FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
REFARAT
JUNI 2016
MOLA HIDATIDOSA
OLEH :
Nurmasdalina Ithnin
C 111 11 880
PEMBIMBING:
dr. Eddy Wardhana
SUPERVISOR:
dr. Eddy Hartono, Sp.OG (K)
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
PADA BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa:
Nama
: Nurmasdalina Ithnin
NIM
: C111 11 880
Referat
: Mola Hidatidosa
Telah menyelesaikan tugas referat di Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin Makassar
Makassar,
Juni 2016
Konsulen,
Pembimbing,
Mengetahui
Koordinator Pendidikan Mahasiswa
Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
1. PENDAHULUAN
Yang disebut penyakit trofoblas ialah penyakit yang mengenai selsel trofoblas. Di dalam tubuh wanita sel trofoblas hanya ditemukan bila
wanita itu hamil. Di luar kehamilam sel-sel trofoblas dapat ditemukan
pada teratoma dari ovarium, karena itu penyakit trofoblas yang berasal
dari kehamilan disebut sebagai Gestasional Trophoblastic Disease (GTN),
sedangkan yang berasal dari teratoma disebut
Non Gestasional
Thropoblastic Disease. 1
Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi
yang sempurna. Tetapi dalam kenyataannya tidak selalu demikian.
Seringkali perkembangan kehamilan mendapat gangguan yang dapat
terjadi pada berbagai tahap. Tergantung pada tahap mana gangguan itu
terjadi, maka hasil kehamilan dapat berupa keguguran, kehamilan ektopik,
prematuritas, kematian janin dalam rahim atau kelainan kongenital.
Kesemuanya merupakan kegagalan fungsi reproduksi. Demikian pula
dengan penyakit trofoblas, pada hakikatnya merupakan kegagalan
reproduksi. Di sini kehamilan tidak berkembang dengan sempurna,
melainkan berkembang menjadi keadaan patologik yang terjadi pada
minggu-minggu pertama dari kehamilan, berupa degenerasi hidropik dari
jonjot-jonjot korion, sehingga menyerupai gelembung yang disebut mola
hidatidosa. Pada umumnya penderita mola hidatidosa akan menjadi baik
kembali, tetapi diantaranya ada yang kemudian mengalami degenerasi
keganasan berupa koriokarsinoma. Jadi yang termasuk penyakit trofoblas
itu adalah mola hidatidosa yang jinak dan koriokarsinoma yang ganas.2
2. DEFINISI
Mola berasal dari bahasa Latin yang berarti massa, sedangkan
hidatidosa berasal dari kata hydatis (Yunani) yang berarti tetesan air. 3
Kehamilan mola (mola hidatidosa) ialah kehamilan yang
berkembang tidak wajar yang ditandai secara histologis dengan
mengeluarkan hormon yaitu hCG dalam jumlah yang lebih besar daripada
kehamilan biasa. Gambaran yang diberikan ialah seperti buah anggur.2
3. EPIDEMIOLOGI
Dari semua jenis penyakit trofoblastik gestasional, mola hidatidosa
adalah jenis yang paling sering dijumpai. Penyakit ini banyak ditemui di
negara-negara Asia dan Mexico, sedangkan di negara barat lebih jarang.3
Penyakit ini baik dalam bentuk jinak atau ganas, banyak
ditemukan di negara Asia dan Mexico, sedangkan di negara barat lebih
jarang. Angka di Indonesia untuk mola hidatidosa berkisar antara 1:50
sampai 1:141 dari kehamilan, sedangkan untuk koriokarsinoma 1:297
sampai 1: 1035 dari kehamilan. 1,3
Biasanya penyakit ini ditemukan pada usia reproduktif (15-45 thn)
dan pada multipara. Jadi dengan meningkatnya paritas kemungkinan
menderita mola lebih besar.(4) Selain itu penyakit ini juga ditemukan pada
golongan sosioekonomi rendah serta usia kehamilan dibawah 29 dan
diatas 34 tahun. 2
4. FAKTOR RESIKO
Penyebab mola hidatidosa belum diketahui. Faktor-faktor yang
dapat
2.
