Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN MOLA HIDATIDOSA

OLEH

KELOMPOK 8:

1. Desak Nyoman Riska Krismayanti (193223110)


2. Ni Kadek Mita Selviani (193223134)
3. Ni Luh Putu Ari Puspitarini (193223141)
4. Ni Made Dwi Cahyani (193223143)
5. Ni Putu Nopidrawati (193223149)
6. Ni Wayan Sinta Aprillia (193223153)

STIKES WIRA MEDIKA BALI

TAHUN 2019

1
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Kami sangat berharap makalah ini dapat
berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan pembaca mengenai
“Laporan Asuhan Keperawatan Mola Hidatidosa”. Wawasan tersebut bisa
didapatkan melalui pendahuluan, pembahasan masalah dan penarikan kesimpulan.
Makalah ini disusun dengan konsep dan bahasa yang sederhana sehingga dapat
membantu pembaca untuk lebih mudah memahami isi dari makalah ini.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah


membantu dalam penyusunan makalah ini dan kepada dosen yang telah
memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada kelompok kami untuk membuat
tugas makalah ini. Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan yang membangun demi perbaikan
makalah yang telah kami buat.

Denpasar, 19 Oktober 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................4
B. Rumusan Masaah..............................................................................5
C. Tujuan................................................................................................5
D. Manfaat..............................................................................................6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi..............................................................................................7
2. Klasifikasi..........................................................................................7
3. Etiologi..............................................................................................9
4. Pathway.............................................................................................11
5. Manifestasi klinis..............................................................................12
6. Pemeriksaan Penunjang.....................................................................14
7. Penatalaksanaan.................................................................................15
8. Komplikasi........................................................................................16
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian.........................................................................................18
2. Diagnosa Keperawatan......................................................................23
3. Intervensi...........................................................................................
C. Contoh Asuhan Keperawatan........................................................
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan........................................................................................
2. Saran..................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian ibu merupakan salah satu indikasi yang menentukan
derajat kesehatan suatu bangsa. Data organisasi kesehatan dunia (WHO) pada
tahun 2007, memperkirakan bahwa setiap tahun sejumlah 500 orang perempuan
meninggal dunia akibat komplikasi kehamilan, persalian dan nifas. Fakta ini
mendekati terjadinya 1 kematian setiap menit dan diperkirakan 99% kematian
tersebut terjadi di negara-negara berkembang yang tertinggi dengan 450 kematian
ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu
di Sembilan Negara maju dan 51 negara persemakmuran. Prevalensi
molahidatidosa lebih banyak ditemukan Negara Asia, Afrika, dan Amerika Latin.
(Cuninngham. F.G. dkk, 2006, Martaadisoebrata. D, & Sumapraja, 2002). Angka
kejadian di Amerika Serikat adalah 1 kejadian dari 1.000 – 1.500 kehamilan, di
Asia terjadi 2 dari 1000 kehamilan. Molahidatidosa dapat terjadi pada wanita
hamil yang berusia kurang dari 20 tahun dan berusia antara 40 – 50 tahun.
(American Cancer Society, Betel C, et al.,2006, Bugti QA, et al., 2005).

Di Indonesia masalah ibu dan anak merupakan prioritas dalam upaya


peningkatan status kesehatan masyarakat, sesuai dengan target MDG’s 2015
(Millenium Development Gold), Angka Kematian Ibu menjadi 102 per 100.000
kelahiran hidup. Upaya kesehatan reproduksi salah satunya adalah menurunkan
angka kesakitan dan kematian ibu hamil dan bersalin. Adapun penyebab langsung
dari kematian ibu di Indonesia adalah trias klasik yaitu perdarahan, infeksi,
toksemia gravidarum. Salah satu dari ketiga ketiga faktor tersebut adalah
perdarahan, perdarahan dapat terjadi pada saat kehamilan, persalinan dan masa
nifas. Perdarahan yang terjadi pada kehamilan, bisa terjadi pada awal kehamilan
maupun kehamilan lanjut, dengan besar angka kejadiannya 3% pada kehamilan
lanjut dan 5% pada awal kehamilan. Perdarahan yang terjadi pada awal kehamilan
meliputi abortus, mola hidatidosa dan kehamilan ektopik. Pada kehamilan lanjut
antara lain meliputi Solutio Plasenta dan Plasenta Previa. Dari kasus perdarahan

4
diatas ternyata didapatkan besar kasus paling tinggi adalah perdarahan pada awal
kehamilan yang dari salah satu perdarahan awal kehamilan tersebut terdapat
kehamilan mola hidatidosa.

Molahidatidosa adalah tumor jinak dari trofoblast dan merupakan


kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi
dan edematous, janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar
dan edematous itu hidup dan tumbuh terus menerus, sehingga gambaran yang
diberikan adalah sebagai segugus buah anggur.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini diantaranya:
1. Apa definisi mola hidatidosa?
2. Bagaimana epidemiologi dari mola hidatidosa?
3. Apa saja klasifikasi mola hidatidosa?
4. Apa saja penyebab dari mola hidatidosa?
5. Apa saja gejala klinis dari mola hidatidosa?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada ibu dengan mola
hidatidosa?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis ibu dengan mola hidatidosa?
8. Komplikasi apa saja yang terjadi pada ibu penderita mola hidatidosa?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas


tentangAsuhan Keperawatan Ibu Hamil Dengan Komplikasi Mola Hidatidosa.

2. Tujuan Khusus

Agar dapat mengetahui dan memahami tentang:

a. Memahami tentang pengertian mola hidatidosa.


b. Memahami tentang penyebab mola hidatidosa.
c. Memahami tentang klasifikasi-klasifikasi pada mola hidatidosa.
d. Memahami tentang gejala klinis yang muncul pada ibu penderita mola
hidatidosa.

5
e. Memahami tentang pemeriksaan penunjang yang diberikan pada ibu dengan
mola hidatidosa.
f. Memahami tentang penatalaksanaan medis pada penderita mola hidatidosa.
g. Memahami tentang komplikasi yang terjadi pada ibu yang menderita mola
hidatidosa.
h. Memahami tentang pemberian asuhan keperawatan kepada ibu dengan mola
hidatidosa.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan
pembaca khususnya mahasiswa mengenai pengetahuan tentang Asuhan
Keperawatan Ibu Hamil Dengan Komplikasi Mola Hidatidosa.

6
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Kehamilan mola adalah suatu kehamilan yang ditandai dengan hasil
konsepsi yang tidak berkembang menjadi embrio setelah fertilisasi, namun terjadi
proliferasi dari vili korialis disertai dengan degenerasi hidropik berupa gelembung
yang menyerupai anggur (Martaadisoebrata, 2005). Mola Hidatidosa (MH)
biasanya terletak di rongga uterus, namun kadang-kadang MH terletak di tuba
fallopi dan bahkan ovarium (Cunningham FG, 2010). Mola hidatidosa adalah
gangguan GTD (gestational trophoblastic disease) dimana pada gangguan ini,
mekanisme yang mengendalikan jaringan trofoblastik mengalami kerusakan
sehingga menyebabkan vili korionik berkembang abnormal menjadi struktur
berisi cairan yang menyerupai sekelompok anggur. (Carol J. Green, Judith
M.Wilkinson. 2012).
Kesimpulan, Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir
seluruh villi kariolisnya mengalami perubahan hidrofobik yang menyerupai
anggur yang dipenuhi dengan cairan. Embrio mati dan mola tumbuh dengan
cepat, membesarnya uterus dan menghasilkan sejumlah besar human chorionic
gonadotropin (hCG).
2. Klasifikasi
Mola Hidatidosa diklasifikasikan menjadi Mola Hidatidosa Komplit dan
Mola Hidatidosa Parsial berdasarkan morfologi, histopatologi, dan karyotip
(Daftary dan Desai, 2006). Mola Hidatidosa Parsial harus dipisahkan dari Mola
Hidatidosa Komplit, karena antara keduanaya terdapat perbedaan yang mendasar,
baik dilihat dari segi patogenesis (sitogenetik), klinis, prognosis, maupun
gambaran PA-nya (Martaadisoebrata, 2005).
a. Mola Hidatidosa Komplit
Mola Hidatidosa Komplit merupakan kehamilan abnormal tanpa embrio
yang seluruh vili korialisnya mengalami degenerasi hidrofik yang menyerupai

7
anggur. Mikroskopik tampak edema stroma vili tanpa vaskularisasi disertai
hiperplasia dari kedua lapisan trofoblas (Sastrawinata S, 2004).
Pada waktu yang lalu Mola Hidatidosa Komplit rata-rata terjadi pada usia
kehamilan 16 minggu, tetapi pada saat ini dengan kemajuan teknologi
ultrasonografi, Mola Hidatidosa Komplit dapat didetiksi pada usia kehamilan
yang lebih muda. Secara klinis tampak pembesaran uterus yang lebih besar dari
usia kehamilan dan pasien melihatkan gejala toksik kehamilan. Abortus terjadi
dengan perdarahan abnormal dan disertai dengan keluarnya jaringan mola. Pada
pemeriksaan laboratorium terjadi peningkatan titer serum β human Chorionic
Gonadotropin (β hCG) yang jumlahnya diatas 82,350 mlU/ml (Lumongga, 2009).
Secara makroskopik ditandai dengan gelembung-gelembung putih, tembus
pandang, berisi cairan jernih dengan ukuran yang bervariasi dari beberapa
milimeter sampai 1-2 centimeter. Massa tersebut dapat tumbuh besar sehingga
memenuhi uterus (Sudiono J, 2001).
b. Mola Hidatidosa Parsial
Mola Hidatidosa Parsial merupakan keadaan dimana perubahan mola
bersifat lokal serta belum begitu jauh dan masih terdapat janin atau sedikitnya
kantong amnion. (Sudiono J, 2001).
Secara makroskopis tampak gelembung mola yang disertai janin atau
bagian dari janin (Sudiono J, 2001). Mola parsial tampak gambaran vili yang
normal dan udem. Pada mola parsial sering dijumpai komponen janin. Penderita
sering dijumpai pada usia kehamilan lebih tua, yaitu 18-20 minggu. Pada
pemeriksaan laboratorium, peningkatan kadar serum β hCG tidak terlalu tinggi
(Lumongga, 2009).

