Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS ETIK

MALPRAKTIK MEDIS

Oleh :
dr. Eliata Setyowati Purwaningtyas

Narasumber :
dr. Budi Darmayanto, Sp. A

INTERNSIP RSUD DR. R. SOETIJONO


PERIODE 19 MEI 2017 19 MEI 2018
BLORA
2017
Berita Acara Presentasi Kasus Etika

Pada hari ini, Senin, tanggal 11 Desember 2017 telah dipresentasikan kasus etika oleh :

Nama : dr. Eliata Setyowati Purwaningtyas

Judul / Topik : Malpraktik Medis

No. ID dan Nama Pendamping : dr. Ken Mardyanah

No. ID dan Nama Narasumber : dr. Budi Darmayanto, Sp. A

No. ID dan Nama Wahana : RSUD dr. R. Soetijono Blora

Nama Peserta Presentasi No. ID Peserta Tanda Tangan


1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
8. 8.
9. 9.
10. 10.
11. 11.
12. 12.
13. 13.
14. 14.
15. 15.
16. 16.
17. 17.
18. 18.
19. 19.
20. 20.

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Pendamping,

Dr. Ken Mardyanah


NIP 19600226 200604 2002
No. ID dan Nama Peserta : dr. Eliata Setyowati P Presenter : dr. Eliata Setyowati P
Nama Wahana : RSUD dr. R. Soetijono Blora Pendamping : dr. Ken Mardyanah
TOPIK : Malpraktik Medis
Tanggal (kasus) :
Nama : dr. L No. RM : -
Tanggal Presentasi : 11 Desember 2017 Pendamping : dr. Ken Mardyanah
Tempat Presentasi : RSUD dr. R. Soetijono Blora
OBJEKTIF PRESENTASI
o Keilmuan o Keterampilan o Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik o Manajemen Masalah o Istimewa
o Neonatus o Bayi o Anak o Remaja Dewasa o Lansia o Bumil
Deskripsi :

Seorang perempuan usia 28 tahun datang ke poli kandungan setelah operasi caesar
dengan keluhan nyeri perut yang dirasakan terus menerus di tempat bekas operasi dan
merembes cairan berwarna putih kekuningan dan berbau busuk

Bahan Bahasan Tinjauan Pustaka o Riset Kasus o Audit


Cara Membahas o Diskusi Presentasi o E-mail o Pos
dan Diskusi
DAFTAR PUSTAKA:
1. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia. 2002. Kode Etik Kedokteran
Indonesia dan Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Kedokteran Indonesia. Ikatan Dokter
Indonesia.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kesehatan
4. Hanafiah J, Amir A. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, Edisi 4. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
5. Chazawi A. 2007. Malpraktek Kedokteran. Malang: Bayumedia.
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

o Deskripsi :
Ny. M usia 28 tahun hamil G2P1A0 melahirkan anak keduanya dengan operasi caesar
karena proses persalinan sebelumnya caesar 3 tahun yang lalu dan dr. L yang dulunya
membantu persalinan menyarankan untuk caesar kembali. Operasi caesar Ny. M berjalan
dengan lancar. Ny. M dirawat sampai kondisi stabil dan diperbolehkan pulang. Saat ny. M
datang untuk kontrol, ny. M mengeluhkan nyeri perut yang dirasakan terus menerus di
tempat bekas operasi. Ny. M juga mengeluhkan ada rembesan cairan berwarna putih
kekuningan dan berbau busuk. Setelah diperiksa oleh dr. L dan dilakukan pemeriksaan
penunjang, ditemukan benda berwarna putih yang kemungkinan kassa yang tertinggal saat
operasi. Dr. L menyarankan untuk di operasi kembali untuk mengambil kassa dan
membersihkan nanah yang ada didalam perut.