3.
Paritas tinggi
4.
Kekurangan protein
5.
keadaan adalah teori dari Acosta Sison, yaitu defisiensi protein, karena
kenyataan membuktikan bahwa penyakit ini lebih banyak ditemukan pada
wanita dari golongan sosio ekonomi rendah. Akhir-akhir ini dianggap
bahwa kelainan tersebut terjadi karena pembuahan sebuah sel telur dimana
intinya telah hilang atau tidak aktif lagi oleh sebuah sel sperma yang
mengandung 23x (haploid) kromosom, kemudian membelah menjadi
46xx, sehingga mola hidatidosa bersifat homozigot, wanita dan
androgenesis. Kadang-kadang terjadi pembuahan oleh 2 sperma, sehingga
terjadi 46xx atau 46xy.2
Telah diketahui bahwa penyakit ini banyak ditemukan pada
golongan sosio ekonomi rendah, umur di bawah 20 tahun dan di atas 34
tahun, dan dengan paritas tinggi. Insiden penyakit ini dapat diturunkan
dengan suatu upaya preventif berupa pencegahan kehamilan di bawah 20
tahun dan di atas 34 tahun dengan jumlah anak tidak lebih dari tiga. 1,2,3
Juga disebutkan defisiensi lemak hewani dan karotene, kebiasaan
merokok, pemakaian pil kontrasepsi kombinasi merupakan faktor resiko.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa peran graviditas, paritas, faktor
reproduksi lain, status estrogen, kontrasepsi oral dan faktor makanan
dianggap sebagai faktor resiko walaupun masih belum
jelas
hubungannya.1
5. KLASIFIKASI 3,6
Klasifikasi Penyakit Trofoblastik Gestasional menurut WHO, dibagi atas:
1. Penyakit trofoblas jinak : a) mola hidatidosa komplit
b) mola hidatidosa parsial
2. Penyakit trofoblas ganas : a) Mola invasif
b) Koriokarsinoma
c)
Placental
site
trophoblast
tumours (PSTT)
d) Epiteloid trophoblastic tumor (ETT)
2.
3.
Gambar 3. Tangan fetal menunjukkan syndactily. Fetus mempunyai triploid karyotipe dan
jaringan korionik membentuk Mola Partial 8
Gambaran
Mola komplet
Mola parsial
tidak ada
ada
difus
fokal
3. Hiperplasia trofoblastik
difus
fokal
4. Inklusi stroma
tidak ada
ada
5. Lekukan vilosa
tidak ada
ada
46XY (4%)
69XXY
20 %
5% (koriokarsinoma
6. Kariotipe
7. Neoplasia trofoblastik
jarang)
Jadwal 1. Karakteristik mola hidatidosa bentuk komplet dan parsial 1,3,5,8
1.
PATOGENESIS
Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis
penyakit ini. Pertama, teori missed abortion. Kematian mudigah pada usia
kehamilan 3-5 minggu, saat di mana seharusnya sirkulasi fetomaternal
sudah terbentuk, menyebabkan gangguan peredaran darah. Sekresi dari
sel-sel yang mengalami hiperplasia dan menghasilkan substansi-substansi
yang berasal dari sirkulasi darah ibu, diakumulasikan ke dalam stroma
villi sehingga terjadi kista villi yang kecil-kecil. Cairan yang terdapat
dalam kista tersebut adalah cairan interstitial yang menyerupai cairan
ascites atau edema, tetapi kaya akan HCG. 2
Kedua, adalah teori neoplasma dari Park, yang mengatakan bahwa
yang abnormal adalah sel-sel trofoblas, yang mempunyai fungsi yang
2. DIAGNOSIS
1.
Anamnesis
kehamilan biasa
- terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak, tidak teratur, warna tengguli tua
atau kecoklatan
- pembesaran rahim yang tidak sesuai (lebih besar) bila dibandingkan dengan usia
kehamilan seharusnya
- keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan (tidak selalu ada) yang
merupakan diagnosa pasti
Pemeriksaan fisik 1,2,3,4
2.
Muka dan kadang-kadang badan kelihatan pucat kekuningkuningan yang disebut muka mola (mola face)
Palpasi
-
Auskultasi
-
Pemeriksaan dalam
-
Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagianbagian janin, terdapat perdarahan dan jaringan dalam kanalis
servikalis dan vagina, serta evakuasi keadaan serviks.
3.
Gejala klinik
a. Perdarahan
Perdarahan uterus merupakan gejala mola hidatidosa yang paling
umum ditemui. Mulai dari sekedar spotting hingga perdarahan masif.
Gejala perdarahan biasanya terjadi antara bulan pertama sampai bulan ke
tujuh dengan rata-rata minggu ke 12-14. Dapat dimulai sesaat sebelum
aborsi atau lebih sering dapat muncul secara intermiten, sedikit-sedikit
atau sekaligus banyak hingga menyebabkan syok atau kematian. Sebagai
akibat dari perdarahan tersebut gejala anemia sering dijumpai terutama
pada wanita malnutrisi. Efek dilusi dari hipervolemia terjadi pada wanita
dengan mola yang lebih besar. Anemia defisiensi Fe sering ditemukan,
demikian pula halnya dengan kelainan eritropoiesis megaloblastik, diduga
akibat asupan yang tidak mencukupi karena adanya mual dan muntah
disertai peningkatan kebutuhan asam folat karena cepatnya proliferasi
trofoblas. Perdarahan juga sering disertai pengeluaran jaringan mola.
Darah yang keluar berwarna kecoklatan.8
b. Ukuran uterus
Pertumbuhan ukuran uterus sering lebih besar dan lebih cepat
daripada kehamilan normal, hal ini ditemukan pada setengah dari semua
pasien mola. Ada pula kasus-kasus yang uterusnya lebih kecil atau sama
besarnya dengan kehamilan normal, walaupun jaringannya belum
dikeluarkan. Dalam hal ini perkembangan trofoblas tidak terlalu aktif
sehingga perlu dipikirkan kemungkinan adanya dying mole. Uterus
mungkin sulit untuk diidentifikasikan secara pasti dengan palpasi,
terutama pada wanita nullipara. Hal ini disebabkan karena konsistensinya
yang lembut di bawah dinding perut yang kaku. Pembesaran uterus karena
kista theca lutein multiple akan membuat sulit perbedaaan dengan
pembesaran uterus biasa. 2,8
c. Tidak adanya aktifitas janin
Walaupun pembesaran uterus mencapai bagian atas simfisis, tidak
ditemukan adanya denyut jantung janin. Meskipun jarang, mungkin
terdapat plasenta ganda dengan kehamilan mola komplet yang bertumbuh
bersamaan, sementara plasenta yang satu dan janin terlihat normal. Juga
walaupun jarang, mungkin terdapat mola inkomplet pada plasenta yang
disertai janin hidup.2
d. Eklamsia dan preeklamsia
Preeklampsia pada kehamilan mola timbul pada trisemester ke-II.
Eklamsia atau preeklamsia pada kehamilan normal jarang terlihat sebelum
usia kehamilan 24 minggu. Oleh karenanya preeklamsia yang terjadi
sebelum waktunya harus dicurigai sebagai mola hidatidosa.4,8
e. Hiperemesis
Mual dan muntah yang signifikan dapat timbul sebagai salah satu
gejala mola hidatidosa.2,8
f. Tirotoksikosis
Kadar tiroksin plasma pada wanita dengan kehamilan mola sering
meningkat,
namun
gejala
hipertiroid
jarang
muncul.
Terjadinya
mungkin karena efek dari estrogen seperti yang dijumpai pada kehamilan
normal. Serum bebas tiroksin yang meningkat sebagai akibat thyrotropinlike effect dari Chorionic Gonadotropin hormone. Terdapat korelasi antara
kadar hCG dan fungsi endogen tiroid tapi hanya kadar hCG yang melebihi
100.000 iu/L yang bersifat tirotoksis.4,8
4.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
laboratoriu
m1,2,3,4
persisten setelah
pengeluaran mola.
Yang harus diperhatikan di sini adalah hormon -hCG, karena
karakteristik yang terpenting dari penyakit ini adalah kemampuannya
dalam memproduksi hormon -hCG, sehingga jumlah hormon ini lebih
meningkat bila dibandingkan dengan kehamilan normal pada usia
kehamilan tersebut. Hormon ini dapat dideteksi di urin maupun dalam
serum penderita. Namun pemeriksaan yang dilakukan pada serum
terpengaruh oleh lebih sedikit variabel daripada yang di urin. Terdapat tiga
jenis pemeriksaan -hCG, yaitu :
o -hCG kualitatif serum, yang dapat mendeteksi kadar hCG
> 5 10
mIU/ml
Ultrasonografi
Pada kehamilan mola, bentuk karakteristik yang ada berupa
gambaran seperti badai salju tanpa disertai kantong gestasi atau janin.
Pemeriksaan USG sebaiknya dilakukan pada setiap pasien yang pernah
mengalami perdarahan pada trisemester awal kehamilan dan memiliki
ukuran uterus yang lebih besar daripada usia kehamilannya. 1,2
USG dapat menjadi pemeriksaan yang spesifik untuk membedakan
antara kehamilan normal dengan mola hidatidosa. Namun harus diingat
bahwa beberapa struktur lainnya dapat memperlihatkan gambaran yang
serupa dengan mola hidatidosa termasuk myoma uteri dengan kehamilan
ini dan kehamilan janin > 1. Pada kehamilan trimester I gambaran mola
hidatidosa tidak spesifik sehingga seringkali sulit dibedakan dari
kehamilan anembrionik, missed abortion, abortus incomplitus atau mioma
uteri. Pada kehamilan trimester II gambaran mola hidatidosa umumnya
lebih spesifik, kavum uteri berisi massa ekogenik bercampur bagianbagian anekhoik vesikuler berdiameter antara 5-10 mm. Gambaran
Uji sonde
Mola parsialis
Seringkali 69,XXX atau
69,XXY
Mola komplit
Seringkali 46,XX atau
46,XY
Fetus
Seringkali ada
Tidak ada
Amnion,sel sel
darah merah janin
Seringkali ada
Tidak ada
Oedema villosa
Proliferasi trofoblas
Gambaran klinik
Missed abortion
Diagnosis
Kehamilan mola
Ada
Perdarahan
pervaginam
Ukuran uterus
Ada
uterus < usia kehamilan
(dying mole)
Jarang
Kista lutein
25 % - 30 %
Jarang
Penyulit
Sering :
-Hipertiroidisme
Kurang dari 5 10 %
20 %
Pre-operatif
- Laboratorium
- Hemogram; -hCG serum, kreatinin, dan tingkat aminotransferase hati
- TSH, tingkat T4 bebas
- Jenis dan Rh; kelompok dan screen atau crossmatch
- Rontgen dada
- Pertimbangkan dilator higroskopis
Intraoperatif
- Kateter intravena berdiameter besar (s)
- Anestesi regional atau umum
- Oksitosin (Pitocin): 20 unit di 1000 mL RL infus
- Satu atau lebih agen uterotonika lainnya dapat ditambahkan sesuai kebutuhan:
- Metilergonovin (Methergine): 0,2 mg = 1 mL = 1 ampul IM setiap 2 jam prn
- Carboprost trometamin (PGF2) (Hemabate): 250 mg = 1 mL = 1 ampul IM setiap
15-90 menit prn
- Misoprostol (PGE1) (Cytotec): 200 mg tablet untuk pemberian rektal, 800-1000
mg sekali
- Karman cannula ukuran 10 atau 12
- Pertimbangkan mesin sonografi
Post evakuasi
- Anti-D immune globulin (Rhogam) jika Rh D-negatif
- Memulai contraceptiona efektif
- Ulasan Laporan patologi
- Tingkat serum hCG: dalam waktu 48 jam dari evakuasi, tiap minggu sampai tidak
terdeteksi, kemudian tiap bulan selama 6 bulan
Berikut kuretase, anti-D immunoglobulin (Rhogam) adalah
diberikan kepada Rh wanita D-negatif karena jaringan janin dengan mola
parsial mungkin termasuk sel darah merah dengan D-antigen. Mereka
yang diduga mola komplit yang sama diobati karena diagnosis definitif
lengkap dibandingkan parsial mola yang mungkin belum dikonfirmasi
sampai evaluasi patologis dari produk dievakuasi.4,5
Setelah evakuasi, prognosis jangka panjang bagi wanita dengan
mola hidatidosa tidak diperbaiki dengan profilaksis kemoterapi (Goldstein,
1995). Selain itu, kemoterapi berisiko kematian karena toksisitas, dan
dengan demikian tidak dianjurkan secara rutin oleh American College of
Obstetricians dan Gynecologists (2012). Metode selain kuret hisap
dipertimbangkan untuk kasus tertentu. Histerektomi dengan pelestarian
dan
dievakuasi
dengan
kuret
hisap,
laparatomi
harus
Trofoblastik
Gestational
Neoplasia
(GTN).
Meskipun
2.
3.
4.
5.
2.
3.
4.
SGOT> 50 IU / ml
Tindak lanjut
2.
3.
Metastasis terdeteksi.
4. PROGNOSIS
Pemantauan yang dilihat pada pasien mola hidatidosa yang telah
menjalani evakuasi mengindikasikan bahwa tindakan ini bersifat kuratif
pada lebih dari 80% pasien. Pasien mola dikatakan sehat kembali sampai
sekarang belum ada kesepakatan. Curry mengatakan kriteria bebas mola
bila kadar hCG dua kali berturut-turut normal. Sedangkan pendapat lain
mengatakan bebas mola bila pasien telah melahirkan anak yang normal. 4,5
5.2 PENYAKIT TROFOBLAS GANAS
Penyakit Gestational Trofoblastik Neoplasia (GTN) :
a) Mola invasif
b) Koriokarsinoma
c) Placental site trophoblast tumours (PSTT)
d) Epiteloid trophoblastic tumor (ETT)
Kelompok ini mencakup mola invasif, koriokarsinoma, plasenta
situs tumor trofoblas, dan tumor trofoblas epiteloid. Tumor ini hampir
selalu berkembang dengan atau mengikuti beberapa bentuk dari
kehamilan. Empat jenis tumor ini mempunyai hasil histologis yang
berbeda dan biasanya didiagnosis dengan peningkatan terus menerus
serum -hCG karena jaringan sering tidak tersedia untuk studi patologis.
Kriteria untuk diagnosis postmolar neoplasia trofoblas gestasional
ditunjukkan pada Jadwal 5.1
1. Klasifikasi berdasarkan histologi :
a) Mola Invasif
Ini adalah neoplasma trofoblas yang paling umum lanjutan dari
mola hidatidosa, dan hampir semua mol invasif muncul dari mola komplit
atau
mola
parsial.(Sbire,
2005).
Dikenal
sebagai
destruens
Jadwal 5.