Tabel 2.1 Perbedaan Mola Hidatidosa Parsial dan Mola Hiadatidosa


Komplit
Gambaran Mola Hidatodosa Mola Hidatidosa
Parsial Komplit
Karyotipe Umumnya 69,XXX 46,XX atau a6,XY
atau 69,XXY
Patologi
Janin Saring ada Tidak ada
Amnion, sel darah merah Biasanya ada Tidak ada
janin
Edema vilus Bervariasi fokal Merata
Proliferasi trofoblas Bervariasi, fokal, Merata
ringan
hingga sedang

8
Gambaran klinis
Diagnosis Missed abortion Gestasi mola
Ukuran uterus Kecil untuk usia 50% lebih besar dari usia
kehamilan kehamilan
Kista teka-lutein Jarang >25% tergantung modalitas
diagnosis
Penyulit medis Jarang Menjadi berkurang dengan
diagnosis dini
Penyakit pascamolar < 5% 15%- 4%
(The American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), 2004)

3. Etiologi
Penyebab pasti mola hidatidosa tidak diketahui. Faktor-faktor penyebab
kehamilan ini, meliputi (Yulaikhah, 2008):
a. Ovum: ovum sudah patologis sehingga mati, namun terlambat dikeluarkan.
Pembuahan sel telur dimana intinya telah hilang atau tidak aktif lagi oleh
sebuah sel sperma.
b. Imunoselektif dari trofoblas
Perkembangan molahidatidosa diperkirakan disebabkan oleh kesalahan
respon imun ibu terhadap invasi oleh trofoblas. Akibatnya vili mengalami
distensi kaya nutrient. Pembuluh darah primitive di dalam vilus tidak
terbentuk dengan baik sehingga embrio ‘ kelaparan’, mati, dan diabsorpsi,
sedangkan trofoblas terus tumbuh dan pada keadaan tertentu mengadakan
invasi kejaringan ibu.
c. Usia
Faktor usia yang dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat terjadi
kehamilan mola. Frekuensi molahidatidosa pada kehamilan yang terjadi pada
awal atau akhir usia subur relatif tinggi. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa
pada usia berapa pun dalam usia subur dapat terjadi kehamilan mola.
d. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
Dalam masa kehamilan keperluan akan zat-zat gizi meningkat. Hal ini
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan
janin, dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi
zat-zat gizi yang diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan gangguan
dalam pertumbuhan dan perkembangan janinnya.
e. Paritas tinggi

9
Pada ibu yang berparitas tinggi, cenderung beresiko terjadi kehamilan
molahidatidosa karena trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara
genetik yang dapat diidentifikasikan dengan penggunaan stimulandrulasi
seperti klomifen atau menotropiris (pergonal). Namun juga tidak dapat
dipungkiri pada primipara pun dapat terjadi kehamilan molahidatidosa.
f. Defisiensi protein
Protein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian tubuh
sehubungan dengan pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim dan buah dada
ibu, keperluan akan zat protein pada waktu hamil sangat meningkat apabila
kekurangan protein dalam makanan mengakibatkan pertumbuhan pada janin
tidak sempurna.
g. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
Infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk
atau adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu menimbulkan
penyakit ( desease ). Hal ini sangat tergantung dari jumlah mikroba (kuman
atau virus) yang termasuk virulensinya seta daya tahan tubuh.
h. Riwayat kehamilan mola sebelumnya
Kekambuhan molahidatidosa dijumpai pada sekitar 1-2% kasus. Dalam suatu
kejadian terhadap 12 penelitian yang total mencangkup hampir 5000
Kelahiran, frekwensi mola adalah 1,3%. Dalam suatu ulasan tentang
molahidatidosa berulang tapi pasangan yang berbeda bisa disimpulkan bahwa
mungkin terdapat masalah oosit primer.

10
4. Pathway
1. Factor
2. Akibat infeksi
Kematian ovum Mengalami keterlambatan dalam 3. Paritas tinggi
4. Keadaan social
didalam tubuh pengeluaran ekonomi yang
lemah
5. Defisiensi
protein
Mengalami degenerasi 6. Perdarahan
pervaginam
Jangot-jangot korion yang tumbuh berulang
berganda dan mengandung cairan
Kista-kista kecil seperti
anggur

Mola hidatidosa Tindakan invasive

Tindakan pembedahan
histerektomi

Terputusnya jaringan Perdarahan Hipovolemia


saraf

Penurunan TD Anemis
Nyeri Luka Operasi

Kurangnya suplai darah ke otak


Nyeri Akut
dan suplai nutrisi ke jaringan

Adanya luka operasi ,


Kurang pengetahuan Pusing dan kelemahan fisik
perawatan luka

Intoleransi aktivitas
Invasi mikroorganisme
Risiko Infeksi
Sumber: Nurarif dan Kusuma, 2015

11
5. Manifestasi Klinis
a. Perdarahan
Perdarahn uterus hampir bersifat universal, dan dapat bervariasi dari
bercak sampai perdarahan berat. Perdarahan mungkin terjadi sesaat sebelum
abortus atau, yang lebih sering, terjadi secara intermitten selama beberapa
minggu sampai bahkan bulan. Efek delusi akibat hipervolumia yang cukup
berat dibuktikan terjadi pada sebagian wanita yang molanya lebih besar.
Kadang-kadang terjadi perdarahan berat yang tertutup di dalam uterus.
Anemia defisiensi besi sering dijumpai dan kadang-kadang terdapat
eritropoisis megaloblastik, mungkin akibat kurangnya asupan gizi karena
mual dan muntah disertai meningkatnya kebutuhan folat trofoblas yang cepat
berproliferasi (Cunningham FG, 2005).
b. Hiperemesis gravidarum
Hiperemesis gravidarum yang ditandai dengan mual dan muntah yang
berat. Keluhan hiperemesis terdapat pada 14-18% kasus pada kehamilan
kurang dari 24 minggu dan keluhan mual muntah terdapat pada MH dengan
tinggi fundus uteri lebih dari 24 minggu. Pada kehamilan MH, jumlah
hormon estrogen dan gonadotropin korionik terlalu tinggi dan menyebabkan
hiperemesis gravidarum (Manuaba, 2008).
c. Ukuran uterus lebih besar dari usia kehamila
Uterus sering membesar lebih cepat daripada biasanya. Ini adalah kelainan
yang etrsering dijumpai, dan pada sekitar separuh kasus, ukuran uterus jelas
melebihi yangyang diharapkan berdasarka usia gestasi. Uterus mungkin sulit
diidentifikasi secara pasti dengan palpasi, terutama pada wanita nullipara,
karena konsistensiny yang lunak di bawah dinding abdomen yang kencang.
Kadang-kadang ovarium sangat membesar akibat kista-kista teka lutein
sehingga sulit dibedakan dari uterus yang membesar (Cunningham FG,
2005).
d. Aktifitas janin
Walaupun uterus cukup membesar sehingga mencapai jauh di atas
simfisis, bunyi jantung janin biasanya tidak terdeteksi. Walaupun jarang,
mungkin terdapat plaseta kembar dengan perkembangan kehamilan MHK

12
pada salah satunya, sementara plasenta lain dan janinya tampak normal
(gambar 2.12). demikian juga, walaupun sangat jarang, plasenta mungkin
mengalami perubahan mola yang luas tetapi disertai janin hidup
(Cunningham FG, 2005).
e. Tanda Toksemia/Pre-eklamsia pada kehamilan trisemester 1
Preeklamsia pada Mola Hidatidosa Kronik tidak berbeda dengan
kehamilan biasa, bisa ringan, berat, bahkan sampai eklamsia. Hanya saja
pada MHK terjadinya lebih dini. Hal yang paling penting adalah keterkaitan
MH dengan preeklamsia yang menetap hingga ke trimester kedua. Memang,
karena preeklamsia jarang dijumpai sebelum 24 minggu, preeklamsia yang
terjadi sebelum ini mengisyaratkan MH (Leveno KJ, 2004).
f. Kista lutein unilateral/bilateral
Pada banyak kasus MH, ovarium mengandung banyak kista teka lutein
yang diperkirakan terjadi akibat stimulasi berlebihan elemen-elemen lutein
oleh hormon gonadotropin korion (hCG) dalam jumlah besar, dapat
mengalami torsio infark, dan perdarahan. Karena kista mengecil setelah
melahirkan, ooferektomi jangan dilakukan, kecuali jika ovarium mengalami
infark yang luas (Leveno KJ, 2004).
g. Embolisasi
Sejumlah trofoblas dengan atau tanpa stroma vili keluar dari uterus ke
vena pada saat evakuasi. Sebetulnya pada setiap kehamilan selalu ada migrasi
sel trofoblas ke peredaran darah kemudian ke paru tanpa memberi gejala
apapun. Tetapi pada kasus mola kadang-kadang sel trofoblas ini sedemikian
banyak sehingga dapat menimbulkan emboli paru akut yang dapat
menyebabkan kematian. Jumlah dan volume akan menentukan gejala dan
tanda dari emboli paru akut bahkan akibat yang fatal, walaupun kefatalan
jarang terjadi.
Kadang-kadang disertai gejala lain yang tidak berhubungan dengan
keluhan obstetri, seperti tirotoksikosis, perdarahan gastrointestinal,
dekompensasi kordis, perdarahan intrakranial, perdarahan gastrointestinal,
dan hemoptoe.

13
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Karakteristik yang terpenting pada penyakit ini adalah kemampuan dalam
memproduksi hCG, sehingga jumlahnya meningkat lebih tinggi dibandingkan
kadar β-hCG seharusnya pada usia kehamilan yang sama. Hormon ini dapat
dideteksi pada serum maupun urin penderita dan pemeriksaan yang lebih
sering dipakai adalah β-hCG kuantitatif serum. Pemantauan secara hati-hati
dari kadar β-hCG penting untuk diagnosis, penatalaksanaan dan tindak lanjut
pada semua kasus penyakit trofoblastik. Jumlah β-hCG yang ditemukan pada
serum atau pada urin berhubungan dengan jumlah sel-sel tumor yang
ada.Kadar HCG yang jauh lebih tinggi dari kehamilan biasa. Pada kehamilan
biasa kadar HCG darah paling tinggi 100.000 IU/L, sedangkan pada
molahidatidosa bisa mencapai 5.000.000 IU/L. Untuk pemeriksaan Gallli
mainini 1/300 suspek mola hidatiosa dan jika 1/200 kemungkinan mola
hidatidosa atau gemelli. Pengukuran β-hCG pada urin dengan kadar >100.000
mIU /ml/24 jam dapat dianggap sebagai mola. Uji Sonde Sonde dimasukan
secara pelan – pelan dan hati – hati kedalam serviks kanalis dan kavum
uteri.Bila tidak ada tahanan, kemungkinan mola.
b. Foto Rontgen abdomen
Tidak terlihat tulang-tulang janin pada kehamilan 3-4 bulan.
c. USG
Akan terlihat bayangan badai salju dan tidak terlihat janin, dan seperti sarang
tawon. Gambaran berupa badai salju tanpa disertai kantong gestasi atau janin
USG ini merupakan pemeriksaan penunjang yang spesifik antar kehamilan
dengan mola hidatiosa. Pada kelainan mola, bentuk karakteristik berupa
gambaran seperti badai salju dengan atau tanpa kantong gestasi atau janin.
Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan pada setiap pasien yang pernah
mengalami perdarahan pada trimester awal kehamilan dan memiliki uterus
lebih besar dari usia kehamilan. USG dapat menjadi pemeriksaan yang
spesifik untuk membedakan antara kehamilan normal dengan mola
hidatidosa. Pada 20-50% kasus dijumpai adanya massa kistik di daerah
adneksa. Massa tersebut berasal dari kista teka lutein.

14
d. Amniografi
Penggunaan bahan radiopak yang dimasukkan ke dalam uterus secara trans
abdominal akan memberikan gambaran radiografik khas pada kasus mola
hidatidosa kavum uteri ditembus dengan jarum untuk amniosentesis. 20 ml
Hypaque disuntikkan segera dan 5-10 menit kemudian dibuat foto
anteroposterior. Pola sinar X seperti sarang tawon, khas ditimbulkan oleh
bahan kontras yang mengelilingi gelombang-gelombang korion. Dengan
semakin banyaknya sarana USG yang tersedia teknik pemeriksaan amniografi
ini sudah jarang dipakai lagi. Bahan radiopaq yang dimasukan ke dalam
uterus akan memberikan gambaran seperti sarang tawon.
e. Uji sonde Hanifa
Sonde dimasukan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis servikalis dan
cavum uteri . bila tidak ada tahanan sonde diputar setelah ditarik sedikit bila
tetap tidak ada tahanan maka kemungkinan adalah mola.
f. Foto thorax
Untuk melihat metastase.
g. T3dan T4
Untuk membuktikan gejala tirotoksikosis. (Arif mansjoer,dkk,2001:266)
7. Penatalaksanaan
a. Kuretase isap (suction curettage)
Apabila pasien menginginkan keturunan di kemudian hari, penanganan
yang dipilih adalah evakuasi jaringan mola dengan kuretase isap. Dua sampai
empat unit darah harus tersedia karena evakuasi dapat disertai dengan
kehilangan darah yang banyak setelah evakuasi awal, kontraksi uterus
dirangsang dengan oksitosin intravena untuk mengurangi kehilangan darah.
Jaringan-jaringan sisa dibersikan dengan kuretase tajam, spesimennya dikirim
secara terpisah ke laboratorium patologi.
b. Histerektomi abdominal
Pada mola ini merupakan suatu alternatif lain bagi pasien yang tidak lagi
menginginkan kehamilan di kemudian hari. Histerektomi menyingkirkan
kemungkinan berfungsinya sel-sel trofoblastik yang tertinggal di dalam uterus
setelah kuretase isap dan mengurai resiko penyakit trofoblastik residual

15
sampai 3-5% keputusan mengenai salpingo-ooforektomi adalah tersendiri
setelah pengeluaran mola dan pengurangan stimulas chorionic gonadotropin,
kista teka-lutein ovarium mengalami regresi secara spontan. Pengangkatan
dengan pembedahan hanya diperlukan bila ada kaitan dengan torsi atau
perdarahan.
c. Program lanjut
Setelah evakuasi suatu kehamilan mola pasien diamati dengan seksama
terhadap serangkaian titer chorionic gonadotropin (HCG), menggunakan
radioimmunoassay untuk submit beta, setiap satu atau dua minggu sampai
negative. Hilangnya HCG secara sempurna diperkirakan terjadi dalam 9-15
minggu setelah pengosongan uterus. Pasien disarankan untuk menghindari
kehamilan sampai titer chorionic gonadotropin negative selama satu tahun.
Biasanya diberikan kontrasepsi oral estrogen-progestin. Pelvis diperiksa
secara berkala untuk menilai ukuran uterus, adneksa untuk kista teka-lutein,
dan traktus genitalis bagian bawah untuk metastase.
Apabila 2 titer chorionic gonadotropin yang berurutan stabil (plateu) atau
meningkat atau apabila tampak adanya metastase, pasien harus dievaluasi
terhadap keganasan neoplasia tropoblastik gestasional dan kemoterapi.
Hamper 15-20% pasien dengan Mola Hidatidosa berkembang gejala
keganasan ssetetal kuretase isap. Dari kelompok ini hamper 80% menderita
penyakit trofoblastik non metastatic sedangkan yang 20% menderita
metastase keluar batas uterus, paling sering ke paru-paru atau vagina. Selain
titer chorionic gonadotropin yang persisten atau meningkat, gejala keganasan
neoplsia trofoblastik gestasional meliputi perdarahan pervaginam yang
persisten, pendarahan intra abdominal dan lesi perdarahan di paru-paru,
hepar, otak, atau ogan-organ lainnya.
8. Komplikasi
a. Komplikasi non maligna
1) Perforasi uterus
Selama kehamilan kadang-kadang terjadi dan jika terjadi perforasi uterus,
kuretase harus dihentikan. Laparoskopi atau laparotomi harus dilakukan
untuk mengetahui tempat terjadinya perforasi.

