Anda di halaman 1dari 4

Nama : Jelita Rahmadani Fais

NIM : 2021111015

Perubahan Sistem Kardiovaskuler pada Lanjut Usia

Menua (Aging) adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki
atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya. Proses ini
berlangsung terus-menerus sepanjang hidup seseorang. Tidak seperti kondisi patologis, setiap
manusia pasti akan mengalami proses menua. Aging sudah terprogram dalam genetik
masing-masing individual, tapi faktor eksternal sangat berperan dalam memodifikasi proses
ini, sehingga proses menua-pun berlangsung dengan tingkat kecepatan yang berbeda pada
tiap orang. Hal inilah yang menjelaskan mengapa beberapa orang dapat tampak lebih
tua/muda dari usia kronologisnya. Status kondisi fisik dan aktivitas seseorang dapat secara
radikal mempengaruhi fungsi kardiovaskular saat dia tua.

Menua secara fisiologis ditandai dengan semakin menghilangnya fungsi dari banyak organ
tubuh. Bersamaan dengan itu meningkat pula insiden penyakit seperti coronary arterial
disease (CAD), penyakit-penyakit serebrovaskular, penyakit ginjal dan paru. Hal ini akan
menyebabkan semakin cepatnya tubuh kehilangan fungsi-fungsi organnya.

Seiring dengan meningkatnya angka harapan hidup dapat kita perkirakan juga akan adanya
peningkatan pada prevalensi-prevalensi penyakit yang terjadi pada orang tua. Penyakit
jantung pada orang tua merupakan masalah global yang sampai saat ini masih menjadi salah
satu prioritas utama. Hal ini dikarenakan penyakit jantung adalah merupakan penyebab
terbesar mortalitas, morbiditas dan disabilitas pada orang tua.

● Perubahan Fisiologis Jantung Akibat Penuaan

Proses menua akan menyebabkan perubahan pada sistem kardiovaskular. Hal ini pada
akhirnya juga akan menyebabkan perubahan pada fisiologi jantung. Perubahan fisiologi
jantung ini harus kita bedakan dari efek patologis yang terjadi karena penyakit lain, seperti
pada penyakit coronary arterial disease yang juga sering terjadi dengan meningkatnya umur.

Ada sebuah masalah besar dalam mengukur dampak menua terhadap fisiologi jantung, yaitu
mengenai masalah penyakit laten yang terdapat pada lansia. Hal ini dapat dilihat dari
prevalensi penyakit CAD pada hasil autopsi, di mana ditemukan lebih dari 60% pasien
meninggal yang berumur 60 tahun atau lebih, mengalami 75% oklusi atau lebih besar, pada
setidaknya satu arteri koronaria. Sedangkan pada hasil pendataan lain tercatat hanya sekitar
20% pasien berumur >80 tahun yang secara klinis mempunyai manifestasi CAD. Jelas hal ini
menggambarkan bahwa pada sebagian lansia, penyakit CAD adalah asimptomatik.

Hal ini sangat menyulitkan bagi kita dalam mengadakan penelitian mengenai efek fisiologis
menua pada jantung. Kita harus terlebih dahulu menyingkirkan kemungkinan penyakit lain
seperti CAD pada sekelompok lansia yang sepertinya sehat. Akan tetapi, tidak semua
penelitian dilakukan dengan terlebih dahulu menyingkirkan penyakit laten yang mungkin
terdapat. Hal inilah yang sering menyebabkan terdapatnya perbedaan dalam hasil pendataan
pada sejumlah penelitian.

● Perubahan-perubahan yang terjadi pada Jantung :


• Pada miokardium terjadi brown atrophy disertai akumulasi lipofusin (aging pigment)
pada serat-serat miokardium.
• Terdapat fibrosis dan kalsifikasi dari jaringan fibrosa yang menjadi rangka dari
jantung. Selain itu pada katup juga terjadi kalsifikasi dan perubahan sirkumferens menjadi
lebih besar sehingga katup menebal. Bising jantung (murmur) yang disebabkan dari kekakuan
katup sering ditemukan pada lansia.
• Terdapat penurunan daya kerja dari nodus sino-atrial yang merupakan pengatur irama
jantung. Sel-sel dari nodus SA juga akan berkurang sebanyak 50%-75% sejak manusia
berusia 50 tahun. Jumlah sel dari nodus AV tidak berkurang, tapi akan terjadi fibrosis.
Sedangkan pada berkas His juga akan ditemukan kehilangan pada tingkat selular. Perubahan
ini akan mengakibatkan penurunan denyut jantung.
• Terjadi penebalan dari dinding jantung, terutama pada ventrikel kiri. Ini menyebabkan
jumlah darah yang dapat ditampung menjadi lebih sedikit walaupun terdapat pembesaran
jantung secara keseluruhan. Pengisian darah ke jantung juga melambat.
• erjadi iskemia subendokardial dan fibrosis jaringan interstisial. Hal ini disebabkan
karena menurunnya perfusi jaringan akibat tekanan diastolik menurun.

● Perubahan-perubahan yang terjadi pada Pembuluh darah :


• Hilangnya elastisitas dari aorta dan arteri-arteri besar lainnya. Ini menyebabkan
meningkatnya resistensi ketika ventrikel kiri memompa sehingga tekanan sistolik dan
afterload meningkat. Keadaan ini akan berakhir dengan yang disebut “Isolated aortic
incompetence”. Selain itu akan terjadi juga penurunan dalam tekanan diastolik.
• Menurunnya respons jantung terhadap stimulasi reseptor ß-adrenergik. Selain itu
reaksi terhadap perubahan-perubahan baroreseptor dan kemoreseptor juga menurun.
Perubahan respons terhadap baroreseptor dapat menjelaskan terjadinya Hipotensi Ortostatik
pada lansia.
• Dinding kapiler menebal sehingga pertukaran nutrisi dan pembuangan melambat.

● Perubahan-perubahan yang terjadi pada Darah :


• Terdapat penurunan dari Total Body Water sehingga volume darah pun menurun.
• Jumlah Sel Darah Merah (Hemoglobin dan Hematokrit) menurun. Juga terjadi
penurunan jumlah Leukosit yang sangat penting untuk menjaga imunitas tubuh. Hal ini
menyebabkan resistensi tubuh terhadap infeksi menurun.
Perubahan Sistem Endokrin pada Lanjut Usia

Perubahan yang terjadi pada sistem endokrin lansia meliputi: produksi semua
hormon turun, aktivitas tiroid, BMR (basal metabolic rate), dan daya pertukaran zat menurun.
Produksi aldosteron menurun, Sekresi hormon kelamin, misalnya progesterone, estrogen, dan
testoteron menurun. Sistem endokrin terdiri dari hipofisis, hipotalamus, tiroid, paratiroid,
pankreas, adrenal, ovarium, dan testis. Sistem endokrin tidak semudah seperti sistem tubuh
yang lain. Ketika membahas ketidakseimbangan sistem endokrin, seringkali adanya variasi
yaitu meningkat atau menurun (misalnya, hipertiroidisme dengan hipotiroidisme) (Nugroho,
2021).

1. Kelenjar Hipofisis
Kalenjer hipofisis merupakan salah satu homeostasis sistem endokrin, adalah
fungsi neuroendokrin yang berpengaruh terhadap sistem saraf otonomi sehingga
dapat memelihara homeostasis tekanan darah, denyut jantung, suhu tubuh dan
perilaku konsumsi dan emosi.

2. Kelenjar Hipotalamus
Hipotalamus adalah bagian dari otak yang terdiri dari sejumlah nukleus dengan
berbagai fungsi yang sangat peka terhadap steroid dan glukokortikoid, glukosa dan
suhu. Salah satu di antara fungsi hipotalamus yang paling penting karena terhubung
dengan sistem saraf.

3. Kelenjar Tiroid
Tiroid merupakan gangguan pada kelenjer tiroid yang terletak dibagian leher
tepatnya dibawah jakun. Tiroid pada usia lanjut merupakan kondisi defisiensi
hormon yang banyak terjadi, namun tidak terdiagnosis dengan baik karena gejala
yang tidak spesifik, sering diabaikan dan dianggap sebagai bagian dari proses penuaan.

4. Kelenjar Paratiroid
Kelenjer paratiroid menempel pada bagian anterior dan posterior kedua lobus
kelenjar tiroid oleh karenanya kalenjar paratiroid berjumlah empat buah. Kelenjar
ini terdiri dari dua jenis sel yaitu chief cell dan oxyphill cell

5. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama
yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormone penting seperti
insulin yang dihasil sel beta, GHS yang dihasilkan sel epsilon, GHIH yang
dihasilkan sel delta. Pankreas juga berfungsi sebagai organ endokrin dan eksokrin.

6. Kelenjar Adrenal
Kelenjar ini berbentuk bola, menempel pada bagian atas ginjal. Pada setiap
ginjal terdapat satu kelenjar adrenal yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian
luar (konteks) dan bagian tengah (medulla). Kelenjar bagian konteks menghasilkan
hormon kortison yang terdiri atas mineralokortikiod yang membantu metabolisme
garam natrium dan kalium serta menjaga keseimbangan hormone seks. Kelenjar
bagian medulla menghasilkan hormon adrenalin dan hormone noradrenalin
(Amorita, 2016).
7. Ovarium
Ovarium adalah kelenjar kelamin pada wanita dengan dua buah ovarium yang
berfungsi memproduksi sel telur dan mengeluarkan hormone.

8. Testis
Testis adalah kelenjar kelamin pada laki-laki yang mempunyai dua testis yang
dibungkus dengan skrotum. Testis mempunyai dua fungsi yaitu sebagai organ
endokrin dan organ reproduksi. Menghasilkan hormon testosterone dan estradiol
dibawah pengaruh LH (Manurung, 2017).

Perubahan sistem endokrin pada lansia adalah terjadi penurunan produksi hormon, terjadi
penurunan dalam mendeteksi stres, penurunan kadar estrogen dan progesteron, aldosteron
menurun sebanyak 50%, penurunan laju sekresi kortisol sebanyak 25%, dan kadar glukosa
darah akan meningkat. Salah satu penyakit yang diakibatkan oleh terganggunya sistem
endokrin adalah penyakit kencing manis atau Diabetes Melitus. Perubahan fisiologis yang
terjadi pada lansia, menyebabkan fungsi berbagai organ tubuhnya mengalami penurunan.
Penurunan fungsi fisiologis pada sistem endokrin, gaya hidup yang tidak sehat pada lansia
berpotensi menimbulkan penyakit diabetes mellitus tipe 2 (Setiyorini & Wulandari 2017).

Anda mungkin juga menyukai