MOLA HIDATIDOSA
OLEH
NAMA : NUR HANISKA KHALIK
NIM : 190401020
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam pendidikan. Makalah ini dibuat digunakan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan
oleh Dosen kami diperguruan tinggi.
Dalam makalah ini dijelaskan secara singkat juga tentang apa itu Mola hidatidosa.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran agar menjadi lebih baik lagi.
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan ..................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
1. Faktor Deposisi....................................................................................
3. Penatalaksaan .....................................................................................
4. Langkah-langkah SOP...........................................................................
5. Referensi..............................................................................................
1. Kesimpulan ............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang dimuka, maka saya menulis rumusan masalah dalam
makalah ini sebagai berikut:
1. Apa sajakah yang menjadi tinjauan dari faktor deposisi?
2. Apa sajakah yang menjadi tinjauan dari tanda dan gejala?
3. Apa sajakah yang menjadi tinjauan dari penatalaksaan?
4. Apa sajakah yang menjadi tinjauan langkah-langkah sop?
5. Apa sajakah yang menjadi tinjauan referensi?
3. TUJUAN
Dari rumusan penelitian di atas, maka tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui tinjauan mengenai faktor deposisi
2. Untuk mengetahui tinjauan mengenai tanda dan gejal
3. Untuk mengetahui tinjauan mengenai penatalaksaan
4. Untuk mengetahui tinjauan mengenai langakah-langkah sop
5. Untuk mengetahui tinjauan mengenai referensi
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Mola Hidatidosa adalah salah satu penyakit trofoblas gestasional (PTG),
yang meliputi berbagai penyakit yang berasal dari plasenta yakni mola hidatidosa
parsial dan komplet, koriokarsinoma, mola invasif dan placental site trophoblastic
tumors. Para ahli ginekologi dan onkologi sependapat untuk mempertimbangkan
kondisi ini sebagai kemungkinan terjadinya keganasan, dengan mola hidatidosa
berprognosis jinak, dan koriokarsinoma yang ganas, sedangkan mola hidatidosa invasif
sebagai borderline keganasan. Secara histologis terdapat proliferasi trofoblast dengan
berbagai tingkatan hiperplasia dan displasia. Vili khorialis terisi cairan, membengkak,
dan hanya terdapat sedikit pembuluh darah. 6,7 Mola Hidatidosa merupakan suatu
kehamilan patologik dimana khorion mengalami beberapa hal, yaitu degenerasi
hidrofik dan kistik dari vili khorealis, proliferasi trofoblas, dan tidak ditemukan
pembuluh darah janin.6 Janin biasanya meninggal dengan villus yang terus tumbuh
membesar dan edematus sebagai segugus buah anggur. Kehamilan pada mola
hidatidosa berkembang secara tidak wajar, dimana tidak ditemukannya janin dan
hampir seluruh vili korialisnya mengalami perubahan berupa degenerasi hidropik dan
berbentuk seperti gelembung yang menyerupai anggur.1,4Secara makroskopik, mola
hidatidosa tampak seperti gelembung-gelembung berwarna putih, tembus pandang,
berisi cairan yang jernih, dengan ukuran yang bervariasi yaitu dari beberapa milimeter
hingga 1-2 cm.1
Di amerika serikat kasus mola hidatidosa dijumpai satu dari 1500 kehamilan
dan diklasifikasikan menjadi mola komplit ataupun mola parsial berdasarkan klinis,
morfologis, dan genetik. Mola hidatidosa dapat menimbulkan penyakit trofoblas
gestasional persisten yang mana ditemukan sekitar 10-30% kasus setelah terjadinya
mola komplit dan 0,5-5% setelah terjadinya mola parsial. Sedangkan Koriokarsinoma
juga muncul sekitar 3% setelah terjadinya mola komplit dan jarang dilaporkan terjadi
setelah mola parsial.2Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di rumah sakit
Charing Cross Hospital di london, dari 230 kehamilan didapatkan 1,3% diantaranya
telah berkembang menjadi mola hidatidosa.3 Mola hidatidosa di Indonesia dianggap
sebagai salah satu penyakit yang membutuhkan perhatian khusus dengan insidensi yang
tinggi, yaitu 1:40 persalinan dengan faktor resiko, seperti gizi buruk, riwayat obstetri,
etnis, dan genetik serta sering terjadi pada usia kurang dari 20 tahun dan pada usia lebih
dari 35 tahun. Berdasarkan penelitian retrospektif yang dilakukan pada bagian obstetri
dan ginekologi di BLU Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, periode januari 2002
sampai dengan desember 2005 didapatkan sebanyak 72 kasus mola hidatinosa.4 Mola
hidatidosa terbagi atas 2 kategori, yaitu komplet mola hidatidosa dan parsial mola
hidatidosa. Mola hidatidosa komplet tidak berisi jaringan fetus. 90 % biasanya terdiri
dari kariotipe 46,XX dan 10% 46,XY. Semua kromosom berasal dari paternal. Ovum
yang tidak bernukleus mengalami fertilisasi oleh sperma haploid yang kemudian
berduplikasi sendiri, atau satu telur dibuahi oleh 2 sperma. Pada mola yang komplet,
vili khoriales memiliki ciri seperti buah anggur, dan terdapat tropoblastik hiperplasia.