1. PEMBAHASAN
a. Malpraktik Medis
Malpraktek merupakan istilah yang sangat umum sifatnya dan tidak selalu
berkonotasi yuridis. Secara harfiah mal mempunyai arti salah sedangkan
praktek mempunyai arti pelaksanaan atau tindakan, sehingga malpraktek
berarti pelaksanaan atau tindakan yang salah.Meskipun arti harfiahnya demikian
tetapi kebanyakan istilah tersebut dipergunakan untuk menyatakan adanya tindakan
yang salah dalam rangka pelaksanaan suatu profesi.

Sedangkan difinisi malpraktek medis adalah kelalaian dari seseorang dokter


atau tenaga kesehatan untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu
pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan
terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama.

Kelalaian tersebut dapat terjadi dalam beberapa bentuk, seperti malfeasance


(melakukan tindakan yang melanggar atau tidak tepat), misfeasance (melakukan
tindakan medis yang tepat dengan prosedur yang tidak tepat), nonfeasance (tidak
melakukan tindakan yang merupakan kewajibannya), serta lack of skill (kurang ahli).

b. Klasifikasi Malpraktek Medis


Ngesti Lestari dan Soedjatmiko membedakan malpraktek medik menjadi dua
bentuk, yaitu malpraktek etik (ethical malpractice) dan malpraktek yuridis
(yuridical malpractice), ditinjau dari segi etika profesi dan segi hukum.
1. Malpraktek Etik
Yang dimaksud dengan malpraktek etik adalah tenaga kesehatan melakukan
tindakan yang bertentangan dengan etika profesinya sebagai tenaga
kesehatan.Misalnya seorang bidan yang melakukan tindakan yang bertentangan
dengan etika kebidanan. Etika kebidanan yang dituangkan dalam Kode Etik Bidan
merupakan seperangkat standar etis, prinsip, aturan atau norma yang berlaku untuk
seluruh bidan.

2. Malpraktek Yuridis
Soedjatmiko membedakan malpraktek yuridis ini menjadi tiga bentuk, yaitu
malpraktek perdata (civil malpractice), malpraktek pidana (criminal malpractice)
dan malpraktek administratif (administrative malpractice).

a. Criminal malpractice (malpraktek pidana)


Malpraktek pidana terjadi apabila pasien meninggal dunia atau mengalami
cacat akibat tenaga kesehatan kurang hati-hati.Atau kurang cermat dalam
melakukan upaya perawatan terhadap pasien yang meninggal dunia atau cacat
tersebut.

Dapat dikatakan malpraktek pidana jika memenuhi syarat berikut, perbuatan


tersebut (positive ataupun negative act) merupakan perbuatan tercela (actus
rhea) dan dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rhea)yang berupa:

Kesengajaan(intentional), misalnya pada kasus aborsi tanpa insikasi medis,


tidak melakukan pertolongan pada kasus gawat padahal diketahui bahwa
tidak ada orang lain yang bisa menolong, serta memberikan surat
keterangan yang tidak benar.
Kecerobohan (recklessness), misalnya melakukan tindakan yang tidak lege
artis atau tidak sesuai dengan standar profesi serta melakukan tindakan
tanpa disertai persetujuan tindakan medis.
Kealpaan (negligence), misalnya terjadi cacat atau kematian pada pasien
sebagai akibat tindakan tenaga kesehatan yang kurang hati-hati yang
menyebabkan kecacatan atau kematian.
Pertanggung jawaban didepan hukum pada criminal malpractice adalah bersifat
individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang lain
atau kepada rumah sakit/sarana kesehatan.

b. Civil malpractice (malpraktek perdata)


Malpraktek perdata terjadi apabila terdapat hal-hal yang menyebabkan tidak
terpenuhinya isi perjanjian (wanprestasi) didalam transaksi terapeutik oleh
tenaga kesehatan, atau terjadinya perbuatan melanggar hukum (onrechtmatige
daad), sehingga menimbulkan kerugian kepada pasien.
Adapun isi daripada tidak dipenuhinya perjanjian tersebut dapat berupa:

Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatan wajib dilakukan.


Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan, tetapi
terlambat melaksanakannya.
Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan, tetapi tidak
sempurna dalam pelaksanaan dan hasilnya.
Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan
Pertanggung jawaban civil malpracticedapat bersifat individual atau korporasi
dan dapat pula dialihkan pihak lain berdasarkan principle of vicarius liability.
Dengan prinsip ini maka rumah sakit/sarana kesehatan dapat

bertanggung gugat atas kesalahan yang dilakukan karyawannya (tenaga


kesehatan) selama tenaga kesehatan tersebut dalam rangka melaksanakan tugas
kewajibannya.

Dalam malpraktek perdata yang dijadikan ukuran dalam malpraktek yang


disebabkan oleh kelalaian adalah kelalaian yang bersifat ringan (culpa levis).
Karena apabila yang terjadi adalah kelalaian berat (culpa lata) maka
seharusnya perbuatan tersebut termasuk dalam malpraktek pidana.

Contoh dari malpraktek perdata, misalnya seorang dokter yang melakukan


operasi ternyata meninggalkan sisa perban didalam tubuh si pasien.Setelah
diketahui bahwa ada perban yang tertinggal kemudian dilakukan operasi kedua
untuk mengambil perban yang tertinggal tersebut.Dalam hal ini kesalahan yang
dilakukan oleh dokter dapat diperbaiki dan tidak menimbulkan akibat negatif
yang berkepanjangan terhadap pasien.

c. Administrative malpractice (malpraktek administratif)


Malpraktek administrastif terjadi apabila tenaga kesehatan melakukan
pelanggaran terhadap hukum administrasi negara yang berlaku, misalnya
menjalankan praktek bidan tanpa lisensi atau izin praktek, melakukan tindakan
yang tidak sesuai dengan lisensi atau izinnya, menjalankan praktek dengan izin
yang sudah kadaluarsa, dan menjalankan praktek tanpa membuat catatan
medik.

2. LANDASAN ETIKA DAN HUKUM


a. Kode Etik Kedokteran Indonesia
Kewajiban Umum
Pasal 10 : Penghormatan hak-hak pasien dan sejawat.
Seorang dokter wajib senantiasa menghormati hak-hak- pasien, teman sejawatnya, dan
tenaga kesehatan lainnya, serta wajib menjaga kepercayaan pasien.
Cakupan pasal :
(2) Seorang dokter dalam mengobati pasien wajib senantiasa menghormati,
melindungi, dan/atau memenuhi hak-hak pasien sebagai bagian dari hak asasi
manusia dalam bidang kesehatan.
(4) Seorang dokter wajib memberikan informasi yang jelas dan memadai serta
menghormati pendapat atau tanggapan pasien atas penjelasan dokter.
Penjelasan pasal :
(2)Sesuai dengan anjuran WHO tentang hak atas kesehatan. Pelaksanaannya adalah
dokter dengan penuh kejujuran, martabat kehormatan dan penuh pertimbangan ia
menjunjung tinggi hak atas perolehan informasi secara memadai dan hak untuk
menentukan diri sendiri. Termasuk hak-hak pasien adalah memperoleh pelayanan
medis dan perawatan (access to medical care), bebas memilih dokter, konsultan,
rumah sakit dan kelas perawatan (free choice ofphysician, consultant and hospital),
memperoleh penjelasan secukupnya (adequate information), mengambil keputusan
untuk persetujuan atau penolakan, setelah memahami informasi yang diberikan
(informed consent), menolak tindakan pemeriksaan dan pengobatan (refusal of
treatment ), memperoleh alih dan kesinambungan pelayanan medis (transfer and
continuity of care ), mengetahui identitas pemberi pelayanan medis (identity of
medical care providers), berhubungan bebas dengan siapapun (privacy and free
communication), memperoleh kepribadian, kesendirian yang tidak terganggu dan
kerahasiaan (privacy and condentiality), memperoleh keselamatan dan perlindungan
hukum (personal safety and legal protection), mengetahui biaya pelayanan bagi
dirinya (charges), memperoleh pendapat medis kedua (second opinion), menghentikan
pelayanan dirumah sakit atas tanggung jawab sendiri setelah mendapat penjelasan
(termination of hospital care), melihat isi rekam medis (inzagerech), memperoleh
pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur, memperoleh pelayanan medisyang
bermutu sesuai dengan standar pelayanan medis dan tanpa diskriminasi,
memperoleh perawatan sesuai dengan standar pelayanan keperawatan, dirawat oleh
dokter yang bebas menentukan pendapat etisnya tanpa campur tangan pihak luar,
menjalankan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaan yang dianutnya selama
tidak mengganggu pasien lainnya, mengajukan saran usul perbaikan atas perlakuan
rumah sakit terhadap dirinya, menerimaatau menolak bimbingan moral maupun
spiritual, memperoleh perlindungan sewaktu diadakan penelitian kesehatan,
memutuskan tentang penghentian kehamilannya, memperoleh perlindungan karena
terpaksa dirawat di RS Jiwa, dan mendapatkan upah untuk pekerjaan yang dilakukan,
penghapusan rekam medis mengenai dirinya setelah tidak dirawat lagi, mengetahui
keterbatasan dan kemampuan rumah sakit, dan peraturan mengenai sikap dan
tindakan di rumah sakit, memutus hubungan dengan dokter dirumah sakit, menerima
bantuan hukum dan ganti rugi, dan menolak mendapatkan informasi (hak waiver).
(4) Pasien berhak memperoleh informasi dari dokternya dan mendiskusikan tentang
manfaat, risiko, dan pengobatan yang tepat untuk dirinya, serta wajib mendapatkan
tuntunan dan arahan profesional dari dokter dalam membuat keputusan. Pasien atau
keluarganya berhak mengajukan keluhan, kritik, dan saran atas pelayanan kedokteran.
Dokter seharusnya memberikan perhatian dan menanggapi sepenuh hati.
Kewajiban Dokter terhadap Pasien
Pasal 14: Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan seluruh
keilmuan dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien, yang ketika ia tidak mampu
melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, atas persetujuan pasien/ keluarganya,
ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian untuk itu.
Cakupan pasal:
(1) Setiap dokter wajib memerankan sikap tulus ikhlas dan bekerja dengan seluruh
keilmuan kepada setiap pasiennya.
Penjelasan pasal:
Yang dimaksud dengan sikap tulus ikhlas adalah:
a. Sikap demi menjaga kehormatan profesi luhur kedokteran dan perilaku terpuji
seorang dokter yang ditandai oleh ramah tamah, sopan santun dan berwibawa
terhadap pasien.
b. Berkemauan sepenuh hati, teliti dan hati-hati menolong dengan mengutama-kan
kepentingan kesehatan pasien seutuhnya.
c. Bersungguh hati, bertanggung jawab atas semua tindakan mengabdi yang semata-
mata ditujukan untuk kepentingan pasien.
d. Bersikap empati, turut merasakan dan berkeinginan untuk segera me-ngatasi
permasalahan kesehatan pasien
e. Di saat menolong tidak memikirkan imbalanmateri atau memikirkan akan
menguntungkan pihak lain.

b. UU no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan


Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan mencakup
beberapa pasal yang mengandung kesalahan dokter baik dari sudut perdata, pidana
maupun administrasi. Antara lain:

1. Pasal 24 ayat (1)

Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 harus memenuhi ketentuan


kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan
standar prosedur operasional.

2. Pasal 29

Dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam menjalankan


profesinya, kelalaian tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi

3. Pasal 58 ayat (1)


Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan,
dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau
kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya.

4. Pasal 63 ayat (4)

Pelaksanaan pengobatan dan/atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau


keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
atau kewenangan untuk itu

5. Pasal 68 ayat (1)

Pemasangan implant obat dan/atau alat kesehatan kedalam tubuh manusia hanya
dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
serta dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan tertentu

c. UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran


Pasal 44 ayat (1)

Dokter atau dokter gigi dalam menyelanggarakan praktek kedokteran wajib


mengikuti standar pelayanan kedokteran atau kedokteran gigi

d. Kitab Hukumn Acara Pidana


1) Pasal 359
Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mati,
diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan
paling lama satu tahun

Penjelasan pasal :

Pasal 359 KUHP selalu didakwakan terhadap kematian yang diduga disebabkan
kesalahan dokter, maksudnya di sini adalah:

- Harus ada wujud perbuatan


- Adanya akibat perbuatan akibat kematian; dan
- Adanya hubungan kausal antara wujud perbuatan dengan akibat kematian.
Sikap batin culpa bukan ditujukan pada perbuatan, tetapi pada akibat kematian.
Culpa dapat dibedakan tiga macam, berdasarkan sudut tingkatannya:
Kelalaian yang tidak disadari, pembuat tidak menyadari bahwa perbuatan yang
hendak dilakukan dapat menimbulkan akibat terlarang dalam hukum.
Hubungannya dengan pelayanan kesehatan, dokter tidak mengetahui bahwa
perbuatan yang hendak diperbuatnya dapat mengakibatkan kematian;
Kealpaan yang disadari, adanya kesadaran terhadap timbulnya akibat dari
tindakan medis yang hendak diwujudkan. Dokter menyakini bahwa akibat
tersebut tidak akan timbul, namun setelah tindakan medis dilakukan ternyata
akibat tersebut timbul; dan
Termasuk dalam kealpaan yang disadari, telah disadari bahwa akibat bisa timbul,
namun yakin tidak akan timbul. Setelah tindakan dilakukan dan timbul gejala-gejala
yang mengarah pada timbulnya akibat. Telah berbuat yang cukup untuk
menghindarinya, namun kenyataannya setelah tindakan akibat pun timbul.

2) Pasal 360
(1) Barangsiapa karena kealpaanya menyebabkan orang lain mendapat luka-luka
berat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling
lama satu tahun.
(2) Barangsiapa karena kealpaanya menyebabkan orang lain luka-luka
sedemikian rupa sehinga timbul penyakit atau halangan menjalankan pekerjaan
jabatan atau pencarian selama waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara
paling lama sembilan bulan atau kurungan paling lama enam bulan atau denda
paling tinggi tiga ratus rupiah.

Penjelasan pasal :

Pada 360 KUHP lazim digunakan untuk menuntut dokter atas dugaan malpraktek
medis atau kealpaan yang menyebabkan luka-luka.

Dari ayat (1) dapat dirinci unsur-unsurnya:

1) Adanya kelalaian;

2) Adanya wujud perbuatan;

3) Adanya akibat luka berat;

4) Adanya hubungan kausal antara luka berat dengan wujud perbuatan.


Ayat (2) mengandung unsur-unsur:

1) Adanya kelalaian;

2) Adanya wujud perbuatan;

3) Adanya akibat luka yang menyebabkan penyakit, luka yang menjadikan


halangan menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian selama waktu tertentu;

4) Adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan akibat.

3) Pasal 361
Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini dilakukan dalam menjalankan
suatu jabatan atau pencarian, maka pidana ditambah dengan sepertiga dan yang
bersalah dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencarian dalam mana
dilakukan kejahatan dan hakim dapat memerintahkan supaya putusannya
diumumkan

Penjelasan pasal :

Pasal 361 KUHP ini merupakan pasal pemberatan pidana bagi pelaku dalam
menjalankan suatu jabatan atau pencaharian yang melakukan tindak pidana yang
disebut dalam pasal 359 dan pasal 360 KUHP. Pihak yang dapat dikenakan pasal ini
misalnya dokter, bidan, dan ahli obat yang masing-masing dianggap harus lebih
berhati-hati dalam melakukan pekerjaannya.

Berdasarkan pasal tersebut, dokter yang telah menimbulkan cacat atau kematian yang
berkaitan dengan tugas atau jabatan atau pekerjaannya, maka pasal 361 KUHP
memberikan ancaman pidana seperti lebih berat. Disamping itu hakim dapat
menjatuhkan hukuman berupa pencabutan hak melakukan pekerjaan yang
dipergunakan untuk menjalankan kejahatan serta memerintahkan pengumuman
keputusannya itu.

e. Kitab Hukum Acara Perdata


1) Pasal 1329
Tiap-tiap perikatan untuk berbuat sesuatu atau, untuk itdak berbuat sesuatu,
apakah si berhutang tidak memenuhi kewajibannya, mendapatkan penyelesaiannya
dalam kewajiban memberikan pergantian biaya, rugi dan bunga

Penjelasan pasal :

Hukum mensayaratkan setiap gugatan yang berdasarkan wanprestasi adalah


adanya perjanjian terapeutik yang dilanggar, meliputi perjanjian tertulis maupun
tidak tertulis.Menurut hukum yang berlaku asal syarat-ysrat sah perjanjian
dipernuhi maka perjanjian tersebut sudah berlaku dan mempunyai konsekuensi
yuridis.

2) Pasal 1365
Tiap perbuatan yang melawan hukum, yang membawa kerugian kepada orang
lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti
kerugian tersebut

Penjelasan pasal :

Salah satu unsur dari perbuatan melawan hukum adalah dokter yang melakukan
malpraktek medis haruslah benar-benar melanggar hukum, artinya dokter
melanggar hukum dengan kesengajaan atau kurang hati-hati.
3. ANALISA KASUS
Pada kasus ini dr. L, selaku dokter yang melakukan operasi caesar kepada Ny. M, lupa
dalam mengambil kain kassa yang digunakan untuk menutup luka, sehingga benda
tersebut tertinggal di dalam perut. Hal ini menunjukkan bahwa dokter tersebut lalai dalam
menjalankan profesinya dan dapat dikategorikan sebagai malpraktek yuridis. Karena Ny.
M tidak mengalami cacat berat atau meninggal, dan hanya mengeluhkan nyeri perut terus
menerus dan ada rembesan cairan berwarna putih kekuningan dan berbau busuk, kejadian
ini masih dapat dikategorikan sebagai civil malpractice. Walaupun begitu dokter tersebut
sudah melanggar hukum diantaranya: KUHP, KUHPerdata, UU no. 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan, UU no. 29 tahun 2004 tentang Praktek Kesehatan serta KODEKI karena tidak
melakukan pelayanan sesuai standar.

Pelanggaran atas kewajiban dokter melaksanakan praktik kedokteran merupakan suatu


bentuk pelanggaran yang ditinjau dari aspek etika, disiplin, dan hukum kedokteran. Atas
pengaduan pasien, dokter yang diduga melakukan pelanggaran etika dan disiplin
kedokteran dapat dipanggil oleh MKEK dan MKDKI. Sanksi administratif yang diberikan
dapat berupa teguran, peringatan tertulis, pencabutan STR/SIP, dan kewajiban mengikuti
pendidikan/pelatihan di institusi kedokteran. Sanksi perdata yang dapat dijatuhkan kepada
dokter adalah penggantian kerugian kepada pasien. Sedangkan sanksi pidana yang dapat
menjerat dokter adalah hukuman penjara maksimal satu tahun atau pembayaran denda.

Akan tetapi, dengan diundangkannya UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan,


ancaman pidana terhadap kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh dokter yang
menyebabkan pasien menderita cacat atau luka-luka, tidak lagi semata-mata mengacu pada
ketentuan KUHP, karena dalam Undang-Undang Kesehatan telah dirumuskan ancaman
pidananya.

4. KESIMPULAN
Seorang dokter sebaiknya bisa memahami, menghayati dan mengamalkan konsep
dasar bioetik serta menaati kode etik kedokteran dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Dalam melakukan setiap tindakan terhadap pasien, hendaknya dokter harus selalu
melakukannya sesuai standar pelayanan atau standar operasional prosedur untuk
meminimalisir kejadian yang tidak diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai