MAL PRAKTEK
Disusun Oleh:
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berkat dan rahmatNYA sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik sebagai
bukti tugas dalam perkuliahan di prodi D III Kebidanan di STIKes Citra Husada Mandiri
Kupang.
Dalam menyelesaikan makalah ini kami banyak di bantu secara teori maupun materi
dan dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimah kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang turut membantu menyelesaikan masalah ini
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyelesaian makalah ini maka
untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk menyempurnakan
makalah ini, Kami juga mengharapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi semua orang
kalangan khususnya mahasiswi
Kupang,Desember 2012
penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI.................................................................................................................
3.2 Saran.................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sehat merupakan suatu keadaan yang didambakan oleh setiap orang. Hingga
batas-batas tertentu, tiap orang kecuali anak-anak, mampu menjaga kesehatannya
sendiri. Mereka akan hidup dengan teratur, mengkonsumsi makanan bergizi, berolah
raga secukupnya, dan sebagainya. Persoalan akan menjadi lain ketika orang jatuh
sakit yang memerlukan pertolongan pihak lain. Bagaimanapun, kesehatan merupakan
kebutuhan pokok dalam kehidupan, sedangkan pengetahuan dan ketrampilan pasien
terbatas.
Dengan demikian, pasien maupun keluarganya akan mencari pertolongan kepada
petugas kesehatan.
Berdasarkan gambaran di atas, dapat dikatakan bahwa pelayanan kesehatan
mempunyai ciri khas yang berbeda dengan pelayanan jasa / produk lainnya, yaitu
consumer ignorance / ketidaktahuan konsumen, supply induced demand / pengaruh
penyedia jasa kesehatan terhadap konsumen (konsumen tidak memiliki daya tawar
dan daya pilih), produk pelayanan kesehatan bukan konsep homogen, pembatasan
terhadap kompetisi, ketidakpastian tentang sakit, serta sehat sebagai hak asasi
Dalam hal ini, pasien sebenarnya merupkan faktor liveware. Pasien harus
dipandang sebagai subyek yang memiliki pengaruh besar atas hasil akhir layanan
bukan sekedar obyek. Hak-hak pasien harus dipenuhi mengingat kepuasan pasien
menjadi salah satu barometer mutu layanan sedangkan ketidak puasan pasien dapat
menjadi pangkal tuntutan hukum.
Mengamati pemberitaan media massa akhir-akhir ini, terlihat peningkatan
dugaan kasus malpraktek dan kelalaian medik di Indonesia, terutama yang berkenaan
dengan kesalahan diagnosis bidan yang berdampak buruk terhadap pasiennya.
Media massa marak memberitahukan tentang kasus gugatan/ tuntutan hukum
(perdata dan/ atau pidana) kepada bidan, dokter dan tenaga medis lain, dan/ atau
manajemen rumah sakit yang diajukan masyarakat konsumen jasa medis yang
menjadi korban dari tindakan malpraktik (malpractice) atau kelalaian medis.
Lepas dari fenomena tersebut, ada yang mempertanyakan apakah kasus-kasus
itu terkategori malpraktik medik ataukah sekedar kelalaian (human error) dari sang
bidan/dokter. Untuk diketahui, sejauh ini di negara kita belum ada ketentuan hukum
tentang standar profesi kebidanan yang bisa mengatur kesalahan profesi.
Melihat fenomena di atas, maka kami melalui makalah ini akan membahas
tentang salah satu kasus malpraktik di Indonesia.
B. TUJUAN
a) Menjelaskan pengertian malpraktek
b) Menjelaskan jenis-jenis malpraktek di bidang pelayanan kesehatan
c) Menjelaskan cara-cara pembuktian malpraktek
d) Menjelaskan tentang tanggung jawab hukum
e) Memahami upaya pencegahan malpraktek dan mengetahui cara menghadapi
tuntutan hukum.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MALPRATEK
Malpraktek merupakan istilah yang sangat umum sifatnya dan tidak selalu
berkonotasi yuridis. Secara harfiah mal mempunyai arti salah sedangkan praktek
mempunyai arti pelaksanaan atau tindakan, sehingga malpraktek berarti
pelaksanaan atau tindakan yang salah. Meskipun arti harfiahnya demikian tetapi
kebanyakan istilah tersebut dipergunakan untuk menyatakan adanya tindakan yang salah
dalam rangka pelaksanaan suatu profesi.
