Disusun Oleh:
Deba Aliyah (202111008)
Jelita Rahmadani Fais (202111012)
Putra Reza Silalebit (202111020)
BAB I : Pendahuluan
- Kebijakan di Indonesia
Malpraktek yang termasuk ke dalam criminal malpractice bersifat neglegence yang dapat dijerat
hukum antara lain :
1. Pasal-pasal 359 sampai dengan 361 KUHP, pasal-pasal karena lalai menyebabkan
mati atau lukaluka berat. Pasal 359 KUHP, karena kelalaian menyebabkan orang
mati: Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan mati-nya orang lain,
diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama
satu tahun.
2. Pasal 360 KUHP, karena kelalaian menyebakan luka berat: Ayat (1) Barang siapa
karena kealpaannya menyebakan orang lain mendapat luka-luka berat, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu
tahun. Ayat (2) Barang siapa karena kealpaannya menyebabkan orang lain luka-
luka sedemikian rupa sehinga menimbulkan penyakit atau alangan menjalankan
pekerjaan, jabatan atau pencaharian selama waktu tertentu, diancam dengan
pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling tinggi tiga ratus
rupiah.
3. Pasal 361 KUHP, karena kelalaian dalam melakukan jabatan atau pekerjaan
(misalnya: dokter, bidan, apoteker, sopir, masinis dan Iain-lain) apabila
melalaikan peraturan-peraturan pekerjaannya hingga mengakibatkan mati atau
luka berat, maka mendapat hukuman yang lebih berat pula. Pasal 361 KUHP
menyatakan: Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini dilakukan dalam
menjalankan suatu jabatan atau pencaharian, maka pidana ditambah dengan
pertiga, dan yang bersalah dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencaharian
dalam mana dilakukan kejahatan dan hakim dapat memerintahkan supaya
putusnya diumumkan. Pertanggung jawaban didepan hukum pada criminal
malpractice adalah bersifat individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat
dialihkan kepada orang lain atau kepada rumah sakit/sarana kesehatan.
Selain pasal tersebut diatas, perawat tersebut juga telah melanggar Pasal 54 :
1) Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam
melak-sanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin.
2) Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana yang dimaksud
dalam ayat (1) ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan.
B. Prinsip Etika
D. Profesionalisme keperawatan
American Association of Colleges of Nursing (AACN, 2008) menyebutkan beberapa nilai
profesional keperawatan yang menjadi fondasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
Berikut nilai profesional yang mencerminkan perawat profesional yang memandu perawat untuk
berperilaku etik dalam pemberian asuhan keperawatan.
Ketiga, menghormati martabat manusia dengan segala nilai dan keunikan yang dimiliki
individu dan kelompok. Perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatannya, meletakkan
pasien pada posisi seorang manusia yang memiliki hak-hak untuk dihormati sebagai seorang
manusia. Sebagai contoh, saat melakukan pemeriksaan fisik genitalia pada pasien perempuan,
perawat tetap menjaga privasi pasien.
Keempat, yakni integritas yang diwujudkan dengan tindakantindakan yang sesuai dengan
kode etik dan standar praktik. Refleksi yang muncul dari nilai integritas dalam praktik
profesional perawat ialah kejujuran yang ditunjukkan perawat dalam sikapnya, serta
diterapkannya kode etik dalam pemberian pelayanan keperawatan yang dibutuhkan klien.
Kelima, keadilan sosial yang ditunjukkan dengan menjunjung tinggi prinsip moral,
prinsip legal, dan prinsip kemanusiaan sepanjang melaksanakan tugas sebagai perawat. Nilai ini
menghantarkan perawat untuk tidak membeda-bedakan pelayanan keperawatan yang
diberikannya kepada para klien. Perawat tidak membedakan klien berdasarkan ras, suku, budaya,
negara, warna kulit, agama, maupun sekte kelompok yang lainnya. Perawat memandang bahwa
seluruh pasien adalah manusia, sehingga kesemuanya memiliki hak yang sama untuk dipenuhi
kebutuhan perawatannya.
Weis dan Schank (2009) telah menyusun instrumen untuk mengukur nilai professional
keperawatan. Instrumen tersebut berasal dari American Nurses Association (ANA) Code of
Ethics for Nurses. Dari penelitian yang dilakukan untuk merumuskan instrumen tersebut, ia
menemukan lima nilai profesional yang teridentifikasi sebagai komponen dasar faktor analisis
Weis & Schank (2009) menyusun sebuah instrumen yang dapat digunakan untuk
mengukur nilai profesional seorang perawat atau mahasiswa perawat, yakni Nurses Professional
Values Sclae-Revised (NPVS-R). Instrumen ini disusun dan dikembangkan sedemikian rupa,
sehingga tersusunlah 28 pernyataan positif dengan skala likert untuk factor analisis yang
merupakan turunan dari kode etik keperawatan yakni caring, avtivism, trust, profesionalism, dan
justice mengukur nilai professional keperawatan. Instrumen ini terdiri dari lima faktor analisis
yang merupakan turunan dari kode etik keperawatan yakni caring, activism, trust,
profesionalism, dan justice.