16
2) Perdarahan
Merupakan komplikasi yang terjadi sebelum selama dan bahkan setelah
tindakan kuretase. Oleh karena itu oksitosin intravena dilakukan sebelum
memulai tindakan kuretase sehingga mengurangi kejadian perdarahan ini.
3) Embolisme tropoblastik
Dapat menyebabkan insufisiensi pernapasan akut. Faktor resiko terbesar
terjadi pada uterus yang lebih besar dari yang diharapkan pada usia
gestasi 16 minggu. Keadaan ini bisa fatal.
4) Infeksi pada sevikal atau vagina
Perforasi pada dinding uterus yang tipis selama evakuasi mola dapat
menyebabkan penyebaran infeksi. Ruptur uteri spontan bisa terjadi pada
mola benigna dan mola maligna.
b. Komplikasi maligna
Mola invasif atau koriokarsinoma berkembang pada 20 % kasus mola dan
identifikasi pasien penting untuk tindakan selanjutnya setelah mola komplit
invasi uteri terjadi pada 15 % pasien dan metastase 4 pasien. Tidak terdapat
kasus koriokarsinoma yang dilaporkan selah terjadi mola incomplete
meskipun ada juga yang menjadi penyakit tropoblastik non metastase yang
menetap yang membutuhkan kemoterapi. Pada penderita mola yang lanjut
dapat terjadi beberapa komplikasi sebagai berikut:
1) Anemia
2) Syok
3) Preeklampsi atau Eklampsia
4) Tirotoksikosis
5) Infeksi sekunder
6) Perforasi karena keganasan dan karena tindakan
7) Menjadi ganas (PTG) pada kira – kira 18-20% kasus, akan menjadi mola
destruens atau koriokarsinoma.

17
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Diperlukan pengkajian yang cermat dan teliti untuk mengetahui masalah
pasien dengan tepat, sebab pengkajian merupakan awal dari proses keperawatan.
Keberhasilan proses keperawatan tergantung dari pengkajian.
a. Biodata
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi: nama, umur, agama,
suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke-,
lamanya perkawinan dan alamat.
b. Alasan Masuk Rumah Sakit
c. Keluhan utama
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam
berulang
d. Riwayat kesehatan sekarangYaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah
Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus
haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
e. Riwayat kesehatan masa lalu:
1) Riwayat pembedahan
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis
pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung.
2) Riwayat penyakit yang pernah dialami
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM,
jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinari, penyakit endokrin, dan
penyakit-penyakit lainnya.
f. Riwayat kesehatan keluarga.
Kaji mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam
keluarga.
g. Riwayat Obstetri Ginekologi
1) Riwayat Ginekologi
a) Riwayat Menstruasi
Kaji tentang Menarche, lamanya haid, siklus, banyaknya, sifat darah
(warna, bau, cair/gumpalan, dismenor), HPHT, tafsiran persalinan.
b) Riwayat Perkawinan (suami dan istri)
Kaji usia perkawinan, lama perkawinan, pernikahan yang ke-berapa.
c) Riwayat kontrasepsi
Kaji jenis kontrasepsi yang digunakan sebelum hamil, waktu dan
lama penggunaan, masalah dalam penggunaan cara tersebut, jenis
kontrasepsi yang akan dilaksanakan setelah persalinan sekarang,
jumlah anak yang direncanakan keluarga.
2) Riwayat Obstetri
a) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
G….. P…… A…..H....

18
Tgl Umur Jenis Tempat Jenis Keadaan
Masalah
partus kehamilan partus penolong kelamin anak
No BB
Hamil Lahir Nifas Bayi

b) Riwayat kehamilan sekarang


 Klien merasa hamil......bulan.
 Keluhan waktu hamil.
 Gerakan anak pertama dirasakan.
 Imunisasi.
 Penambahan BB selama hamil.
 Pemeriksaan kehamilan teratur/tidak.
 Tempat pemeriksaan dan hasil pemeriksaan.
h. Pengkajian Pola Kebutuhan Dasar
1) Persepsi dan Penanganan Kesehatan
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan kesehatan. Persepsi
terhadap arti kesehatan, dan peñata laksanaan kesehatan, kemampuan menyusun
tujuan, pengetahuan tentang praktek kesehatan. Komponen:
a) Gambaran kesehatan secara umum dan saat ini,
b) Alasan kunjungan dan harapan,
c) Gambaran terhadap sakit dan penyebabnya dan penanganan yang dilakukan:
 Kepatuhan terhadap pengobatan
 Pencegahan/tindakan dalam menjaga kesehatan
 Penggunaan obat resep dan warung.
d) Penggunaan produk atau zat didalam kehidupan sehari-hari dan frekuensi
(misal: rokok, alkohol)
e) Penggunaan alat keamanan dirumah/sehari-hari, dan faktor resiko timbulnya
penyakit
f) Gambaran kesehatan keluarga
2) Nutrisi-Metabolik
Menggambarkan intake makanan, keseimbangan cairan dan elektrolit, nafsu
makan, pola makan, diet, fluktuasi BB dalam 6 bulan terakhir, kesulitan menelan,
mual/muntah, kebutuhan julah zat gizi, masalah/ penyembuhan kulit, akanan
kesukaan. Komponen:
a) Gambaran yang biasa dimakan (pagi,siang,sore,snack)
b) Tipe dan intake cairan

19
c) Gambaran bagaimana nafsu makan, kesulitan dan keluhan yang mempengaruhi
makan dan nafsu makan
d) Penggunaan obat diet
e) Makanan kesukaan, pantangan,alergi
f) Penggunaan suplemen makanan
g) Gambaran BB, perubahan BB dalam 6-9 bln
h) Perubahan pada kulit (lesi, kering, membengkak,gatal)
i) Proses penyembuhan luka (cepat-lambat)
j) Adakah faktor resiko terkait ulcer kulit (penurunan sirkulasi, defisit
sensori,penurunan mobilitas)
3) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan kulit. Komponen:
a) Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin
b) Adakah masalah dalam proses miksi, adakah penggunaan alat bantu untuk
miksi
c) Gambaran pola BAB, karakteritik
d) Penggunaan alat bantu
e) Bau badan, keringat berlebih, lesi dan pruritus
4) Aktivitas-Latihan
Menggambarkan pola aktivitas dan latihan, fungsi pernafasan dan sirkulasi.
Komponen:
a) Gambaran level aktivitas, kegiatan sehari-hari dan olahraga
b) Aktivitas saat senggang/waktu luang
c) Apakah mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah, batuk, nyeri
dada,palpitasi,nyeri pada tungkai, gambaran dalam pemenuhan ADL:  Level
Fungsional (0-IV), Kekuatan Otot (1-5)
5) Tidur-Istirahat
Menggambarkan pola tidur-istirahat dan persepsi pada level energi.
Komponen:
a) Berapa lama tidur dimalam hari
b) Jam berapa tidur-Bangun
c) Apakah terasa efektif

20
d) Adakah kebiasaan sebelum tidur
e) Apakah mengalami kesulitan dalam tidur
6) Kognitif-Persepsi
Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, taktil penciuman,
persepsi nyeri, bahasa, memori dan pengambilan keputusan. Komponen:
a) Kemampuan menulis dan membaca
b) Kemampuan berbahasa
c) Kemampuan belajar
d) kesulitan dalam mendengar
e) Penggunaan alat bantu mendengar/melihat
f) Bagaimana visus
g) Adakah keluhan pusing bagaimana gambarannya
h) Apakah mengalami insensitivitas terhadap dingin, panas, nyeri
i) Apakah merasa nyeri (Skala dan karaketeristik)
7) Persepsi Diri-Konsep Diri
Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap kemampuan, harga
diri, gambaran diri dan perasaan terhadap diri sendiri. Komponen:
a) Bagaimana menggambarkan diri sendiri
b) Apakah ada kejadian yang akhirnya mengubah gambaran terhadap diri
c) Apa hal yang paling menjadi pikiran
d) Apakah sering merasa marah, cemas, depresi, takut, bagaimana gambarannya
8) Peran-Hubungan
Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga-lainnya.
Komponen:
a) Bagaimana gambaran pengaturan kehidupan (hidup sendiri/bersama)
b) Apakah mempunyai orang dekat?Bagaimana kualitas hubungan?Puas?
c) Apakah ada perbedaan peran dalam keluarga, apakah ada saling keterikatan
d) Bagaimana dalam mengambil keputusan dan penyelesaian konflik
e) Bagaimana keadaan keuangan
f) Apakah mempunyai kegiatan sosial?

9) Seksualitas-Reproduksi

21
Menggambarkan kepuasan/masalah dalam seksualitas-reproduksi. Komponen:
a) Apakah kehidupan seksual aktif
b) Apakah menggunakan alat bantu/pelindung
c) Apakah mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan kebutuhan seks
d) Khusus wanita: TMA, gambaran pola haid, usia menarkhe/ menopause riwayat
kehamilan, masalah terkait dengan haid
10) Koping-Toleransi Stres
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stres dan menggunakan sistem
pendukung. Komponen:
a) Apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam beberapa tahun terakhir
b) Dalam menghadapi masalah apa yang dilakukan?efektif?
c) Apakah ada orang lain tempat berbagi?apakah orang tersebut ada sampai
sekarang?
d) Apakah anda selalu santai/tegang setiap saat
e) Adakah penggunaan obat/zat tertentu
11) Nilai-Kepercayaan
Menggambarkan spiritualitas, nilai, sistem kepercayaan dan tujuan dalam
hidup. Komponen:
a) Apakah anda selalu mendapatkan apa yang diinginkan
b) Adakah tujuan,cita-cita,rencana di masa yang akan datang
c) Adakah nilai atau kepercayaan pribadi yang ikut berpengaruh
d) Apakah agama merupakan hal penting dalam hidup? Gambarkan.
i. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan palpasi uterus
a) Lebih besar dari usia kehamilan (50-60%)
b) Besarnya sama dengan usia kehamilan (20-25%)
c) Lebih kecil dari usia kehamilan (5-10%)
2) Palpasi lunak seluruhnya
a) Tidak teraba bagisan janin
b) Terdapat bentuk asimetris, bagian menonjol agak padat-mola destruen.
3) Genetalia dan Perineum:
a) Kebersihan: terdapat lendir bercampur darah dan air.

