LAPORAN KASUS
GERD
(Gastro-Esophageal Reflux Disease)
Diajukan Kepada :
Pembimbing
dr. B. Susanto Permadi, Sp.PD NIP. 19590824 198511 1 001
Disusun Oleh :
Amalia Isnaini NIM. H2A010003
GERD
(Gastro-Esophageal Reflux Disease)
Disusun Oleh:
Amalia Isnaini H2A010003
Mengesahkan:
Koordinator Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan
laporan kasus dengan judul “GERD”. Laporan ini merupakan salah satu syarat dalam
mengikuti ujian kepaniteraan klinik Pendidikan Profesi Dokter di Bagian Ilmu Penyakit
Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa.
Laporan ini sedikit banyak membahas mengenai penyakit yang menjadi
masalah-masalah di berbagai negara berkembang termasuk Indonesia. Hanya sebagian
masalah kecil yang penulis bahas, namun diharapkan laporan kasus ini bisa memberikan
sedikit pengetahuan kepada para pembaca mengenai penyakit ini.
Dalam menyelesaikan tugas ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dr. B. Susanto Permadi, Sp.PD, dr. Hascaryo Nugroho, Sp.PD
serta dr. Alex Santana, Sp. PD selaku dokter pembimbing dan teman-teman Co-Ass
yang telah membantu dalam proses pembuatan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini banyak terdapat
kekurangan dan juga masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis mengharap kritik
dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi teman-teman dan semua pihak yang berkepentingan bagi
pengembangan ilmu kedokteran. Amin.
penulis
DAFTAR ISI
GERD
BAB 1
PENDAHULUAN
C. Manifestasi klinis
Gejala klinik yang khas dari GERD adalah nyeri/rasa tidak enak di epigastrium
atau retrosternal bagian bawah. Rasa nyeri dideskripsikan sebagai rasa terbakar
(heartburn), kadang-kadang bercampur dengan gejala disfagia (kesulitan menelan
makanan biasanya terjadi oleh karena komplikasi berupa striktur), mual atau
regurgitasi. Regurgitasi merupakan kondisi dimana material lambung terasa di
pharing. Kemudian mulut terasa asam dan pahit. Kejadian ini dapat menyebabkan
komplikasi paru-paru. dan rasa pahit di lidah. Walau demikian derajat berat
ringannya keluhan heartburn ternyata tidak selalu berkorelasi dengan temuan
endoskopik. Kadang-kadang timbul rasa tidak enak retrosternal yang mirip dengan
angina pektoris. Disfagia yang timbul saat makan makanan yang padat mungkin
terjadi karena striktur atau keganasan yang berkembang dari Barret’s esophagus.
Odinofagia bisa muncul jika sudah terjadi ulserasi esofagus yang berat.10
Walaupun gejala khas/tipikal dari GERD adalah heartburn atau regurgitasi,
gejala tidak khas ataupun gejala ekstra esofagus juga bisa timbul yang meliputi
nyeri dada non kardiak (non cardiac chest pain/NCCP), suara serak, laringitis,
batuk, asma, bronkiektasis, pneumonia, gangguan tidur, dan disertai gejala lain
penurunan berat badan, anemia, hematemesis atau melena 10.11
Di lain pihak, beberapa penyakit paru dapat menjadi faktor predisposisi untuk
timbulnya GERD karena terjadi perubahan anatomis di daerah gastroesophageal
high pressure zone akibat penggunaan obat-obatan yang menurunkan tonus LES.10
Asma dan GERD adalah dua keadaan yang sering dijumpai secara bersaman. Selain
itu, terdapat beberapa studi yang menunjukkan hubungan antara gangguan tidur dan
GERD.11
Manifestasi klinis GERD dapat menyerupai manifestasi klinis dispepsia
berdasarkan gejala yang paling dominan adalah
Manifestasi klinis mirip refluks yaitu bila gejala yang dominan adalah rasa
panas didada seperti terbakar
Manifestasi klinis mirip ulkus yaitu bila gejala yang dominan adalah nyeri ulu
hati
Manifestasi klinis dismotilitas yaitu gejala yang dominan adalah kembunh,
mual, cepat kenyang
Manifestasi klinis campuran atau nonspesifik
Walaupun telah disampaikan bahwa heartburn merupakan gejala klasik dan
utama dari GERD, namun situasinya sedikit berbeda di Asia. Di dunia Barat, kata
”heartburn” mudah dimengerti oleh pasien, sementara tidak ada padanan kata yang
sesuai untuk heartburn dalam mayoritas bahasa-bahasa di Asia, termasuk bahasa
Cina, Jepang, Melayu. Dokter lebih baik menjelaskan dalam susunan kata-kata
tentang apa yang mereka maksud dengan heartburn dan regurgitasi daripada
mengasumsikan bahwa pasien memahami arti kata tersebut. Sebagai contoh, di
Malaysia, banyak pasien etnis Cina dan Melayu mengeluhkan ”angin” yang
merujuk pada dispepsia dan gejala refluks. Sebagai akibatnya, seperti yang terjadi
di Cina, banyak pasien GERD yang salah didiagnosis sebagai penderita non
cardiac chest pain atau dispepsia.12 Walaupun belum ada survei yang dilakukan,
berdasarkan pengalaman klinis sehari-hari, kejadian yang sama juga sering ditemui
di Indonesia.
GERD memberikan dampak negatif pada kualitas hidup pasien, karena gejala-
gejalanya sebagaimana dijelaskan di atas menyebabkan gangguan tidur, penurunan
produktivitas di tempat kerja dan di rumah, gangguan aktivitas sosial. Short-Form-
36-Item (SF-36) Health Survey, menunjukkan bahwa dibandingkan dengan
populasi umum, pasien GERD memiliki kualitas hidup yang menurun, serta
dampak pada aktivitas sehari-hari yang sebanding dengan pasien penyakit kronik
lainnya seperti penyakit jantung kongestif dan artritis kronik.13
D. Faktor Resiko :14
• Obesity • Reclining after eating
• Fatty meals • Emotional stress
• Heavy meals • Rapid eatung behavior
• Spicy food • Coffe, tea
• Cigarrette smoking • Pregnancy
• Tight fitting garment • Medication
E. Diagnosis
Secara klinis, diagnosis GERD dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan klinis yang seksama. Beberapa pemeriksaan penunjang yang
dilakukan untuk menegakkan diagnosis GERD adalah : endoskopi saluran cerna
bagian atas, pemantauan pH 24 jam, tes Bernstein, manometri esofagus, sintigrafi
gastroesofageal, dan tes penghambat pompa proton (tes supresi asam).10
Ada beberapa pemeriksaan untuk diagnosis GERD yaitu:
1. Pemeriksaan Esofagogram.
Pemeriksaan ini dapat menemukan kelainan berupa penebalan lipatan mukosa
esofagus, erosi dan striktur. Pemeriksaan ini mempunyai akurasi 24,6% untuk
esofagitis ringan, 81,6% esofagitis sedang, dan 98,7% esofagitis berat.
2. Monitoring pH intra esofagus 24 jam.
Pemeriksaan ini berhubungan dengan episode reflux dan gejala-gejalanya serta
NERD. Episode ini dapat dimonitor dan direkam dengan menempatkan mikro
elektroda pH pada bagian distal esofagus. Pengukuran pH pada esofagus bagian
distal dapat memastikan ada tidaknya refluks gastroesofageal. pH dibawah 4
pada jarak 5 cm diatas LES dianggap diagnostik untuk refluks gastroesofageal.
Akurasi pemeriksaan ini mencapai 96%