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi
orang lain, pengawasan dengan waspada, menunjukkan perhatian, perasaan empati pada orang
lain dan perasaan cinta atau menyayangi yang merupakan kehendak keperawatan. Selain itu,
caring mempengaruhi cara berpikir seseorang, perasaan dan perbuatan seseorang. Caring juga
mempelajari berbagai macam philosofi dan etis perspektif. Caring adalah sentral untuk praktik
keperawatan karena caring merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat
bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya kepada klien (Sartika & Nanda, 2011). Dalam
keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting terutama dalam praktik keperawatan.
Activism yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam praktik,
dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh
pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara professional sesuai
dengan kode etik professional. Fungsi itu sendiri adalah suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai
dengan perannya. Fungsi dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada. Fungsi Perawat
dalam melakukan pengkajian pada Individu sehat maupun sakit dimana segala aktifitas yang
dilakukan berguna untuk pemulihan kesehatan berdasarkan pengetahuan yang di miliki, aktifitas
ini di lakukan dengan berbagai cara untuk mengembalikan kemandirian pasien secepat mungkin
dalam bentuk proses keperawatan yang terdiri dari tahap pengkajian, identifikasi masalah
(diagnosa keperawatan), perencanaan, implementasi dan evaluasi (Barbara, 2005).
Trust adalah membina hubungan saling percaya dan saling bantu, dengan pasien. Ciri
hubungan helping-trust adalah harmonis, empati, dan hangat. Hubungan harmonis adalah
hubungan yang harus dilakukan secara jujur dan terbuka, tidak dibuat-buat. Perawat memberikan
bantuan ketika individu kesulitan memenuhi kebutuhan dasarnya (Watson dalam Asmadi, 2008).
Justice (Keadilan) nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat
bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama
dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan.
Contoh ketika perawat dinas sendirian dan ketika itu ada klien baru masuk serta ada juga klien
rawat yang memerlukan bantuan perawat maka perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor
dalam faktor tersebut kemudian bertindak sesuai dengan asas keadilan (Perry & Potter, 2005).
E. Nursing Advocacy
BAB V : Penutup
A. Kesimpulan
Malpraktek juga dapat diartikan sebagai tidak terpenuhinya perwujudan hak-hak
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang baik, yang biasa terjadi dan dilakukan
oleh oknum yang tidak mau mematuhi aturan yang ada karena tidak memberlakukan
prinsip-prinsip transparansi atau keterbukaan, dalam arti, harus menceritakan secara jelas
tentang pelayanan yang diberikan kepada konsumen, baik pelayanan kesehatan maupun
pelayanan jasa lainnya yang diberikan. Dalam memberikan pelayanan wajib bagi pemberi
jasa untuk menginformasikan kepada konsumen secara lengkap dan komprehensif
semaksimal mungkin. Namun, penyalah artian malpraktek biasanya terjadi karena
ketidak samaan persepsi tentang malpraktek. Guwandi (1994) mendefinisikan malpraktik
sebagai kelalaian dari seorang dokter atau perawat untuk menerapkan tingkat
keterampilan dan pengetahuannya di dalam memberikan pelayanah pengobatan dan
perawatan terhadap seorang pasien yang lazim diterapkan dalam mengobati dan merawat
orang sakit atau terluka di lingkungan wilayah yang sama..
Dalam undang-undang yang berkaitan dengan kesehatan baik Undang-Undang Nomor 29
Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, maupun
UndangUndang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen tidak ada satu
katapun yang Mengatur atau yang menjelaskan tentang pengertian malpraktek. Ketentuan
perbuatan pidana terhadap kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan dokter Yang
menyebabkan kematian pada pasien terdapat dalam Pasal 359 Jis. Pasal 361 KUHP, Pasal
55 ayat (1) ke-1 KUHP Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Peraturan Hukum
Pidana
B. Saran
Melaksakan suatu tindakan medis perlunya suatu kehati-hatian dan perhatian khusus
jangan sampai terjadinya kealfaan ataupun kelalaian yang bisa menyebabkan suatu
tindakan malpraktek yang merugikan pasien dan berujungkan suatu pertanggung
jawaban pidana yang harus dihadapi bagi dokter maupun tenaga medis lainya.
Masyarakat sebagai objek suatu tindakan medis harus sadar hukum dan peka
terhadapat permasalahan hukum yang terjadi disekitar ataupun yang dialaminya
terkhusus disini terhadap permasalahan malpraktek medis yang harus dipertanggung
jawabkan oleh dokter maupun tenaga medis Lainnya apabila terdapat suatu kerugian
yang disebabkan oleh dokter ataupun tenaga medis tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/11042415/kasus_malpraktek_di_pamekasan_madura
https://core.ac.uk/download/pdf/298091272.pdf
https://adoc.pub/makalah-diajukan-untuk-memenuhi-tugas-mata-kuliah-etika-kepe.html
Amir, Amri. 1997. Bunga Rampai Hukum Kesehatan. Jakarta: Widya Medika
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta: Renika Cipta.
http://r2kn.litbang.kemkes.go.id:8080/handle/123456789/77582
https://ppni-inna.org/doc/ADART/KODE_ETIK_KEPERAWATAN_INDONESIA.pdf
http://repository.unimus.ac.id/2578/5/Bab%202%20pdf.pdf