Puji Syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT tuhan yang maha esa,
karena atas berkas dan rahmatnya, kami bisa menyelesaikan makalah ini.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas kuliah, yaitu
mata kuliah HUKUM KESEHATAN. Makalah ini kami sadari sangat jauh dari
kata sempurna. Tanpa bantuan dari banyak pihak, tentunya penulisan makalah ini
yang menyita banyak energi biaya dan waktu akan sulit terselesaikan oleh karena
itu kami ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang namanya tidak
bisa kami sebutkan satu per satu atas bantuannya dalam mengerjakan makalah ini.
Kelompok penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II Pembahasan
A. Pengertian Malpraktik
B. Hak dan Kewajiban dokter
C. Tanggung jawab dokter atas kasus malpraktik
D. Analisis Kasus
BAB III Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan keperawatan menuju perkembangan keperawatan
sebagaiprofesi dipengaruhi oleh berbagai perubahan yang cepat
sebagai akibattekanan globalisasi yang juga menyentuh
perkembangan keperawatan profesional termasuk tekanan perkembangan
ilmu pengetahuan dan tehnologi k e p e r a w a t a n y a n g p a d a h a k e k a t n y a
h a r u s d i i m p l e m e n t a s i k a n p a d a perkembangan keperawatan profesional di
Indonesia (Ma’rifin Husin, 2002).Dalam menjalankan tugas keprofesiannya,
perawat bisa saja melakukan k e s a l a h a n y a n g d a p a t m e r u g i k a n
klien sebagai penerima a s u h a n keperawatan,bahkan bisa
mengakibatkan kecacatan dan lebih parah lagi mengakibatkan kematian,
terutama bila pemberian asuhan keperawatan tidaksesuai dengan standar
praktek keperawatan.kejadian ini di kenal dengan malpraktek. Di dalam
setiap profesi termasuk profesi tenaga kesehatan berlaku norma etika dan
norma hukum. Oleh sebab itu apabila timbul dugaanadanya kesalahan praktek
sudah seharusnyalah diukur atau dilihat dari sudutpandang kedua norma
tersebut. Malpraktik Medik mempunyai arti yang lebih komprehensif
dibandingkan kelalaian. Istilah malpraktik medik memang tidak diketahui secara
sempurna dalam suatu aturan Hukum Positif Indonesia. Dalam malpraktik medik
pun terdapat suatu pelayanan tindakan yang dilakukan dengan sengaja dan oleh
sebab itu berimplikasi terjadinya suatu aturan ketentuan Undang – undang yang
terlanggar, sedangkan arti kelalaian lebih menitikberatkan kepada
ketidaksengajaan (culpa), kurang hati-hati, kurang teliti, acuh tak acuh, sembrono,
tak peduli terhadap kepentingan orang lain, namun akibat yang timbul memang
bukanlah tujuannya.
Pada hakekatnya kesalahan dan kelalaian petugas kesehatan dalam
melaksanakan suatu profesi medis, merupakan bentuk interpretasi yang amat
penting untuk diulas secara bersama - sama, hal ini dipengaruhi karena timbulnya
kesalahan dan kelalaian yang mengindikasikan dampak merugikan. Selain tercela
dan mengurangi bentuk amanah masyarakat terhadap petugas kesehatan, juga
menimbulkan suatu kerugian terhadap pasien. Seyogyanya di dalam
menginterpretasikan suatu eksistensi pelaksanaan profesi harus diletakkan terlebih
dahulu, kesalahan dan kelalaian pengimplementasian profesi dengan berhadapan
pada kewajiban profesi. Oleh karena itu se eloknya harus juga memperhatikan
indikator – indikator seperti aspek hukum yang mendasari terjadinya suatu
hubungan hukum antara dokter dan pasien yang bersumber pada perjanjian
terapeutik atau transaksi terapeutik. Kasus malpraktik medik di lingkungan
kesehatan pada Rumah Sakit, penyebabnya tercipta karena berbagai faktor seperti
yang sudah di terangkan pada pembahasan di atas, kini penulis mengawali
pembahasan dengan mengemukakan berbagai contoh kasus – kasus yang sudah
terjadi di Indonesia mulai dari kasus di RS MULTAZAM yang ada di gorontalo
yang di alami oleh korban inisial MG yang diduga mengalami kasus malpraktik
yang dilakukan oleh dokter yang berinisial AW yang menangani operasi tersebut.
Pedoman standar profesi medis bertujuan agar tenaga medis dalam
melakukan pekerjaanya sesuai dengan Standar Profesi dan Standar Operasional
Prosedur, erat kaitannya dengan penilaian etis, tetapi penerapannya tetap
menggunakan prinsip hukum. Misalnya, ketentuan etik masyarakat menetapkan
standar tertinggi bagi praktik profesi dokter. Jadi, tidak wajib dokter yang pandai
melainkan yang telah menamatkan pendidikan kedokteran, dan berhak
menggunakan gelar dokter serta mempunyai kewenangan untuk praktik.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Tanggung jawab seperti apa yang dokter berikan jika terjadi malpraktek
2. Faktor apa yang menyebabkan terjadinya malpraktik
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui dan mengkaji tanggung jawab seperti apa yang diberikan jika
terjadi malpraktik
2. Untuk mengetahui dan mengkaji faktor seperti apa yang menyebabkan malpraktik
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Malpraktik
Berbagai isilah yang sering kita dengar di Indonesia misalnya malpraktek,
malapraktek, malpraktik, malapraktik dan sebagainya. Akan tetapi, istilah
menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah “malapraktik”, sedangkan menurut
kamus kedokteran “malapraktek”, tetapi jika menurut kamus hukum disebut
dengan “malpraktek”, di sini malpraktek atau istilah asingnya yang memiliki
artinya : “Malpractice” menurut Peter Salim dalam “The Contemporary English
Indonesia Dictionary” berarti perbuatan atau tindakan yang salah, malpractice
juga berarti praktek buruk”. Malpraktek adalah praktik kedokteran yang dilakukan
salah atau tidak tepat, menyalahi undang-undang dan kode etik kedokteran.
“Malpraktik dapat diartikan sebagai tindakan kelalaian, kesalahan atau kurangnya
kemampuan dokter dalam menangani seorang pasien sehingga menyebabkan
terjadinya hasil yang buruk terhadap pasien” Menurut saya malpraktek adalah
tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang tidak sesuai dengan mestinya
atau tindakan diluar prosedur yang ada. Terjadinya malpraktek atau tidak bukan
hanya didasarkan pada hasil “buruk” yang terjadi setelah praktek kedokteran
dilakukan terhadap pasien namun berdasarkan prosedur atau bagaimana tindakan
medis dilaksanakan. Pada peraturan perundangan-undangan Indonesia yang
sekarang berlaku tidak ditemukan pengertian mengenai malpraktek yang jelas.
Akan tetapi makna atau pengertian malpraktek justru didapat di Pasal 11 ayat (1)
huruf b UU No. 6 Tahun 1963 Tentang Kesehatan (“UU Tenaga Kesehatan”)
yang berisi :
Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan didalam kitab Undang-
Undang Hukum Pidana dan Peraturan-peraturan lain, maka terhadap tenaga
kesehatan dapat dilakukan tindakan-tindakan admistrasif dalam hal sebagai
berikut:
1. Melalaikan kewajiban;
2. Melakukan suatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat oleh tenaga
kesehatan, baik mengingat sumpah jabatannya maupun mengingat sumpah
sebagai tenaga kesehatan;
3. Mengabaikan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh tenaga kesehatan,
4. Melanggar sesuatu ketentuan menurut atau berdasarkan Undang-Undang ini.
Kewajiban Dokter
1. Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar
operasional prosedur serta kebutuhan medis.
2. Apabila tidak tersedia alat kesehatan atau tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan/pengobatan, bisa merujuk pasien kedokter/sarana kesehatan
lain yang mempunyai kemampuan lebih baik,
3. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien , bahkan
setelah pasien itu meninggal dunia
4. Melakukan pertolongan darurat atas dasar peri kemanusian, kecuali bila ia
yakin ada oranglain yang mampu melakukannya
5. Mengikuti perkembangan ilmu kedokteran
D. Analisis Kasus
-kronologi kasus
Awal mula kedatangan pasangan suami istri ke rumah sakit al-multazam
karena korban inisial MGI (39) mengeluhkan haid yang kurang lancer dan nyeri
dibagian perut pada suaminya inisial YH, mereka mendatangi dokter spesialis
kandungan di rumah sakit al-multazam, dan dokter itu melakukan pemeriksaaan
dan diagnosa, setelah diagnose pasien divonis memiliki kista berukuran 5.0 dan
Miom 9.8 atau sebesar kepala bayi, mendengar hasi diagnosa itu pasangan pasutri
ini menanyakan upaya untuk menyembuhkannya. Dokter mengatakan bahwa
“penyakit itu tidak bisa diobati bahkan jika mengkonsumsi obat satu karung”,
dokter menyarankan untuk melakukan operasi, pada tanggal 16 September 2021
pasutri itu kembali mendatangi dokter untuk menentukan jadwal operasi, Waktu
operasi pun di jadwalkan pada Senin 20 September 2021 bertempat di RS
Multazam Gorontalo, dimana yang akan melakukan operasi adalah oknum dokter
itu, pada 20 September 2021 korban telah menjalani operasi tanpa ditemani oleh
pihak keluarga. Selang beberapa menit di dalam ruang operasi, oknum dokter
tersebut keluar dan menyampaikan kepada keluarga pasien bahwa Operasi Telah
Gagal “Operasi tidak dapat dilanjutkan dengan alasan telah terjadi perlengketan
usus di seluruh lapisan perut pasien. Pengangkatan penyakit miom dan kista sudah
tidak dapat dilanjutkan lagi,” jelas YH, mengulang kembali penjelasan oknum
dokter.
Saat itu, oknum dokter tersebut, menyampaikan bahwa tindakan operasi itu akan
dilanjutkan oleh dokter bedah lainnya.
“Kami sangat sayangkan pasien hanya dibiarkan dalam kondisi perut terbelah dan
yang melanjutkan jahitan operasinya ialah dokter lainnya,” jelasnya.
Selanjutnya pada hari kamis tanggal 7 oktober 2021, Pasien dibawa ke RSUD
Aloei Saboe dan ditangani oleh Dokter Enrico Ambang Banua Medellu atas
inisiatif dari keluarga. Setelah dilakukan perawatan, kemudian diagendakan untuk
Operasi pada hari sabtu tanggal 9 Oktober 2021.
Tindakan operasi Dokter Enrico mengajak suami pasien ke dalam ruang operasi
dan menunjukkan secara langsung bahwa tidak ada kista sebesar 5.0 dan Miom
berukuran 9.8 sebagaimana yang disampaikan oleh dokter sebelumnya yang
melakukan operasi.
“Jadi tidak ada kista sebesar berukuran 5.0 dan Miom berukuran 9.8 sebagaimana
yang disampaikan oleh dokter pertama yang melakukan operasi,” ungkap YH.
“Faktanya yang terjadi adalah, terdapat usus besar dan usus halus serta empedu
yang tersayat akibat operasi sebelumnya,” tegas suami Korban YH, yang
mengulangi keterangan dari dokter enrico.
-Analisis
dari kronologi di atas tidak diketahui bahwa pihak pasien menerima