IDI bertujuan untuk memadukan segenap potensi dokter dari seluruh Indonesia,
menjaga dan meningkatkan harkat dan martabat serta kehormatan profesi kedokteran,
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, serta
meningkatkan kesehatan rakyat Indonesia untuk menuju masyarakat sehat dan
sejahtera.
KKI mempunyai fungsi, dan tugas yang diamanatkan dalam pasal 7 Undang-undang
Praktik Kedokteran nomor 29 tahun 2004
(UUPK) yaitu melakukan registrasi dokter dan dokter gigi, mengesahkan standar
pendidikan profesi dokter dan dokter gigi dan melakukan pembinaan terhadap
penyelenggaraan praktik kedokteran yang dilaksanakan bersama lembaga terkait dalam
rangka meningkatkan mutu pelayanan medis.
Dalam menjalankan fungsi dan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 UUPK di
atas, KKI mempunyai wewenang sesuai pasal 8 UUPK yaitu menyetujui dan menolak
permohonan registrasi dokter dan dokter gigi.
Menerbitkan dan mencabut surat tanda registrasi. Mengesahkan standar kompetensi.
Melakukan pengujian terhadap persyaratan registrasi dokter dan dokter gigi.
Mengesahkan penerapan cabang ilmu kedokteran dan kedokteran gigi.
Melakukan pembinaan bersama terhadap dokter dan dokter gigi mengenai pelaksanaan
etika profesi yang ditetapkan oleh organisasi profesi.
Melakukan pencatatan terhadap dokter dan dokter gigi yang
dikenakan sanksi oleh organisasi profesi atau perangkatnya karena melanggar
ketentuan etika profesi.
salah satu badan otonom Ikatan Dokter Indonesa (IDI) yang dibentuk secara
khusus di tingkat Pusat, Wilayah dan Cabang untuk menjalankan tugas kemahkamahan
profesi, pembinaan etika profesi dan atau tugas kelembagaan dan ad hoc lainnya dalam
tingkatannya masing-masing.
Tugas MKEK melalui divisi kemahkamahan sesuai yurisdiksinya sebagai lembaga etika
yang memeriksa, menyidangkan, membuat putusan setiap konflik etikolegal
yang berpotensi sengketa medikdi antara perangkat dan jajaran IDI dan setiap sengketa
medik antara dokter pengadunya yang belum atau tidak ditangani oleh
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia.
adalah lembaga yang berwenang untuk menentukan ada tidaknya kesalahan yang
dilakukan dokter dan dokter gigi dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran dan
kedokteran gigi, dan menetapkan sanksi.
1. Penyelesaian suatu sengketa medik dapat dilakukan dengan dua jalur, yakni jalur
litigasi dan non litigasi.
MEDIASI
Sudah ada sejak jaman nenek moyang;
Sebagai bagian dari proses hidup bermasyarakat;
Diperankan oleh pihak ketiga sebagai penengah (ketua suku, pak rt, tokoh
masyarakat);
Kemampuan berkomunikasi;
Tidak perlu berlatar belakang keilmuan hukum.
It is a process by which a neutral third party the mediator assists disputing parties in
reaching a mutually satisfactory resolution (kovach)
Mediasi adalah proses negosiasi pemecahan masalah dimana pihak ketiga yang tidak
memihak, bekerjasama dengan para pihak yang bersengketa membantu memperoleh
kesepakatan yang memuaskan
Mengapa kita perlu mediasi?
• Perkembangan masyarakat dan bisnis menghendaki efisiensi dan kerahasiaan
serta lestarinya hubungan kerjasama dan tidak formalistis serta menghendaki
penyelesaian yang lebih menekankan pada keadilan.
• Lembaga litigasi tidak dapat merespon, karena dalam operasionalnya dinilai
lamban, mahal, memboroskan energi, waktu dan uang.
• Litigasi tidak dapat memberikan win – win solution.
DASAR HUKUM MEDIASI
• Mediasi di pengadilan hir pasal 130 dan rbg pasal 154 telah mengatur lembaga
perdamaian. Hakim wajib terlebih dahulu mendamaikan para pihak yang
berperkara sebelum perkaranya diperiksa.
• Mediasi diluar pengadilan diatur dalam pasal 6 uu nomor 30 tahun 1999 tentang
arbitrasi dan alternatif penyelesaian sengketa;
• Sema nomor 1 tahun 2002 tentang pemberdayaan lembaga perdamaian dalam
pasal 130 hir/154 rbg
• Perma nomor 2 tahun 2003 tentang mediasi di pengadilan
• Perma nomor 1 tahun 2016 tentang prosedur mediasi di pengadilan
• Lembaga alternatif penyelesaian sengketa yang tersebar dalam undang – undang
misalnya di bidang perlindungan konsumen,perburuhan, lingkungan hidup, dan
lain –lain.