22
2. Diagnosis
a. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
d. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif

23
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
(SLKI) (SIKI)
1 Hipovolemia Luaran Utama: Status Cairan Intervensi Utama: Manajemen Observasi
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan Hipovolemia 1.Hipotensi (termasuk
kehilangan cairan aktif Observasi postural),takhikardia,demam
keperawatan selama 3 x 24 jam
1. Periksa tanda dan gejala dapat menunjukanrespon
status cairan membaik dengan hypovolemia (mis. frekuensi nadi terhadap dan /atau efek
meningkat, nadi teraba lemah, kehilangan cairan
kriteria hasil:
tekanan darah menurun, tekanan 2. Memenuhi status cairan dan
1. Kekuatan nadi meningkat (5) nadi menyempit, turgor kulit nutrisi pasien dapat meningkatkan
2. Turgor kulit meningkat (5) menurun, membran mukosa proses penyembuhan
3. Frekuensi nadi membaik (5) kering, volume urin menurun, Terapiutik
4. Tekanan darah membaik (5) hematocrit meningkat, haus, 1. Memenuhi status cairan dan
5. Tekanan nadi membaik (5) lemah) nutrisi pasien dapat meningkatkan
6. Membran mukosa membaik 2. Monitor intake dan output cairan proses penyembuhan
(5) Terapiutik 2.  Memberikan informasi tentang
7. Kadar Hb membaik (5) 1. Hitung kebutuhan cairan keseimbangan cairan
Luaran Tambahan: Tingkat 2. Berikan asupan cairan oral
Perdarahan Edukasi Edukasi
Setelah dilakukan asuhan 1. Anjurkan memperbanyak asupan 1. untuk memperthankan
cairan oral keseimbangan cairan dalam
keperawatan selama 3 x 24 jam
Kolaborasi tubuh.
tingkat perdarahan menurun 1. Kolaborasi pemberian cairan IV Kolaborasi
isotonis (mis. NaCl, RL) 1. Memenuhi status cairan dan
dengan kriteria hasil:
2. Kolaborasi pemberian cairan IV nutrisi pasien dapat meningkatkan

1
1. Kelembapan membran mukosa hipotonis (mis. glukosa 2,5%, proses penyembuhan
meningkat (5) NaCl 0,4%) 2. Memenuhi status cairan dan
2. Perdarahan pasca operasi 3. Kolaborasi pemberian cairan nutrisi pasien dapat meningkatkan
menurun (5) koloid (mis. albumin, plasmanate) proses penyembuhan
3. Hemoglobin membaik (5) 4. Kolaborasi pemberian produk 3. Memenuhi status cairan dan
4. Tekanan darah membaik (5) darah nutrisi pasien dapat meningkatkan
5. Suhu tubuh membaik (5) Intervensi Pendukung proses penyembuhan
4. penggantian cairan untuk
memperbaiki kehilangaan/anemia.
2 Nyeri akut berhubungan Luaran Utama: Tingkat Nyeri Intervensi Utama: Pemberian Observasi
dengan agen pencedera Setelah dilakukan asuhan analgesik 1.Dapatmengidentifikasi
fisik terjadinya komplikasi dan untuk
keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi
intervensi selanjutnya.
1. Identifikasi karakteristik nyeri
tingkat nyeri menurun dengan 2. untuk mengetahui adanya alergi
(mis. pencetus, pereda, kualitas, tertentu
kriteria hasil: lokasi, intensitas, frekuensi, 3. untuk mencegah terjadinya
1. Keluhan nyeri menurun (5) durasi) kesalahan obat yang diberikan
2. Meringis menurun (5) 2. Identifikasi riwayat alergi obat 4. untuk mengetahui kondisi
3. Sikap protektif menurun (5) 3. Identifikasi kesesuaian jenis pasien sebelum dan sesudah
4. Gelisah menurun (5) analgesik (mis. narkotika, non- diberikan analgesic
5. Kesulitan tidur menurun (5) 5. untuk mengetahui kondisi
narkotika, atau NSAID) dengan
6. Frekuensi nadi membaik (5) pasien sebelum dan sesudah
7. Tekanan darah membaik (5) tingkat keparahan nyeri diberikan analgesic
Luaran Tambahan: Kontrol 4. Monitor tanda-tanda vital
Nyeri sebelum dan sesudah pemberian
Setelah dilakukan asuhan analgesik
keperawatan selama 3 x 24 jam 5. Monitor efektifitas analgesik
Terapeutik Terapiutik

2
kontrol nyeri menurun dengan 1. Tetapkan target efektifitas 1. untuk mengetahui kondisi
analgesik untuk pasien sebelum dan sesudah
kriteria hasil:
mengoptimalkan respons pasien diberikan analgesic
1. Kemampuan mengenali onset 2. untuk mengetahui efek dari
2. Dokumentasikan respons
nyeri meningkat (5) analgesic yang diberikan
terhadap efek analgesik dan efek
2. Kemampuan mengenali
yang tidak diinginkan
penyebab nyeri meningkat (5)
Edukasi
3. Kemampuan menggunakan Edukasi
1. Jelaskan efek terapi dan efek
teknik non-farmakologis (5) samping obat 1. agar pasien mengetahui efek
dari pemberian obat analgesic
4. Keluhan nyeri menurun (5)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian dosis dan Kolaborasi
jenis analgesik, sesuai indikasi 1. untuk mengurangi rasa nyeri
yang dirasakan pasien
Manajemen Nyeri
Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, Observasi
durasi, frekuensi, kualitas, 1. Dapat mengidentifikasi
intensitas nyeri terjadinya komplikasi dan
untuk intervensi selanjutnya.
2. Identifikasi skala nyeri
2. Mengetahui seberapa nyeri
3. Identifikasi respons nyeri non yang dirasakan klien
verbal 3. Memberi info untuk mengkaji
4. Identifikasi faktor yang respon terhadap intervensi.
memperberat dan memperingan 4. Memberi info untuk mengkaji
nyeri respon terhadap intervensi

3
5. Identifikasi pengetahuan dan 5. Untuk memberikan informasi
keyakinan tentang nyeri nyeri yang dirasakan pasien
6. Identifikasi pengaruh nyeri pada 6. Untuk memberikan informasi
nyeri yang dirasakan pasien
kualitas hidup
7. Untuk mengetahui
7. Monitor keberhasilan terapi keberhasilan terapi
komplementer yang sudah komplementer yg diberikan
diberikan pada pasien
8. Monitor efek samping 8. Untuk mengetahui efek yang
penggunaan analgetik akan dirasakan pasien
Terapeutik
Terapiutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis
1. untuk mengurangi persepsi
untuk mengurangi rasa nyeri nyeri atau mangalihkan
(mis. TENS, hypnosis, perhatian klien dari nyeri.
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang 2. Membantu mengurangi nyeri
memperberat rasa nyeri (mis. yang terjadi pada pasien.
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur 3. untuk mengurangi persepsi
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri atau mangalihkan
perhatian klien dari nyeri.
nyeri dalam pemilihan strategi

4
meredakan nyeri 4. Untuk mengetahui sumber
Edukasi nyeri yang dirasakan dan
1. Jelaskan penyebab, periode, dan memberikan intervensi yang
tepat
pemicu nyeri
Edukasi
2. Jelaskan strategi meredakan 1. memberikan informasi pemicu
nyeri nyeri pada pasien
3. Anjurkan memonitor nyeri 2. menyusun intervensi yang akan
secara mandiri diberikan
4. Anjurkan menggunakan 3. mengetahui nyeri yang
analgetik secara tepat dirasakan pasien
4. untuk mengurangi rasa nyeri
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis
5.distraksi relaksasi dapat
untuk mengurangi rasa nyeri mengurangi nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik Kolaborasi
1. untuk mengurangi rasa nyeri

3 Intoleransi aktivitas Luaran Utama: Toleransi Intervensi Utama: Manajemen Observasi


berhubungan dengan Aktivitas Energi 1. menunjukkan perubahan
kelemahan Setelah dilakukan asuhan Observasi neurology karena defisiensi
1. Identifikasi gangguan fungsi vitamin B12 mempengaruhi
keperawatan selama 3 x 24 jam
tubuh yang mengakibatkan keamanan pasien/ resiko
toleransi aktivitas meningkat kelelahan cidera.
2. Monitor kelelahan fisik dan 2. menunjukkan perubahan
dengan kriteria hasil:
emosional neurology karena defisiensi
1. Frekuensi nadi meningkat (5) 3. Monitor pola dan jam tidur vitamin B12 mempengaruhi
4. Monitor lokasi dan keamanan pasien/ resiko
2. Keluhan lelah menurun (5)

