1. Sri Mulatmi
2. Sri patrawati
3. Desi widia sapitri
4. Maiyah
5. Elis medianita
6. Samsiah
7. Tika rahma ningsih
8. Maria pronika
1.1.Latar Belakang
Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri tumor jinak (benigna) dari chorion
penyebab embrio mati dalam uterus tetapi plasenta melanjutkan sel-sel trophoblastik terus tumbuh menjadi
agresif dan membentuk tumor yang invasif, kemudian edema dan membentuk seperti buah anggur,
karakteristik mola hidatiosa bentuk komplet dan bentuk parsial, yaitu tidak ada jaringan embrio dan ada
jaringan embrio.
Sebagian dari villi berubah menjadi gelembung-gelembung berisi cairan jernih. Biasanya tidak ada
janin, hanya pada mola parsialis kadang-kadang ada janin. Gelembung itu sebesar butir kacang hijau sampai
sebesar buah anggur. Gelembung ini dapat mengisi seluruh cavum uteri. Di bawah mikroskop nampak
degenerasi hydrotopik dari stoma jonjot, tidak adanya pembuluh darah dan proliferasi trofoblast. Pada
bagian pemeriksaan kromosom didapatkan poliploidi dan hampir pada semua kasus mola susunan sex
chromatin adalah wanita.
Mola hidatidosa terjadi pada 1 dari 200 kehamilan di Amerika Serika, kambuh pada 2% wanita pernah
mengalami kasus ini. Wanita diatas 45 tahun memiliki insiden 10 kali lebih
besar biladibandingpadausiareproduksi 20 – 40 tahun, sebesar 2-8% kehamilan mola adalah ganas.
Kejadianmola di rumahsakitbesar di Indonesia kira-kiradiantara 80 persalinan (ObstetriPatologi,
bagianobsgin.FK.UNPAD, 1984).
Pada mola hidatidosa, ovaria dapat mengandung kista lutein kadang-kadang hanya pada satu ovarium,
kadang-kadang pada kedua-duanya. Kista ini berdinding tipis dan berisi cairan kekuning-kuningan dan dapat
mencapai ukuran sebesar sarung tinju atau kepala bayi. Kista lutein terjadi karena perangsangan ovarium
oleh kadar gonadotropin chorion yang tinggi, kista ini hilang sendiri setelah mola dilahirkan.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa definisi molahidatidosa?
2. Bagaimana tanda dan gejala molahidatidosa?
3. Bagaimana patofisiologi molahidatidosa?
4. Bagaimana diagnosis molahidatidosa?
5. Bagaimana prognosa molahidatidosa?
6. Apa prioritas masalah molahidatidosa?
7. Bagaimana intervensi molahidatidosa?
8. Bagaimana penanganan awal molahidatidosa?
1.3.Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami definisi dari mola hidatidosa
2. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tanda dan gejala dari mola hidatidosa
3. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami patofisiologi molahidatidosa
4. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami diagnosis molahidatidosa
5. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami prognosa molahidatidosa
6. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami prioritas masalah molahidatidosa
7. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami intervensi molahidatidosa
8. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami penanganan awal molahidatidosa
2
1.4.Manfaat
1. Bagi Penulis
Mendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan apa yang telah didapat dalam perkuliahan dengan kasus
nyata dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan pada pasien dengan Molahidatidosa.
2. Bagi Institusi
Sebagai bahan kepustakaan bagi yang membutuhkan asuhan kebidanan dan perbandingan pada penanganan
kasusMolaHydatidosa.
3. BagiMasyarakat
Agar masyarakat dapat mengetahui dan memahami tentang molahidatidosa.
Penulis
3
BAB II
TEORI
MOLAHIDATIDOSA
2.1 Definisi
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana terjadi
keabnormalan dalam konsepsi plasenta yang disertai dengan perkembangan parsial atau tidak
ditemukan adanya pertumbuhan janin, hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan
berupa degenerasi hidropik.
Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu
hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur.
Jaringan trofoblast pada vilus berproliferasi dan mengeluarkan hormon human chononic
gonadotrophin (HCG) dalam jumlah yang lebih besar daripada kehamilan biasa.1,2,3
Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-
gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, sehingga menyerupai buah anggur,
atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. Ukuran gelembung-
gelembung ini bervariasi dari beberapa milimeter sampai 1-2 cm. Secara mikroskopik terlihat
trias: (1) Proliferasi dari trofoblas; (2) Degenerasi hidropik dari stroma villi dan kesembaban;
(3) Hilangnya pembuluh darah dan stroma. Sel-sel Langhans tampak seperti sel polidral
dengan inti terang dan adanya sel sinsitial giantik (syncytial giant cells). Pada kasus mola
banyak dijumpai ovarium dengan kista lutein ganda berdiameter 10 cm atau lebih (25-60%).
Kista lutein akan berangsur-angsur mengecil dan kemudian hilang setelah mola hidatidosa
sembuh.1,2,4
2.3 SITOGENETIKA
Pada mola yang “tidak lengkap” atau sebagian, kariotipe biasanya suatu triploid,
sering 69 XXY (80%). Kebanyakan lesi yang tersisa adalah 69 XXX atau 69 XYY. Lesi ini,
berbeda dengan mola lengkap, sering disertai dengan janin yang ada secara bersamaan. Janin
itu biasanya triploid dancacat.2,6,8
2.4 PATOGENESIS
Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit
trofoblas:2
1. Teori missedabortion.
Teori ini menyatakan bahwa mudigah mati pada usia kehamilan 3-5 minggu (missed
abortion). Hal inilah yang menyebabkan gangguan peredaran darah sehingga terjadi
penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah
gelembung-gelembung. Menurut Reynolds, kematian mudigah itu disebabkan karena
kekurangan gizi berupa asam folik dan histidine pada kehamilan hari ke 13 dan 21. Hal ini
menyebabkan terjadinya gangguan angiogenesis.
2. Teorineoplasma
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Park. Pada penyakit trofoblas, yang abnormal
adalah sel-sel trofoblas dimana fungsinya juga menjadi abnormal. Hal ini menyebabkan
terjadinya reabsorpsi cairan yang berlebihan kedalam villi sehingga menimbulkan
gelembung. Sehingga menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian mudigah
2.5 Klasifikasi
Mola hidatidosa dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu bila tidak disertai janin maka
disebut mola hidatidosa atau Complete mole, sedangkan bila disertai janin atau bagian dari
janin disebut mola parsialis atau Parsials mole.2,3,4,8
Tabel 1.2. Perbandingan bentuk mola hidatidosa
Dan menurut Cuningham, 1995. Dalam stadium pertumbuhan mola yang dini terdapat
beberapa ciri khas yang membedakan dengan kehamilan normal, trimester pertama dan
selama trimester kedua sering terlihat perubahan sebagaiberikut:7
1. Perdarahan
Perdarahan uterus merupakan gejala yang mencolok dan bervariasi mulai dari
spoting sampai perdarahan yang banyak. Perdarahan ini dapat dimulai sesaat sebelum
abortus atau yang lebih sering lagi timbul secara intermiten selama berminggu-minggu
atau setiap bulan. Sebagai akibat perdarahan tersebut gejala anemia ringan sering
dijumpai. Anemia defisiensi besi merupakan gejala yang sering dijumpai.
2. Ukuran uterus
Uterus tumbuh lebih besar dari usia kehamilan yang sebenarnya dan teraba
lunak. Saat palpasi tidak didapatkan balotement dan tidak teraba bagian janin.
3. Aktivitasjanin
Meskipun uterus cukup membesar mencapai bagian atas sympisis, secara khas
tidak akan ditemukan aktivitas janin, sekalipun dilakukan test dengan alat yang
sensitive sekalipun. Demikian pula sangat jarang ditemukan perubahan mola inkomplit
yang luas pada plasenta dengan disertai janin yanghidup.
4. Embolisasi
Trofoblas dengan jumlah yang bervariasi dengan atau tanpa stroma villus dapat
keluar dari dalam uterus dan masuk aliran darah vena. Jumlah tersebut dapat
sedemikian banyak sehingga menimbulkan gejala serta tanda emboli pulmoner akut
bahkan kematian. Keadaan fatal ini jarang terjadi. Meskipun jumlah trofoblas dengan
atau tanpa stroma villus yang menimbulkan embolisasi ke dalam paru-paru terlalu
kecil untuk menghasilkan penyumbatan pembuluh darah pulmoner namun lebih lanjut
trofoblas ini dapat menginfasi parenkin paru. Sehingga terjadi metastase yang terbukti
lewat pemeriksaan radiografi. Lesi tersebut dapat terdiri dari trofoblas saja
(koriokarsinoma metastasik) atau trofoblas dengan stroma villus (mola hidatidosa
metastasik). Perjalanan selanjutnya lesi tersebut bisa diramalkan dan sebagian terlihat
menghilang spontan yang dapat terjadi segera setelah evakuasi atau bahkan beberapa
minggu atau bulan kemudian. Sementara sebagian lainnya mengalami proliferasi dan
menimbulkan kematian wanita tersebut tidak mendapatkan pengobatan yangefektif.
