Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

DETEKSI DINI PADA IBU PERSALINAN (KALA I,II,III,IV)


NIFAS, KELAINAN, KOMPLIKASI DAN PENYULIT LAZIM
TERJADI YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBIDANAN ”

Oleh :
HASTUTI
NURNENGSI
NANNA MUSPIRAT
NUR HANISKA KHALIK
SRI WAHYUNI

TAHUN AKADEMIK 2022

i
ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami berhasil menyelesaikan
penyusunan makalah dengan judul “Deteksi dini” sebatas kemampuan yang
dimiliki dan berdasarkan beberapa referensi buku dan internet.

Penulis berharap makalah ini dapat menjadi suatu karya yang memberikan
wawasan yang lebih luas kepada pembaca Mengenai Deteksi dini. Penulis sadar
dalam pembuatan makalah masih jauh dari kata sempurna, penulis memohon
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan. 

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jumat,13 Januari 2023

PENULIS

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................2

C. TUJUAN MASALAH..................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
1. Prinsip deteksi dini pada ibu persalinan (Kala I,II,III,IV) Nifas, kelainan,
komplikasi dan penyulit lazim terjadi yang berhubungan dengan kebidanan......4

BAB III PENUTUP..............................................................................................20


A. KESIMPULAN...........................................................................................20

B. SARAN.......................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22

iv
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Anak adalah seorang individu yang unik, lahir dengan beragam potensi
yang dimilikinya. Semua itu tidak lepas dari beragam faktor yang menyertainya,
baik secara internal maupun eksternal. Secara internal adalah sejak fase kehamilan
hingga kelahirannya, yaitu pemberian nutrisi yang baik, pola makan serta pola
hidup ibu. Secara eksternal faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
adalah stimulan keluarga dan lingkungan termasuk teman-teman dan guru. Proses
tumbuh kembang anak di 3 tahun pertama kehidupannya merupakan masa kritis
yang harus terpantau dan tercatat dengan baik.
Tujuannya adalah menemukan adanya gangguan tumbuh kembang secara
dini sehingga dapat dilakukan penanganan sedini mungkin sebelum anak melewati
masa kritisnya (IDAI, 2014). Diperlukan pemantauan yang berkala untuk
mengetahui apakah tumbuh kembang seorang anak normal atau tidak. Pada usia
bayi sampai usia 1 tahun, diharapkan pemantauan dilakukan satu bulan sekali.
Pada anak prasekolah (usia 3 sampai 6 tahun) dilakukan pemantauan setiap 3
bulan. Sementara pada anak sekolah dan remaja dilakukan pemantauan setiap 6
bulan sekali.
Pemantauan meliputi aspek pertumbuhan dan perkembangan anak.
Pentingnya pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini berguna
bagi semua pihak yang terlibat, khususnya bagi Posyandu, guru, orang tua, dan
anak sendiri. Bagi orang tua diharapkan dapat menentukan langkah atau upaya
apa yang dapat dilakukan dalam membantu perkembangan anak karena dari
keluarga dalam hal ini orang tua, awal mula tumbuh kembang dimulai.
Hakekat dari pembangunan nasional adalah membangun manusia
Indonesia seutuhnya. Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya
membangun manusia seutuhnya diselenggarakan antara lain melalui upaya
kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin. Upaya kesehatan yang dilakukan
sejak anak masih di dalam kandungan sampai lima tahun pertama kehidupannya

1
ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus meningkatkan
kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh kembang yang optimal. Sebagai
generasi calon penerus bangsa dengan jumlah yang sangat besar yaitu sekitar 10%
dari seluruh populasi, maka kualitas pertumbuhan dan perkembangan anak perlu
mendapat perhatian serius. (Nursalam, 2005)
Bawah lima tahun (balita) mempunyai plastisitas otak yang berbeda
dengan orang dewasa. Plastisitas otak pada balita mempunyai sisi positif dan
negatif. Sisi positifnya adalah otak balita lebih terbuka untuk menerima proses
pembelajaran sedangkan sisi negatifnya lebih peka terhadap lingkungan terutama
lingkungan yang tidak mendukung seperti asupan gizi yang tidak adekuat, kurang
stimulasi dan tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai. Oleh
karena itu masa lima tahun pertama kehidupan merupakan masa yang sangat peka
terhadap lingkungan dan masa ini berlangsung sangat pendek serta tidak dapat
diulang lagi, sehingga masa ini disebut dengan “masa keemasan” (golden period),
“jendela kesempatan” (window of opportunity) dan “masa kritis”.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah ;
1. Jelaskan bagaimana Prinsip deteksi dini pada ibu persalinan (Kala
I,II,III,IV) Nifas, kelainan, komplikasi dan penyulit lazim terjadi yang
berhubungan dengan kebidanan ?
Setelah kita mengetahui berbagai macam rumusan masalah diatas, maka
kita bisa memberikan tujuan masalah yang dapat kita jadikan sebagai jawaban dari
permasalahn diatas, berikut adalah tujuan masalah yaitu:

C. TUJUAN MASALAH
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui;
1. Untuk mengetahui Prinsip deteksi dini pada ibu persalinan (Kala
I,II,III,IV) Nifas, kelainan, komplikasi dan penyulit lazim terjadi yang
berhubungan dengan kebidanan

2
2.

3
BAB II PEMBAHASAN
1. Prinsip deteksi dini pada ibu persalinan (Kala I,II,III,IV)
Nifas, kelainan, komplikasi dan penyulit lazim terjadi yang
berhubungan dengan kebidanan
Yang dimaksud dengan deteksi dini merupakan upaya pemberian informasi
kepada klien yang berpotensi terhadap suatu masalah (penyakit/komplikasi) untuk
menyiagakan dalam mengambil tindakan antisipasi atau mengurangi resiko dalam
kondisi dan situasi tersebut. Prinsip deteksi dini terhadap kelainan, komplikasi dan
penyakit pada masa kehamilan, persalinan dan nifas adalah suatu kebenaran yang
menjadi pokok dasar berpikir dan bertindak seorang bidan dalam memberikan
informasi terkait dengan resiko ataupun masalah (penyakit, kelainan ataupun
komplikasi).
Pemeriksaan dan pengawasan terhadap ibu hamil sangat perlu dilakukan
secara teratur. Hal ini bertujuan untuk menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan
mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas sehingga
didapatkan ibu dan anak yang sehat. Selain itu juga untuk mendeteksi dini adanya
kelainan, komplikasi dan penyakit yang biasanya dialami oleh ibu hamil sehingga
hal tersebut dapat dicegah ataupun diobati. Dengan demikian maka angka
morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi dapat berkurang.
a. Pemeriksaan Kehamilan Dini (Early ANC Detection)
Idealnya wanita yang merasa hamil bersedia untuk memeriksakan diri
ketika haidnya terlambat sekurang-kurangnya 1 bulan. Dengan demikian, jika
terdapat kelainan pada kehamilannya tersebut akan lekas diketahui dan segera
dapat diatasi. Oleh karena itu, setiap wanita hamil sebaiknya melakukan
kunjungan antenatal sedikitnya 1 kali pada trimester 1 (sebelum minggu ke 14).
Tujuan pemeriksaan dini pada awal kehamilan adalah :
1) Kemungkinan hamil
2) Menetukan usia kehamilan
3) Melakukan deteksi adanya faktor resiko dan komplikasi pada kehamilan
4) Perencanaan penyuluhan dan pengobatan yang diperlukan

4
5) Melakukan rujukan dan kolaborasi bila kehamilan mengalami komplikasi
dan faktor resiko yang memungkinakan komplikasi terjadi
Faktor resiko yang berhubungan dengan kehamilan, yaitu :
1) Perdarahan pervaginam
2) Hipertensi (kenaiakan sistole 30 mmHg & diastole 15 mmHg)
3) Kenaikan atau penurunan BB > 13 kg atau < 9 kg selama kehamilan atau
kenaikan < ½ kg/minggu pada triwulan akhir kehamilan
4) Oedema (terutama pada wajah dan kelopak mata)
5) Pusing dan pandangan berkunang-kunang
6) Kehamilan ganda (kembar)
7) IUFD
8) Usia kehamilan < 37 minggu atau > 42 minggu
9) Ibu hamil dengan penyakit menahun
10) Primigravida dengan penurunan kepala belum masuk PAP pada akhir
kehamilan
11) Proteinuria (++)
12) Muntah berlebihan
13) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu banyak penyulit
Faktor resiko lain yang berada di luar kehamilan, meliputi ;
1) Usia ibu < 20 tahun atau > 35 tahun
2) Pendidikan ibu rendah
3) Paritas > 5
4) Mempunyai riwayat penyakit menahun / infeksi
5) Jarak antara 2 kehamilan < 2 tahun
6) Riwayat kematian janin/bayi/anak > 1
7) Persalinan preterm
b. Kontak Dini Kehamilan Trimester I
Deteksi dini terhadap tanda bahaya kehamilan dilakukan minimal 4 kali selama
kehamilan, dengan penilaian sebagai berikut :

5
1) Pada trimester pertama 1x dengan kriteria tanda bahaya yaitu :adanya
anemia, penyakit keturunan, infeksi dan degeneratif, perdarahan (abortus, KET,
mola hidatidosa), HEG, kelainan genetik janin (jika memiliki riwayat atau resiko)
2) Pada trimester kedua 1x dengan kriteria tanda bahaya yaitu : perdarahan,
pre eklampsia dan eklampsia, gangguan pertumbuhan janin.
3) Pada trimester ketiga 2 x dengan kriteria tanda bahaya yaitu : adanya
kehamilan ganda, perdarahan prvaginam (plasenta previa, solusio plasenta)
c. Pelayanan ANC berdasarkan kebutuhan individu.
Pelayanan ANC yang diberikan petugas kesehatan kepada setiap ibu hamil
berbeda-beda tergantung dari kebutuhan dan kondisi dari setiap individunya.
Misalnya persetujuan ANC yang diberikan terhadap ibu hamil dengan hipertensi
tentunya akan berbeda dengan pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil dengan
varises.
Pada ibu hamil dengan hipertensi sebaiknya dilakukan pemantauan
tekanan darah, urin, dan kondisi janin setiap minggunya. Anjurkan kepada ibu
untuk mentaati pemeriksaan antenatal yang teratur dan jika perlu dikonsultasikan
kepada ahli. Selain itu anjurkan ibu pula untuk cukup istirahat menjauhi emosi
dan jangan bekerja terlalu berat. Pada pola nutrisi sebaiknya ibu dianjurkan untuk
diet tinggi protein rendah hidrat arang, rendah lemak, dan rendah garam. Hal ini
bertujuan untuk mencegah pertambahan berat badan yang agresif.
Pengawasan terhadap janin harus lebih teliti, di samping pemeriksaan biasa, dapat
dilakukan pemeriksaan monitor janin lainnya seperti elektrokardiografi fetal,
ukuran biparietal (USG), Penentuan kadar estriol, amnioskopi, pH darah janin,
dan sebagainya.
Pengakhiran kehamilan baik yang muda maupun yang sudah cukup bulan
harus dipikirkan bila ada tanda-tanda hipertensi ganas (tekanan darah 200/120
atau pre-eklamsi berat). Apalagi bila janin telah meninggal dalam kandungan
pengakhiran kehamilan ini sebaikanya dirundingkan antar disiplin : dengan ahli
penyakit dalam ; apakah ada ancaman terhadap jiwa ibu.
Sedangkan pada ibu hamil dengan varises pelayanan ANC yang diberikan antara
lain :

6
1) Anjuran ibu untuk jangan berdiri atau duduk terlalu lama dan jangan
memakai ikat pinggang terlalu kencang.
2) Anjurkan kepada ibu supaya jalan-jalan dan senam hamil untuk
memperlancar peredaran darah.
3) Anjurkan ibu untuk memakai kaos kaki atau pembalut tungkai elastis.
4) Dapat diberikan obat-obatan : Venosan, Glyvenol, Venoruton, dan
Varemoid.
d. Skrining untuk deteksi dini.
Skrining untuk deteksi dini meliputi :
1) Pemeriksaan yang dilakukan pada kehamilan dini, yaitu :
a) Anamnesa
Anamnesa adalah tanya jawab antara penderita dan pemeriksa. Dari anamnesa ini
banyak keterangan yang diperoleh guna membantu menegakkan diagnosa dan
prognosa kehamilan, antara lain :
 Anamnesa Sosial (biodata dan latar belakang sosial)
 Anamnesa Keluarga
 Anamnesa Medik
 Anamnesa Haid
 Anamnesa Kebidanan
b) Pemeriksaan Umum
 Tinggi badan
Pada wanita hamil yang pertama kali memeriksakan perlu diukur tinggi badannya.
Seorang wanita hamil yang terlalu pendek, yang tinggi badannya kurang dari 145
cm tergolong resiko tinggi karena kemungkinan besar persalinan berlangsung
kurang lancar. Perbandingan tinggi dan berat badan memberi gambaran mengenai
keadaan gizi dan balita.
 Berat badan
Pada tiap pemeriksaan wanita hamil baik yang pertama kali atau ulangan, berat
badan perlu ditimbang. Kenaikan berat badan yang mendadak dapat merupakan
tanda bahaya komplikasi kehamilan yaitu preeklampsi. Dalam trimester I berat

7
badan wanita hamil biasanya belum naik bahkan biasanya menurunkarena
kekurangan nafsu makan. Dalam trimester terakhit terutama karena pertumbuhan
janin dan uri berat badan naik sehingga pada akhir kehamilan berat badan wanita
hamil bertambah kurang lebih 11 kg dibanding sebelum hamil. Pada trimester
terakhir berat badan kurang lebih 0.5 kg seminggu, bila penambahan berat badan
tiap minggu lebih dari 0.5 kg harus diperhatikan kemungkinan preeklampsi.
 Tanda-tanda vital
Dalam keadaan normal tekanan darah daloam kehamilan trimester terakhir sistolik
tidak melebihi 140 mmHg, dan diastolik tidak melebihi 90 mmHg. Bila terdapat
tekanan darah melebihi diatas maka kemungkinan adanya preeklampsi.
 Pemeriksaan kepala dan leher
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan inspeksi.
Pemeriksaan ini meliputi seluruh bagian kepala dan leher. Jika pada pemeriiksaan
mata sklera ikterik dan konjungtiva anemis maka kemungkinan anemia.
 Pemeriksaan payudara
Pada wanita hamil payudara terlihat besar dan tegang serta sedikit nyeri. Hal ini
karena pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan alveoli
payudara. Pemeriksan payudara dengan cara palpasi meliputi bentuk dan ukuran
payudara, putting susu menonjol atau tidak, adanya retraksi, masa dan pembesaran
pembuluh limfe.
 Pemeriksaan jantung, paru dan organ dalam tubuh lainnya
 Pemeriksaan abdominal
Pemeriksaan abdominal dilakukan dengan palpasi. Dari pemeriksaan ini diperoleh
mengenai ukuran dan bentuk uterus.
 Pemeriksan genetalia
Untuk memeriksa genetalia biasanya dengan pemeriksaan ginekologi. Pada
pemeriksaan ini vulva, vagina dan porsio diperiksa dan dilihat inspekulo.
 Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya varises dan oedema.
c) Pemeriksaan laboratorium

8
Test laboratorium perlu dilakukan pada ibu hamil. Pemeriksan ini ditujukan untuk
memeriksa golongan darah, Hb, protein urine, dan glukosa urine. Pemeriksaan
urine pada awal kehamilan bertujuan untuk mengetahui adanya kehamilan. Selain
itu pemeriksaan urin juga bertujuan untuk mengetahui adanya protein urine dan
glukosa urine. Protein dalam urine merupakan hasil kontaminasi dair vagina atau
dari infeksi saluran kencing atau penyakit ginjal. Pada saat hamil jika
dihubungkan dengan hipertensi dan oedem, hal ini akan menjadi tanda serius dari
preeklampsi. Untuk glukosa urin berhubungan dengan diabetes.
2) Pemeriksaan Penunjang - USG
USG merupakan suatu media diagnostik dengan menggunakan gelombang
ultrasonik untuk mempelajari struktur jaringan berdasarkan gambaran ecko dari
gelombang ultrasonik. Pemeriksaaan USG saat ini dipandang sebagai metode
pemeriksaan yang aman.
Pemeriksaan USG pada kehamilan normal usia 5 minggu struktur kantong
gestasi intrauterin dapat dideteksi dimana diameternya sudah mencapai 5-10 mm.
Jika dihubungkan dengan kadar HCG pada saat itu kadarnya sudah mencapai
6000-6500 mlU/ ml. Dari kenyataan ini bisa juga diartikan bahwa kadar HCG
yang lebih dari 6500 mlU/ ml tidak dijumpai adanya kantong gestasi intrauterin,
maka kemungkinan kehamilan ektopik.
Gambaran USG kehamilan ektopik sangat bervariasi, tergantung pada usia
kehamilan, ada tidaknya gangguan kehamiulan (ruptura, abortus) serta banyak dan
lamanya perdarahan intra abdomen. Diagnosis pasti kehamilan ektopik secara
USG hanya bisa ditegakkan jika terlihat kantong gestasi berisi janin hidup yang
letaknya di luar kavum uteri.
Pada kehamilan 7 minggu diameter kantong gestasi telah mencapai 25 mm.
Panjang embrio mencapai 10 mm dan menjadi lebih mudah dilihat. Struiuktur kepala
sudah dapat dibedakan dari badan. Selain denyut jantuing mungkin juga dapat dideteksi
adanya gerakan embrio yang dapat dirangsang dengan melakukan perkusi pada dinding
perut. Jika tidak ada tanda-tanda kehidupan seperti yang telah disebutkkan maka
kemungkinan terjadi miss abortion. Jika dijumpai lebih dari 1 embrioyang menunjukkan
tanda-tanda kehidupan maka kemungkinan kehamilan multipel.
Pada kehamilan 8 minggu kantong gestasi telah berdiameter 30 mm. Struktur

9
embrio dapat dilihat lebih jelas lagi. Sering kali terlihat kuning telur dalam (yolk
salk) berupa struktur vasikuler berdiameter kira-kira 5 mm yang letaknya diluar
selaput amnion. Jika tidak dijumpai adanya struktur embrio dan kantong kuning
telur maka kemungkinan kehamilan anembrionik.
Pemanfaatan Partograf Pada Setiap Persalinan Kala I Aktif
Partograf merupakan alat untuk mencatat informasi berdasarkan observasi,
anamnesa dan pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan dan sangat penting
khususnya untuk membuat keputusan klinik selama kala I persalinan.
Kegunaan utama dari partograf adalah :
a. Mengamati dan mencatat informasi kemajuan persalinan dengan
memeriksa dilatasi serviks saat pemeriksaan dalam.
b. Menentukan apakah persalinan berjalan normal dan mendeteksi dini
persalinan lama.
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan.
Partograf harus digunakan :
a. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala I persalinan sebagai elemen
penting asuhan persalinan. Partograf harus digunakan tanpa ataupun
adanya penyulit.
b. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas,
klinik bidan swasta, rumah sakit, dll)
c. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan
kepada ibu selama persalinan dan kelahiran (spesialis obgin, bidan,
dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteran)
Bagian-bagian dari partograf :
Partograf berisi ruang untuk pencatatan hasil pemeriksaan yang dilakukan
selama kala I persalinan termasuk :
a. Kemajuan Persalinan
1) Pembukaan serviks (setiap 4 jam)
2) Penurunan kepala janin (setiap 4 jam)
3) Kontraksi uterus (setiap 30 menit)
b. Keadaan Janin

10
1) DJJ (setiap 30 menit)
2) Warna dan jumlah air ketuban (setiap PD)
3) Molase tulang kepala janin (setiap PD)
c. Keadaan Ibu
1) Nadi (setiap 30 menit)
2) Tekanan darah, suhu (setiap 4 jam)
3) Urin : volume dan protein (setiap 2-4 jam)
4) Obat-obatan dan cairan IV
Tabel 1.
Penilaian pada partograf yang menggunakan tanda/simbol khusus.
Temuan Penilaian Tanda
DJJ x/menit 

Ketuban Selaput Utuh


Selaput pecah, air ketuban Jernih U
Selaput pecah, air ketuban bercampur J
Mekoneum M
Selaput pecah, air ketuban bercampur Darah D
Selaput pecah, dan tidak ada air ketuban K
(Kering)
Molase Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura
mudah dipalpasi.
Tulang-tulang kepala janin hanya saling 0
bersentuhan 1
Tulang-tulang kepala janin saling tumpang 2
tindih, tapi masih bisa dipisahkan 3
Tulang-tulang kepala janin tumpang tindih
dan tidak dapat dipisahkan.
Pembukaan
4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 X
serviks
Penurunan 0/5 = jika kepala janin tidak teraba dari luar O

11
kepala janin atau seluruhnya sudah melalui simfisis pubis.
1/5 = jika hanya sebagian kecil kepala dapat
diraba di atas simfisis pubis.
2/5 = jika hanya 2 dari 5 jari bagian kepala
janin teraba di atas simfisis pubis. Berarti
hampir seluruh kepala telah turun ke dalam
saluran panggul (bulatnya kepala tidak dapat
diraba dan kepala janin tidak dapat
digerakkan).
3/5 = jika hanya 3 dari 5 jari bagian kepala
janin teraba diatas simfisi pubis.
4/5 = jika sebagian besar kepala janin berada
di atas simfisis pubis.
5/5 = jika keseluruhan kepala janin dapat
diraba di atas simfisis pubis.
Kontraksi uterus Kurang dari 20 detik
(dalam 10 Antara 20 – 40 detik
menit) Lebih dari 40 detik
Nadi   

Tekanan darah mmHg 

Tabel 2.
Masalah dan Penyulit pada Kala I persalinan
No Temuan-temuan Anamnesis dan/atau Pemeriksaan
1 Perdarahan pervaginam selain dari lendir bercampur darah (“show”)
2 Kurang dari 37 minggu (persalinan kurang bulan)
3 Ketuban pecah disertai dengan keluarnya mekonium kental
4 Ketuban pecah bercampur dengan sedikit mekonium disertai tanda-tanda
gawat janin
5 Ketuban telah pecah (lebih dari 24 jam) atau ketuban pecah pada

12
kehamilan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu)
6 Tanda-tanda atau gejala-gejala infeksi: temperatur tinggi > 38oC,
menggigil, nyeri abdomen, cairan ketuban yang berbau
7 Tekanan darah > 160/100 dan/atau terdapat protein dalam urin
8 Tinggi fundus 40 cm atau lebih
9 DJJ < 100 atau > 180 x/menit pada dua kali penilaian dengan jarak 5 menit.
10 Primipara dalam persalinan fase aktif dengan palpasi kepala janin masih
5/5
11 Presentasi bukan belakang kepala (sungsang, letak lintang, dll)
12 Presentasi ganda/majemuk (adanya bagian janin, seperti lengan atau
tangan, bersamaan dengan presentasi belakang kepala)
13 Tali pusat menumbung (jika tali pusat masih berdenyut)
14 Tanda dan gejala syok:
 Nadi cepat, lemah (lebih dari 110 x/menit)
 Tekanan darahnya rendah (sistolik kurang dari 90 mmhg)
 Pucat
 Berkeringat atau kulit lembab, dingin
 Napas cepat (lebih dari 30 x/menit
 Cemas, bingung atau tidak sadar
 Produksi urin sedikit (kurang dari 30 ml/jam)
15 Tanda dan gejala persalinan dengan fase laten yang memanjang:
 Pembukaan serviks kurang dari 4 cm setelah 8 jam
 Kontraksi teratur (lebih dari 2 dalam 10 menit)
16 Tanda dan gejala belum inpartu:
 < 2 x kontraksi dalam 10 menit, berlangsung kurang dari 20 detik
 Tidak ada perubahan serviks dalam waktu 1 sampai 2 jam
17 Tanda dan gejala partus lama:
 Pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada
 Pembukaan serviks kurang dari 1 cm per jam

13
 < 2 x kontraksi dalam waktu 10 menit, masing-masing berlangsung
kurang dari 40 detik
 
Tabel 3.
Parameter Monitoring Persalinan (Partograf)
Parameter Temuan abnormal
Tekanan darah > 140/90 dengan sedikitnya satu tanda/gejala pre-eklampsia
Temperatur > 38oC
Nadi > 100 x/menit
DJJ < 100 atau > 180 x/menit
Kontraksi < 3 dalam 10 menit, berlangsung < 40 detik, ketukan di
palpasi lemah
Serviks Partograf melewati garis waspada pada fase aktif
Cairan amnion Mekonium, darah, bau
Urin Volume sedikit dan pekat

1. Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas


a. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta
sampai 6 minggu setelah melahirkan.
b. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas untuk :
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2) Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayi.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi
serta perawatan bayi sehari-hari
4) Memberikan pelayanan keluarga berencana.

14
5) Mendapatkan kesehatan emosi.
c. Tahapan Masa Nifas
Masa nifas terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu :
1) Puerperium dini
Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan
berjalan-jalan.
2) Puerperium intermedial
Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama
kurang lebih enam minggu.

3) Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dlam
keadaan sempurna terutama ibu bila ibu selama hamil atau waktu
persalinan mengalami komplikasi.
d. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat
kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
1) Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2) Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan
adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3) Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada
masa nifas.
4) Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
e. Asuhan Yang Diberikan Sewaktu Melakukan Kunjungan Masa
Nifas :
1) Asuhan 6-8 jam post partum
a) Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri
b) Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta
melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut

15
c) Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara
mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri
d) Pemberian ASI awal
e) Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi
baru lahir
f) Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi
g) Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan
harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam
keadaan baik.
2) Asuhan 6 hari post partum
a) Memastikan involusi uterus barjalan dengan normal, uterus
berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah
umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan
c) Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup
d) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup
cairan
e) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak
ada tanda-tanda kesulitan menyusui
f) Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir
sehari-hari, pemberian ASI ekslusif, imunisasi.
3) Asuhan 2 minggu post partum
Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang
diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.
4) Asuhan 6 minggu post partum
a) Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa
nifas
b) Memberikan konseling KB secara dini.
Asuhan kala II
Proses- proses fisiologis yang akan terjadi dari adanya gejala dan tanda

16
kala II dan berakhir dengan lahirnya bayi. Penolong persalinan, selain diharapkan
mampu untuk mempasilitasi berbagai proses tersebut juga mampu mencegah
terjadinya berbagai penyulit, mengenali gangguan atau komplikasi sejak tahap
yang paling dini dan menatalaksanaan atau merujuk ibu bersalin secara adekuat
sesuai dengan lima aspek benang merah dalam persalinan.
a. Persiapan penolong persalinan Salah satu persiapan penting bagi penolong
persalinan adalah persiapan penolong persalinan adalah penerapan praktik
pencegahan infeksi.
b. Persiapan ibu dan keluarga Asuhan sayang ibu dan sayang bayi diterapkan
dalam proses persalinan kelahiran bayi. Dalam kala II diterapkan
pertolongan persalinan sesuai dengan 60 langkah APN, menganjurkan
keluarga ikut terlibat dalam asuhan seperti membantu ibu berganti posisi,
memfasilitasi kebutuhan nutrisi dan cairan serta memberikan semangat
pada ibu, membimbing ibu meneran, membersihkan perineum ibu,
mengosongkan kandung kemih, melakukan amniotomi, menolong
kelahiran bayi, serta mencegah laserasi saat melahirkan kepala.
c. Pemantauan dan pencatatan selama kala II Kondisi ibu, bayi dan kemajuan
persalinan harus selalu dipantau secara berkala dan ketat selama
berlangusngnya kala II persalinan. Adapun hal yang dipantau diantaranya
nadi ibu setiap 30 menit, frekuensi dan lama kontraksi selama 30 menit,
frekuensi dan lama kontraksi selama 30 menit, DJJ setiap 5-10 menit,
penurunan kepala bayi, warna cairan ketuban jika selaput ketuban sudah
pecah, menentukan adanya presentasi majemuk atau tali pusat disamping
atau terkemuka, putaran paksi luar segera setelah bayi lahir, kehamilan
kembar yang tidak diketahui sebelum bayi pertama lahir serta catatkan
semua pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan pada catatan persalinan
Ini disebut juga sebagai kala pengeluaran. Kala dimulai dari pembukaan
lengkap sampai lahirnya janin. Menurut Kuswanti (2014) dengan adanya his
persalinan, terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan: a) Perdarahan dan
pembukaan. b) Perubahan menyebabkan selaput lendir yang terdapat pada kanalis
servikalis terlepas. c) Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.

17
Gejala dan tanda kala II, telah terjadi pembukaan lengkap, tampak bagian kepala
janin melalui pembukaan introitus vagina, ada rasa ingin meneran saat kontraksi,
ada dorongan pada rectum atau vagina, perinium terlihat menonjol, vulva dan
springter ani membuka, peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
(Asrinah,2010).
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini
biasanya berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. Pada
kala pengeluaran janin telah turun masukruang panggul sehingga terjadi tekanan
pada otot-otot dasar Parameter Frekuensi kala I laten Frekuensi kala I aktif
Tekanan darah Tiap 4 jam Tiap 4 jam Suhu Tiap 4 jam Tiap 2 jam Nadi Tiap 30-
60 menit Tiap 30-60 menit Denyut jantung janin Tiap 1 jam Tiap 30 menit
Kontraksi Tiap 1 jam Tiap 30 menit Pembukaan serviks Tiap 4 jam* Tiap 4 jam*
Penurunan kepala Tiap 4 jam* Tiap 4 jam* Warna cairan amnion Tiap 4 jam*
Tiap 4 jam* 12 panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan,
karena tekanan pada rectum ibu merasa seperti mau buang air besar dengan tanda
anus membuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka,
perinium membuka, perinium meregang. Dengan adanya his ibu dan dipimpin
untuk mengedan, maka lahir kepala diikuti oleh seluruh badan janin.
(Rukiyah,2009. Komplikasi yang dapat timbul pada kala II yaitu:eklamsi,
kegawatdaruratan janin, tali pusat menumbung, penurunan kepala terhenti,
kelelahan ibu, persalinan lama, ruptur uteri, distocia karena kelainan letak, infeksi
intra partum, inersia uteri, tandatanda lilitan tali pusat
Asuhan Kala III
Asuhan kala III menurut JNPK-KR 2017 adalah manajemen aktif kala III.
Adapun langkah- langkah manajemen aktif kala III yaitu: a). pemberian suntikan
oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir. b). Melakukan penegangan tali
pusat terkendali tanda-tanda pelepasan plasenta diantaranya perubahan bentuk dan
tinggi fundus, tali pusat memanjang dan menjulur melalui vulva serta adanya
semburan darah mendadak dan singkat. c). Melakukan masase fundus uteri
tindakan ini dilakukan untuk menilai adanya atonia uteri dalam 15 detik setelah
kelahiran plasenta.

18
Batasan kala III, masa setelah lahirnya bayi dan berlangsungnya proses
pengeluaran plasenta. Tanda-tanda pelepasan plasenta, terjadi perubahan bentuk
uterus dan tinggi fundus uteri, tali pusat memanjang, atau menjulur keluar melalui
vagina atau vulva, adanya semburan darah secara tiba-tiba kala III,berlangsung
tidak lebih dari 30 menit (Asrinah, 2010). Setelah bayi lahir uterus teraba keras
dengan fundus uteri setinggi pusat beberapa menit kemudian uterus berkontraksi
lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6
– 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan darah pada
fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai pengeluaran darah kompilkasi yang
dapat timbul pada kala III adalah perdarahan akibat atonia uteri, retensio plasenta,
perlukaan jalan lahir, dan tanda gejalan tanda pusat
Asuhan Kala IV
Asuhan dan pemantauan kala IV diantaranya: a). Memperkirakan
kehilangan darah, apabila perdarahan menyebabkan ibu lemas, pusing dan
kesadaran menurun serta tekanan darah sistolik menurun lebih dari 10 mmHg dari
kondisi sebelumnya maka telah terjadi perdarahan lebih dari 500 ml. Bila ibu
mengalami syok Hipovolemik maka ibu telah kehilangan darah 50% dari total
jumlah darah ibu 2000-2500 ml (JNPK-KR 2017). b). Memeriiksa perdarahan dari
perineum terdapat 4 derajat luka laserasi yang menyebabkan perdarahan dari
laserasi atau robekan perineum dan vagina. Derajat satu meliputi robekan pada
mukosa vagina, komisura posterior serta kulit perineum.Robekan derajat dua
meliputi mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum serta otot
perineum.Robekan derajat tiga meliputi laserasi derajat dua hingga otot spingter
ani. Dan terakhir robekan derajat empat hingga dinding depan rectum

19
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Yang dimaksud dengan deteksi dini merupakan upaya pemberian
informasi kepada klien yang berpotensi terhadap suatu masalah
(penyakit/komplikasi) untuk menyiagakan dalam mengambil tindakan antisipasi
atau mengurangi resiko dalam kondisi dan situasi tersebut. Prinsip deteksi dini
terhadap kelainan, komplikasi dan penyakit pada masa kehamilan, persalinan dan
nifas adalah suatu kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir dan bertindak
seorang bidan dalam memberikan informasi terkait dengan resiko ataupun
masalah (penyakit, kelainan ataupun komplikasi).
Pemeriksaan dan pengawasan terhadap ibu hamil sangat perlu dilakukan
secara teratur. Hal ini bertujuan untuk menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan
mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas sehingga
didapatkan ibu dan anak yang sehat. Selain itu juga untuk mendeteksi dini adanya
kelainan, komplikasi dan penyakit yang biasanya dialami oleh ibu hamil sehingga
hal tersebut dapat dicegah ataupun diobati. Dengan demikian maka angka
morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi dapat berkurang.
Sebelum menjelaskan mengenai berbagai macam penyakit pada ibu hamil,
perlu diketahui bahwa menjaga kondisi kesehatan adalah sesuatu yang mutlak
bagi ibu hamil. Beberapa penyakit bisa berakibat fatal bagi ibu maupun janin.
Kadang kala gejala penyakit terlihat sederhana namun hal ini adalah indikasi
munculnya penyakit berbahaya. Oleh karena itulah, mengetahui penyakit
berbahaya pada ibu hamil adalah hal penting agar Anda bisa melakukan tindakan
pencegahan sedini mungkin, atau bisa melakukan tindakan secepatnya jika gejala
penyakit ibu hamil tersebut muncul.

B. SARAN
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, penulis menyarankan

20
kepada para pembaca untuk melakukan penelitian lanjut dengan pendekatan yang
lebih mendalam terhadap apa yang telah dipaparkan diatas.

21
DAFTAR PUSTAKA

Depkes, RI. (2000). Referensi Kesehatan. http://creasoft.wordpress.com.


Diakses pada tanggal 13 Januari 2023
Dinkes Jateng. (2007). Cakupan DDTK provinsi. http:// Jawa
Tengah.go.id.bapermas/standard/adds/revitalisasi%.html. Diakses pada tanggal 13
Januari 2023
Haryono Roeshadi : Pemeliharaan Kesehatan Ibu Dan Anak Menuju
Keluarga Yang Bahagia Dan Sejahtera. Panel Diskusi PHBI Fakultas Kedokteran
USU, 1986.
Giatno, Bamabang. (2005). Buku Pegangan Kader Posyandu. Jawa Timur :
Dinas Kesehatan
Mudjianto, T. (2003). Efektifitas KMS Anak Balita Sebagai Sarana
Penyuluhan Gizi di Posyandu. http://digilib.litbang.depkes.go.id. Diakses tanggal
13 Januari 2023
Nursalam. (2005). Ilmu kesehatan anak. Jakarta : Salemba Medika
Siahaan, R. (2005). Pelaksanaan Program Deteksi Dini Tumbuh Kembang
Balita di Posyandu.
http://library.usu.ac.id/index.php/component/journals/index. Diakses tanggal 13
Januari 2023
Sri Astuti. (2005). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi
Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayananan Kesehatan Dasar. Jakarta :
Departemen kesehatan Republik Indonesia
Zulkifli. (2003). Posyandu dan Kader Kesehatan. Pelaksanaan Program
Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita di Posyandu.
http://library.usu.ac.id/index.php/component/journals/index. Diakses tanggal 13
Januari 2023

22

Anda mungkin juga menyukai