Pada mola hidatidosa parsial terdapat jaringan fetus. Eritrosit fetus dan pembuluh darah
di vili khorialis sering didapatkan. Vili khorialis terdiri dari berbagai ukuran dan bentuk
dengan stroma tropoblastik yang menonjol dan berkelok-kelok.
2. Faktor Deposisi
Sejauh ini penyebab dari mola hidatidosa sendiri masih belum diketahui.Beberapa
faktor-faktor seperti gangguan pada telur, kekurangan gizi pada ibu hamil, dan kelainan
rahim dianggap berhubungan dengan peningkatan angka kejadian mola hidatidosa
sendiri. Wanita dengan usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun juga memiliki resiko
tinggi untuk terjainya mola hidatidosa.Faktor resiko mola hidatidosa sering didapatkan
pada wanita usia reproduktif. Wanita usia remaja atau usia perimenopausal amat sangat
beresiko.Wanita yang berusia lebih dari 35 tahun memiliki resiko 2 kali lipat. Wanita
usia lebih dari 40 tahun memiliki resiko 7 kali dibanding wanita yang lebih muda.
Paritas tidak mempengaruhi faktor resiko ini.
4. Penatalaksaan
Penatalaksanaan mola hidatidosa adalah terminasi kehamilan dengan suction curettage
apabila pasien masih menginginkan untuk hamil lagi.
Prinsip Penatalaksanaan Mola Hidatidosa
Pada dasarnya, penatalaksanaan mola hidatidosa meliputi empat prinsip utama yaitu :
a. Perbaikan Keadaan Umum
Perbaikan keadaan umum dilakukan dengan mengevaluasi tanda vital, rehidrasi,
dan resusitasi cairan bila didapatkan tanda-tanda syok. Bila pada hasil pemeriksaan
darah didapatkan anemia berat, perlu dipertimbangkan pemberian transfusi darah
dengan packed red cell (PRC).
b. Pengeluaran Jaringan Mola dengan Vakum Kuretase
Vakum kuretase atau suction curettage merupakan metode pilihan dalam evakuasi
jaringan mola hidatidosa tanpa mempedulikan ukuran uterus bagi pasien yang
ingin mempertahankan status fertilitasnya. Tidak disarankan menggunakan kuret
tajam serta obat-obatan oksitosik untuk meminimalisir risiko menyebarnya
jaringan secara hematogen yang dapat berujung metastasis
c. Total Histerektomi dapat Menjadi Pilihan untuk Mengurangi Risiko
Keganasan
Bagi wanita berusia >40 tahun yang tidak lagi menginginkan hamil, total
histerektomi dapat menjadi pilihan karena risiko terjadinya keganasan secara
signifikan meningkat pada kelompok populasi ini. Meskipun demikian,
histerektomi hanya dapat mengeliminasi risiko penyakit yang bersifat lokal-invasif
dan tidak dapat mencegah metastasis. [2]
d. Pemeriksaan Tindak Lanjut
Mengingat adanya kemungkinan keganasan muncul setelah mola hidatidosa, tindak
lanjut menjadi penting dilakukan dengan memantau kadar hCG pasien. Tes hCG
harus mencapai nilai normal kembali 8 minggu setelah evakuasi. Tindak lanjut
dapat diteruskan hingga kisaran 1 tahun setelah evakuasi.
Selama 6 bulan setelah evakuasi, pasien disarankan untuk tidak hamil terlebih
dahulu agar tidak terjadi bias selama pemantauan kadar serum hCG. Oleh karena
itu, penggunaan alat kontrasepsi yang efektif harus diinformasikan kepada pasien.
Saat ini, Federation of Gynecologists and Obstetricians (FIGO) mengeluarkan
kriteria diagnosis penyakit trofoblas setelah mola hidatidosa, yaitu :
Kadar hCG menetap pada 4 kali pemeriksaan dalam durasi 3 minggu (yaitu
pada hari ke 1, 7, 14, dan 21)
Kadar hCG meningkat lebih dari 10% pada 3 kali pemeriksaan yang dihitung
dalam durasi 2 minggu (yaitu hari ke 1,7, dan 14
Kadar hCG yang persisten, yaitu tetap terdeteksi selama lebih dari 6 bulan
setelah evakuasi mola.
5. Langkah-langkah SOP
MOLA HIDATIDOSA
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :
UPT PUSKESMAS KepalaPuskesmas
ALAS alas Bayu Atika
Dewi,SST,SKM
1.Pengertian Jonjot-jonjot (chorionic villi) korion yang tumbuh berganda berupa
gelembunggelembung kecil yang mengandung banyak cairan
sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan
Persiapan tembat:
5. Prosedur Ruangan yang refresentatif
Dignosis:
1. Pedarahan pervaginan berupa bercak hingga berjumlah
banyak
2. Mual dan muntah hebat
3. Ukuran uterus lebih besar dari usia kehamilan
4. Tidak ditemukan janin intra uteri
5. Nyeri perut
6. Servik terbuka
7. Keluar jaringan seperti anggur, tidak ada janin
8. Takikardi, berdebar-debar (tanda-tanda tirotoksikosis)
Penangannan:
1. Pasang infus
2. Rujuk ke Rumah Sakit
6. Referensi
BAB III
KESIMPULAN
1. Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh villi Korialisnya
mengalami perubahan hidrofobik
2. Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika dan Amerika Latin
3. Mola hidatidosa terbagi menjadi :
a. Mola hidatidosa sempurna
b. Mola hidatidosa parsial
4. Perdarahan pervaginaan dari bercak sampai perdarahan berat merupakan gejala utama
dari mola hidatidosa
5. Diagnosis ditegakkan berdasarkan Anamnesa, Pemeriksaan fisik, pemeriksaan dalam,
laboratorium, radiologik dan histopatologik
6. Penatalaksanaan : a. Evakuasi : Kuret atau kuret isap b. Pengawasan lanjut : Periksa
ulang selama 2-3 tahun c. Terapi profilaksis : Pemberian Metotreksat (MTX)
7. Komplikasi - Syok - Anemia - Infeksi Sekunder 9
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. M.N. dkk. Mola Hidatidosa. PEDOMAN DIAGNOSIS DAN TERAPI LAB/UPF.
KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN. RSUD DOKTER SOETOMO SURABAYA
Hal Cuninngham. F.G. dkk. Mola Hidatidosa Penyakit Trofoblastik Gestasional Obstetri
Williams. Edisi 21. Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGG Jakarta Hal Mansjoer, A. dkk.
Mola Hidatidosa. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta Hal Martaadisoebrata. D, & Sumapraja, S.
Penyakit Serta Kelainan Plasenta & Selaput Janin. ILMU KEBIDANAN. Yayasan Bina
pustaka SARWONO PRAWIROHARDJO. Jakarta.2002 Hal Mochtar. R. Penyakit Trofoblas.
SINOPSIS OBSTETRI. Jilid I. Edisi2. Penerbit Buku Kedokteran. ECG. Jakarta Hal
Prawirohadjo, S. & Wiknjosastro, H. Mola Hidatidosa. ILMU KANDUNGAN. Yayasan Bina
Pustaka SARWONO PRAWIROHADJO. Jakarta Hal Sastrawinata, S.R. Mola Hidatidosa.
OBSETETRI PATOLOGIK. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Padjajaran. ELSTAR OFFSET. Bandung Hal