MOLA HIDATIDOSA
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Pada Bagian/SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD Meuraxa
Banda Aceh Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama
Oleh
Rini Juwita
20174019
Pembimbing
dr. Yusrizal, M. Ked (OG), Sp. OG
Puji dan syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, serta shalawat dan salam kepada Nabi
Muhammad SAW, dan para sahabat serta pengikutnya hingga akhir zaman. Karena
atas rahmat dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat ini dengan judul
“Mola Hidatidosa” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian kepanitraan
Obstetri dan Ginekologi di RSUD Meuraxa Banda Aceh.
Berbagai kendala yang telah dihadapi penulis hingga referat ini selesai tidak
terlepas dari bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Atas bantuan yang telah
diberikan, baik moral maupun materil, maka selanjutnya penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada pembimbing saya dr.Yusrizal, M.Ked (OG), Sp.OG atas
bimbingan, arahan dan saran dalam penyusunan referat ini. Ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga
penyusunan ini dapat lebih baik sesuai dengan hasil yang diharapkan.
Akhir kata, dengan mengucapkan Alhamdulillah, semoga Allah SWT selalu
meridhai kita semua.
Penulis
I
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
2.2 Epidemiologi................................................................................................................2
2.4 Patologi........................................................................................................................3
2.5 Patofisiologi.................................................................................................................4
2.9 Penatalaksanaan.........................................................................................................10
2.10 Komplikasi...............................................................................................................12
2.11 Prognosis..................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................14
II
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Klasifikasi
Terdapat dua subtipe mola hidatidosa, yaitu mola hidatidosa komplit dan mola hidatidosa
parsial. Mola hidatidosa komplit merupakan mola yang tidak memiliki suatu bentuk
perkembangan janin, terdapat perubahan hidrofik pada hampir keseluruhan dari vili korionik
dan terdapat general hiperplasia trofoblas. Sedangkan pada mola hidatidosa parsial,
memiliki tingkat perkembangan tertentu dari jaringan janin, dengan terdapat perubahan
berupa pembengkakan dari bagian vili korionik serta hiperplasia trofoblas yang sifatnya fokal.5
Secara genetik, mola komplit dan parsial merupakan kesatuan yang berbeda. Mola
komplit biasanya diploid (46 XX atau 46 XY) dan semua komponen genetik berasal dari 46
kromosom paternal. Sedangkan mola parsial memiliki kromosom triploid misal, 69 XXY).
Kedua pola terjadi karena kelainan pembuahan; pada mola hidatidosa komplit, sebuah sel
telur kosong dibuahi oleh dua spermatozoa (atau satu spermatozoa diploid),
menghasilkan kariotipe diploid, sedangkan pada mola parsial sebuah telur normal
dibuahi oleh dua spermatozoa (atau satu sperma diploid) sehingga terbentuk
kariotipe triploid). Mola parsial ini biasanya terbentuk dari hasil fertilisasi dua
spermatozoa pada satu buah ovum normal. Dengan demikian, baik mola komplit
maupun mola parsial memiliki gen dua pasang haploid paternal (diandrik).
Namun, tidak seperti pada mola komplit yang berasal dari ovum kosong yang
tidak terdapat kontribusi genetik maternal, pada mola parsial satu set kromosom
2
haploid disumbang oleh ovum. 5
proliferasi trofoblas bervariasi, fokal dan ringan sampai sedang bervariasi dan ringan sampai berat
Ukuran uterus kecil untuk masa kehamilan 50% besar untuk masa kehamilan
2.3 Epidemiologi
Secara umum insidensi mola hidatidosa di Asia lebih tinggi bila dibandingkan
dengan negara barat. Insidensi di Eropa dan Amerika Serikat adalah 1-2 per 1000
kehamilan, sedangkan insidensi di Asia Tenggara delapan kali lebih tinggi.
Insidensi mola hidatidosa yang terdata di rumah sakit Indonesia lebih tinggi
dari nilai di negara-negara lain, yaitu 1 per 40 persalinan. Insiden mola
hidatidosa di beberapa Negara:6
Amerika Serikat 1: 1000-1500 persalinan
Korea Selatan 1 : 429 persalinan
Malasyia 1 : 357 persalinan
Jepang 1 : 538 kelahiran hidup
Beberapa kabupaten Jawa Barat 1 : 28-105 persalinan
Beberapa kota Indonesia 1 : 41-141 kehamilan
Dua faktor risiko yang paling penting yaitu usia pasien dan riwayat kehamilan
mola sebelumnya. Usia pasien baik terlalu muda atau terlalu tua terdapat kenaikan
risiko secara signifikan untuk terjadinya mola hidatidosa, terutama mola hidatidosa
komplet. Peningkatan yang paling mencolok pada wanita berusia 40 tahun atau
3
lebih, dimana risiko terjadinya mola hidatidosa komplet 7,5 kali lebih tinggi
daripada wanita berusia antara 21 dan 35 tahun. Riwayat abortus berulang
sebelumnya lebih umum terjadi pada pasien dengan mola hidatidosa. Setelah
satu kehamilan mola, risiko untuk terjadinya mola hidatidosa yang baru
meningkat 1% sampai 2%, dan setelah kehamilan mola kedua, risiko terjadinya
kehamilan mola ketiga yaitu 15% sampai 20%. Mola hidatidosa lebih sering
terjadi di negara-negara Asia, dan kemungkinan diet yang berperan.8
• Usia ibu yang hamil > 35 tahun memiliki risiko 5-10 kali mengalami
kehamilan mola
• Hamil saat usia < 20 tahun
• Merokok
2.5 Patofisiologi
4
Patofisiologi dari kehamilan mola hidatidosa yaitu karena tidak
sempurnanya peredaran darah fetus, yang terjadi pada sel telur patologik yaitu :
hasil pembuahan dimana embrionya mati pada umur kehamilan 3 – 5 minggu
dan karena pembuluh darah villi tidak berfungsi maka terjadi penimbunan
cairan di dalam jaringan mesenkim villi. 10
2. Teori neoplasma
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Park. Pada penyakit trofoblas,
yang abnormal adalah sel-sel trofoblas dimana fungsinya juga menjadi
abnormal. Hal ini menyebabkan terjadinya reabsorpsi cairan yang berlebihan
kedalam villi sehingga menimbulkan gelembung. Sehingga menyebabkan
gangguan peredaran darah dan kematian mudigah.
5
akan berangsur-angsur mengecil dan kemudian hilang setelah mola
hidatidosa sembuh.
2.7 Diagnosis
Anamnesis
6
Dari anamnesis dapat ditemukan tanda dan gejala yang dialami pasien, seperti
amenorea, perdarahan pervaginam berulang cenderung berwarna coklat dan
kadang bergelembung, uterus yang lebih besar dari usia kehamilan, dan tidak
ditemukan tanda kehamilan pasti seperti balotemen, pergerakan dan detak
jantung janin.
Pemeriksaan Fisik 1
➢ Palpasi :
➢ Pemeriksaan dalam :
2.8 Penatalaksanaan
a. Evakuasi
• Perbaiki keadaan umum. Yang termasuk usaha ini misalnya pemberian
transfusi darah untuk memperbaiki syok atau anemia dan menghilangkan
atau mengurangi penyulit seperti preeklampsia atau tirotoksikosis.
• Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret atau kuret isap
d. Histerektomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia lebih dari 30
tahun, Paritas 4 atau lebih, dan uterus yang sangat besar yaitu
setinggi pusat atau lebih.
2.9 Prognosis
Di negara maju, kematian karena mola hidatidosa hampir tidak ada, mortalitas
akibat mola hidatidosa ini mulai berkurang oleh karena diagnosis yang lebih dini
dan terapi yang tepat. Akan tetapi di negara berkembang kematian akibat mola
masih cukup tinggi yaitu berkisar antara 2,2% dan 5,7%. Kematian pada mola
hidatidosa biasanya disebabkan oleh karena perdarahan, infeksi, eklamsia, gagal
jantung, gagal ginjal, dan tirotoksikosis.2
Secara keseluruhan, 80% hingga 90% mola tetap menjadi jinak setelah
kuretase bersih; 10% mola komplet menjadi invasif, tetapi tidak lebih dari 2%
hingga 3% yang menjadi koriokarsinoma. Mola parsial jarang menjadi
koriokarsinoma.5
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Hauth JC, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Wenstrom
KD. Obstetri Williams: Penyakit Trofoblastik Gestasional. 23rd ed. Vol 2.
Jakarta : EGC ; 2012. p. 271-276.
9
2. Hadijanto B. Perdarahan pada Kehamilan Muda. In: Saifuddin AB,
Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH. Ilmu Kebidanan. 4 th ed. Jakarta : PT
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo ; 2009. p. 488-490.
5. Crum CP, Lester SC, Cotran RS. Sistem Genitalia Perempuan dan
Payudara. In: Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku Ajar Patologi. 7th ed.
vol. 2. Jakarta: EGC; 2007. p.784-787.
6. Sastrawinata S, Martaadisoebrata D, Wirakusumah FF, editors. Obstetri
Patologi: Ilmu Kesehatan Reproduksi. 2nd ed. Jakarta: EGC; 2004. p. 29-33.
11. Lubis JM. Kurva Regresi β-Huma Chorionic Gonadotropin Serum pada
Penderita Penyakit Trofoblas Ganas Resiko Rendah yang Mendapat
Kemoterapi Metotrexat Tunggal di RSUP. H. Adam Malik Medan. Tesis.
10
12. Fox JC. Atlas of Emergency Ultrasound. United Kingdom: Cambridge
University Press; 2011. p. 96-97.
11
12