Anda di halaman 1dari 6

Daftar Isi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang
Malpraktik Medik mempunyai arti yang lebih komprehensifdibandingkan kelalaian.
Istilah malpraktik medik memang tidak diketahuisecara sempurna dalam suatu aturan Hukum
Positif Indonesia. Dalammalpraktik medik pun terdapat suatu pelayanan tindakan yang
dilakukandengan sengaja dan oleh sebab itu berimplikasi terjadinya suatu aturanketentuan
Undang – undang yang terlanggar, sedangkan arti kelalaianlebih menitikberatkan kepada
ketidaksengajaan (culpa), kurang hati-hati,kurang teliti, acuh tak acuh, sembrono, tak peduli
terhadap kepentinganorang lain, namun akibat yang timbul memang bukanlah
tujuannya.Malpraktik medik tercipta untuk menurunkan sistem pembangunankesehatan
medis pada bagian Standar Operasional Prosedur (SOP),Standar Profesi Kedokteran (SPK)
dan Informed Consent.
Kasus malpraktik medik di lingkungan kesehatan pada RumahSakit, penyebabnya
tercipta karena berbagai faktor seperti yang sudah diterangkan pada pembahasan di atas, kini
penulis mengawali pembahasandengan mengemukakan berbagai contoh kasus – kasus yang
sudah terjadidi Indonesia mulai dari kasus di RS, misalnya di RSUD Aceh, Tamiangpada 19
Mei 2015 lalu, yang dialami oleh Mayda Andriani yang berumur32 Tahun istri dari suami M.
Jafaruddin yang berumur 35 Tahun, didugamelakukan tindakan malpraktik medik yang
dilakukan oleh Dokter ElisaAyu Wardani SpOG yang menangani operasi dalam proses
persalinan,tanpa memerhatikan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam
penanganan tindakan kesehatan.
Mengingat upaya kesehatan harus dilaksanakan secara serasi danseimbang oleh
pemerintah dan masyarakat, sudah barang tentu pemerintahdiharapkan lebih mampu
menghadapi tugasnya agar dapat mengatur secarabaik masalah yang menyangkut dengan
kesehatan. Untuk itu masalahorganisasi dan manajemen kesehatan harus selalu mendapat
perhatianyang sungguh-sungguh.
Pedoman standar profesi medis bertujuan agar tenaga medis dalammelakukan
pekerjaanya sesuai dengan Standar Profesi dan StandarOperasional Prosedur, erat kaitannya
dengan penilaian etis, tetapi penerapannya tetap menggunakan prinsip hukum. Misalnya,
ketentuan etikmasyarakat menetapkan standar tertinggi bagi praktik profesi dokter. Jadi,tidak
wajib dokter yang pandai melainkan yang telah menamatkanpendidikan kedokteran, dan
berhak menggunakan gelar dokter sertamempunyai kewenangan untuk praktik7.
1.2. RumusanMasalah
1. Apa pengertian malpraktik?
2. Apa saja karakteristik malpraktik?
3. Apakah pengertian malpraktik dalam keperawatan?
4. Apa saja dasar hukum perundang undangan praktik keperawatan?
5. Apa saja bentuk malpraktik dalam keperawatan?
6. Apa saja dampak malpraktik?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian malpraktik.
2. Mengetahui karakteristik malpraktik.
3. Mengetahui pengertian malpraktik dalam keperawatan.
4. Mengetahui dasar hukum perundang undangan praktik keperawatan.
5. Mengetahui bentuk malpraktik dalam keperawatan.
6. Mengetahui dampak malpraktik.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN MALPRAKTIK
Malpraktik adalah kegiatan atau aktivitas buruk yang dilakukan oleh tenaga kesehatan atau
kesalahan yang dilakukan tenaga profesional dalam menjalankan profesinya. Malpraktek
dapat terjadi karena tindakan yang disengaja ( intentional) seperti pada misconduct tertentu,
tindakan kelalaian ( negligence ), ataupun suatu kekurang mahiran atau ketidak kompetenan
yang tidak beralasan. Malpraktik dapat dilakukan oleh profesi apa saja, tidak hanya dokter,
perawat, tetapi dapat terjadi pada profesi profesi lainya.
Pengertian malpraktik menurut Ninik Mariyanti :
a. Dalama arti umum : suatu praktek yang buruk , yang tidak memenuhi standar yang
telah ditentukan oleh profesi.
b. Dalam arti khusus ( dilihat dari sudut pandang pasien) : malpraktik dapat terjadi
didalam menentukan diagnosis, menjalankan operasi, menjalankan perawatan, dan
sesudah perawatan.

2.2 KARAKTERISTIK MALPRAKTIK


a. Malpraktik Murni
1. melakukan tindakan yang melanggar UU
2. sudah mengetahui tindakan itu salah tapi tetep dilakukan
b. Malpraktik Disengaja
1. didalamnya tidak selalu terdapat unsur kelalaian
2. tindakan sengaja melanggar UU
3. Tindakan dilakukan secara sadar
c. Malpraktik tidak sengaja
1. karena kelalaian
Contohnya menelantarkan pengobatan pasien karena lupa atau sembrono.
2.3 MALPRAKTEK DALAM KEPERAWATAN
Banyak kemungkinan yang dapat memicu perawat melakukan kelalaian atau
mapraktek. Perawat dan masyarakat pada umumnya tidak dapat membedakan antara
kelalaian dan malpraktek walaupun secara nyata dan jelas perbedaany. Malpraktek lebih
spesifik dan terkait dengan status professional seseorang, misalnya perawat, dokter, atau
penasihat hukum.
Vestal , K. W. (1995) mengatakan bahwa untuk mengatakan secara pasti malpraktik,
apabila penggugat dapat menunjukan hal-hal dibawah ini:
1. Duty
Pada saat terjadinya cedera, terkait dengan kewajiban mempergunakan segala ilmu
dan kepandaian untuk menyembuhkan atau setidaknya meringankan beban
penderitaan pasienya berdasarkan standar profesi. Hubungan perawat-klien
meunujukan bahwamelakukan kewajiban berdasarkan standar keperawatan.
2. Breach Of The Duty
Pelanggaran terjadinya sehubungan dengan kewajiban, artinya menyimpang dari apa
yang seharusnya dilakukan menurut standar profesinya. Contoh pelanggaran yang
terjadi terhadap pasien antara lain, kegagalan dalam memenuhi standar keperawatan
yang ditetapkan sebagai kebijakan rumah sakit.
3. Injury
Seseorang mengalami cedera (injury) atau kerusakan (damage) yang dapat dituntu
secara hukum, misalnya pasien mengalami cedera sebagai akibat pelanggaran.
Keluhan nyeri, adanya penderitaan, atau stress emosi dapat dipertimbangkan sebagai
akibat cedera jika terkait dengan cedera fisik.
4. Proximate Caused
Pelanggaran terhadap kewajibannya menyebabkan atau terkait dengan cedera yang
deialami pasien. Misalnya, cedera yang terjadi secara langsung berhubungan dengan
pelanggaran terhadap kewajiban perawat terhadapt pasien.
2.4. DASAR HUKUM PERUNDANG-UNDANGAN PRAKTIK KEPERAWATAN
Beberapa perundang-undangan yang melindungi bagi pelaku dan penerima
prakrek keperawatan yang asa di Indonesia, adalah sebagai berikut:
 Undang-undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, bagian
kesembilan pasal 32 (penyembuhan penyakit dan pemulihan )
 Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
 Peraturan menteri kesehatan No. 159b/Men.Kes/II/1998 tentang rumah
sakit
 Peraturan Menkes No. 660/MenKes/SK/IX/1987 yang dilengkapi surat
edaran Direktur Jendral Pelayanan Medik No.
105/Yan.Med/RS.Umdik/Raw/I/88 tentang penerapan standard praktek
keperawatan bagi perawat kesehatan di rumah sakit
 Kepmenkes No. 647/SK/IV/2000 tentang registrasi dan praktik
perawat dan direvisi dengan SK Kepmenkes No.
1239/Menkes/SK/X1/2001 tentang registrasi dan praktik perawat.
Perlindungan hukum baik bagi pelaku dan penerima praktek keperawatan
memiliki akontabilitas terhadap keputusan dan tindakannya. Dalam menjalankan
tugas sehari-hari tidak menutup kemungkinan perawat berbuat keselahan baik sengaja
maupun tiak sengaja.
Oleh karena itu dalam menjalankan prakteknya secara hukum perawat harus
memperhatikan baik aspek moral atau etik keperawatan dan juga aspek hukum yang
berlaku di Indonesia. Fry (1990) menyatakan bahwa akuntabilitas mengandung dua
komponen utama, yakni tanggung jawab dan tanggung gugat. Hal ini berarti tindakan
yang dilakukan perawat dilihat dari praktik keperawatan, kode etik dan undang-
undang dapat dibenarkan atau absah (Priharjo, 1995)

Anda mungkin juga menyukai