PRIMARY SURVEY
I. Identitas
- Nama : Tn. Imam
- Usia : 23 tahun
VI. Disability
- KU : tampak kesakitan
- Kesadaran : compos mentis GCS (E4V5M6)
VII. Exposure
Regio Femoralis
Look Dextra Sinistra
Warna kulit Coklat Kemerahan
Hematom - +
Vulnus Eksoriasi - -
Oedem - -
Deformitas - + (angulasi)
Laserasi - -
Feel Suhu (lokalis) Hangat Hangat
Akral Hangat Hangat
Arteri Poplitea Normal Normal
Arteri tibialis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
posterior
Arteri dorsalis pedis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nyeri tekan - +
Panjang anatomis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Panjang klinis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lingkar paha Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Kekuatan 5/5/5 Sulit dilakukan
karena nyeri
Move Nyeri sumbu - +
Gerakan aktif Bebas Sulit dinilai
Gerakan pasif Bebas Sulit dinilai
Stabilitas sendi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
ROM Tidak dilakukan Tidak dilakukan
SECONDARY SURVEY
I. Identitas
Nama : Tn. Imam
Usia : 23 tahun.
Agama : Islam.
Alamat :Jl. Tandang, Semarang.
Pekerjaan : Operator warnet.
Status : belum menikah
No. RM :-
Tgl masuk RS : 5 Desember 2013
II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis Tgl 5 Desember 2013 pada pukul 08.00
WIB
Keluhan utama
Nyeri di tungkai kiri setelah mengalami kecelakaan
Riwayat AMPLE
Alergi : obat disangkal, makanan disangkal
Medikasi : obat dan alkohol disangkal
Past Illness :
Riwayat Kecelakaan : disangkal
Riwayat Operasi : disangkal
Riwayat Kencing Manis : disangkal
Riwayat Darah tinggi : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Asma : disangkal
Riwayat Perdarahan yang sulit berhenti : disangkal
Last meal : sudah makan (06.30).
Event/Environment : pasien jatuh di jalan beraspal, tidak berpasir, tidak ada
genangan air.
b. Cor
Inspeksi : Ictus cordis ttidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC IV LMCS, tak
kuat angkat
Perkusi :
Batas atas jantung : ICS II Linea parasternal
sinistra
Pinggang jantung : ICS III Linea parasternal
sinistra
Batas kiri bawah jantung: ICS V 1cm medial Linea
mid clavicula sinistra
Batas kanan bawah jantung: ICS V Linea sternalis
dextra
Auskultasi : Bunyi jantung I & II normal &
murni, bising (-), gallop (-)
Suara mitral M1 & M2 M1 > M2
Suara aorta A1 & A2 A1 < A2
Suara pulmonal P1 & P2 P1 < P2
Abdomen :
Inspeksi : Dinding abdomen datar, spider nevi (-), massa (-), warna
kulit sama dengan warna kulit sekitar, jejas (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal (15x/menit)
Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen, pekak hepar (+), ascites
(-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), Hepar & Lien tak teraba
Ekstremitas
Superior Inferior
Warna kulit (sama dengan kulit sekitar / (sama dengan kulit sekitar /
sama dengan kulit sekitar) kemerahan)
Vulnus eksoriasi (-/-) (-/-)
Hematom (-/-) (-/+)
Oedem (-/-) (-/-)
Deformitas (-/-) (-/+ (angulasi))
Laserasi (-/-) (-/-)
Akral (hangat / hangat) (hangat / hangat)
Capilary Refil (< 2” / < 2”) (< 2” / < 2”)
Parestesi (-/-) (-/-)
Nyeri (-/-) (-/+)
Tonus (+/+) (+/+)
Pulsasi (+/+) (+ / +)
Gerak aktif (gerak bebas / gerak bebas) (gerak bebas/ tidak bisa
bergerak)
Gerak pasif (gerak bebas / gerak bebas) (Gerak bebas/ tidak bisa
bergerak)
Kekuatan (5/5/5 / 5/5/5) (5/5/5 / sulit dinilai)
Reflek fisiologi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Reflek patologis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Status Lokalis
Ditemukan sebuah luka memar di tungkai atas kiri disefrtai pembengkakan
dengan warna kemerahan, nyeri tekan, nyeri sumbu, deformitas berupa angulasi.
IV. Resume
Seorang laki-laki 23 tahun datang ke RS, dengan keluhan nyeri pada paha kiri
setelah jatuh dari sepeda motor ±1 jam (07.00) Pasien jatuh ke sisi kiri . Pasien jatuh
di jalan beraspal. Regio femur sinistra pasien tidak bisa digerakkan, tidak bisa
berjalan dan nyeri (+).
Pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum tampak kesakitan, GCS 15, tensi
120/80, nadi 600x/menit, RR 20x/menit, suhu 37,0C (axiler).
Pemeriksaan status lokalis Regio femur sinistra ditemukan warna kulit
hiperemis (+), hematoma (+), oedem (+), deformitas (angulasi) (+), arteri
poplitea pada ekstremitas inferior sinsitra ada denyutnya tapi mengeras , arteri
tibialis posterior melemah, nyeri tekan hebat (+), kekuatan sulit dinilai karena
nyeri, nyeri sumbu (+), gerakan aktif dan gerakan pasif tidak bisa bergerak
bebas
V. DAFTAR MASALAH
Daftar Problem
Suspect fraktur os femur sinistra 1/3 distal : 1, 2, 3, 4, 5
VI. ASSESMENT
No Masalah aktif Masalah pasif
1. Nyeri pada tungkai kiri -
VIII. Prognosis
Quo ad Vitam : ad Bonam
Quo ad Sanam : ad Bonam
Quo ad Fungsionam : Dubia ad Bonam
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang terjadi karena adanya
tekanan pada tulang yang melebihi absorpsi tulang.
ETIOLOGI
1. Trauma langsung: benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur pada
tempat itu
2. Trauma tidak langsung: bila titik tumpul benturan dengan terjadinya
fraktur berjauhan
3. Proses penyakit: kanker dan riketsia
4. Compresion force: klien yang melompat dari tempat ketinggian dapat
mengakibatkan fraktur kompresi tulang belakan
5. Muscle (otot): akibat injuri/sakit terjadi regangan otot yang kuat sehingga
dapat menyebabkan fraktur (misal; elektrik shock dan tetani)
KLASIFIKASI
1. Berdasarkan garis fraktur
a. Fraktur komplit
Garis patahnya melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks
tulang
b. Fraktur inkomplit
Garis patahnya tidak melalui seluruh penampang tulang
Greenstick frakture: bila menegenai satu korteks dimana korteks tulangnya
sebagian masih utuh juga periosteum akan segera sembuh dan segera
mengalami remodeling kebentuk normal
MANIFESTASI KLINIK
1. Edema/pembengkakan
2. Nyeri: spasme otot akibat reflek involunter pada otot, trauma langsung pada
jaringan, peningkatan tekanan pada saraf sensori, pergerakan pada daerah fraktur.
3. Spasme otot: respon perlindungan terhadap injuri dan fraktur
4. Deformitas
5. Echimosis: ekstravasasi darah didalam jaringan subkutan
6. Kehilangan fungsi
7. Krepitasi: pada palpasi adanya udara pada jaringan akibat trauma terbuka
PRINSIP-PRINSIP PENATALAKSANAAN
Ada empat konsep dasar yang harus diperhatikan/pertimbangkan pada waktu
menangani fraktur:
1. Rekognisi: Menyangkut diagnosa fraktur pada tempat kejadian kecelakaan dan
kemudian di rumah sakit.
a. Riwayat kecelakaan
b. Parah tidaknya luka
c. Diskripsi kejadian oleh pasien
d. Menentukan kemungkinan tulang yang patah
e. krepitus
2. Reduksi: Reposisi fragmen fraktur sedekat mungkin dengan letak normalnya.
Reduksi terbagi menjadi dua yaitu:
a. Reduksi tertutup: untuk mensejajarkan tulang secara manual dengan traksi
atau gips
b. Reduksi terbuka: dengan metode insisi dibuat dan diluruskan melalui
pembedahan, biasanya melalui internal fiksasi dengan alat misalnya; pin,
plat yang langsung ke dalam medula tulang.
3. Immobilisasi: Setelah fraktur di reduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi untuk
membantu Tulang pada posisi yang benar hingga menyambung kembali.
4. Retensi: Menyatakan metode yang dilaksanakan untuk mempertahankan fragmen-
Fragmen tersebut selama penyembuhan (gips/traksi)
5. Rehabilitasi: Langsung dimulai segera dan sudah dilaksanakan bersamaan dengan
pengobatan Fraktur karena sering kali pengaruh cidera dan program pengobatan
hasilnya kurang sempurna (latihan gerak dengan kruck).
TINDAKAN PEMBEDAHAN
1. ORIF (OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION)
a. Insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cidera dan diteruskan
sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur
b. Fraktur diperiksa dan diteliti
c. Fragmen yang telah mati dilakukan irigasi dari luka
d. Fraktur di reposisi agar mendapatkan posisi yang normal kembali
e. Saesudah reduksi fragmen-fragmen tulang dipertahankan dengan alat
ortopedik berupa; pin, sekrup, plate, dan paku
Keuntungan:
a. Reduksi akurat
b. Stabilitas reduksi tinggi
c. Pemeriksaan struktu neurovaskuler
d. Berkurangnya kebutuhan alat imobilisasi eksternal
e. Penyatuan sendi yang berdekatan dengan tulang yang patah menjadi lebih
cepat
f. Rawat inap lebih singkat
g. Dapat lebih cepat kembali ke pola kehidupan normal
Kerugian :
a. Kemungkinan terjadi infeksi
b. Osteomielitis
2. EKSTERNAL FIKSASI
Metode alternatif manajemen fraktur dengan fiksasi eksternal, biasanya pada
ekstrimitas dan tidak untuk fraktur lama
a. Post eksternal fiksasi, dianjurkan penggunaan gips.
b. Setelah reduksi, dilakukan insisi perkutan untuk implantasi pen ke tulang
c. Lubang kecil dibuat dari pen metal melewati tulang dan dikuatkan pennya.
d. Perawatan 1-2 kali sehari secara khusus, antara lain:
Obsevasi letak pen dan area
Observasi kemerahan, basah dan rembes
Observasi status neurovaskuler distal fraktur
TEST DIAGNOSTIK
1. X Ray: menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma
2. Scan tulang: menidentifikasi kerusakan jaringan lunak
3. Hitung darah lengkap:
Ht: mungkin meningkayt (hemokonsentrasi), menurun (perdarahan bermakna
pada sisi fraktur atau organ jauh dari trauma multiple)
Peningkatan SDP: respon stres normal setelah trauma
4. Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal
5. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah atau cedera hati
KOMPLIKASI
1. Komplikasi awal
a. Shock Hipovolemik/traumatik
Fraktur (ekstrimitas, vertebra, pelvis, femur) → perdarahan & kehilangan
cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak → shock hipovolemi.
b. Emboli lemak
c. Trombo emboli vena
Berhubungan dengan penurunan aktivitas/kontraksi otot/bedrest
d. Infeksi
Fraktur terbuka: kontaminasi infeksi sehingga perlu monitor tanda infeksi
dan terapi antibiotik
2. Komplikasi lambat
a. Delayed union
Proses penyembuhan fraktur sangat lambat dari yang diharapkan biasanya lebih
dari 4 bulan. Proses ini berhubungan dengan proses infeksi. Distraksi/tarikan
bagian fragmen tulang
b. Non union
Proses penyembuhan gagal meskipun sudah diberi pengobatan. Hal ini
disebabkan oleh fobrous union atau pseudoarthrosis
c. Mal union
Proses penyembuhan terjadi tetapi tidak memuaskan (ada perubahan bentuk)
d. Nekrosis avaskuler di tulang
Karena suplai darah menurun sehingga menurunkan fungsi tulang .
PENGKAJIAN
Aktivitas
Tanda :
Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena(mungkin
segera, fraktur itu sendiri, atau terjadi secara sekunder dari pembengkakan
jaringan, nyeri)
Sirkulasi
Tanda :
1. Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri, ansietas)
2. Hipotensi (kehilangan darah)
3. Takikardia (respon stres, hipovolemia)
4. Penurunan/tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera
5. Pengisian kapiler lambat
6. Pucat pada bagian yang terkena
7. Pembengkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera
Neurosensori
Gejala :
1. Hilangnya gerakan/sensasi
2. Spasme otot
3. Kebas/kesemutan (parestesis)
Tanda :
1. Deformitas lokal
2. Angulasi abnormal
3. Pemendekan
4. Rotasi
5. Krepitasi
6. Spame otot
7. Terlihat kelemahan/hilang fungsi
8. Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ ansietas/trauma)
Nyeri/kenyamanan
Gejala :
1. Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area
jaringan/kerusakan tulang; dapat berkurang dengan imobilisasi)
2. Tidak ada nyeri karena kerusakan syaraf
3. Spasme/kram otot (setelah imobilisasi)
Keamanan
Tanda :
1. Laserasi kulit
2. Avulsi jaringan
3. Perdarahan
4. Perubahan warna
5. Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba)
DAFTAR PUSTAKA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2013