MOLA HIDATIDOSA
Disusun oleh:
Eliata Setyowati P (406147035)
Pembimbing:
dr. Hari Purwanto, SpOG
dr. Anurudha BS, SpOG
HALAMAN PENGESAHAN
Nama
: Eliata Setyowati P
NIM
: 406147035
Fakultas
Diajukan
Periode Kepaniteraan :
Bagian
Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga referat dengan judul Kelainan
Kongenital Sistem Reproduksi ini dapat selesai dengan baik dan tepat waktu.
Referat ini disusun untuk memenuhi syarat Kepaniteraan Klinik Bidang Ilmu
Kandungan Fakultas Kedokteran Tarumanagara di RSUD dr. Loekmono Hadi pada
periode
Dalam referat ini penulis mencoba menyajikan informasi mengenai Kelainan
Kongenital Sistem Reproduksi bagi pembaca,khususnya kalangan medis dan
paramedis,dengan harapan dapat menambah pengetahuan mengenai Kelainan
Kongenital Sistem Reproduksi. Dalam penyusunan referat ini,penulis menghadapi
berbagai hambatan dalam memperoleh informasi,seperti sulitnya memperoleh
keakuratan data dengan melakukan seleksi dari berbagai sumber,serta kurangnya
pengalaman penulis dalam menyusun karya ilmiah.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan karena kemampuan dan
pengalaman penulis yang terbatas. Oleh karena itu,penulis sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari semua pihak agar referat ini dapat menjadi
lebih baik, dan dapat berguna bagi para pembaca. Akhir kata,penulis mohon maaf
apabila masih banyak kesalahan maupun kekurangan dalam referat ini,semoga referat
ini bermanfaat bagi para pembaca
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................
ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mola Hidatidosa................................................................................ 2
2.1.1 Definisi............................................................................ 2-3
2.1.2 Epidemiologi................................................................... 3
2.1.3 Faktor Resiko................................................................... 3-4
2.1.4 Klasifikasi.......................................................................... 4-8
2.1.5 Gejala dan Tanda.............................................................. 8-11
2.1.6 Diagnosis.......................................................................12
2.1.7 Penatalaksanaan.............................................................13-15
2.1.8 Prognosis........................................................................ 15-16
BAB III KESIMPULAN..............................................................................
17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
18
BAB I
Pendahuluan
I.
Latar Belakang
Penyakit trofoblas gestasional (PTG) adalah sekumpulan penyakit yang terkait dengan
vili korialis, terutama sel trofoblasnya. Trofoblast memegang peranan penting dalam proses
implantasi
blastokista
berhubung
dengan kemampuannya
menghancurkan
jaringan
endometrium. Setelah zigote memasuki endometrium (yang kini berubah menjadi desidua),
trofoblast dan khususnya sitotrofoblast tumbuh terus. Sitotrofoblast yang bersifat invasif,
dapat membuka pembuluh darah, dan lewat jalan darah dapat dibawa ke paru-paru. Pada
kurang lebih 50% wanita yang melahirkan dapat ditemukan sel-sel trofblast dalam paru-paru,
sel tersebut mati berhubung dengan kemampuan imunologik wanita yang bersangkutan.
Pada kehamilan biasa embrio tumbuh menjadi janin dan kemudian dilahirkan menjadi
bayi, maka pada sejumlah wanita kehamilan abnormal dapat terjadi, yakni menjadi mola
hidatidosa. Mola hidatidosa tergolong penyakit trofoblast yang tidak ganas, tetapi bisa
menjadi ganas ( mola distruens atau penyakit trofoblast ganas jenis villosum) dan sangat
ganas ( koriokarsinoma atau penyakit trofoblast ganas jenis nonvillosum).
Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembunggelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari
beberapa milimeter sampai 1 atau 2 cm.
Pada umumnya penderita mola hidatidosa akan menjadi baik kembali, tetapi ada
kalanya yang kemudian menglami degenerasi keganasan berupa koriokarsinoma. Jadi yang
termasuk penyakit trofoblas adalah molahidatidosa yang jinak dan koriokarsinoma yang
ganas.
BAB II
Tinjauan Pustaka
I.
DEFINISI
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di mana
tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa
degenerasi hidropik. Dengan ciri-ciri stroma villi korialis langka vaskularisasi, dan
edematous. Janin biasanya meninggal tetapi villus-villus yang membesar dan
edematous itu hidup dan tumbuh terus. Gambaran yang diberikan ialah sebagai
segugus buah anggur. Mola hidatidosa merupakan salah satu dari penyakit karena
kelainan plasenta yang meliputi mola hidatidosa komplit dan parsial, tumor plasenta
situs trofoblas, koriokarsinoma dan mola invasif.