5. EkspulsiSpontan
Kadang-kadang gelembung-gelembung hidatidosa sudah keluar sebelum mola
tersebut keluar spontan atau dikosongkan dari dalam uterus lewat tindakan. Ekspulsi
spontan paling besar kemungkinannya pada kehamilan sekitar 16 minggu. Dan jarang
lebih dari 28 minggu.6
2.7 Diagnosis
1. Anamnesis
Ada kehamilan disertai gejala dan tanda kehamilan muda yang berlebihan,
perdarahan pervaginam berulang cenderung berwarna coklat dan kadang
bergelembung sepertibusa.
(1) Perdarahan vaginal. Gejala klasik yang paling sering pada mola komplet adalah
perdarahan vaginal. Jaringan mola terpisah dari desidua, menyebabkan
perdarahan. Uterus membesar (distensi) oleh karena jumlah darah yangbanyak,
dan cairan gelap bisa mengalir melalui vagina. Gejala ini terdapat dalam 97%
kasus.
(2) Hiperemesis. Penderita juga mengeluhkan mual dan muntah yang berat. Hal ini
merupakan akibat dari peningkatan secara tajam hormonβ-HCG.
(3) Hipertiroid. Setidaknya 7% penderita memiliki gejala seperti takikardi, tremor
dan kulit yang hangat. Didapatkan pula adanya gejala preeklamsia yang terjadi
pada 27% kasus dengan karakteristik hipertensi ( TD > 140/90 mmHg),
protenuria (>300 mg.dl), dan edema denganhiperefleksia.
2. PemeriksaanFisik
Palpasi :
Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, terabalembek
Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballotement dan gerakanjanin.
Auskultasi : tidak terdengar bunyi denyut jantungjanin
Pemeriksaan dalam:
Memastikan besarnyauterus
Uterus terasa lembek
Terdapat perdarahan dalam kanalisservikalis
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan kadar B-hCG
BetaHCG urin > 100.000 mlU/ml
Beta HCG serum > 40.000IU/ml
Berikut adalah gambarkurva regresi hCG normal yang menjadi parameter
dalam penatalaksanaan lanjutan molahidatidosa.
4. Pemeriksaan Imaging
a. Ultrasonografi
Gambaran seperti sarang tawon (Honey comb appearance) tanpa
disertai adanyajanin
Ditemukan gambaran snow storm atau gambaran seperti badaisalju.
2.7 Penatalaksanaan
1. Evakuasi
a. Perbaiki keadaanumum.
Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret atau kuretisap
Bila Kanalis servikalis belum terbuka dipasang laminaria dan 12 jam
kemudian dilakukan kuret.
b.
Memberikan obat-obatan Antibiotik, uterotonika dan perbaiki keadaan umum
penderita.
c.
7-10 hari setelah kerokan pertama, dilakukan kerokan kedua untuk membersihkan
sisa-sisa jaringan.
d.
Histeriktomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia lebih dari 30 tahun,
Paritas 4 atau lebih. Akan tetapi pada wanita yang masih menginginkan anak,
maka setelah diagnosis mola dipastikan, dilakukan pengeluaran mola dengan
kerokan isapan (suction curettage) disertai dengan pemberian infus oksitosin
intravena. Sesudah itu dilakukan kerokan dengan kuret tumpul untuk
mengeluarkan sisa-sisakonseptus
e.
Respiratori distres harus selalu diwaspadai pada saat evakuasi. Hal ini terjadi
karena embolisasi dari trofoblastik, anemia yang menyebabkan CHF,dan
iatrogenik overload. Distres harus segera ditangani dengan ventilator.
Setelah dilakukan evakuasi, dianjurkan uterus beristirahat 4 – 6 minggu dan
penderita disarankan untuk tidak hamil selama 12 bulan. Diperlukan kontrasepsi
yang adekuat selama periode ini1,2,5,8
2. Pengawasan Lanjutan
Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai kontrasepsi oral pil,
sistemik atau barier selama waktu monitoring. Pemberian pil kontrasepsi
berguna dalam 2 hal yaitu mencegah kehamilan dan menekan pembentukan
LH oleh hipofisis yang dapat mempengaruhi pemeriksaan kadar HCG.
Pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim(AKDR) tidak dianjurkan sampai
dengan kadar HCG tidak terdeteksi karena terdapat resiko perforasi rahim jika
masih terdapat mola invasif. Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi dan terapi
sulih hormon dianjurkan setelah kadar hCG kembali normal1,2,5,8
Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun:
o Setiap minggu pada Triwulanpertama
o Setiap 2 minggu pada Triwulankedua
o Setiap bulan pada 6 bulanberikutnya
o Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3bulan.
Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan:
a. Gejala Klinis : Keadaan umum,perdarahan
b. Pemeriksaan dalam:
o keadaanServiks
o Uterus bertambah kecil atautidak
c. Laboratorium
Reaksi biologis dan imunologis:
o 1x seminggu sampai hasilnegatif
o 1x2 minggu selama Triwulanselanjutnya
o 1x sebulan dalam 6 bulanselanjutnya
o 1x3 bulan selama tahunberikutnya
o Kalau hasil reaksi titer masih (+) maka harus dicurigai adanya
keganasan
3. Sitostatika Profilaksis
Kemoterapi dapat dilakukan dengan pemberian Methotrexate atau
Dactinomycin, atau kadang-kadang dengan kombinasi 2 obat tersebut. Biasanya cukup
hanya memberi satu seri dari obat yang bersangkutan. Pengamatan lanjutan terus
dilakukan, sampai kadar hCG menjadi negatif selama 6 bulan. 1,4,7
Gambar 1. Skema tatalaksana mola hidatidosa
2.9 Prognosis
Dinegara maju, kematian karena mola hidatidosa hampir tidak ada, mortalitas akibat mola
hidatidosa ini mulai berkurang oleh karena diagnosis yang lebih dini dan terapi yang tepat. Akan
tetapi di negara berkembang kematian akibat mola masih cukup tinggi yaitu berkisar antara 2,2%
dan 5,7%. Kematian pada mola hodatidosa biasanya disebabkan oleh karena perdarahan, infeksi,
eklamsia, payah jantung dan tirotoksikosis.2,3
Lebih dari 80% kasus mola hidatidosa tidak berlanjut menjadi keganasan trofoblastik
gestasional, akan tetapi walaupun demikian tetap dilakukan pengawasan lanjut yang ketat, karena
hampir 20% dari pasien mola hidatidosa berkembang menjadi tumor trofoblastik gestasional.2,3
Pada 10-15% kasus mola akan berkembang menjadi mola invasive, dimana akan masuk
kedalam dinding uterus lebih dalam lagi dan menimbulkan perdarahan dan komplikasi yang lain
yang mana pada akhirnya akan memperburuk prognosisnya. Pada 2-3% kasus mola
dapat berkembang menjadi korio karsinoma, suatu bentuk keganasan yang cepat menyebar dan
membesar.2,8
2.10 Komplikasi
Perdarahan yang hebat sampaisyok
Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkananemia
Infeksi sekunder
FORMAT PENDOKUMENTASIAN
ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN (ANC)
Komplikasi/masalah:
1 Pola Seksualitas
3 Frekuensi : 2-3 x/minggu
. Masalah/gangguan yang ditemukan pada pola seksualitas :
Tidak ada
1 Riwayat Psikososial
4 Psikososial : Penerimaan klien terhadap kehamilan ini :
. √ Diharapkan Tidak diharapkan
Alasan karena hamil pertama
Social support dari : √ Suami √ Orang tua √ Mertua √ Keluarga lain
Masalah psikososial :
Kekerasan RT − Fisik − Psikologis
− Dan lain-lain…………………..
1 Perilaku kesehatan :
5 Penggunaan miras : Ada √ Tidak
. Penggunaan zat adiktif : Ada √ Tidak
Merokok : Ada Tidak
√
Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan :
Memakai benda tajam √ Membawa tumbuh-tumbuhan
Lain-lain: ……………
Jambi, 20
Pembimbing Lahan Mahasiswa
( ) ( )
Dosen Pembimbing
( )
1. DATA OBYEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum :
Sikap tubuh : Lordosis Kiposis Scoliosis √ Normal
Cacat :………………..
o
Tanda-tanda vita2l : TD mmhg P x/i 88 N x/i 36 S C
Turgor : √ Baik 90/60 Kurang26 Jelek
Tinggi Badan : 160 Cm
BB (Sesuai Indikasi) : 50 Kg
BB sebelum hamil : 55 Kg
Rambut/kepala : √ Bersih Kotor Rontok Lain-lain………
Mata : sclera : Ikterus √ Tdk. Ikterus
Konjungtiva : Pucat √ Tdk. Pucat
Penglihatan : √ Jelas Kabur Lain-lain………
√
Alat bantu : Kacamata Kontak-lens
− −
Muka : Hiperpigmentasi Edema Tdk. Tampak kelainan
√
Lain-lain :
Bibir : √ Kering Pecah-pecah Inflamasi Lain-lain………
Rahang dan lidah : √ Pucat − Sakit − Lesi
Gigi : − Palsu − Karies − Lain-lain:………………..
Telinga : √ Tdk. Tampak kelainan Lain-lain:………………..
−
Alat bantu dengar
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid Pembesaran vena jugularis
−
− Pembesaran kelenjar getah bening
Payudara : Simetris Asimetris Kemerahan
√ Bengkak Benjolan Dimpling
Putting susu : Datar Menonjol Ke dalam Lecet Kotor
Areola mammae : √
Bersih Kotor Hiperpigmentasi
Pengeluaran ASI : √ Tampak kolostrum √
√ kolostrum
Tidak tampak
Abdomen :
-Bekas operasi : Ada Lokasi………………… √ Tidak ada
-Pembesaran : Ada Tidak ada
-Gerakan Janin : √ Ada Tidak ada
-Striae : Tidak ada √ Livide Albikans
-Linea : Alba √ Nigra Fusca
√
-Palpasi Kelembutan Pembesaran hati/lien Mass
√ Suprapubis tenderness
-TFU 22 cm, , Letak Punggung: - , Presentasi - , Penurunan-
-TBJ 1550 gr
-Lain-lain………………..
-DJJ Belum terdengar
√ Frek x/i
− − Teratur − Tdk. Teratur − Kuat − Lemah
− Punctum Maksimum cm Sebelah……………….
Punggung dan pinggang : CVAT Ada Tidak ada
Nyeri Ketuk Ada √ Tidak ada
√
Ekstremitas Tdk. Tampak cacat Cacat Varises
√ Edema………..
Refeleks Patella Positif : kanan/kiri………… Negatif : kanan/kiri
√
Akral Dingin Pucat Kebiruan Normal
√ √
Ano genital
Pengeluaran per vulva Darah − Lendir − Air ketuban
√ Tanda-tanda PMS :………………………….
−
Palpasi Pembengkakan kelenjar Skene Bartholini Lymfe
− − −
Lain-lain :…………………..
2. Pemeriksaan Penunjang
HCG :2000 mlu/ml Hb : 9 gr % CT/BT : / Ht :
Gol. Darah : B Tempat / tgl : Rsu HJ Hanafie
Lain-lain :…………………………………………………………………………..
Urine : Protein : Reduksi :
Lain-lain : ………………………………
CTG : tidak terdengar denyut jantung USG : terlihat gambaran seperti sarang tawon tanpa
janin disertai adanya janin
Ro : tidak ditemukan tulang janin
3. Hal-hal lai yang masih perlu dikaji, tetapi tidak tercantum pada format
- Ditemukan gambaran snow stroma tau gambaran seperti badai salju
CATATAN PERENCANAAN
Diagnosa :ibu NY. H.G1,PO, A, AHO dengan hamil 14-15 mg dengan molahidatidosa
Masalah : - ibu mengeluh keluar darah coklat kehitaman dan gumpalan darah dari kemaluan
-Ibu merasa cemas dengan keaadan kehamilannya
- mual dan muntah
NO Perencanaan Rasionalisasi
Beri informatconsen
Beritahukan ibu dan keluarga
Agar pasien dan keluarga dapat mengerti dan
tentang hasil pemeriksaan dan
mengetahui keadaan ibu dan Tindakan yang akan di
keadaan ibu saat ini.