pertumbuhan
trofoblas
dapat
menyebabkan
perdarahan
intraperitoneal. 1
3. Diagnosis , staging dan skor prognostik
Pertimbangan untuk kemungkinan trofoblas gestasional neoplasia
adalah faktor yang paling penting untuk menunjang penyakit. Kelainan
perdarahan persisten pada semua jenis kehamilan harus memeriksa kadar
serum -hCG dan pertimbangkan untuk kuretase diagnostik. Ukuran
uterus dinilai untuk memeriksaan adanya metastasis saluran kelamin yang
lebih rendah, yang biasanya muncul massa vaskular kebiruan (Cagayan,
2010). Diagnosis jaringan tidak diperlukan,dan biopsi tidak diperlukan dan
mungkin menyebabkan perdarahan yang signifikan. Pencarian untuk
penyakit lokal dan metastasis termasuk tes fungsi hati dan ginjal,
neoplasia
trofoblas
dipresentasi
secara
klinis
0
< 40 th
2. Kehamilan sebelumnya
40 th
mola
aborsi
term
3. Interval
<4bln
4-6 bln
7-12 bln
>12 bln
4. B-hCG
<103
<103- 104
<104 - 105
105
<3 cm
6. Organ metastase
3-4 cm
5cm
Lien, ginjal
7. Angka metastase
1-4
8. Kemoterapi terdahulu
GI
Hepar, otak
5-8
>8
GTN risiko tinggi (skor WHO> 6) dan pasien yang gagal dengan
agen tunggal terapi berisiko rendah adalah dapat dikelola dengan
kombinasi
kemoterapi
(Etoposid,
metotreksat,
dactinomycin,
Baik risiko rendah atau risiko tinggi penyakit, begitu level serum
-hCG yang tidak terdeteksi, observasi dan evaluasi tetap dilanjutkan.
Selama waktu ini, kontrasepsi yang efektif sangat penting untuk
menghindari efek teratogenik kemoterapi kepada janin serta mengurangi
kekeliruan dari meningkatnya kadar -hCG yang disebabkan oleh
superimposed pregnancy. Apabila level hCG yang diukur tidak
terdeteksi, maka terapi telah tuntas. Tindak lanjut harus terus selama 12
bulan (stadium I-III) hingga 24 bulan (stadium IV).1,6
6. Prognosis
Pasien 98-100% dari pasien stadium I-III dan 75-80% dari pasien
stadium IV akan sembuh.6
7.
Kesimpulan
Skor prediktif atau prognostik pasca mola hidatidosa berdasarkan
risiko tinggi dan rendah adalah masih tinggi. Keganasan yang dialami oleh
pasien dari kelompok berisiko tinggi adalah sembilan kali lebih tinggi
dibandingkan kelompok risiko rendah. Upaya khusus untuk mendeteksi
keganasan ini sedini mungkin dan dengan demikian mengurangi jumlah
pasien berisiko tinggi sangat penting; itu akan menurunkan jumlah
penyakit dan kematian yang disebabkan oleh komplikasi dan
keganasan.
DAFTAR PUSAKA
atau
1. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, et al. Gestational Trophoblastic Disease : Williams
Obstetrics.24th ed. Conneticut, Appleton & Lange, 2014; 396-405
2. Winkjosastro H. Mola Hidatidosa ; Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2012 : 142, 339- 348.
3. Slavik T. Pathology Of Gestational Trophoblastic Neoplasia A Review With Recent Insights.
South Afr J Gynaecol Oncol 2010;2(2): 56-60.
4. Pernol Martin. Benson & Pernoll's Handbook of Obstetrics & Gynecology. Gestational
Trophoblastic Disease. 2012; 643-650.
5. Errol R. Nowitz. Obsetrics and Gynecology At A Glance. Chapter 34: Gestational
Trophoblastic Disease. 2013; 76-77.
6. Edmons D. Keith. Dewhursts Textbook of Obstetrics and Gynaecology 8th edition.
Gestational Trophoblast Tumours. 2012; 66-75.
7. Khrismawan, Saleh ZA, Sanif R, Theodorus. Efficiency of NETDC (New England
Trophoblastic Disease Center) Prognostic Index Score to predict gestasional trophoblastic
tumor from hydatidiform mole. Med J Indones 2004; 13: 40-6.
8. Berkowitz SR, Goldstein DP.Gestasional trophoblastic disease. In: Berek JS. Novaks
Gynecology (15th ed.). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2012; 551-560.
9. R Sharma C. Gupta, The Internet Journal Of Gynecology.Prophylactic Chemotherapy in
High Risk Complete Hydatidiform Mole; Internet Scientific Publications.2010;Volume 15
number 2.
10. A Ilancheran, Optimal Treatment in Gestational Trophoblastic Disease.Ann Acd Med
Singapore 1998; 27 : 698-704