II. EPIDEMIOLOGI
Frekuensi mola umumnya pada wanita di Asia lebih tinggi ( 1 dari 120
kehamilan) daripada wanita di negara-negara Barat ( 1 dari 2000 kehamilan). Di Asia,
insiden mola hidatidosa komplit tertinggi adalah Indonesia yaitu 1 dari 77 kehamilan
dan 1 dari 57 persalinan. Di Amerika, dari study yang dilakukan terhadap terminasi
kehamilan, mola hidatidosa ditemukan pada 1 dari 1200 kehamilan.
IV. KLASIFIKASI
Ada berbagai macam klasifikasi penyakit trofoblas gestasional :
Mola Invasif
Koriokarsinoma
korialis
mengalami
pembengkakan
secara
menyeluruh.
10
Gambar 3. Mola
Hidatidosa Parsial
Patologi
Janin
Kadang-kadang
Tidak ada
Tidak ada
janin
11
Edema vilus
Bervariasi, fokal
Proliferasi Trofoblas
Bervariasi,
fokal,
Difus
ringan- Bervariasi, ringan-berat
sedang
Gambaran Klinis
Diagnosis
Missed abortion
Gestasi mola
Ukuran uterus
50%
besar
untuk
masa
kehamilan
Kista teka-lutein
Jarang
25-30%
Penyulit medis
Jarang
Sering
Penyakit pasca-mola
1-5%
15-20%
Kadang ditemukan juga kehamilan kembar, antara janin dengan mola komplit.
Nieman (2006) melaporkan bahwa 5% terjadi kehamilan kembar janin dengan mola komplit.
Kemampuan janin untuk bertahan hidup tergantung dari pemuatan diagnosis dan penyulit
dari mola, misalnya pre-eklamsia atau perdarahan. Dari pengamatan Vejerslev (1991)
terhadap 113 kasus kehamilan gemeli mola, 45% berkembang mencapai usia 28 minggu dan
70% di antaranya bertahan hidup. Dibandingkan dengan mola parsial, wanita dengan
kehamilan gemeli mola memiliki resiko yang lebih besar menjadi keganasan, tapi tidak
sebesar pada kehamilan mola komplit.
12
Pendarahan
Pendarahan adalah gejala utama mola. Biasanya keluhan perdarahan inilah
yang membawa pasien datang ke rumah sakit. Pendarahan dapat terjadi antara
bulan pertama sampai ketujuh dengan rata-rata 12-14 minggu. Sifat
pendarahannya bisa intermitten, sedikit-sedikit atau langsung banyak. Kadangkadang terjadi perdarahan berat yang tertutup didalam uterus sehingga
menyebabkan uterus mengalami distensi karena terisi banyak darah dan
kadang tampak cairan berwarna gelap yang keluar dari vagina, gejala ini dapat
muncul pada 50% kasus. Akibat pendarahan ini, selain anemia juga dapat
terjadi syok atau kematian.
2.
13
4. Pre-eklamsia
Mola hidatidosa bisa disertai dengan pre-eklamsia, terjadinya lebih muda
daripada kehamilan biasa (yang menetap sampai trimester kedua). Karena
hipertensi akibat kehamilan jarang dijumpai sebelum usia gestasi 24 minggu,
pre-eklamsia yang terjadi sebelum waktu ini sedikitnya harus mengisyaratkan
mola hidatidosa atau adanya mola yang luas.
5.
Kista Lutein
Pada mola hidatidosa sering disertai dengan kista lutein, baik unilateral
maupun bilateral. Kista lutein ini terbentuk karena respon terhadap kadar
hormon HCG yang meningkat dan biasanya disertai dengan hydrops fetalis
dan hipertrofi palsenta (Niemann, 2006). Pasien biasanya megeluh adanya
nyeri pada pelvis karena pembesaran dari ovarium. Karena ada pembesaran
ovarium, otomatis ada resiko terjadinya torsi kita lutein, infark dan pendarahan
yang dapat mengakibatkan gejala akut abodmen. Dengan pemeriksaan klinis
insidensi kista lutein lebih kuran 10,2% (biasanya tidak teraba dengan palpasi
bimanual), tetapi bila menggunakan USG angka-nya meningkat sampai 50%.
14
Tirotoksikosis
Terjadi akibat rangsangan kadar B-hCG yang tinggi.
7.
15
VI. DIAGNOSIS
Adanya mola hidatidosa harus dicurigai bila pasien datang dengan amenorea,
perdarahan per vaginam, uterus yang lebih besar dari usia kehamilannya dan tidak
ditemukan tanda-tanda kehamilan pasti seperti ballotement dan detak jantung
janin. Untuk memperkuat diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan kadar Human
Chorionic Gonadotropin (hCG) dalam darah atau urin. Peninggian hCG >100,000
mIU/mL , terutama dari hari ke-100 sangat sugestif. Bila belum jelas dapat
dilakukan pemeriksaan USG, dimana kasus mola menunjukkan gambara yang
khas, yaitu berupa badai salju (snow flake pattern) atau gambaran seperti sarang
lebah (honey comb). Diagnosis yang paling tepat setelah kita melihat keluarnya
gelembung mola.
Dari pemeriksaan histopatologis didapatkan pada mola hidatidosa komplit
ditemukan villi yang edema, hiperplasia sel trofoblas, dan penurunan atau bahkan
tidak adanya aliran darah janin. Kromosom menunjukkan 46 XX pada sebagian
besar kasus dan 46 XY pada 10-15% kasus. Pada mola hidatidosa parsial kadangkadang ditemukan adanya janin, dan juga plasenta serta pembuluh darah janin
16
VII. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan mola hidatidosa dapat terdiri atas 4 tahap berikut ini :
1. Perbaikan keadaan umum
2. Pengeluaran jaringan mola
3. Terapi profilaksis dengan sitostatika
4. Pemeriksaan tindak lanjut
17
B. Histerektomi
Histerektomi ini sangat jarang dilakukan pada kasus mola. Tindakan ini
dilakukan pada wanita yang telah cukup umur dan cukup mempunyai
anak. Alasan untuk melakukan histerektomi ialah karena umur tua dan
paritas tinggi merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya keganasan.
Batasan yang dipakai adalah umur 35 tahun dengan anak hidup tiga. Tidak
jarang bahwa pada sediaan histerektomi bila dilakukan pemeriksaan
histopatologis sudah tampak ada tanda keganasan berupa mola invasif.
18
19
VIII. PROGNOSIS
Risiko kematian penderita mola hidatidosa meningkat akibat perdarahan, perforasi
uterus, pre-eklamsia berat/ eklamsia, tirotoksikosis atau infeksi. Akan tetapi,
kematian akibat mola saat ini sudah jarang terjadi. Segera setelah jaringan mola
dikeluarkan, uterus akan mengecil, kadar B-hCG menurun dan akan mencapai
kadar normal sekitar 10-12 minggu pasca evakuasi. Sebagian besar penderita mola
akan kembali sehat setelah menjalani kuretase. Bila ingin kembali hamil,
umumnya kehamilan akan berjalan normal.
20
BAB III
KESIMPULAN
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di
mana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan
berupa degenerasi hidropik. Dengan ciri-ciri stroma villi korialis langka vaskularisasi,
dan edematous. Janin biasanya meninggal tetapi villus-villus yang membesar dan
edematous itu hidup dan tumbuh terus. Gambaran yang diberikan ialah sebagai
segugus buah anggur. Mola hidatidosa merupakan salah satu dari penyakit karena
kelainan plasenta yang meliputi mola hidatidosa komplit dan parsial, tumor plasenta
situs trofoblas, koriokarsinoma dan mola invasif.
Banyak ditemukan pada wanita keturunan Asia. Faktor risiko terjadinya mola
yaitu usia ibu yang sangat muda (belasan tahun) dan usia 36 hingga 40 tahun memiliki
risiko 2 kali lipat. Wanita dengan usia lebih dari 40 tahun memiliki risiko 10 kali lebih
KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRIK DAN GINEKOLOGI
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
PERIODE 2 FEBRUARI 2015 11 APRIL 2015[Type text]
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Cuningham, F Gary. 2010. Williams Obstetric. 23th edition. USA: The McGraw-Hill;
Page: 257-261
2. Sarwono Prawirohardjo . 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; Hal: 488-490
3. Sarwono Prawirohardjo . 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; Hal: 262-264
4. Sarwono Prawirohardjo . 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; Hal: 488-490
5. Lisa E Moore, MD, FACOG, 2010. Hydatidiform Mole. Available from :
http://emedicine.medscape.com. Accested May 30, 2011.
6. Martaadisoebrata Djamhoer, 2012. Obstetri Patologi. Bagian Obstetri dan ginekologi.
FK UNPAD. Hal 12-19
22