lakukan terhadap ibu
Agar ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan
Beritahu ibu dan keluarga tentang
dan kondisi saat ini.
molahidatidosa
Beri ibu dukungan psikologis
Agar ibu dan keluarga dapat mengerti tentang
molahidatidosa dan ibu dapat mengerti apa yang
Penambahan volume cairan yang
terjadi pada kehamilannya saat ini.
berhubungan dengan pendarahan,
Jambi, 20
Mengetahui
KEBUTUHAN:
-Informasi tentang
Keadaannya
-dukungan emosional
DX POTENSIAL:
-molahidatidosa
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini diduga adanya kehamilan mola karena dari anamnesis didapatkan
bahwa terdapat adanya kehamilan disertai gejala dan tanda kehamilan muda yang berlebihan.
Pada kasus ini, pasien dengan usia kehamilan 14-15 minggu dengan HPHT 13/01/2021,
sering mengalami pusing, mual dan muntah yang berlebihan sejak awal kehamilannya.
Hiperemesis ini disebabkan oleh peningkatan kadar β-HCG pada pasienmola.
Pasien mengeluh keluar darah pervaginam sejak bulan yang lalu, darah yang keluar
awalnya banyak berwaarna merah kemudian sedikit-sedikit, berwarna kecoklatan. Namun
beberapa hari terakhir darah yang keluar semakin banyak seperti darah menstruasi, disertai
gumpalan-gumpalan seperti anggur berwarna putih yang jumlahnya sedikit. Perdarahan
merupakan gejala utama mola. Biasanya keluhan perdarahan inilah yang menyebabkan
mereka datang ke rumah sakit. Gejala perdarahan ini biasanya terjadi antara bulan pertama
sampai ketujuh dengan rata-rata 12-14 minggu. Sifat perdarahan bisa intermitten, sedikit-
sedikit atau sekaligus banyak sehingga dapat menyebabkan syok. Pada kasus ini, faktor
resiko terjadinya kehamilan mola kemungkinan dikarenakan riwayat kehamilan yaang tidak
berhasil sebelumnya juga risiko usia ibu. Kemungkinan penyebab lain masih belum dapat
diidentifikasi.
Hasil pemeriksaan didapatkan status generalis dalam batas normal. Pemeriksaan obstetri,
TFU dua jari di bawah umbilikus, sudah mengalami penurunan karena ekspulsi spontan
jaringan mola, balotement (-), dan tidak teraba bagian janin. Hasil pemeriksaan dengan
Inspekulo : porsio ukuran normal, livide (+), tampak licin, erosi (-), Ø OUE (+), perdarahan
aktif (-), massa (-), peradangan (-). VT : dinding vagina normal, massa (-), porsio licin, Ø (+),
nyeri goyang porsio (-), Adneksa Parametrium Cavum Douglass dextra et sinistra dbn,
korpus uteri antefleksi 18 minggu,lunak.
Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan USG sebagai pemeriksaan penunjang untuk
menegakkan diagnosa. Dari USG di dapatkan hasil adanya mola hidatidosa. Hasil
pemeriksaan ini mendukung diagnose mola pada pasien. Untuk penatalaksanaan, suction
curetase disertai dengan pemberian infus oksitosin intravena dilakukan pada pasien ini,
karena pasien masih muda yang masih menginginkan anak. Pada saat suction curetase
didapatkan darah dan jaringan mola.. Tindakan suction curetage pada pasien ini sudah tepat
dilakukan dan perlu dilakukan pemeriksaan USG untuk memastikan tidak ada jaringan mola
yang tersisa. Sebagai penatalaksanaan lanjutan pasien sebaiknya menunda kehamilan selama
12 bulan dengan menggunakan kontrasepsi, serta periksa kadar beta hCG sampai memastikan
hormon hCG kembali normal.
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
3.2. Saran
Diharapkan semua pihak yang berperan dalam pelayanan kesehatan untuk memberikan
penanganan yang lebih baik lagi, untuk meminimalkan kejadian kematian ibu akibat perdarahan
khususnya yang diakibatkan kehamilan Molahidatidosa dan kejadian keganasan akibat
Molahidatidosa.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA