Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MOLA HIDATIDOSA

OLEH
NAMA : NUR HANISKA KHALIK
NIM : 190401020

PRODI DIII KEBIDANAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG SENGKANG

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam pendidikan. Makalah ini dibuat digunakan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan
oleh Dosen kami diperguruan tinggi.

Dalam makalah ini dijelaskan secara singkat juga tentang apa itu Mola hidatidosa.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran agar menjadi lebih baik lagi.

Sengkang,22 Oktober 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................

B. Rumusan Masalah ................................................................................

C. Tujuan ..................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

1. Faktor Deposisi....................................................................................

2. Tanda dan Gejala.................................................................................

3. Penatalaksaan .....................................................................................

4. Langkah-langkah SOP...........................................................................

5. Referensi..............................................................................................

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan ............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Di Indonesia masalah ibu dan anak merupakan sasaran prioritas dalam


pembangunanbidang kesehatan. Angka kematian ibu merupakan salah satu indikasi
yangmenentukan derajat kesehatan suatu bangsa, oleh sebab itu hal ini merupakan
prioritasdalam upaya peningkatan status kesehatan masyarakat yang utama di Negara
kita.Upaya kesehatan reproduksi salah satunya adalah menurunkan angka kesakitan
dankematian ibu hamil dan bersalin. Angka kematian ibu dengan kehamilan di Indonesia
termasuk tinggi di Asia. Pada setiap 2 jam terdapat satu ibu yang meninggal karena
melahirkan.
Propinsi penyumbang kasus kematian ibu dengan kehamilan terbesar ialah Papua 730
per 100.000 kelahiran, Nusa Tenggara Barat 370 per 100.000 kelahiran, Maluku 340 per
100.000. (Warta Demografi, tahun 30, no.4, 2000).Dari data diatas meskipun ada
kecenderungan menurun, tapi angka kematian ibu (AKI)penduduk Indonesia masih relatif
tinggi yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup tahun2003. Tingginya angka kematian ibu
diantaranya disebabkan oleh beberapa faktor meliputi: perdarahan, toxemia gravidarum, dan
infeksi.
Salah satu dari ketiga faktor tersebut adalah perdarahan dan perdarahan dapat terjadi
pada wanita dengan molahidatidosa.Mola Hidatidosa ialah ke88hamilan abnormal, dengan
ciri-ciri tumor jinak (benigna) darichorion penyebab embrio mati dalam uterus tetapi plasenta
melanjutkan sel-seltrophoblastik terus tumbuh menjadi agresif dan membentuk tumor yang
invasif,kemudian edema dan membentuk seperti buah anggur, karakteristik mola
hidatiosabentuk komplet dan bentuk parsial, yaitu tidak ada jaringan embrio dan ada
jaringanembrio. Melihat fenomena diatas maka disini penulis tertarik untuk menyusun
KaryaTulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Kehamilan Dengan Mola Hidatidosa”.

2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang dimuka, maka saya menulis rumusan masalah dalam
makalah ini sebagai berikut:
1. Apa sajakah yang menjadi tinjauan dari faktor deposisi?
2. Apa sajakah yang menjadi tinjauan dari tanda dan gejala?
3. Apa sajakah yang menjadi tinjauan dari penatalaksaan?
4. Apa sajakah yang menjadi tinjauan langkah-langkah sop?
5. Apa sajakah yang menjadi tinjauan referensi?
3. TUJUAN
Dari rumusan penelitian di atas, maka tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui tinjauan mengenai faktor deposisi
2. Untuk mengetahui tinjauan mengenai tanda dan gejal
3. Untuk mengetahui tinjauan mengenai penatalaksaan
4. Untuk mengetahui tinjauan mengenai langakah-langkah sop
5. Untuk mengetahui tinjauan mengenai referensi
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian
Mola Hidatidosa adalah salah satu penyakit trofoblas gestasional (PTG),
yang meliputi berbagai penyakit yang berasal dari plasenta yakni mola hidatidosa
parsial dan komplet, koriokarsinoma, mola invasif dan placental site trophoblastic
tumors. Para ahli ginekologi dan onkologi sependapat untuk mempertimbangkan
kondisi ini sebagai kemungkinan terjadinya keganasan, dengan mola hidatidosa
berprognosis jinak, dan koriokarsinoma yang ganas, sedangkan mola hidatidosa invasif
sebagai borderline keganasan. Secara histologis terdapat proliferasi trofoblast dengan
berbagai tingkatan hiperplasia dan displasia. Vili khorialis terisi cairan, membengkak,
dan hanya terdapat sedikit pembuluh darah. 6,7 Mola Hidatidosa merupakan suatu
kehamilan patologik dimana khorion mengalami beberapa hal, yaitu degenerasi
hidrofik dan kistik dari vili khorealis, proliferasi trofoblas, dan tidak ditemukan
pembuluh darah janin.6 Janin biasanya meninggal dengan villus yang terus tumbuh
membesar dan edematus sebagai segugus buah anggur. Kehamilan pada mola
hidatidosa berkembang secara tidak wajar, dimana tidak ditemukannya janin dan
hampir seluruh vili korialisnya mengalami perubahan berupa degenerasi hidropik dan
berbentuk seperti gelembung yang menyerupai anggur.1,4Secara makroskopik, mola
hidatidosa tampak seperti gelembung-gelembung berwarna putih, tembus pandang,
berisi cairan yang jernih, dengan ukuran yang bervariasi yaitu dari beberapa milimeter
hingga 1-2 cm.1
Di amerika serikat kasus mola hidatidosa dijumpai satu dari 1500 kehamilan
dan diklasifikasikan menjadi mola komplit ataupun mola parsial berdasarkan klinis,
morfologis, dan genetik. Mola hidatidosa dapat menimbulkan penyakit trofoblas
gestasional persisten yang mana ditemukan sekitar 10-30% kasus setelah terjadinya
mola komplit dan 0,5-5% setelah terjadinya mola parsial. Sedangkan Koriokarsinoma
juga muncul sekitar 3% setelah terjadinya mola komplit dan jarang dilaporkan terjadi
setelah mola parsial.2Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di rumah sakit
Charing Cross Hospital di london, dari 230 kehamilan didapatkan 1,3% diantaranya
telah berkembang menjadi mola hidatidosa.3 Mola hidatidosa di Indonesia dianggap
sebagai salah satu penyakit yang membutuhkan perhatian khusus dengan insidensi yang
tinggi, yaitu 1:40 persalinan dengan faktor resiko, seperti gizi buruk, riwayat obstetri,
etnis, dan genetik serta sering terjadi pada usia kurang dari 20 tahun dan pada usia lebih
dari 35 tahun. Berdasarkan penelitian retrospektif yang dilakukan pada bagian obstetri
dan ginekologi di BLU Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, periode januari 2002
sampai dengan desember 2005 didapatkan sebanyak 72 kasus mola hidatinosa.4 Mola
hidatidosa terbagi atas 2 kategori, yaitu komplet mola hidatidosa dan parsial mola
hidatidosa. Mola hidatidosa komplet tidak berisi jaringan fetus. 90 % biasanya terdiri
dari kariotipe 46,XX dan 10% 46,XY. Semua kromosom berasal dari paternal. Ovum
yang tidak bernukleus mengalami fertilisasi oleh sperma haploid yang kemudian
berduplikasi sendiri, atau satu telur dibuahi oleh 2 sperma. Pada mola yang komplet,
vili khoriales memiliki ciri seperti buah anggur, dan terdapat tropoblastik hiperplasia.
Pada mola hidatidosa parsial terdapat jaringan fetus. Eritrosit fetus dan pembuluh darah
di vili khorialis sering didapatkan. Vili khorialis terdiri dari berbagai ukuran dan bentuk
dengan stroma tropoblastik yang menonjol dan berkelok-kelok.

2. Faktor Deposisi
Sejauh ini penyebab dari mola hidatidosa sendiri masih belum diketahui.Beberapa
faktor-faktor seperti gangguan pada telur, kekurangan gizi pada ibu hamil, dan kelainan
rahim dianggap berhubungan dengan peningkatan angka kejadian mola hidatidosa
sendiri. Wanita dengan usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun juga memiliki resiko
tinggi untuk terjainya mola hidatidosa.Faktor resiko mola hidatidosa sering didapatkan
pada wanita usia reproduktif. Wanita usia remaja atau usia perimenopausal amat sangat
beresiko.Wanita yang berusia lebih dari 35 tahun memiliki resiko 2 kali lipat. Wanita
usia lebih dari 40 tahun memiliki resiko 7 kali dibanding wanita yang lebih muda.
Paritas tidak mempengaruhi faktor resiko ini.

3. Tanda dan Gejala


Gejala awal pada mola hidatidosa tidak jauh berbeda dengan kehamilan biasanya,yaitu
berupa rasa mual, muntah, pusing, dan gejala-gejala lainnya,hanya saja derajat
keluhannya sering lebih hebat dari pada kehamilan biasa.Selanjutnya perkembangan
lebih pesat, sehingga pada umumnya besar uterus lebih besar dari pada usia kehamilan.
Adapun kasus-kasus dimana uterusny sama kecil atau sama besarnya dengan usia
kehamilan, walaupun jaringannya belum dikeluarkan. Dalam hal ini perkembangan
trofoblas tidak begitu aktif,sehingga perlu dipikirkan kemungkinan adanya jenis dying
mole.Perdarahan merupakan gejala utama mola hidatidosa. Biasanya keluhan
perdarahan inilah yang mendorong pasien untuk datang ke rumah sakit. Perdarahan ini
biasanya terjadi antara bulan pertama hingga bulan ke tujuh dengan rata-rata usia 12
sampai dengan usia 14 minggu. Sifat dari perdarahan ini dapat intermiten, sedikit-
sedikit atau banyak, sehingga menyebabkan pasien mengalami anemia dari ringan
hingga berat dan dapat berujung pada syok hingga kematian.
Mola hidatidosa juga dapat disertai dengan pre-eklamsia ataupun eklamsia layaknya
kehamilan biasa, hanya saja perbedaannya ialah pre-eklamsia ataupun eklamsia pada
mola hidatidosa terjadinya lebih muda dari pada usia kehamilan biasa. Penyulit lain
yang mungkin terjadi adalah emboli sel trofoblas ke paruparu. Sebenarnya pada tiap-
tiap kehamilan selalu ada migrasi dari sel-sel trofoblas ke paru-paru tanpa memberikan
gejala apa-apa. Namun, pada mola hidatidosa terkadang jumlah dari sel trofoblas begitu
banyak, sehingga dapat menimbulkan emboli paru akut yang dapat berujung pada
kematian. Masalah lain yang juga sering muncul akhir-akhir ini pada kasus mola
hidatidosa adalah tirotoksikosis. Maka dari itu Martaadisoebrata menganjurkan agar
semua kasus mola hidatidosa harus dicari tanda-tanda tirotoksikosis secara aktif seperti
kita yang selalu waspada terhadap tanda-tanda pre-eklamsi ataupun eklamsi pada tiap
kehamilan. Biasanya disini penderita meninggal diakibatkan oleh krisis tiroid. Mola
hidatidosa juga sering disertai dengan kista lutein, baik unilateral ataupun bilateral.
Umumnya kista ini menghilang setelah jaringan mola dikeluarkan, tetapi ada beberapa
kasus dimana kista lutein baru ditemukan sewaktu kita melakukan pemeriksaan berhari-
hari. Dengan pemeriksaan klinis insidensi kista lutein lebih kurang 10,2 %, namun
apabila menggunakan Ultra Sonografi (USG) angka insidensinya meningkat hingga
50%. Kasus mola hidatidosa dengan kista lutein memiliki faktor resiko untuk terjadinya
degenerasi keganasan empat kali lebih besar dibandingkan dengan kasus mola
hidatidosa tanpa disertai kista lutein. Uterus pada mola hidatidosa tumbuh lebih cepat
daripada kehamilan biasa, pada uterus yang besar ini tidak terdapat tanda- tanda adanya
janin didalamnya, seperti ballotement pada palpasi, gerak janin pada auskultasi, adanya
kerangka janin pada pemeriksaan roentgen, dan adanya denyut jantung pada
ultrasonografi.Diagnosis penyakit ini meliputi:10
1) Perdarahan per vaginam disertai keluarnya gelembung gelembung seperti buah
anggur (gelembung mola) atau villus
2) Tejadi gejala toksemia pada trisemester I-II
3) Terjadi hiperemis gravidum
4) Dijumpai gejala-gejala tirotoksikosis atau hipertiroid
5) Kadang- kadang dijumpai emboli paru

4. Penatalaksaan
Penatalaksanaan mola hidatidosa adalah terminasi kehamilan dengan suction curettage
apabila pasien masih menginginkan untuk hamil lagi.
Prinsip Penatalaksanaan Mola Hidatidosa
Pada dasarnya, penatalaksanaan mola hidatidosa meliputi empat prinsip utama yaitu :
a. Perbaikan Keadaan Umum
Perbaikan keadaan umum dilakukan dengan mengevaluasi tanda vital, rehidrasi,
dan resusitasi cairan bila didapatkan tanda-tanda syok. Bila pada hasil pemeriksaan
darah didapatkan anemia berat, perlu dipertimbangkan pemberian transfusi darah
dengan packed red cell (PRC).
b. Pengeluaran Jaringan Mola dengan Vakum Kuretase
Vakum kuretase atau suction curettage merupakan metode pilihan dalam evakuasi
jaringan mola hidatidosa tanpa mempedulikan ukuran uterus bagi pasien yang
ingin mempertahankan status fertilitasnya. Tidak disarankan menggunakan kuret
tajam serta obat-obatan oksitosik untuk meminimalisir risiko menyebarnya
jaringan secara hematogen yang dapat berujung metastasis
c. Total Histerektomi dapat Menjadi Pilihan untuk Mengurangi Risiko
Keganasan
Bagi wanita berusia >40 tahun yang tidak lagi menginginkan hamil, total
histerektomi dapat menjadi pilihan karena risiko terjadinya keganasan secara
signifikan meningkat pada kelompok populasi ini. Meskipun demikian,
histerektomi hanya dapat mengeliminasi risiko penyakit yang bersifat lokal-invasif
dan tidak dapat mencegah metastasis. [2]
d. Pemeriksaan Tindak Lanjut
Mengingat adanya kemungkinan keganasan muncul setelah mola hidatidosa, tindak
lanjut menjadi penting dilakukan dengan memantau kadar hCG pasien. Tes hCG
harus mencapai nilai normal kembali 8 minggu setelah evakuasi. Tindak lanjut
dapat diteruskan hingga kisaran 1 tahun setelah evakuasi.

Selama 6 bulan setelah evakuasi, pasien disarankan untuk tidak hamil terlebih
dahulu agar tidak terjadi bias selama pemantauan kadar serum hCG. Oleh karena
itu, penggunaan alat kontrasepsi yang efektif harus diinformasikan kepada pasien.
Saat ini, Federation of Gynecologists and Obstetricians (FIGO) mengeluarkan
kriteria diagnosis penyakit trofoblas setelah mola hidatidosa, yaitu :
 Kadar hCG menetap pada 4 kali pemeriksaan dalam durasi 3 minggu (yaitu
pada hari ke 1, 7, 14, dan 21)
 Kadar hCG meningkat lebih dari 10% pada 3 kali pemeriksaan yang dihitung
dalam durasi 2 minggu (yaitu hari ke 1,7, dan 14
 Kadar hCG yang persisten, yaitu tetap terdeteksi selama lebih dari 6 bulan
setelah evakuasi mola.

5. Langkah-langkah SOP

MOLA HIDATIDOSA
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :
UPT PUSKESMAS KepalaPuskesmas
ALAS alas Bayu Atika
Dewi,SST,SKM
1.Pengertian Jonjot-jonjot (chorionic villi) korion yang tumbuh berganda berupa
gelembunggelembung kecil yang mengandung banyak cairan
sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam menentukan


2.Tujuan tindakan pada pasien mola hidatidosa

3.Kebijakan SK Kepala Puskesmas No 4. 5.

4. Referensi \ Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasardan


rujukan

Persiapan tembat:
5. Prosedur Ruangan yang refresentatif
Dignosis:
1. Pedarahan pervaginan berupa bercak hingga berjumlah
banyak
2. Mual dan muntah hebat
3. Ukuran uterus lebih besar dari usia kehamilan
4. Tidak ditemukan janin intra uteri
5. Nyeri perut
6. Servik terbuka
7. Keluar jaringan seperti anggur, tidak ada janin
8. Takikardi, berdebar-debar (tanda-tanda tirotoksikosis)
Penangannan:
1. Pasang infus
2. Rujuk ke Rumah Sakit

6.Langkah-langkah 1. Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun


2. Pasien datang ke fasilitas kesehatan
3. Persilakan pasien duduk
4. Lakukan anamnesa untuk mengetahui keluhan pasien
5. Persilakan pasien berbaring di tempat tidur untuk
6. melakukan pemeriksaan objektif
7. Pasang infus
8. Rujuk ke Rumah Sakit

6. Referensi
BAB III

KESIMPULAN
1. Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh villi Korialisnya
mengalami perubahan hidrofobik
2. Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika dan Amerika Latin
3. Mola hidatidosa terbagi menjadi :
a. Mola hidatidosa sempurna
b. Mola hidatidosa parsial
4. Perdarahan pervaginaan dari bercak sampai perdarahan berat merupakan gejala utama
dari mola hidatidosa
5. Diagnosis ditegakkan berdasarkan Anamnesa, Pemeriksaan fisik, pemeriksaan dalam,
laboratorium, radiologik dan histopatologik
6. Penatalaksanaan : a. Evakuasi : Kuret atau kuret isap b. Pengawasan lanjut : Periksa
ulang selama 2-3 tahun c. Terapi profilaksis : Pemberian Metotreksat (MTX)
7. Komplikasi - Syok - Anemia - Infeksi Sekunder 9
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. M.N. dkk. Mola Hidatidosa. PEDOMAN DIAGNOSIS DAN TERAPI LAB/UPF.
KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN. RSUD DOKTER SOETOMO SURABAYA
Hal Cuninngham. F.G. dkk. Mola Hidatidosa Penyakit Trofoblastik Gestasional Obstetri
Williams. Edisi 21. Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGG Jakarta Hal Mansjoer, A. dkk.
Mola Hidatidosa. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta Hal Martaadisoebrata. D, & Sumapraja, S.
Penyakit Serta Kelainan Plasenta & Selaput Janin. ILMU KEBIDANAN. Yayasan Bina
pustaka SARWONO PRAWIROHARDJO. Jakarta.2002 Hal Mochtar. R. Penyakit Trofoblas.
SINOPSIS OBSTETRI. Jilid I. Edisi2. Penerbit Buku Kedokteran. ECG. Jakarta Hal
Prawirohadjo, S. & Wiknjosastro, H. Mola Hidatidosa. ILMU KANDUNGAN. Yayasan Bina
Pustaka SARWONO PRAWIROHADJO. Jakarta Hal Sastrawinata, S.R. Mola Hidatidosa.
OBSETETRI PATOLOGIK. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Padjajaran. ELSTAR OFFSET. Bandung Hal

Anda mungkin juga menyukai