PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
usia kehamilan disertai peningkatan kadar serum human chorionic
gonadotrophyn ( hCG ). Simpto kehamilan mola seperti pembesaran uterus,
perdarahan pervaginam, hipertensi yang diinduksi kehamilan, hiperemesis,
anemia dan ketiadaan denyut jantung janin tidaklah spesifik dan masih
mungkin tidak muncul sebelum kehamilan trimester kedua. Pemeriksaan
ultrasonografi (US) merupakan modalitas pilihan dalam penegakan diagnosis
serta adanya peningkatan kadar serum hCG. Gambaran klasik pemeriksaan
US kasus kehamilan mola komplit menampilkan gambaran “snowstorm”.4,5
Alasan pemilihan kasus ini karena merupakan kasus yang sangat
jarang didapatkan di instalasi radiologi. Tujuan pemilihan kasus ini agar kita
dapat mengetahui dan memahami gambaran mola hidatidosa dengan
modalitas US paling sederhana.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka kelompok merumuskan
masalah yaitu “Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Komplikasi
Mola Hidatidosa”.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah diharapkan mahasiswa
dapat memahami apa itu penyakit mola hidatidosa dan dapat membuat
Asuhan Keperawatan pada ibu hamil dengan komplikasi mola hidatidosa.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi mola hidatidosa.
b. Untuk mengetahui anatomi fisiologi mola hidatidosa.
c. Untuk mengetahui klasifikasi mola hidatidosa.
d. Untuk mengetahui etiologi mola hidatidosa.
e. Untuk mengetahui manifestasi klinik mola hidatidosa.
f. Untuk mengetahui patofisiologi mola hidatidosa.
g. Untuk mengetahui komplikasi mola hidatidosa.
h. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik mola hidatidosa.
2
i. Untuk mengetahui penatalaksanaan medik mola hidatidosa.
j. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan dari mola
hidatidosa.
D. Metode Penulisan
Pada makalah ini dengan metode deskriptif dan melalui pengumpulan
literatur dari berbagai sumber. Dalam penyampaian ini kami menggunakan
metode presentasi supaya para audience dapat dengan mudah mencerna materi
ini.
E. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
3. Bagi Pembaca
F. Sistematika Penulisan
1. Pembagian pembuka
a. Cover
b. Kata pengantar
c. Daftar isi
2. Bagian tubuh
a. BAB I
3
1) Latar belakang
2) Rumusan masalah
3) Tujuan penulisan
4) Metode penulisan
5) Sistematika penulisan
b. BAB II
1) Definisi miastenia gravis
2) Klasifikasi miastenia gravis
3) Etiologi miastenia gravis
4) Manifestasi klinis miastenia gravis
5) Patofisiologi miastenia gravis
6) Komplikasi miastenia gravis
7) Pemeriksaan penunjang miastenia gravis
8) Penatalaksanaan miastenia gravis
3. Bagian Penututp
a. BAB III
1) Kesimpulan
2) Saran
b. Daftar pustaka
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
B. Klasifikasi
Mola hidatidosa terdiri dari dua jenis menurut Myles, 2009 yaitu :
1. Mola hidatidosa komplet
Pada mola jenis ini, tidak terdapat adanya tanda-tanda embrio,
tali pusat, atau membran. Kematian terjadi sebelum berkembangnya
sirkulasi plasenta. Villi korionik berubah menjadi vesikel hidropik
yang jernih yang menggantung bergerombol pada pedikulus kecil, dan
memberi tampilan seperti seikat anggur. Ukuran vesikel bervariasi,
dari yang sulit dilihat sampai yang berdiameter beberapa sentimeter.
Hiperplasia menyerang lapisan sinsitiotrofoblas dan sitotrofoblas.
5
Massa mengisi rongga uterus dan dapat cukup besar untuk menyerupai
kehamilan.
Pada kehamilan normal, trofoblas meluruhkan desidua untuk
menambatkan hasil konsepsi. Hal ini berarti bahwa mola yang sedang
berkembang dapat berpenetrasi ke tempat implantasi. Miometrium
dapat terlibat, begitu pula dengan vena walaupun jarang terjadi. Ruptur
uterus dengan perdarahan massif merupakan salah satu akibat yang
dapat terjadi.
Mola komplet biasanya memiliki 46 kromosom yang hanya
berasal dari pihak ayah (paternal). Sperma haploid memfertilasi telur
yang kosong yang tidak mengandung kromosom maternal. Kromosom
paternal berduplikasi sendiri. Korsiokarsioma dapat terjadi dari mola
jenis ini.
6
memiliki signifikansi klinis karena walaupun risiko ibu untuk
menderita koriokarsinoma dari mola parsial hanya sedikit, tetapi
pemeriksaan tindak lanjut tetap menjadi hal yang sangat penting.
C. Etiologi
7
3. Paritas
Menurut Admin (2009) Ibu dengan paritas tinggi, memiliki
kemungkinan terjadinya abnormalitas pada kehamilan berikutnya,
sehingga ada kemungkinan kehamilan berkembang menjadi mola
hidatidosa.
4. Sosial ekonomi
Menurut Admin (2009) Keadaan sosial ekonomi akan berpengaruh
terhadap pemenuhan gizi ibu yang pada akhirnya akan mempengaruhi
pembentukan ovum abnormal yang mengarah pada terbentuknya mola
hidatidosa.
D. Manifestasi Klinik
1. Perdarahan
Perdarahan uterus hampir bersifat universal, dan dapat
bervariasi dari bercak sampai perdarahan berat (Rose, 1995).
Perdarahan mungkin terjadi sesaat sebelum abortus atau, yang lebih
sering, terjadi secara intermiten selama beberapa minggu sampai
bahkan bulan. Efek dilusi akibat pada hypervolemia yang cukup berat
dibuktikan terjadi pada sebagian wanita yang molanya lebih besar.
Kadang-kadang terjadi perdarahan berat yang tertutup di dalam uterus.
Anemia defisiensi besi sering dijumpai dan kadang-kadang terdapat
eritropoiesis megaloblastik, mungkin akibat kurangnya asupan gizi
karena mual dan muntah disertai meningkatnya kebutuhan folat
trofoblas yang cepat berproliferasi.
2. Ukuran Uterus
Uterus sering membesar lebih cepat daripada biasanya. Ini
adalah kelainan yang tersering dijumpai, dan pada sekitar separuh
kasus, ukuran uterus jelas melebihi yang diharapkan berdasarkan usia
8
gestasi. Uterus mungkin sulit diindentifikasi secara pasti dengan
palpasi, terutama pada wanita nulipara, karena konsistensinya yang
lunak di bawah dinding abdomen yang kencang. Kadang-kadang
ovarium sangat membesar akibat kista-kista teka lutein sehingga sulit
dibedakan dari uterus yang membesar.
3. Aktivitas Janin
Walaupun uterus cukup membesar sehingga mencapai batas
jauh di atas simfisis, bunyi jantung janin biasanya tidak terdeteksi.
Walaupun jarang, mungkin terdapat plasenta kembar dengan
perkembangan kehamilan mola sempurna pada salah satunya,
sementara plasenta lain dan janinnya tampak normal. Demikian juga,
walaupun sangat jarang, plasenta mungkin mengalami perubahan mola
yang luas tetapi tidak lengkap di sertai oleh janin hidup.
4. Hiperemesis
Pasien dapat mengalami mual dan muntah yang cukup berat.
Yang menarik, tidak ada satupun dari 24 mola sempurna yang
dilaporkan oleh Coukos dkk (1999) mengalami preeclampsia,
hyperemesis, atau hipertiroidisme klinis.
E. Patofisiologi
Jonjot-jonjot korion tumbuh berganda dan mengandung cairan
merupakan kista-kista seperti anggur. Biasanya didalamnya tidak berisi
embrio. Secara histopatologik kadang-kadang ditemukan jaringan mola
pada plasenta dengan bayi normal. Bisa juga terjadi kehamilan ganda mola
adalah: satu janin tumbuh dan yang satu lagi menjadi mola hidatidosa.
Gelembung mola besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai
berdiameter lebih dari 1 cm. Mola parsialis adalah bila dijumpai janin dan
gelembung-gelembung mola.
Sedangkan menurut Purwaningsih, 2010 patofisiologi mola hidatidosa
yaitu ovum Y telah dibuahi mengalami proses segmentasi sehingga terjadi
9
blastomer kemudian terjadi pembelahan dan sel telur membelah menjadi 2
buah sel. Masing-masing sel membelah lagi menjadi 4, 8, 16, 32, dan
seterusnya hingga membentuk kelompok sel yang disebut morula. Morula
bergerak ke cavum uteri kurang lebih 3 hari dan didalam morula terdapat
exozeolum. Sel-sel morula terbagi dalam 2 jenis yaitu trofoblas (sel yang
berada disebelah luar yang merupakan dinding sel telur) sel kedua yaitu
bintik benih atau nodus embrionale (sel 16 yang terdapat disebelah dalam
yang akan membentuk bayi). Pada fase ini sel seharusnya mengalami
nidasi tetapi karena adanya poliferasi dari trofoblas atau pembengkakan
vili atau degenerasi hidrifilik dari stroma vili dan hilangnya pembuluh
darah stroma vili maka nidasi tidak terjadi. Trofoblas kadang
berproliferasi ringan kadang keras sehingga saat proliferasi keras uterus
menjadi semakin besar. Selain itu trofoblas juga mengeluarkan hormone
HCG yang akan mengeluarkan rasa mual dan muntah. Pada mola
hidatidosa tidak jarang terjadi perdarahan pervaginam, ini juga
dikarenakan proliferasi trofoblas yang berlebihan. Pengeluaran darah ini
kadang disertai gelembung vilus yang dapat memastikan diagnose mola
hidatidosa
F. Komplikasi
10
G. Pemeriksaan Diagnostik
H. Penatalaksanaan Medik
1. Perbaikan keadaan umum.
Pengeluaran gelembung mola hidatidosa yang disertai
perdarahan memerlukan transfusi, sehingga penderita tidak jatuh
dalam keadaan syok dan dapat menjadi penyebab kematian.
11
2. Pengeluaran jaringan mola hidatidosa.
Pada mola hitadidosa dengan umur muda dan jumlah anak
sedikit maka Rahim perlu diselamatkan.
3. Pengobatan profilaksis dengan sitostatika (terapi)
Untuk mencegah terjadinya degenarasi ganas penderita
diberikan sitostatika dengan profilaksis.
12
d. Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit
yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi,
masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-
penyakit lainnya.
e. Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram
dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit
turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
f. Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus
menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan
adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala
serta keluahan yang menyertainya.
g. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana
keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini,
bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
h. Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis
kontrasepsi yang digunakan serta keluhan yang menyertainya.
i. Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatan
kontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
j. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan
elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene,
ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
2. Pengkajian Data Objektif
a. TTV: ada tidaknya demam, takikardi, hipotensi, frekuensi nafas
b. Status Gizi: Berat Badan meningkat/menurun
c. Status Kardiovaskuler: Bunyi jantung, karakter nadi
d. Status Respirasi: Pola pernafasan terhadap kedalaman dan
kesimetrisan
e. Status Hidrasi: Edema, derajat kelembaban
f. Keadaan Integumen: Observasi kulit terhadap warna, lesi, laserasi,
bekas luka operasi, kontraksi dinding perut
13
g. Genital: nyeri kostovertebral dan suprapubik, perdarahan yang
abnormal
h. Status Eliminasi: Perubahan konstipasi feses, konstipasi dan
perubahan frekuensi berkemih
i. Keadaan Muskoloskeletal: Bahasa tubuh, pergerakan, tegangan
otot, ketut lutut
j. Keadaan janin: Pemeriksaan DJJ, TFU, dan perkembangan janin
(apakah sesuai dengan usia kehamilan)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agen injury
2. Resti syok hipovolamik berhubungan dengan kekurangan cairan darah
3. Gangguan rasa nyaman b/d gejala terkait penyakit
C. Intervensi
14
Setelah dilakukan nyeri
tindakan ….24 jam di Kolaborasi dengan
harapkan klien dengan pasien,orang terdekat
Kriteria hasil : dan tim kesehatan
Ekspresi nyeri
wajah
Tidak bisa
beristirahat
15
pasien agar tirah
baring jika terjadi
perdarahan aktif
Pemberian obat-
obatan
Instruksikan
pasien agar untuk
meningkatkan
makanan kaya
vitamin K
16
tidur mamfaslitasi
kenyamanan
2. Status kenyamanan :
Fisik
Setelah dilakukan
tindakan ….24 jam di
harapkan klien dengan
Kriteria hasil :
Kontrol terhadap
gejala
Posisi yang nyaman
Kepatenan jalan
nafas
17