Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH


SEMARANG

PRIMARY SURVEY
I. Identitas
- Nama : Tn. Imam
- Usia : 23 tahun

II. Keluhan Utama


- Nyeri di tungkai kiri setelah mengalami kecelakaan

III. Airways And Cervical spine control


- Jalan nafas : tidak ada hambatan jalan nafas

IV. Breathing and Ventilation


 Gerak hemithorax simetris
 Retraksi dinding dada (-)
 RR = 20x / menit
 Gargling (-)
 Snoring (-)
 Stridor (-)
 hembusan nafas adekuat

V. Circulation and Bleeding control


- Perdarahan masif (-)
- Nadi : 60 x / menit regular, isi dan tegangan cukup
- TD : 120/80 mmHg
- Suhu : 37°C
Pemeriksaan Akral Ekstremitas Superior Ekstremitas Inferior
Hangat +/+ +/+
CRT <2” / <2” <2” / <2”

- Dilakukan pemasangan infus line RL 10-20 tetes/ menit

VI. Disability
- KU : tampak kesakitan
- Kesadaran : compos mentis GCS (E4V5M6)

VII. Exposure
Regio Femoralis
Look Dextra Sinistra
Warna kulit Coklat Kemerahan
Hematom - +
Vulnus Eksoriasi - -
Oedem - -
Deformitas - + (angulasi)
Laserasi - -
Feel Suhu (lokalis) Hangat Hangat
Akral Hangat Hangat
Arteri Poplitea Normal Normal
Arteri tibialis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
posterior
Arteri dorsalis pedis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nyeri tekan - +
Panjang anatomis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Panjang klinis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lingkar paha Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Kekuatan 5/5/5 Sulit dilakukan
karena nyeri
Move Nyeri sumbu - +
Gerakan aktif Bebas Sulit dinilai
Gerakan pasif Bebas Sulit dinilai
Stabilitas sendi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
ROM Tidak dilakukan Tidak dilakukan
SECONDARY SURVEY
I. Identitas
Nama : Tn. Imam
Usia : 23 tahun.
Agama : Islam.
Alamat :Jl. Tandang, Semarang.
Pekerjaan : Operator warnet.
Status : belum menikah
No. RM :-
Tgl masuk RS : 5 Desember 2013

II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis Tgl 5 Desember 2013 pada pukul 08.00
WIB
Keluhan utama
Nyeri di tungkai kiri setelah mengalami kecelakaan

Riwayat Penyakit Sekarang


Onset : 1 jam yang lalu, pukul 07.00 WIB
Lokasi : tungkai kiri
Kronologis : pasien datang dibawa temannya ke RS 1 jam (07.00 WIB)
pasien mengalami kecelakaan sepeda motor, pasien dibonceng, jatuh saat
berbelok dan tidak tertimpa motor dan posisi bagian tubuh yang jatuh pertama
kali tangan kiri, kecepatan motor pelan, tidak memakai helm, posisi jatuh ke arah
sisi kiri, pingsan (-), mual muntah (-).
Kualitas : terasa sakit sekali, tidak bisa digerakkan, dan tidak bisa
jalan
Kuantitas : sakit terus menerus
Factor memperberat : sakit bila digerakkan
Factor memperingan : saat tungkai diluruskan dan diam
Gejala penyerta :(-)

Riwayat AMPLE
Alergi : obat disangkal, makanan disangkal
Medikasi : obat dan alkohol disangkal
Past Illness :
Riwayat Kecelakaan : disangkal
Riwayat Operasi : disangkal
Riwayat Kencing Manis : disangkal
Riwayat Darah tinggi : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Asma : disangkal
Riwayat Perdarahan yang sulit berhenti : disangkal
Last meal : sudah makan (06.30).
Event/Environment : pasien jatuh di jalan beraspal, tidak berpasir, tidak ada
genangan air.

Riwayat Penyakit Keluarga


Darah tinggi : disangkal
Kencing manis : disangkal
Penyakit jantung : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Perdarahan yang sulit berhenti : disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi


Tinggal bersama keluarganya (5 orang ), Biaya pengobatan pasien ditanggung
sendiri.

III. Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 5 Desember 2013 pukul 08.00
KU: Pasien berbaring tampak kesakitan, dibidai bagian femur sinistra
GCS : 15 (E4, M6, V5)
Tanda vital:
TD : 120/80 mmHg
N : 60 x / menit (regular, isi dan tegangan cukup)
RR : 20 x /mnt
T : 37° c (axiler)
Status interna
Kepala : Mesosefal, Jejas (-)
Mata : Corpus Alienum (-/-); Konjungtiva: Anemis (-/-), Hiperemis (-/-),
Ikterik (-/-); Sklera: Ikterik (-/-), Hiperemis (-/-); Palpebra: Edem
(-/-); Pupil: Reflek (+/+), Ukuran (3mm/3mm)
Hidung : Nafas cuping hidung (-/-), Discharge (-/-), Deformitas (-),
Jejas (-)
Telinga : Serumen (-/-), Nyeri Mastoid (-/-), Nyeri Tragus (-/-), discharge
(-/-), Jejas (-)
Mulut : Lembab (+), Sianosis (-), Lidah Kotor (-), Ukuran Tonsil T1-T1,
Faring Hiperemis (-), Uvula Simetris.
Leher : Limfonodi Teraba, Tiroid Tidak Teraba, Jejas (-)
Thorax :
a. Pulmo
Dextra Sinistra
Depan
Inspeksi Simetris statis & Simetris statis &
dinamis, retraksi (-), dinamis, retraksi (-),
jejas (-) jejas (-)
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
kanan = kiri kanan = kiri
Perkusi Sonor seluruh lapang Sonor seluruh lapang
paru paru
Auskultasi SD paru vesikuler (+), SD paru vesikuler (+),
suara tambahan paru: suara tambahan paru:
wheezing (-), ronki (-) wheezing (-), ronki (-)
Belakang
Palpasi Stem fremitus kanan = Stem fremitus kanan =
kiri kiri
Perkusi Sonor seluruh lapang Sonor seluruh lapang
paru paru
Auskultasi SD paru vesikuler (+), SD paru vesikuler (+),
suara tambahan paru : suara tambahan paru:
wheezing (-), ronki (-) wheezing (-), ronki (-)

b. Cor
Inspeksi : Ictus cordis ttidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC IV LMCS, tak
kuat angkat
Perkusi :
Batas atas jantung : ICS II Linea parasternal
sinistra
Pinggang jantung : ICS III Linea parasternal
sinistra
Batas kiri bawah jantung: ICS V 1cm medial Linea
mid clavicula sinistra
Batas kanan bawah jantung: ICS V Linea sternalis
dextra
Auskultasi : Bunyi jantung I & II normal &
murni, bising (-), gallop (-)
Suara mitral M1 & M2 M1 > M2
Suara aorta A1 & A2 A1 < A2
Suara pulmonal P1 & P2 P1 < P2
Abdomen :
Inspeksi : Dinding abdomen datar, spider nevi (-), massa (-), warna
kulit sama dengan warna kulit sekitar, jejas (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal (15x/menit)
Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen, pekak hepar (+), ascites
(-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), Hepar & Lien tak teraba

Ekstremitas
Superior Inferior
Warna kulit (sama dengan kulit sekitar / (sama dengan kulit sekitar /
sama dengan kulit sekitar) kemerahan)
Vulnus eksoriasi (-/-) (-/-)
Hematom (-/-) (-/+)
Oedem (-/-) (-/-)
Deformitas (-/-) (-/+ (angulasi))
Laserasi (-/-) (-/-)
Akral (hangat / hangat) (hangat / hangat)
Capilary Refil (< 2” / < 2”) (< 2” / < 2”)
Parestesi (-/-) (-/-)
Nyeri (-/-) (-/+)
Tonus (+/+) (+/+)
Pulsasi (+/+) (+ / +)
Gerak aktif (gerak bebas / gerak bebas) (gerak bebas/ tidak bisa
bergerak)
Gerak pasif (gerak bebas / gerak bebas) (Gerak bebas/ tidak bisa
bergerak)
Kekuatan (5/5/5 / 5/5/5) (5/5/5 / sulit dinilai)
Reflek fisiologi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Reflek patologis Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Status Lokalis
Ditemukan sebuah luka memar di tungkai atas kiri disefrtai pembengkakan
dengan warna kemerahan, nyeri tekan, nyeri sumbu, deformitas berupa angulasi.
IV. Resume
Seorang laki-laki 23 tahun datang ke RS, dengan keluhan nyeri pada paha kiri
setelah jatuh dari sepeda motor ±1 jam (07.00) Pasien jatuh ke sisi kiri . Pasien jatuh
di jalan beraspal. Regio femur sinistra pasien tidak bisa digerakkan, tidak bisa
berjalan dan nyeri (+).
Pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum tampak kesakitan, GCS 15, tensi
120/80, nadi 600x/menit, RR 20x/menit, suhu 37,0C (axiler).
Pemeriksaan status lokalis Regio femur sinistra ditemukan warna kulit
hiperemis (+), hematoma (+), oedem (+), deformitas (angulasi) (+), arteri
poplitea pada ekstremitas inferior sinsitra ada denyutnya tapi mengeras , arteri
tibialis posterior melemah, nyeri tekan hebat (+), kekuatan sulit dinilai karena
nyeri, nyeri sumbu (+), gerakan aktif dan gerakan pasif tidak bisa bergerak
bebas

V. DAFTAR MASALAH

Anamnesis 5. palpasi : nyeri tekan (+), nyeri


1. nyeri femur sinistra sumbu (+), krepitasi (-), arteri
2. onset satu jam yang lalu
poplitea (+), suhu akral hangat,
Pemeriksaan fisik
pembengkakan (+)
3. compos mentis
4. inspeksi : warna kulit
kemerahan, deformitas (+),
angulasi (+), rotasi (-),
laserasi (-), hematom (+)

Daftar Problem
Suspect fraktur os femur sinistra 1/3 distal : 1, 2, 3, 4, 5
VI. ASSESMENT
No Masalah aktif Masalah pasif
1. Nyeri pada tungkai kiri -

VII. INITIAL PLAN


Diagnosis kerja : suspect fraktur os femur sinistra 1/3 distal tertutup
Ip dx :
S : (-)
O: Pemeriksaan rotgen AP dan lateral femur sinistra
Darah rutin
Golongan darah
Ip Tx : -Pasang infus RL 10-20 tetes/menit
- Asam mefenamat 500 mg tab
- Pembidaian di os femur sinistra

Ip Mx : -Monitoring Keadaan umum/ kesadaran.


-Monitoring Tanda vital
-Monitoring Status lokalis ekstremitas inferior sinistra
Ip Ex : - Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang diagnosis sementara
pasien
- Menjelaskan kepada pasien komplikasi awal dan lanjut dari patah tulang
tertutup
- Menjelaskan kepada pasien kemungkinan perlunya operasi

VIII. Prognosis
Quo ad Vitam : ad Bonam
Quo ad Sanam : ad Bonam
Quo ad Fungsionam : Dubia ad Bonam
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang terjadi karena adanya
tekanan pada tulang yang melebihi absorpsi tulang.

ETIOLOGI
1. Trauma langsung: benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur pada
tempat itu
2. Trauma tidak langsung: bila titik tumpul benturan dengan terjadinya
fraktur berjauhan
3. Proses penyakit: kanker dan riketsia
4. Compresion force: klien yang melompat dari tempat ketinggian dapat
mengakibatkan fraktur kompresi tulang belakan
5. Muscle (otot): akibat injuri/sakit terjadi regangan otot yang kuat sehingga
dapat menyebabkan fraktur (misal; elektrik shock dan tetani)

KLASIFIKASI
1. Berdasarkan garis fraktur
a. Fraktur komplit
Garis patahnya melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks
tulang
b. Fraktur inkomplit
Garis patahnya tidak melalui seluruh penampang tulang
 Greenstick frakture: bila menegenai satu korteks dimana korteks tulangnya
sebagian masih utuh juga periosteum akan segera sembuh dan segera
mengalami remodeling kebentuk normal

2. Fraktur menurut jumlah dan garis patah/bentuk/konfigurasi


a. Fraktur comminute: banyak fraktur/fragmen kecil tulang yang terlepas.
b. Fraktur segmental: bila garis patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan satu
ujung yang tidak memiliki pembuluh darah menjadi sulit untuk sembuh.
c. Fraktur multipel: garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan
tempatnya. Seperti fraktur femur, cruris dan vertebra.
3. Fraktur menurut posisi fragmen
a. Fraktur undisplaced (tidak bergeser): garis patah komplit tetapi kedua fragmen
tidak bergeser, periosteumnya masih utuh.
b. Fraktur displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang
disebut juga dislokasi fragmen.
4. Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luar
a. Fraktur terbuka (open fracture/compoun frakture)
Fraktur terbuka karena integritas kulit robek/terbuka dan ujung tulang menonjol
sampai menembus kulit.
Fraktur terbuka ini dibagi menjadi tiga berdasarkan tingkat keperahan:
 Derajat I : robekan kulit kurang dari 1 cm dengan kerusakan
kulit/jaringan minimal.
 Derajat II : luka lebih dari 1 cm, kerusakan jaringan sedang, potensial
infeksi lebih besar, fraktur merobek kulit dan otot.
 Derajat III : kerusakan/robekan lebih dari 6-8 cm dengan kerusakan
jaringan otot, saraf dan tendon, kontaminasi sangat besar dan harus segera
diatasi
b. Fraktur tertutup (closed fracture/simple fracture)
Fraktur tidak kompkleks, integritas kulit masih utuh, tidak ada gambaran
tulang yang keluar dari kulit.

5. Fraktur bentuk fragmen dan hubungan dengan mekanisme trauma


a. Fraktur transversal (melintang), trauma langsung
Garis fraktur tegak lurus, bila direposisi/direduksi kembali ketempat
semula segmen akan stabil dan biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips.
b. Fraktur oblique; trauma angulasi
Fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur
spiral; trauma rotasi
Fraktur ini timbul akibat torsi pada ekstrimitas, menimbulkan sedikit
kerusakan jaringan lunak dan cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar.
c. Fraktur kompresi; trauma axial flexi pada tulang spongiosa
Fraktur terjadi karena ketika dua tulang menumpuk tulang ketiga yang
berada diantaranya seperti satu vertebra dengan dua vertebra lainnya.
d. Fraktur avulsi; taruma akibat tarikan (fraktur patela)
Fraktur memisahkan suatu fragmen tulang tempat insersi tendon atau
ligamen.
6. Fraktur patologi
Terjadi pada daerah yang menjadi lemah oleh karena tumor atau proses patologik
lainnya.

MANIFESTASI KLINIK
1. Edema/pembengkakan
2. Nyeri: spasme otot akibat reflek involunter pada otot, trauma langsung pada
jaringan, peningkatan tekanan pada saraf sensori, pergerakan pada daerah fraktur.
3. Spasme otot: respon perlindungan terhadap injuri dan fraktur
4. Deformitas
5. Echimosis: ekstravasasi darah didalam jaringan subkutan
6. Kehilangan fungsi
7. Krepitasi: pada palpasi adanya udara pada jaringan akibat trauma terbuka

TAHAP PENYEMBUHAN TULANG


1. Tahap pembentukan hematom
Dalam 24 jam pertama mulai terbentuk bekuan darah dan fibrin yang
masuk kearea fraktur. Suplai darah meningkat, terbentuklah hematom yang
berkembang menjadi jaringan granulasi sampai hari kelima.
2. Tahap proliferasi
Dalam waktu sekitar 5 hari, hematom akan mengalami organisasi.
Terbentuk benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk
revaskularisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast yang akan menhasilkan
kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk
jaringan ikat fibrus dan tulang rawan.
3. Tahap pembentukan kalus
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh
mencapai sisi lain sampai celah terhubungkan. Fragmen patahan tulang
digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan dan tulang serat imatur. Perlu
waktu 3-4 minggu agar frakmen tulang tergabung dalam tulang rawan atau
jaringan fibrus
4. Osifikasi
Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu patah
tulang melalaui proses penulangan endokondrial. Mineral terus menerus ditimbun
sampai tulang benar-benar bersatu. Proses ini memerlukan waktu 3-4 bulan.
5. Konsolidasi (6-8 bulan) dan Remodeling (6-12 bulan)
Tahap akhir dari perbaikan patah tulang. Dengan aktifitas osteoblas dan
osteoclas, kalus mengalami pembentukan tulang sesuai aslinya.

PRINSIP-PRINSIP PENATALAKSANAAN
Ada empat konsep dasar yang harus diperhatikan/pertimbangkan pada waktu
menangani fraktur:
1. Rekognisi: Menyangkut diagnosa fraktur pada tempat kejadian kecelakaan dan
kemudian di rumah sakit.
a. Riwayat kecelakaan
b. Parah tidaknya luka
c. Diskripsi kejadian oleh pasien
d. Menentukan kemungkinan tulang yang patah
e. krepitus
2. Reduksi: Reposisi fragmen fraktur sedekat mungkin dengan letak normalnya.
Reduksi terbagi menjadi dua yaitu:
a. Reduksi tertutup: untuk mensejajarkan tulang secara manual dengan traksi
atau gips
b. Reduksi terbuka: dengan metode insisi dibuat dan diluruskan melalui
pembedahan, biasanya melalui internal fiksasi dengan alat misalnya; pin,
plat yang langsung ke dalam medula tulang.
3. Immobilisasi: Setelah fraktur di reduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi untuk
membantu Tulang pada posisi yang benar hingga menyambung kembali.
4. Retensi: Menyatakan metode yang dilaksanakan untuk mempertahankan fragmen-
Fragmen tersebut selama penyembuhan (gips/traksi)
5. Rehabilitasi: Langsung dimulai segera dan sudah dilaksanakan bersamaan dengan
pengobatan Fraktur karena sering kali pengaruh cidera dan program pengobatan
hasilnya kurang sempurna (latihan gerak dengan kruck).

TINDAKAN PEMBEDAHAN
1. ORIF (OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION)
a. Insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cidera dan diteruskan
sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur
b. Fraktur diperiksa dan diteliti
c. Fragmen yang telah mati dilakukan irigasi dari luka
d. Fraktur di reposisi agar mendapatkan posisi yang normal kembali
e. Saesudah reduksi fragmen-fragmen tulang dipertahankan dengan alat
ortopedik berupa; pin, sekrup, plate, dan paku
Keuntungan:
a. Reduksi akurat
b. Stabilitas reduksi tinggi
c. Pemeriksaan struktu neurovaskuler
d. Berkurangnya kebutuhan alat imobilisasi eksternal
e. Penyatuan sendi yang berdekatan dengan tulang yang patah menjadi lebih
cepat
f. Rawat inap lebih singkat
g. Dapat lebih cepat kembali ke pola kehidupan normal
Kerugian :
a. Kemungkinan terjadi infeksi
b. Osteomielitis
2. EKSTERNAL FIKSASI
Metode alternatif manajemen fraktur dengan fiksasi eksternal, biasanya pada
ekstrimitas dan tidak untuk fraktur lama
a. Post eksternal fiksasi, dianjurkan penggunaan gips.
b. Setelah reduksi, dilakukan insisi perkutan untuk implantasi pen ke tulang
c. Lubang kecil dibuat dari pen metal melewati tulang dan dikuatkan pennya.
d. Perawatan 1-2 kali sehari secara khusus, antara lain:
 Obsevasi letak pen dan area
 Observasi kemerahan, basah dan rembes
 Observasi status neurovaskuler distal fraktur

TEST DIAGNOSTIK
1. X Ray: menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma
2. Scan tulang: menidentifikasi kerusakan jaringan lunak
3. Hitung darah lengkap:
Ht: mungkin meningkayt (hemokonsentrasi), menurun (perdarahan bermakna
pada sisi fraktur atau organ jauh dari trauma multiple)
Peningkatan SDP: respon stres normal setelah trauma
4. Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal
5. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah atau cedera hati

KOMPLIKASI
1. Komplikasi awal
a. Shock Hipovolemik/traumatik
Fraktur (ekstrimitas, vertebra, pelvis, femur) → perdarahan & kehilangan
cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak → shock hipovolemi.
b. Emboli lemak
c. Trombo emboli vena
Berhubungan dengan penurunan aktivitas/kontraksi otot/bedrest
d. Infeksi
Fraktur terbuka: kontaminasi infeksi sehingga perlu monitor tanda infeksi
dan terapi antibiotik
2. Komplikasi lambat
a. Delayed union
Proses penyembuhan fraktur sangat lambat dari yang diharapkan biasanya lebih
dari 4 bulan. Proses ini berhubungan dengan proses infeksi. Distraksi/tarikan
bagian fragmen tulang
b. Non union
Proses penyembuhan gagal meskipun sudah diberi pengobatan. Hal ini
disebabkan oleh fobrous union atau pseudoarthrosis
c. Mal union
Proses penyembuhan terjadi tetapi tidak memuaskan (ada perubahan bentuk)
d. Nekrosis avaskuler di tulang
Karena suplai darah menurun sehingga menurunkan fungsi tulang .

PENGKAJIAN
Aktivitas
Tanda :
Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena(mungkin
segera, fraktur itu sendiri, atau terjadi secara sekunder dari pembengkakan
jaringan, nyeri)
Sirkulasi
Tanda :
1. Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri, ansietas)
2. Hipotensi (kehilangan darah)
3. Takikardia (respon stres, hipovolemia)
4. Penurunan/tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera
5. Pengisian kapiler lambat
6. Pucat pada bagian yang terkena
7. Pembengkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera
Neurosensori
Gejala :
1. Hilangnya gerakan/sensasi
2. Spasme otot
3. Kebas/kesemutan (parestesis)
Tanda :
1. Deformitas lokal
2. Angulasi abnormal
3. Pemendekan
4. Rotasi
5. Krepitasi
6. Spame otot
7. Terlihat kelemahan/hilang fungsi
8. Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ ansietas/trauma)
Nyeri/kenyamanan
Gejala :
1. Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area
jaringan/kerusakan tulang; dapat berkurang dengan imobilisasi)
2. Tidak ada nyeri karena kerusakan syaraf
3. Spasme/kram otot (setelah imobilisasi)
Keamanan
Tanda :
1. Laserasi kulit
2. Avulsi jaringan
3. Perdarahan
4. Perubahan warna
5. Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba)

DAFTAR PUSTAKA

1. Black (1997). Medical surgical nursing. Philadelpia: WB Saunders Company


2. Doenges, M. E. (1999). Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian pasien. Ed. 3. Jakarta: EGC
3. Lewis (2000). Medical surgical nursing. St Louis: Mosby
4. Price, S. A. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Ed. 4.
Jakarta: EGC
5. Smeltzer, S. C. (2008). Medical Surgical Nursing. Brunner & Suddart. Ed. 8.
Jakarta: EGC

LAPORAN KASUS PANUM


“MUSKOLOSKELETAL”
Trainer : dr. Andra
Disusun oleh :

1. Aditiya Yodha A. H2A008003


2. Yuli Kusuma W. H2A008048
3. Azwar Asy’ari F. H2A009005
4. Dahlia Dwi P. H2A009009
5. Dhevana Pradika Y P H2A009016
6. Djarum Mareta S H2A009017
7. I’in Syafaat H2A009023
8. Lailatul Rizki U. H2A009028
9. Anada Kaporina H2A009003
10. Tegar Muhamad W H2A009045
11. Gadang Arso W H2A008021
12. Emiliana Ayu A H2A008017

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2013

Anda mungkin juga menyukai