Sedangkan difinisi malpraktek profesi kesehatan adalah kelalaian dari
seseorang dokter atau bidan untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu
pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap
pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama (Valentin v. La
Society de Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos, California, 1956).
Berlakunya norma etika dan norma hukum dalam profesi kesehatan. Di
dalam setiap profesi termasuk profesi tenaga bidan berlaku norma etika dan norma
hukum. Oleh sebab itu apabila timbul dugaan adanya kesalahan praktek sudah
seharusnyalah diukur atau dilihat dari sudut pandang kedua norma tersebut. Kesalahan
dari sudut pandang etika disebut ethical malpractice dan dari sudut pandang hukum
disebut yuridical malpractice. Hal ini perlu difahami mengingat dalam profesi tenaga
bidan berlaku norma etika dan norma hukum, sehingga apabila ada kesalahan praktek
perlu dilihat domain apa yang dilanggar. Karena antara etika dan hukum ada perbedaan-
perbedaan yang mendasar menyangkut substansi, otoritas, tujuan dan sangsi, maka
ukuran normatif yang dipakai untuk menentukan adanya ethical malpractice atau
yuridical malpractice dengan sendirinya juga berbeda. Yang jelas tidak setiap ethical
malpractice merupakan yuridical malpractice akan tetapi semua bentuk yuridical
malpractice pasti merupakan ethical malpractice (Lord Chief Justice, 1893).
B. MALPRATEK DI BIDANG HUKUM
Untuk malpraktek hukum atau yuridical malpractice dibagi dalam 3 kategori
sesuai bidang hukum yang dilanggar, yakni Criminal malpractice, Civil malpractice dan
Administrative malpractice.
1. Criminal malpractice
Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal malpractice
manakala perbuatan tersebut memenuhi rumusan delik pidana yakni :
a. Perbuatan tersebut (positive act maupun negative act) merupakan perbuatan
tercela.
b. Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea) yang berupa kesengajaan
(intensional), kecerobohan (reklessness) atau kealpaan (negligence).
Criminal malpractice yang bersifat sengaja (intensional) misalnya melakukan
euthanasia (pasal 344 KUHP), membuka rahasia jabatan (pasal 332 KUHP),
membuat surat keterangan palsu (pasal 263 KUHP), melakukan aborsi tanpa
indikasi medis pasal 299 KUHP).
Criminal malpractice yang bersifat ceroboh (recklessness) misalnya melakukan
tindakan medis tanpa persetujuan pasien informed consent.
1. Pasal 347 KUHP menyatakan:
Ayat (l)
Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan dan mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama dua belas tahun.
Ayat (2)
Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, dikenakart pidana
penjara paling lama lima belas tahun.
2. Pasal 349 KUHP menyatakan:
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan
salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka
pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga
dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana
kejahatan
dilakukan.
Criminal malpractice yang bersifat negligence (lalai) misalnya kurang hati-hati
mengakibatkan luka, cacat atau meninggalnya pasien.
1. Pasal-pasal 359 sampai dengan 361 KUHP,
pasal-pasal karena lalai menyebabkan mati atau luka-luka berat.
Pasal 359 KUHP, karena kelalaian menyebabkan orang mati :
Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan mati-nya orang lain,
diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan
paling lama satu tahun.
2. Pasal 360 KUHP, karena kelalaian menyebakan luka berat:
Ayat (1)
Barangsiapa karena kealpaannya menyebakan orang lain mendapat luka-
luka berat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau
kurungan paling lama satu tahun.
Ayat (2)
Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan orang lain luka-luka
sedemikian rupa sehinga menimbulkan penyakit atau alangan menjalankan
pekerjaan, jabatan atau pencaharian selama waktu tertentu, diancam dengan
pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling tinggi tiga
ratus rupiah.
3. Pasal 361 KUHP,
karena kelalaian dalam melakukan jabatan atau pekerjaan (misalnya:
dokter, bidan, apoteker, sopir, masinis dan Iain-lain) apabila melalaikan
peraturan-peraturan pekerjaannya hingga mengakibatkan mati atau luka
berat, maka mendapat hukuman yang lebih berat pula.
2.Civil malpractice
3. Administrative malpractice
Tenaga bidan dikatakan telah melakukan administrative
malpractice manakala tenaga bidan tersebut telah melanggar hukum
administrasi. Perlu diketahui bahwa dalam melakukan police power,
pemerintah mempunyai kewenangan menerbitkan berbagai ketentuan di bidang
kesehatan, misalnya tentang persyaratan bagi tenaga bidan untuk menjalankan
profesinya (Surat Ijin Kerja, Surat Ijin Praktek), batas kewenangan serta
kewajiban tenaga bidan. Apabila aturan tersebut dilanggar maka tenaga
kesehatan yang bersangkutan dapat dipersalahkan melanggar hukum
administrasi.
Kasus di atas adalah termasuk malpraktik jenis Criminal malpractice yang
bersifat negligence (lalai) misalnya kurang hati-hati mengakibatkan luka, cacat
atau meninggalnya
pasien.
TINJAUAN KASUS
Salah satu contoh dugaan kasus mall praktek yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
adalah kasus malpraktek dalam bidang OrthopedyGas Medik yang tertukar. Seorang pasien
menjalani suatu pembedahan di sebuah kamar operasi. Sebagaimana layaknya, sebelum
pembedahan dilakukan anastesi terlebih dahulu . pembiusan dilakukanoleh Dokter anastesi,
sedangkan operasi dipimpin oleh dokter ahli bedah tulang . operasi berjalan lancer. Namun,
tiba-tiba sang pasien mengalami kesulitan bernafas, bahkan setelah operasi selesai dilakukan,
pasien tetap menglami gangguan pernapasan hingga tak sadarkan diri. Akibatnya ia harus
dirawat terus-menerus di perawatan intensif dengan bantuan mesin pernapasan. Tentu
kejadan ini sangat mengherankan. Pasalnya, sebelum dilakukan operasi, pasien dalam
keadaan baik, kecuali masalah tulangnya. Usut punya usut, ternyata kedapatan bahwa ada
kekeliruan dalam pemasangan gas anastesi yang dipasang pada mesin anastesi. Harusnya gas
N2O, ternyata yang diberikan adalah gas CO2. Pemberian CO2 pada pasien tentu
mengakibatkan tertekannya pusat-pusat pernapasan sehingga proses oksigenasimenjadi
sangat terganggu, pasien jadi tidak sadar dan akhirnya meninggal.
PEMBAHASAN KASUS
Berdasarkan kasus diatas tindakan tersebut merupakan kasus mlpraktek. Dari sudut
pandang hokum, jika perbuatan malpraktek dilakukan Dokter dan terbukti dilakukan dengan
unsure kesengajaan dan ataupun kelalaian seperti dalam kasus malpraktek dalam bidang
orthopedy yang kami ambil , maka ada hal-hal yang sangat pantasjika dokter yang
bersangkutan dikenakan sanksi pidana karena dengn unsure kesengajaan atau kelalaian telah
melakukan perbuatan melawan hukum yaitu menghilangkan nyawa seseorang. Perbuatan
tersebut telah nyata-nyata mencoreng kehormatan dokter sebagai suatu profesi yang mulia.
Tuduhan malpraktek bukan hanya ditujukan terhadap tindakan kesengajaan atau kelalaian
dalam menggunakan keahlian, sehingga mengakibatkan kerugian, kecelakaan atau bahkan
hilangnya nyawa orang lain. Selanjutnya, jika kelalaian dokter tersebut terbukti merupakan
tindakan medic yang tidak memenuhi SOP yang lazim dipakai, melanggar Undang-Undang
No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, maka dokter tersebut dapat terjerat tuduhan
malpraktek dengan sanksi pidana.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA