 86
1+(86 x 0,005)²
n= 86
1+ (86 x 0,0025)
= 86
1,215
= 70, 78198
= 71 (dibulatkan)
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = Margin eror yang di toleransi

Berdasarkan rumus diatas, maka jumlah sampel akhir pada penelitian ini
yang dibutuhkan adalah 71 responden .
Teknik sampling pada penelitian ini adalah menggunakan sampling random
sampling. Pemilihan sampel dengan cara ini merupakan jenis probabilitas yang
paling sederhana. Dengan penelitian sampel ini bahwa setiap subjek dalam
penelitian mempunyai kesempatan untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai sampel
penelitian. Pada penelitian ini mengumpulkan nama remaja pputri kelas VIII yang
memenuhi kriteria inklusi, kemudian nama-nama tersebut diacak.

3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.6.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di SMPN I Kupang Barat
3.6.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2022

40
3.7 Instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data
pada waktu penelitian menggunakan suatu metode (Arikunto, 2010). Dalam
penyusunan instrumen penelitian terdapat uraian dalam pengumpulan data, yaitu
validitas dan rehabilitas. Instrumen penelitian berupa kuisioner pengetahuan vulva
hygiene dan keputihan. Sikap dan perilaku remaja putri dalam perawatan area
genetalia yang terdiri dari 48 pertanyaan. Suatu instrumen dikatakan valid apabila
mampu mengukur apa yang diinginkan dapat mengungkapkan data dari variabel
yang diteliti setelah penelitian ini dilakukan uji validitas yang tepat (Arikunto,
2010).

3.8. Etika Penelitian


Dalam peneltian ini juga terdapat etika dalam penelitian dan dibedakan
menjadi 3 bagian menurut (Nursalam, 2016) Yaitu:
1. Prinsip manfaat
a. Bebas dari penderitaan
Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada
subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus.
b. Bebas dari eksploitasi
Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari keadaan yang
tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa partisipasinya dalam
penelitian atau informasi yang telah diberikan, tidak akan dipergunakan
dalam hal-hal yang dapat merugikan subjek dalam hal apapun.
c. Risiko (benefit ritio)
Peneliti harus berhati-hati mempertimbangkan risiko dan keuntungan yang
akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.
2. Prinsip menghargai hak asasi manusia
a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (Right to self determination)
Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai hak
memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek ataupun tidak, tanpa

41
adanya sanksi apapun atau akan berakibat terhadap kesembuhannya, jika
mereka seorang klien.
b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari intervensi yang diberikan (right to full
discosure)
Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara etrperinci serta
bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek.
c. Informed consent
Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian
yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau
menolak menjadi responden, pada informed concent juga perlu dicantumkan
bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan
ilmu.
3. Prinsip keadilan (right to justice)
a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right to fair treatment)
Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan sesudah
keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi apabila
ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.
b. Hak dijaga untuk kerahasiaan (right to privacy)
Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus
dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonimity)dan rahasia
(confidentility).
c. Hak untuk diberi intervensi yang sama setelah dilakukannya penelitian
untuk kelompok kontrol yang deberikan pendidikan kesehatan media video.

3.9 Prosedur pengumpulan data


Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan
proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian
(Nursalam, 2013).
Ada beberapa lagkah yang dilakukan peneliti dalam pengumpulan data
adalah sebagai berikut:

42
1. Mengurus ijin penelitian dengan membawa surat dari Stikes Maranatha untuk
ditujukan kepada Kepala SMPN 1 Kupang Barat
2. Setelah mendapat ijin kemudian surat di tujukan kepada Kepala Sekolah SMPN
1 Kupang Barat
3. Setelah mendapat ijin, Peneliti memberikan penjelasan kepada responden
tentang kepada responden tentang maksud dan tujuan penelitian
4. Setelah itu memberikan inform consent kepada responden untuk dijadikan
responden.
5. Setelah mendapatkan persetujuan, peneliti membagikan kuisioner pada
responden dan menjelaskan cara pengisian kuisioner serta tiap pertanyaan pada
kuisioner perilaku vulva hygiene untuk mencegah keputihann pada remaja.
6. Kuisioner yang sudah diisi secara lengkap selanjutnya diserahkan kepada
peneliti untuk pengolahan data.
7. Setelah kuisioner selesai, peneliti memberikan intervensi kepada kelompokm
intervensi berupa pendidikan kesehatan melalui media video.
8. Setelah pendidikan kesehatan seleesai, kemudian responden kelompok kontrol
diberi kuisioner post test berupa kuisioner yang sama untuk menilai perilaku
vulva hygiene.
9. Kuisioner yang sudah diisi lengkap selanjutnya diserahkan kepada peneliti untuk
pengolahan data.
10. Pada kelompok kontrol diberikan pendidikan kesehatan media video terhadap
perilaku vulva hygiene untuk mencegah keputihan setelah kelompok intervensi
selesai diberi pendidikan kesehatan media video dan melakukan post test.

3.10 Pengolahan Data dan Analisis Data


3.10.1 Pengolahan data
Pengolahan data adalah salah satu langkah yang penting. Hal ini
disebabkan karena data yang diperoleh langsung dari penelitian yang masih
mentah, belum memberikan informasi apa-apa yang belum siap untuk
disajikan (Nasehudin dkk, 2012). Proses pengolahan dilakukan dengan tahap-
tahap sebagai berikut.

43
1. Editing
Data yang terkumpul, baik data kualitatif maupun data kuantitatif harus
dibaca sekali lagi untuk mamastikan apakah data tersebut dijadikan bahan
analisis atau tidak (Nasehudin dkk, 2012).
2. Coding
Memberikan skor atau nilai pada setiap item jawaban, data yang terkumpul
bisa berupa angka, kata ataupun kalimat (Nasehudin dkk, 2012).
a. Coding variabel tindakan untuk mencegah keputihan:
Selalu :3
Sering :2
Kadang-kadang : 1
Tidak pernah :0
b. Kuisioner pengetahuan vulva hygiene
Benar :1
Salah :0
c. Kuisioner sikap
Sangat setuju :4
Setuju :3
Tidak setuju :3
Sangat tidak setuju :1
3. Skoring
Menentukan nilai atau skor untuk setiap item pertanyaan dan tentukan nilai
terendah dan tertinggi. Tahapan ini dilakukan setelah ditentukan kode
jawaban atau hasil observasi dapat diberikan skor (Nasehudin dkk, 2012)
Baik : Jika nilai skor x ≥117
Cukup : Jika nilai skor kurang dari/sama dengan 78 x <117
Kerang : Jika nilai skor x <78
4. Tabulating
Tabulating adalah penyajian data dalam bentuk tabel sehingga
memudahkan para pembaca memahami laporan penelitian tersebut. Tahap
akhir dari pengolahan data. (Nasehudin dkk, 2012).

44
3.10.2 Analisa data
Tahap analisa data merupakan bagian penting untuk mencapai tujuan
penelitian, diman tujuan pokok penelitian yaitu dengan menjawab
pertanyaan-pertanyyan penelitian yang mengungkap suatu fenomena. Data
mentah yang didapat tidak dapat menggambarkan informasi yang
diinginkan untuk menjawab masalah peneliltian tersebut (Nursalam, 2015).
3.10.2.1 Analisa univariat
Analisa univariat merupakan data yang terkait dengan pengukuran
satu variabel pada waktu tertentu (Swarjana, 2016). Variabel univariat
dalam penelitian ini yaitu menjabarkan variabel perilaku vulva hygiene
untuk mencegah keputihan pada remaja putri pada siswi-siswi menengah
pertama.
3.10.2.2 Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah data yang terkait dengan pengukuran dua
variabel pada waktu tertentu (interkorelasi antara 2 variabel) (Swarjana,
2016). Dalam penelitian ini analisa bivariat dilakukan untuk mengatahui
pengaruh pendidikan kesehatan media video terhadap perilaku vulva
hygiene untuk mencegah keputihan pada remaja putri. Uji statistik yang
digunakan pada penelitian ini adalah uji wilcoxon sign rank test. Dengan
uji ini melibatkan dua pengukuran pada subjek yang sama terhadap suatu
pengaruh atau intervensi tertentu. Pada uji beda wilcoxon sign rank test
peneliti ini menggunakan sampel yang sama, tetapi pengujian dilakukan
sebanyak dua kali.
Pada penelitian ini test yang diberikan adalah pre test (pengukuran
sebelum diberikan intervensi) dan post test (setelah diberi intervensi)
yang merupakan data kuantitatif (ordinal) dan sampel yang digunakan
dalam sampel yang sama atau homogrncy, berasal dari tabulasi yang
telah berdistribus secara tidak normal.
Uji ini dipilih dalam penelitian apabila data distribusi tidak normal
untuk pengambilan keputusan menggunakan cara pertama yaitu jika sig

45
>0,05 maka Ho diterima artinya tidak ada pengaruh antar variabel. Dan
jika <0.05 maka H0 ditolak yang artinya ada pengaruh atau perbedaan
antara varabel.
Penelitian ini juga menggunakan uji statistik Mann whithney. Yang
digunakan untuk menguji adanya pengaruh kedua variabel. Untuk uji
statistik peneliti menggunakan softwere SPSS.16.0.0.

 Uji Mann Whithney

Iai test variable list


Klik nonparametric
dan grouping
Open spss Klik analyze tests, legacy dialogs, 2
variable
independent sampels

Klik ok Klik options beri


Klik continue
Klik define
tanda centang
groups dan isi
pada descrptive
kode masing-
masing data

 Uji Wilcoxon sign rank test


Pilih non
Klik variabel Klik data Klik analyze
Klik SPSS parametric
view view
test

Masukan variabel Pilih 2


Berikan tanda Pilih legacy
pre test dan post related
Klik ok centang pd dialogs
test ke kotak test sampels
pilihan
pairs
wilcoxon

46
DAFTAR PUSTAKA

Andira, D. 2010. Seluk Beluk Kesehatan Reproduksi Manusia. Yogyakarta: A


Plus Books
Aulia, 2012. Serangan Penyakit-Penyakit Khas Wanita yang Sering Terjadi.
Yogyakarta: Buku biru.
Arikunto, S.2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Dharma, K. K. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan (Pedoman
Melaksanakan Dan Menerapkan Hasil). Kramat Jati-Jakarta Timur:
Trans Info Media
Edyati, L. 2014. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Dengan Media Video
Terhadap Pengatahuan Dan Sikap Personal Hygine Siswa Sd Negri 1
Kepok Pengaih Kulon Progo. Tersedia dalam http://lib.unsiyogya.ac.id
(diakses tanggal 26 April 2022)
Effendi, N. 2009. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Kemenkes, RI. 2016. Pusat Data Dan Informasi. Profil Kesehatan Indonesia
Kusmiran. E. 2013.Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita. Jakarta:
Salemba Medika
Maulana. M. 2009. Reproduksi Kelamin Dan Merawat Anak. Cetakan Pertama
Tunas Publishing.
Maulana, H. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta EGC

47
LAMPIRAN 1

Soal Pre-test Post-test untuk kelas eksperimen dan kontrol

KUISIONER PENELITIAN

Karakteristik Responden
Nama :
Sekolah :
Kelas :
Usia :
Sudah menstruasi : ya/tidak
Jika ya, kapan pertama menstruasi:

1. PENGETAHUAN
PETUNJUK PENGISIAN KUISIONER
Pada lembar pertanyaan dibawah, jawaban diisi pada bagian kolom yang
tersedia dibagian kanan pertanayaan dengan mengisi centang/checj list .
Dimohon agar pengissian kuisioner ini dilakukan secara teliti agar tiidak ada
pertanyaan yang terlewat dan diisi dengan jujur karena tidak ada dampak buruk
dari hasil penelitian ini.
BENAR : Jika menurut anda pertanyaan tersebut benar
SALAH : Jika menurut anda pertanyaan tersebut salah
No Pernyataan BENAR SALAH
1 Pengetahuan tentang kebersihan alat kelamin
(vagina) dan keputihan dapat diperoleh dari orang
tua
2 Sebelum membasuh alat kelamin harus mencuci
tangan dengan sabun terlebih dahulu
3 Salah satu cara untuk mencegah terjadi
kelembapan pada daerah keperaempuanan adalah
dengan mencukur sebagian rambut 1 kali dalam
sebulan

48
4 Cara membasuh/membersihkan daerah
keperempuanan adalah dari depan (vagina) kearah
belakang (anus)
5 Membasuh/membersihkan daerah keperempuanan
yang benar adalah dengan menggunakan sabun
6 Untuk mengeringkan daerah keperempuanan
setelah buang air kecil atau buang air besar
dengan menggunakan tissue berparfum
7 Jenis pakaian dalam (celana dalam) yang baik
adalah terbuat dari bahan nylon
8 Pakaian dalam yang terbuat dari bahan nylon
dapat membuat daerah keperempuanan menjadi
lembab
9 Pakaian dalam yang terbuat dari bahan nylon lebih
baik dari pada yang terbuat dari bahan katun
10 Mengganti pakaian dalam 1 kali dalam 1 hari
sudah cukup
11 Memakai pakaian dalam selama 2 hari berturut-
turut adalah kebiasan baik
12 Cairan pembersih khusus vagina baik digunakan
setiap hari
13 Membersihkan daerah keperempuanan lebih baik
selalu menggunakan larutan antiseptik khusus
vagina
14 Kenersihan daerah keperempuanan adalah
perawatan diri pada alat kelamin perempuan yang
harus dijaga kebersihan supaya merasa nyaman
15 Keputihan ada 2, keputihan normal dan keputihan
tidak normal
16 Keputihan selalu disebabkan oleh kebersihan
daerah keperempuanan yang buruk
17 Keputihan normal adalh keputihan yang keluar
saat sebelum dan setelah menstruasi
18 Rasa gatal pada saat keputihan selalu normal
19 Keputihan yang tidak normal adalah yang
berwarna bening seperti lendir
20 Keputihan yang tidak normal jarang mengeluarkan
bau tidak sedap
21 Infeksi jamur merupakan salah satu penyebab
keputihan tidak normal
22 Pemakaian cairan antiseptik khusus vagina dapat
mengganggu keseimbangan bakteri normal pada
vagina
23 Pakaian dalam berbahan katun dapat menyerap
keringat dengan baik
24 Pembalut yang baik adalah lembut dan menyarap

49
denganb baik
25 Mengganti celan dalam 2x sehari dapat mencegah
terjadi keputihan

2. SIKAP
PETUNJUK PENGISIAN KUISIONER
Pada lembar pertanyaan dibawah, jawaban diisi pada bagian kolom yang
tersedia dibagian kanan pertanayaan dengan mengisi centang/checj list .
Dimohon agar pengissian kuisioner ini dilakukan secara teliti agar tiidak ada
pertanyaan yang terlewat dan diisi dengan jujur karena tidak ada dampak buruk
dari hasil penelitian ini.

STS : Sangat Tidak setuju


TS : Tidak setuju
S : Setuju
SS : Sangat setuju
NO PERNYATAAN STS TS S SS
1 Kebersihan daerah perempuan adalah hal
yang sangat penting untuk mencegah
terjadinya keputihan
2 Sebelum menyentuh daerah
keperempuanan harus mencuci tangan
terlebih dahulu
3 Cara benar untuk membasuh daerah
keperempuanan adalah dari arah depan
(vagina) kebelakang (anus)
4 Membasuh daerah keperempuanan dari
arah depan ke belakang untuk mencegah
bakteri dari anus masuk ke vagina
5 Untuk membasuh daerah keperempuanan
harus menggunakan air dari kran
langsung karena merupakan air yang
bersih
6 Untuk menghindari kelembapan didaerah
keperempuanan, seharusnnya alat
kelamin dikeringkan dengan trissue non
parfum setelah buang air besar atau
buang air kecil

50
7 Pemakaian cairan antiseptik khusus
daerah keperempuanan dapat
mengganggu keseimbangan bakteri
normal dalam vagina
8 Saat menstruasi sebaiknya mengganti
pembalut 2-3x sehari
9 Celana dalam yang terbuat dari bahan
katun dapat menyerap keringat
10 Mengganti celana dalam 2x sehari adalah
salah satu contoh menjaga kebersihan
daerah keperempuanan
11 Celana dalam yang lembab dapat
meneyababkan keputihan
12 Pantyliners yang digunakan lebih dari 6
jam dapat meningkatkan risiko terjadinya
keputihan
13 Pantyliner yang baik adalah yang non
parfum
14 Rambut kemaluan harus dicukur agar
tidak lembab didaerah keperempuanan

3. TINDAKAN
NO Pernyataan Selalu Sering Kadang- Tidak pernah
kadang
1 Saya mandi menggunakan
sabun yang lunak seperti sabun
bayi
2 Saya mengganti celana dalam
2-3x sehari
3 Saya membersihkan daerah
kewanitaan menggunakan air
bersih atau hangatr
4 Saya mengeringkan vagina
setelah buang air kecil
5 Saya menggunakan celana
dalam yang bersih dan
bernahan katun agar dapat
menyarap cairan lebih cepat
6 Saya menghindari celana
dalam yang ketat
7 Saya mencuci tangan sebelum
menyantuh vagina
8 Saya pernah menggunakan
handuk orang lain untuk
mengeringkan vagina

51
9 Saya mencukur rambut daerah
kewanitaan 7 hari sekali

52
53

Anda mungkin juga menyukai