5
3. Tekanan darah membaik (5) ketidaknyamanan selama cidera.
melakukan aktivitas 3. meningkatkan istirahat untuk
Terapeutik menurunkan kebutuhan
1. Lakukan latihan rentang gerak oksigen tubuh
pasif dan/atau aktif 4. untuk meminimalkan
2. Berikan aktivitas distraksi yang kelelahan yang dirasakan
menenangkan Terapiutik
Edukasi 1. memberikan regangan pada
1. Anjurkan tirah baring otot-otot
2. Anjurkan melakukan aktivitas 2. untuk meminimalkan kelelahan
secara bertahap yang dirasakan
3. Anjurkan menghubungi perawat Edukasi
jika tanda dan gejala kelelahan 1. meningkatkan istirahat untuk
tidak berkurang menurunkan kebutuhan oksigen
4. Ajarkan strategi koping untuk tubuh
mengurangi kelelahan 2. untuk meminimalkan kelelahan
Kolaborasi yang dirasakan
1. Kolaborasi dengan ahli gizi 3. untuk mencegah terjadinya
tentang cara meningkatkan kodisi yang buruk
asupan makanan 4. meningkatkan aktivitas secara
bertahap sampai normal dan
memperbaiki tonus otot.
Kolaborasi
1. untuk mengganti nutrisi yang
adekuat dalam tubuh

4 Risiko infeksi Luaran Utama: Tingkat Infeksi Intervensi Utama: Pencegahan Observasi

6
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan Infeksi 1. Untuk mengetahui keadaan luka
efek prosedur invasif Observasi dan perkembangannya
keperawatan selama 3 x 24 jam
1. Monitor tanda dan gejala infeksi Terapiutik
tingkat infeksi menurun dengan local dan sistemik 1. agar mengurangi terjadinya
Terapeutik resiko infeksi
kriteria hasil:
1. Batasi jumlah pengunjung 2. Agar tidak terjadi infeksi dan
1. Demam menurun (5) 2. Berikan perawatan kulit pada terpapar oleh kuman atau bakteri
2. Kemerahan menurun (5) area edema 3. Meminimalkan risiko infeksi
3. Nyeri menurun (5) 3. Cuci tangan sebelum dan 4. mengurangi mikroba bakteri
4. Bengkak menurun (5) sesudah kontak dengan pasien yang dapat menyebabkan infeksi
5. Kadar sel darah putih dan lingkungan pasien
Edukasi
membaik (5) 4. Pertahankan teknik aseptic pada
1.Agar keluarga pasien
pasien berisiko tinggi
Edukasi mengetahui tanda dan gejala
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi dari infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan 2.meminimalkan terjadinya
dengan benar infeksi
3. Ajarkan etika batuk 3.meminimalkan terjadinya
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi infeksi
luka atau luka operasi
4.Memandirikan pasien dan
5. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi keluarga
6. Anjurkan meningkatkan asupan 5. untuk mempercepat
cairan penyebuhan luka
Kolaborasi 6. memenuhi cairan elektrolit
1. Kolaborasi pemberian yang adekuat
imunisasi, jika perlu Kolaborasi
1. Untuk mencegah terjadinya

7
infeksi

8
C. Contoh Asuhan Keperawatan
Ny. A 38 tahun, seorang ibu rumah tangga, G3P2A0H2 , masuk rumah sakit
tanggal 19 September 2019 dengan keluhan merasa hamil disertai mual muntah
dan perdarahan pervaginam sejak 6 hari yang lalu. Berdasarkan hasil pengkajian
didapatkan hasil: uterus sebesar 16 minggu, porsio tertutup, fluxus (+).
1. PENGKAJIAN
a. Biodata
1) Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Umur : 38 th
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Mawar
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
No. Register : 1234xxxx
Diagnosa medis : Mola Hidatidosa
Tanggal masuk : 19 September 2019
Tanggal pengkajian : 19 September 2019
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. B
Umur : 40 Th
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dengan pasien : Suami Pasien
Alamat : Jl. Mawar

1
b. Alasan masuk Rumah Sakit
Pasien mengatakan merasa hamil disertai mual muntah dan pendarahan
pervaginam
c. Keluhan utama saat dikaji
Pasien mengatakan merasa nyeri pada bagian perut disertai dengan
perdarahan vagiana. Nyeri dirasakan seperti diremas-remas. Skala nyeri 8,
nyeri dirasakan hilang timbul. Pasien mengatakan mengalami perdarahan
sejak 3 hari yang lalu.
d. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien datang ke ruang ponex Rumah Sakit Sejahtera pada tanggal 23 oktober
2019 pukul 20.00 wita dengan keluhan nyeri pada bagian perut disertai
dengan perdahan pervaginam sejak 6 hari, saat diperiksa keadaan vulva
tampak kotor dan lembab serta adanya tanda infeksi  yang lain seperti
kemerahan di perineum, dan keluar cairan putih kekuningan serta
berbau, klien tampak lemah,membran mukosa kering, turgor kulit tidak
elastis dan cubitan kulit kembali dalam 2 detik,mual dan muntah 2-4x/hari
selama 6 hari. klien juga mengeluh nyeri  perut bagian bawah dengan skala
nyeri 8 dan bertambah saat melakukan gerakan secara tiba-tiba, klien tampak
meringis menahan nyeri, wajah klien tampak  pucat, perdarahan 500
cc, TD  130/80 mmHg, RR 22X/menit, N: 110X/menit.
e. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami riwayat pembedahan
sebelumnya.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti
hipertensi

2
g. Riwayat obstetri ginekologi
1) Riwayat Ginekologi
a. Riwayat menstruasi
1) Menarche : umur 12 tahun
2) Lamanya haid : 5 hari
3) Siklus : (28-30 hari)
4) Banyaknya ± 300 cc
5) Sifat darah (warna, bau, cair/gumpalan, dismenor).
6) HPHT : pasien mengatakan lupa
7) Taksiran persalinan : 23April 2019 (USG)
b. Riwayat perkawinan (suami danistri)
1) Usia perkawinan : 5 tahun
2) Pernikahan yang ke : 1
c. Riwayat kontrasepsi
1) Jenis kontrasepsi yang digunakan sebelum hamil : Pasien tidak memakai
kontrasepsi
2) Waktu dan lama penggunaan : tidak mengunakan kontrasepsi
3) Masalah dalam penggunaan cara tersebut : tidak ada masalah
4) Jenis kontrasepsi yang akan dilaksanakan setelah persalinan sekarang : IUD
5) Jumlah anak yang direncanakan keluarga : 3
2) Riwayat Obstetri
a. Riwayat kehamilan, persalinan, & nifas yang lalu
G3P2A0H2
Anak ke Kehamilan Persalinan Penyulit nifas Anak Ket

No Thn Umur Penyu Jenis Peno Peny Laser Infe Perd Jk BB Pj


keham lit long ulit asi ksi arah
ilan an

1 2014 Atre - PN Bid - - - - L 3.2 53


m an kg cm

2 2016 Ater - PN Bid - - - - P 3.8 52


m an kg cm

3
b. Riwayat kehamilan sekarang
1) Pasien merasa hamil: 4 bulan.
2) Keluhan waktu hamil: mual-muntah
3) Gerakan anak pertama dirasakan: belum terasa gerakan
4) Imunisasi : -
5) Penambahan BB selama hamil: 1 kg
6) Pemeriksaan kehamilan teratur/tidak: tidak
7) Tempat pemeriksaan dan hasil pemeriksaan: belum

4
h. Pola fungsional kesehatan
1) Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Pasien mengatakan mengerti tentang pemeliharaan kesehatan baik lingkungan
maupun fisik.
2) Nutrisi/metabolik
- Nutrisi : pasien mengatakan Tidak nafsu makan karna merasa mual dan ingin
muntah
- Metabolik : pasien mengatakan minum terakhir pukul 06.00 wita sebanyak 1 gelas
air kemasan ± 500cc
3) Pola eliminasi
- BAK : pasien mengatakan terakhir buang air kecil pada pukul 10.00 wita
Warna kuning, sebanyak ±120cc
- BAB : Pasien mengatakan terakhir buang air besar dirumah pukul 06.00 wita,
konsistensi keras, bau khas feses, warna kuning kecoklatan dan saat ini belum
BAB
Input : Klien dalam sehari dapat menghabiskan 500 ml air, air dalam makanan 300
ml, infus 500 ml, transfusi darah 1 kolf (125 ml).
Output: Urin 1000 ml, feses 250 ml, IWL 1110 ml, perdarahan 500 ml, muntah 300
cc.
BC = Input-Output.
      = 1425 ml – 2660 ml
      = - 1235 ml.
4) Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan 0 1 2 3 4
diri
Makanan/minum 

Mandi 

Toileting 

Berpakaian 

5
Mobilisasi di tempat tidur 

Berpindah 

Ambulasi ROM 

0: madiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3 : dibantu orang lain dan alat,
4:tergantung total
Oksigenasi:
Pasien mengatakan tidak ada keluhan saat bernafas dan tidak merasa sesak, RR
22x/menit.
5) Pola tidur dan istirahat
Pasien mengatakan mengalami gangguan pola tidur dimana pasien kadang-kadang
terbangun karena merasa nyeri pada bagian perut.
6) Pola perceptual
Pasien mengatakan tidak mempunyai masalah dengan penginderaan yaitu
penglihatan, penciuman, pendengaran, dan perabaan. Pasien hanya mengeluh nyeri
pada perut.
P: Nyeri pada perut tiba-tiba saat akan beraktivitas
Q: Nyeri dirasakan seperti diremas-remas
R: Nyeri dibagian perut
S: Skala nyeri 8 dari (0-10)
T: Nyeri dirasakan hilang timbul
7) Pola Persepsi diri
Pasien mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya dan pasien mengatakan takut
ada masalah pada kehamilaannya yang sekarang.
8) Pola seksual dan reproduksi
Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan reproduksinya. Pasien mengatakan
diberi perhatian dan sentuhan oleh suaminya.
9) Pola peran-hubungan
Pasien mengatakan Hubungan pasien dengan keluarganya harmonis, komunikasi
pasien dengan masyarakat sekitar rumah berjalan lancar.

6
10) Pola manajemen koping stress
Pasien mengatakan cara mengatasi masalah dengan berdiskusi bersama suaminya.
11) Sistem nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan beragama islam dan biasanya pasien melaksanakan shalat 5 waktu
dirumah dan saat di rumah sakit pasien hanya bisa berdo ditempat tidur.
i. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Baik
1) GCS : 15 (E4V5M6)
2) Tingkat kesadaran : Composmentis
3) Tanda-tanda vital : TD : 130/80 mmHg N : 110x/menit R : 22x/menit
S: 38,5⁰C
4) BB hamil : 57 Kg TB :160 cm LILA : 23 cm

Pemeriksaan Head to toe


Kepala Wajah
- Inspeksi : Bentuk normalchepal, rambut dan kulit kepala bersih, rambut
berwarna hitam, wajah pasien pucat dan meringis.
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Mata
- Inspeksi : Pergerakan mata normal, konjungtiva anemis, pupil isokor
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Leher
- Inspeksi : Bentuk simetris
- Palpasi : Tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid.
Dada
- Inspeksi : Bentuk dada simetris, pergerakan dada simetris, bentuk payudara
simetris, aerola menghitam, putting susu tidak menonjol.

7
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : Terdengar suara sonor pada paru-paru dan suara pekak pada jantung.
- Auskultasi : Jantung S1S2 tunggal reguler, suara nafas vesikuler.
Abdomen
- Inspeksi : Bentuk perut cembung, asimetris, bagian agak menonjol Luka
bekas operasi : Tidak ada
- Palpasi : Tidak teraba bagian janin
- Auskultasi : tidak terdengar DJJ
Genetalia dan Perineum
- Kebersihan : terdapat lendir bercampur darah dan air.
Anus
- Hemoroid : Tidak ada hemoroid
Ekstremitas
Atas : turgor kulit tidak elastis, kulit kering
Oedema : tidak ada oedema
Varises : tidak ada varises
CRT : CRT <2 Detik
Bawah
Oedema : tidak ada oedema
Varises : tidak ada varises
CRT : CRT <2 Detik, reflek patela (+)
Kekuatan otot 555 555
555 555

j. Data penunjang
SGOT 444,3 U/L.
HB: 4 mg/dl
T3 1,58ng/ml,
T4 > 24,86 ug/dl,
TSH 0,005 mLU/L,
beta hCG 772,093 IU/ml

8
Fungsi ginjal baik

Analisa Data

DATA ETIOLOGI MASALAH

DS : pasien mengatakan mengalami Mola hidatidosa Hipovolemia


perdarahan sejak 6 hari yang lalu
DO : Perdarahan pervaginam

- Pasien tampak lemah dan pucat


- Mukosa mulut kering Hipovolemia
- Konjungtiva anemis
- Turgor kulit tidak elastis, kulit kering
- N : 110x/mnt
- HB: 4 mg/dl

Input: Klien dalam sehari dapat


menghabiskan 500 ml air, air dalam
makanan 300 ml, infus 500 ml, transfusi
darah 1 kolf (125 ml).
Output: Urin 1000 ml, feses 250 ml, IWL
1110 ml, perdarahan 500 ml, muntah 300 cc.
BC = Input-Output.
      = 1425 ml – 2660 ml
      = - 1235 ml.

DS : Mola Hidatidosa
- Pasien mengeluh nyeri pada bagian Nyeri Akut
perut Perkembangan
- P : pasien mengatakan nyeri secara abnormal villi korinik
tiba-tiba saat akan beraktivitas dan dilatasi servik
- Q : nyeri seperti diremas-remas
- R : nyeri di bagian perut penekanan otot-otot
- S : skala nyeri 8 dari 0-10 rahim
- T : nyeri dirasakan hilang timbul
DO :
- Pasien tampak meringis Reaksi sensori
- Wajah tampak pucat
- TD : 130/80 mmHg
- N : 110x/menit

9
- RR: 22x/menit
- S; 38,5ᴼC Nyeri akut

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Hipovolemia berhubungan dengan perdarahan pervaginam ditandai dengan
pasien mengatakan mengalami perdarahan sejak 6 hari yang lalu, pasien tampak
lemah dan pucat, mukosa mulut kering, konjungtiva anemis, turgor kulit tidak
elastis, kulit kering, N : 110x/mnt, BC = - 1235 ml.
b. Nyeri akut berhubungan dengan perkembangan abnormal villi kronik ditandai
dengan pasien mengeluh nyeri pada bagian perut, pasien mengatak nyeri secara
tiba-tiba saat akan beraktivitas, nyeri seperti diremas-remas, nyeri di bagian
perut, skala nyeri 8 dari 0-10, nyeri dirasakan hilang timbul, tampak meringis,
wajah tampak pucat, TD : 130/80 mmHg, N : 110x/menit.

10
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


. SLKI SIKI
1 Hipovolemia Luaran Utama: Status Cairan Intervensi Utama: Manajemen Hipovolemia
Setelah dilakukan asuhan Observasi
1. Periksa tanda dan gejala hypovolemia (mis.
keperawatan selama 3 x 24 jam
frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
status cairan membaik dengan tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit menurun, membran
kriteria hasil:
mukosa kering, volume urin menurun, hematocrit
1. Kekuatan nadi meningkat (5) meningkat, haus, lemah)
2. Turgor kulit meningkat (5) 2. Monitor intake dan output cairan
3. Frekuensi nadi membaik (5) Terapiutik
4. Tekanan darah membaik (5) 3. Hitung kebutuhan cairan
5. Tekanan nadi membaik (5) 4. Berikan asupan cairan oral
6. Membran mukosa membaik (5) Edukasi
7. Kadar Hb membaik (5) 5. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Luaran Tambahan: Tingkat 6. Anjurkan menghindari perubahan posisi
Perdarahan mendadak
Setelah dilakukan asuhan
Kolaborasi
keperawatan selama 3 x 24 jam
7. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis.
tingkat perdarahan menurun NaCl, RL)
8. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis.
dengan kriteria hasil:
glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)

11
1. Kelembapan membran mukosa 9. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis.
meningkat (5) albumin, plasmanate)
2. Perdarahan pasca operasi 10. Kolaborasi pemberian produk darah
menurun (5)
3. Hemoglobin membaik (5)
4. Tekanan darah membaik (5)
5. Suhu tubuh membaik (5)
2. Nyeri akut Luaran Utama: Tingkat Nyeri Intervensi Utama: Pemberian analgesik
Setelah dilakukan asuhan Observasi
keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Identifikasi karakteristik nyeri (mis. pencetus,
pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi,
tingkat nyeri menurun dengan
durasi)
kriteria hasil: 2. Identifikasi riwayat alergi obat
1. Keluhan nyeri menurun (5) 3. Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis.
2. Meringis menurun (5) narkotika, non-narkotika, atau NSAID) dengan
3. Sikap protektif menurun (5) tingkat keparahan nyeri
4. Gelisah menurun (5) 4. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
5. Kesulitan tidur menurun (5)
pemberian analgesik
6. Frekuensi nadi membaik (5)
7. Tekanan darah membaik (5) 5. Monitor efektifitas analgesik
Terapeutik
6. Pertimbangkan pengguanaan infus kontinu, atau
Luaran Tambahan: Kontrol bolus oploid untuk mempertahankan kadar dalam
Nyeri serum
Setelah dilakukan asuhan 7. Dokumentasikan respons terhadap efek analgesik
keperawatan selama 3 x 24 jam dan efek yang tidak diinginkan
kontrol nyeri menurun dengan Edukasi
8. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat

12
kriteria hasil: Kolaborasi
1. Kemampuan mengenali onset 9. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik,
nyeri meningkat (5) sesuai indikasi
2. Kemampuan mengenali Manajemen Nyeri
Observasi
penyebab nyeri meningkat (5)
9. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
3. Kemampuan menggunakan
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
teknik non-farmakologis (5) 10. Identifikasi skala nyeri
4. Keluhan nyeri menurun (5) 11. Identifikasi respons nyeri non verbal
12. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
13. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
nyeri
14. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
15. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah diberikan
16. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
17. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi bermain)
18. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)

13
19. Fasilitasi istirahat dan tidur
20. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
21. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
22. Jelaskan strategi meredakan nyeri
23. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
24. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
25. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
26. Kolaborasi pemberian analgetik

14
No. Hari dan Tanggal Implementasi
DX
1 23 oktober 2019 1. Melakukan pemeriksaan tanda dan gejala hypovolemia (mis. frekuensi
nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urin
menurun, hematocrit meningkat, haus, lemah)
2. memonitoring intake dan output cairan

3. menghitung kebutuhan cairan


4. memberikan asupan cairan oral
5. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
6. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
7. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
8. Kolaborasi pemberian produk darah
24oktober 2019 1. Melakukan pemeriksaan tanda dan gejala hypovolemia (mis. frekuensi
nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan
nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering,
volume urin menurun, hematocrit meningkat, haus, lemah)
2. memonitoring intake dan output cairan

3. menghitung kebutuhan cairan


4. memberikan asupan cairan oral
5. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
6. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
7. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
8. Kolaborasi pemberian produk darah
25 oktober 2019 1. Melakukan pemeriksaan tanda dan gejala hypovolemia (mis. frekuensi
nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan

15
nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering,
volume urin menurun, hematocrit meningkat, haus, lemah)
2. memonitoring intake dan output cairan

3. menghitung kebutuhan cairan


4. memberikan asupan cairan oral
5. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
6. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
7. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
8. Kolaborasi pemberian produk darah

No. Hari/ tanggal Implementasi


dx
2 23 oktober 2019 1. Identifikasi karakteristik nyeri (mis. pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
2. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
3. Identifikasi skala nyeri
4. Identifikasi respons nyeri non verbal
5. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik
6. Monitor efektifitas analgesik
7. Dokumentasikan respons terhadap efek analgesik dan efek yang tidak
diinginkan
8. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
9. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,

16
hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
10.Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
11.Fasilitasi istirahat dan tidur
12.Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi

24 oktober 2019 1. Identifikasi karakteristik nyeri (mis. pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
2. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
3. Identifikasi skala nyeri
4. Identifikasi respons nyeri non verbal
5. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik
6. Monitor efektifitas analgesik
7. Dokumentasikan respons terhadap efek analgesik dan efek yang tidak
diinginkan
8. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
9. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
10. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
11. Fasilitasi istirahat dan tidur
12. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi

25 oktober 2019 1. Identifikasi karakteristik nyeri (mis. pencetus, pereda, kualitas, lokasi,

17
intensitas, frekuensi, durasi)
2. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
3. Identifikasi skala nyeri
4. Identifikasi respons nyeri non verbal
5. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik
6. Monitor efektifitas analgesik
7. Dokumentasikan respons terhadap efek analgesik dan efek yang tidak
diinginkan
8. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
9. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
10. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
11. Fasilitasi istirahat dan tidur
12. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi

18
5. EVALUASI KEPERAWATAN
No.d Hari dan Tanggal Evaluasi Paraf
x
1. 23 oktober 2019 S : pasien mengatakan mengalami
perdarahan sejak 6 hari yang lalu
O:

- Pasien tampak lemah dan pucat


- Mukosa mulut kering
- Konjungtiva anemis
- Turgor kulit tidak elastis, kulit
kering
- N : 110x/mnt
- HB: 4 mg/dl

Input: Klien dalam sehari dapat


menghabiskan 500 ml air, air dalam
makanan 300 ml, infus 500 ml,
transfusi darah 1 kolf (125 ml).
Output: Urin 1000 ml, feses 250 ml,
IWL 1110 ml, perdarahan 500 ml,
muntah 300 cc.
BC = Input-Output.
      = 1425 ml – 2660 ml
      = - 1235 ml.
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1-8
2 23 oktober 2019 S:
- Pasien mengeluh nyeri pada
bagian perut
- P : pasien mengatakan nyeri
secara tiba-tiba saat akan
beraktivitas
- Q : nyeri seperti diremas-
remas
- R : nyeri di bagian perut
- S : skala nyeri 8 dari 0-10
- T : nyeri dirasakan hilang
timbul
O:
- Pasien tampak meringis
- Wajah tampak pucat

19
- TD : 130/80 mmHg
- N : 110x/menit
- RR: 22x/menit
- S; 38,5ᴼC
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1-12
1 24 oktober 2019 S : pasien mengatakan masih ada
perdarahan sedikit, dan terasa lemas
O : - pasien tampak lemas
- mukosa bibir kering
- Nadi 100x/menit
- Input: Klien dalam sehari dapat
menghabiskan 750 ml air, air dalam
makanan 300ml ml, infus 500 ml,
transfusi darah 1 kolf (125 ml).
Output: Urin 1000 ml, feses 250 ml,
IWL 1635 ml, perdarahan 350 ml, m
BC = Input-Output.
      = 1675 ml – 3235 ml
      = - 1560ml
A : Masalah Belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1-8
2 24 oktober 2019 S:
- Pasien masih mengeluh nyeri
pada bagian perut
- P : pasien mengatakan nyeri
saat bergerak
- Q : nyeri seperti ditusuk-
tusuk
- R : nyeri di bagian perut
- S : skala nyeri 6
- T : nyeri dirasakan hilang
timbul
O:
- Pasien tampak meringis
- TD : 130/80 mmHg
- N : 100x/menit
- RR: 22x/menit
- S; 36,8ᴼC
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 3-12
1 25 oktober 2019 S : pasien mengatakan pendarahan
sudah mulai berhenti

20
O:
- mukosa bibir lembab
- Nadi 85x/menit
- Input: Klien dalam sehari dapat
menghabiskan 2000 ml air, air
dalam makanan 500ml, infus 500
ml, transfusi darah 1 kolf (125 ml).
Output: Urin 1000 ml, feses 250 ml,
IWL 1635 ml, perdarahan 350 ml, m
BC = Input-Output.
      = 1675 ml – 3235 ml
      = - 1560ml
A : Masalah Belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1-8
25 oktober 2019 S : pasien mengatakn nyeri perut
sudah berkurang
O:
- Pasien tidak meringis
- TD : 130/80 mmHg
- N : 85x/menit
- RR: 22x/menit
- S; 36,7ᴼC
A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

21
BAB III

PENUTUP
A. Simpulan
Pada wanita yang mengalami Mola hidatidosa sering mengalami mual muntah
akibat produksi Hcg yang tinggi. Produksi ini meningkat disebabkan pembesaran
uterus yang abnormal lebih besar daripada pembesaran uterus biasanya. Sehingga
menyebabkan distensi rahim yang bisa menyebabkan mual muntah pada penderita
Mola hidatidosa. Selain itu perdarahan yang abnormal saat usia kehamilan masih
muda, dapat menyebabkan resiko tinggi infeksi. Resiko infeksi harus segera diatasi
untuk menghindari gejala infeksi yaang dapat membahayakan bagi keselamatan
wanita tersebut. Perlu pengetahuan ibu tentang beberapa gejala penyakit yang dapat
menyerang ibu hamil saat berada pada usia kehamilannya yang masih baru tau berada
pada Trimester 1.

B. Saran
Penulis memberikan saran untuk ibu yang sedang hamil agar intensif dalam
melakukan pemeriksaan kandungannya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui ada atau
tidak adanya gejala patologis yang sering terjadi saat sedang mengandung. Apabila
terjadi gejala patologis, ibu harus cepat melaporkan kepada pelaku medis agar tidak
terjadi komplikasi lain pada kandungannya. Pelaku medis khususnya perawat harus
memiliki sikap profesionalisme dalam bekerja dan mampu melakukan asuhan
keperawatan secara tepat kepada ibu yang terdeteksi adanya kelainan seperti
penderita Mola hidatidosa.

DAFTAR PUSTAKA

22
Arief, Mansjoer. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

Cunningham, F Gary. et all. 2010. Obstetri Williams 23rd ed. USA : The McGrawHill
Companies, Inc.

Green, Carol J. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan : Maternal dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta: ECG.

Leveno K.J., Bloom S.L., Hauth J.C., Rouse D.J., Spong C.Y., et al. 2010. Williams
Obstetrics. 23rd ed. USA : McGraw-Hill Company

Manuaba. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC

Martaadisoebrata, D, et al. 2005. Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10


editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction

Sastrawinata, S. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi. Ed-2. Jakarta :


EGC.

Yulaikhah, Lily. 2008. Kehamilan. Jakarta : EGC

23

Anda mungkin juga menyukai