KARAKTERISTIK MEDIASI
• Penyelesaian sengketa melalui perundingan ;
• Pihak ketiga (mediator) bersifat netral;
• Mediator bertugas membantu para pihak yang bersengketa untuk mencari
penyelesaian yang win win solution
MEDIASI DALAM SENGKETA MEDIS
Proses negosiasi pemecahan masalah yang berkaitan dengan kesehatan antara (pihak
pasien/keluarga pasien dengan tenaga medis/tenaga kesehatan/fasilitas kesehatan)
dimana
terdapat pihak ketiga yang tidak memihak, bekerjasama dengan para pihak yang
bersengketa membantu memperoleh kesepakatan yang memuaskan
TAHAPAN MASALAH
1. Pernyataan Pembukaan mediator
a. Ucapan selamat dating
i. Selamat datang kepada Pak Amir dan Bapak Budi dari pihak
rumah sakit Bahagia di acara mediasi”
ii. Terima kasih kepada Pak Amir beserta Pengacaranya dan Bapak
Budi dari pihak Rumah Sakit Bahagia beserta pengacaranya yang
telah meluangkan waktu untuk proses mediasi
iii. Assalamu’alaikum Wr. Wb Terima kasih atas kedatangan Bapak
Amir dan bapak Budi dari pihak Rumah Sakit Bahagia dalam
proses mediasi ini.
b. Perkenalkan diri
Contoh:
1. “Perkenalkan, Saya Diana Murtianingsih selaku mediator Bapak Amir
dan Bapak Budi dari Pihak Rumah Sakit Bahagia”
2. “Saya ingin memperkenalkan diri, nama saya Diana Murtianingsih
selaku mediator Bapak Amir dan Bapak Budi dari Pihak Rumah Sakit
Bahagia”
c. Penjelasan Peran Mediator
. Penjelasan Peran Mediator – Penjelasan bahwa proses mediasi ini tidak
memihak.
Contoh:
1. “Saya selaku mediator akan membantu proses mediasi ini dan saya
tidak akan memihak kepada salah satu dari Bapak-Bapak sekalian.”
2. “Proses mediasi ini akan berlangsung fair dan saya selaku mediator
tidak akan memihak kepada salah satu dari Bapak-Bapak sekalian.”
d. Penjelasan keuntungan menempuh mediasi
Contoh:
1. “Terima kasih kepada Bapak-Bapak yang telah memilih proses
mediasi karena proses mediasi ini akan memakan waktu yang lebih
cepat dan murah dan akan menghasilkan win-win solution.”
2. “Perkenankan saya menjelaskan keuntungan dari proses mediasi ini
adalah permasalahan yang dihadapi Bapak-Bapak akan diselesaikan
dalam waktu yang lebih cepat, biaya yang lebih murah dibandingkan
jika Bapak-Bapak menyelesaikan kasus ini di Pengadilan, dan yang
pasti akan menghasilkan win-win solution.”
e. Penjelasan proses mediasi
. Penjelasan proses mediasi – Sifat tidak formal, aturan main, kemungkinan
kaukus, larangan interupsi, pengungkapan secara santun (tidak
menyinggung/ menyerang), kemungkinan menghadirkan ahli, menjaga
kerahasiaan, kesepakatan mengenai biaya.
Contoh:
“Proses mediasi ini sifatnya tidak formal, jadi Bapak-Bapak silahkan santai
saja. Saya akan menjelaskan aturan dalam proses mediasi ini, yaitu: (1) jika
Bapak Amir berbicara Bapak Budi dilarang menginterupsi, jadi mohon jika
salah satu pihak berbicara pihak yang lainnya diminta untuk mendengarkan,
(2) mohon nanti jika Bapak-Bapak mengutarakan permasalahan tidak
menyerang atau menyinggung salah satu pihak. Jadi, jika Bapak Amir
berbicara terkait dengan permasalahan yang ada dimohon jangan bersifat
menyerang kepada Bapak Budi atau sebaliknya; (3) saya akan melakukan
kaukus (saya akan berbicara secara terpisah kepada masing-masing pihak
jika hal ini diperlukan); (4) saya akan menjaga kerahasiaan segala bukti yang
akan Bapak-Bapak ajukan kepada saya; (5) Adapun mengenai biaya saya
selaku mediator adalah sejumlah Rp…”
6. Kaukus
Tujuan:
Menjalin hubungan dengan para pihak
Membangun kepercayaan
Menyediakan ruang bagi para pihak untuk merefleksikan persoalan secara
personal mengenai apa yang terjadi, dirasakan, bagaimana
penyelesaiannya, apakah proses mediasi dapat membantu.
Dapat dilakukan kapan saja, lebih-lebih ada tanda-tanda akan
DEAD LOCK asal mediator dapat berlaku adil (memberikan waktu yang sama
kepada masing-masing pihak).
Contoh:
Dengan Bapak Amir: “Bapak mohon dijelaskan kepada saya apa yang
Bapak rasakan dan penyelesaian seperti apa yang sebenarnya yang Bapak
inginkan?”
Dengan Bapak Budi: “Bapak setelah saya melihat bukti yang diberikan
Bapak Amir ternyata memang terjadi kelalaian pada Rumah Sakit Bahagia,
menurut Bapak penyelesaian apa yang akan Bapak inginkan supaya kasus
ini tidak berlarut-larut.”
8. Kesepakatan akhir
Praemisse Pendahuluan Berisi substansi kesepakatan yang akan diatur dalam isi
kesepakatan perdamaian atau keterangan yang
melatarbelakangi dibuatnya kesepakatan perdamaian
Isi akta Isi kesepakatan Berisi hal-hal yang menjadi hak dan kewajiban para
pihak
Klausula
pencabutan Pernyataan bahwa sengketa dinyatakan selesai
gugatan/
selesainya
sengketa