Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ASKEP KEGEWATDARURATAN III


“MOLA HIDATIDOSA”

OLEH :
FELIX ROYNALDO FALIRAT

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA
MANADO
2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

rahmat dan karunianya saya dapat menyelesaikan tugas “Makalah Mola Hidatidosa”.

Terima kasih kepada dosen mata kuliah askep kegawatdaruratan yang telah membantu

dan membimbing saya dalam menyelesaikan tugas ini. Dan saya juga mengucapkan terima

kasih kepada teman-teman yang telah mendukung dan membantu saya sehingga dapat

bersama-sama menyelesaikan tugas ini.

Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan, oleh sebab itu saya

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk menjadi acuan bagi

saya agar menjadi lebih baik lagi dalam menyusun tugas yang ada.

Semoga makalah mola hidatidosa ini, dapat menambah wawasan para pembaca dan

dapat bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Manado, Mei 2021

Penyusun

Felix Roynaldo Falirat


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat

 BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi
B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Klasifikasi
E. Tanda dan gejala
F. Factor-faktor yang mempengaruhi retensio plasenta
G. Komplikasi
H. Penanganan

 BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran  

 DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mola hidatidosa didefinisikan sebagai suatu tumor jinak (benigna) dari korion.
Penyakit ini biasanya dikaitkan dengan; sosioekonomi rendah, letak geografis berbeda
(Asia Tenggara dan Mexico dengan insidensi yang banyak), malnutrisi (konsumsi protein
rendah, asam folat rendah, dan karoten rendah), dan usia 40 tahun. Prevalensi mola
hidatidosa 1/1500 di USA dan 1/25 terdistribusi di Mexico. Kejadian pada wanita Asia
lebih tinggi (1 kasus dari 120 kehamilan) daripada wanita di negara-negara barat (1 kasus
dari 2000 kehamilan). (Benson & Pemoll's, 1994; Hanifa W, 1999). Banyaknya penyulit
pada kasus mola hidatidosa, memperburuk prognosis dari penyakit ini, seperti:
preeklampsia, tirotoksikosis, anemia, dan hipotensi (Anna dkk, 2001). Apabila
penanganan pada penyakit ini kurang baik tidak jarang menimbukan kematian. Dengan
adanya penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, mola hidatidosa beserta pola penyakitnya
dapat diketahui dan diharapkan masyarakat mengetahui juga lebih waspada terhadap
gejala-gejala yang menyertainya dan melaksanakan pemeriksaan rutin terhadap
kandungannya. Dengan deteksi dini maka angka kematian dapat ditekan semaksimal
mungkin.
Mola hidatidosa adalah salah satu contoh kegagalan dalam kehamilan. Insidensi
kehamilan di Indonesia yakni 1 dari 40 kehamilan normal. Mola hidatidosa adalah suatu
kehamilan abnormal yang di sebabkan karena berproliferasinya sel-sel trofoblas vili
chorealis plasenta. Pada kehamilan mola hidatidosa ini biasanya janin mengalami
kematian namun vili-vili chorealis tetap berkembang membentuk seperti gugusan buah
anggur. Pada saat jaringan trofoblas tersebut berproliferasi juga mengeluarkan hormon β-
HCG (Human Chorionic Gonadotrophin).Hormon HCG (Human Chorionic
Gonadotrophin) merupakan hormon yang dihasilkan trofoblas plasenta demi
mempertahankan fungsi corpus luteum sebagai penyokong kehamilan dini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Apakah definisi mola hidatidosa ?
2. Apa etiologi mola hidatidoa?
3. Bagaimana patofisiologi mola hidatidosa ?
4. Jelaskan klasifikasi mola hidatidosa
5. Jelaskan tanda dan gejala mola hidatidosa
6. Jelaskan factor-faktor yang mempengaruhi mola hidatidosa
7. Jelaskan komplikasi mola hidatidosa
8. Bagaimana penatalaksanaan mola hidatidosa?

C. Tujuan
1. Tujuan Khusus
Untuk memenuhu tugas mata kuliah askep kegawatdaruratan III

2. Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui definisi mola hidatidosa
b. Untuk mengetahuai etiologi mola hidatidosa
c. Untuk mengetahui patofisiologi mola hidatidosa
d. Untuk mengetahui klasifikasi mola hidatidosa
e. Untuk mengetahui tanda dan gejala mola hidatidosa
f. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi mola hidatidosa
g. Untuk mengetahui komplikasi mola hidatidosa
h. Untuk mengetahui penatalaksanaan mola hidatidosa

D. Manfaat
1. Bagi Pasien
Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberi pengetahuan tentang mola hidatidosa.

2. Bagi perawat
Karya ilmiah diharapakan dapat memberi pengetahuan mengenai mola hidatidosa
dan juga sebagai pedoman dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

3. Bagi Universitas
Karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi referensi mengenai mola hidatidosa.

4. Bagi Mahasiswa Keperawatan


Karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi referensi dan memberikan andil
mengenai mola hidatidosa.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Mola hidatidosa (atau hamil anggur) adalah kehamilan abnormal berupa tumor jinak
yang terbentuk akibat kegagalan pembentukan janin.
Kehamilan Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang di tandai dengan hasil
konsepsi yang tidak berkembang menjadi embrio setelah fetilisasi, namun terjadi
proliferasi dari vili karialis disertai dengan degenerasi hidropik uterus melunak dan
berkembang lebih cepat dari usia gestasi normal, tidak dijumpai adanya janin,dan kavum
uteri hanya terisi oleh jaringan seperti rangkaian buah anggur, kelainan ini merupakan
neoplasma trofoblas yang jinak (Yulaikhah,2008).
Mola hidatidosa adalah perubahan pertumbuhan embrionik dini yang menyebabkan
gangguan pada plasenta, proliferasi sel-sel abnormal yang cepat, dan menghancurkan
embrio (Stright,2004).

B. Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui pasti, namun ada factor-faktor yang
menyebabkan antara lain :
1. faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tapi terlambat
dikeluarkan
2. imunoselektif dari trofoblas
3. keadaan sosio ekonomi yang rendah
4. paritis tinggi
5. kekurangan protein
6. infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
7. genetika

C. Patofisiologi
Jonjot-jonjot korion tumbuh berganda dan mengandung cairan merupakan kista-kista
kecil seperti anggur. Biasanya di dalamnya tidak berisi embrio. Secara histo patologic
kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan bayi normal. Bisa juga
terjadi kehamilan ganda mola adalah: Satu janin tumbuh dan yang satu menjadi mola
hidatidosa. Gelembung mola besarnya bervariasi.mulai dari yang kecil sampai
berdiameter lebih dari 1 cm.
Mola parsialis adalah bila dijumpai dan gelembung-gelembung mola.
Secara mikroskopik terlihat trias:
1. Proliferasi dari trofoblas
2. Degenerasi hidropik dari stroma vili dan kesembaban
3. Terlambat atau hilangnya pembuluah darah dan stroma
Sel-sel langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang dengan adanya sel
sinisial giantik (Syncytial Giant Cells). Pada kasus mola banyak kita jumpai ovarium
dengan kista lutein ganda berdiameter 10 cm atau lebih (25-60%). Kista lutein akan
berangsur-angsur mengecil dan kemudian hilang setelah mola hidatidosa sembuh.

D. Klasifikasi
Mola hidatidosa komlit (klasik)
 Terlihat gelembung vesikula jernih
 Tidak ditemukan janjin amnion
Mola hidatidosa inkomplit (parsial)
 bersifat fokal
 Masih terdapat janin
 Vili bersifat avascular dan pembengkakannya berjalan lambat

E. Tanda Dan Gejala


1. Tanda gejala mola hidatidosa antara lain
a) Amenore dan tanda-tanda kehamilan.
b) Pendarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada
keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola.
c) Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
d) Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya DDJ sekalipun
uterus sudah membesar setinggi pusat atau lebih.
e) Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan (tidak selalu ada), yang
merupaka diagnosa pasti
f) Muka dan kadang-kadang badan kelihatan pucat kekuning-kuningan, yang disebut
muka mola (mola face).
g) Tidak teraba bagian-bagian janin dan bolatemen, juga Gerakan janin.
h) Tidak terdengan bunyi denyut jantung janin.
i) Terdengar bising dan bunyi yang khas.
j) Penurunan berat badan yang berlebihan

F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mola Hidatidosa


Faktor resiko lainnya yang diketahui adalah status sosio ekonomi rendah, keguguran
sebelumnya, dan usia yang sangat ekstrim pada masa subur. Efek usia yang sangat jelas
terlihat adalah pada wanita yang berusia 45 tahun, Ketika frekuensi lesi yang terjadi
adalah 10 kali lipat dari pada lesi yang dapat terjadi pada wanita yang berusia 20-40
tahun.
Faktor lain yang mempengaruhi wanita untuk kehamilan mola yaitu berkaitan dengan
genetika dan Riwayat reproduksi.Berikut faktor-fakto resiko untuk kehamilan mola
hidatidosa menurut Fauziya,2012
a. Etnis Asia
Ada insiden yang lebih tinggi untuk angka kejadian kehamilan mola hidatidosa di
Kawasan Asia, perempuan dari etnis Asia beresiko 2 kali lipat lebih tinggi dari pada
wanita non-etnis Asi.
b. Riwayat kehamilan mola hidatidosa sebelumnya
Wanita yang pernah mengalami kehamilan mola hidatidosa memiliki resiko dua kali
lipat dibandingkan dengan yang belum pernah mengalami kehamilan mola hidatidosa.
c. Riwayat genetik
Terdapat penelitian yang membuktikan bahwa kehamilan mola hidatidosa memiliki
penyebab genetik terkait dengan mutasi gen pada kromosom 19.
d. Faktor makanan
Asupan rendah karotene dan rendah lemak hewani dikaitkan dengan peningkatan
resiko kehamilan mola hidatidosa sempurna, termasuk juga kekurangan vitamin A.

G. Komplikasi
Komplikasi pada mola hidatidosa menurut Nugroho, 2011
a. Perdarahan hebat.
b. Anemia.
c. Syok hipovolemik.
d. Infeksi sekunder.
e. Perforasi uterus.
f. Keganasan (PTG).
g. Preeklampsi atau eklampsia.
h. Tirotoksikosis

H. Penatalaksanaan
1. Terapi.
a. Keluar pendarahan banyak dan keluar jaringan mola, atasi syok dan perbaiki
keadaan umum penderita dengan pemberian cairan dan transfuse darah. Tindakan
pertama adalah melakukan manual digital untuk pengeluaran sebanyak mungkin
jaringan dan bekuan darah barulah dengan tenang dan hati-hati evaluasi sisanya
dengan kuretase.
b. Jika pembukaan kanalis servikalis masih kecil:
1) Pasang beberapa gagang laminari untuk memperlebar pembukaan selama 12
jam.
2) Setelah pasang infus Dectrosa 5 % yang berisi 50 satuan oksitosin (pitosin
atau sintosinon); cabut laminaria, kemudian setelah itu lakuakn evakuasi isi
kavum uteri dengan hati-hati. Pakailah cunam ovum yang agak besar atau
kuret besar : ambillah dulu bagian tengan baru bagian - bagian lainya pada
kavum uteri. Pada kuretase pertama ini keluarkanlah jaringan sebanyak
mungkin, tak usah terlalu bersih.
3) Keluar perdarahan banyak, berikan tranfusi darah dan lakukan tampon utero-
vaginal selama 24jam.
c. bahan jaringan dikirim untuk pemeriksaan histo – patologik dalam 2 porsi:
1) Porsi 1: yang dikeluarkan dengan cunam ovum.
2) Porsi 2: dikeluarkan dengan kuretase.
d. berikan obat – obatan, antibiotik, uterustonika dan perbaikan keadaan umum
penderita.
e. 7-10 hari sesudah kerokan pertama, dilakukan kerokan ke 2 untuk membersihkan
laboratorium.
f. Keluar mola terlalu besar dan takut perforasi bila dilakukan kerokan, ada beberapa
institute yang melakukan histeromia untuk mengeluarkan isi Rahim (mola).
g. histerektomi total dilakukan pada mola resiko tinggi (high risk mola) : usia lebih
dari 30 tahun, paritas 4 atau lebih, dan uterus yang sangat besar (mola besar) yaitu
setinggi pusat atau lebih.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Mola hidatidosa (atau hamil anggur) adalah kehamilan abnormal berupa tumor jinak
yang terbentuk akibat kegagalan pembentukan janin.
Mola hidatidosa adalah perubahan pertumbuhan embrionik dini yang menyebabkan
gangguan pada plasenta, proliferasi sel-sel abnormal yang cepat, dan menghancurkan
embrio (Stright,2004).
Klasifikasi mola hidatidosa ada 2 yaitu, mola hidatidosa komplit dan mola hidatidasa
inkomplit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi mola hidatidosa yang diketahui adalah status sosio
ekonomi rendah, keguguran sebelumnya, dan usia yang sangat ekstrim pada masa subur.
Efek usia yang sangat jelas terlihat adalah pada wanita yang berusia 45 tahun, Ketika
frekuensi lesi yang terjadi adalah 10 kali lipat dari pada lesi yang dapat terjadi pada
wanita yang berusia 20-40 tahun.

B. Saran
Kepada ibu hamil disarankan untuk selalu melakukan pemeriksaan kandungan. Hal
ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala patologis yang sering terjadi saat
sedang mengandung. Apabila terjadi gejala patologis, ibu harus segera melaporkan
kepada tenaga medis agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terhadap
kandungannya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Intan, Silvia. 2015. “ Mola hidatidosa “.


https://www.academia.edu/40153490/MOLAHIDATIDOSA. (diakses pada 16 Mei
2021)
2. Rangga. 2016. “256031433-Askep-Molahidatidosa”.
https://id.scribd.com/doc/308611852/256031433-Askep-molahidatidosa. (diakses pada 16
Mei 2021).
3. Listiani, Meylisa. 2021. “Mola Hidatidosa”. https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0,5&q=jurnal++%22mola+hidatidosa
%22&scisbd=1&rlz=#d=gs_qabs&u=%23p%3DgNHhfVLQguQJ. (diakses pada 16 Mei
2021).

Anda mungkin juga menyukai