PRODI KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI PKP DKI JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas seluruh
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Asuhan
Keperawatan Keputusasaan “.
Makalah ini disusun oleh memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa I.
Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, Untuk itu kami berterima kasih juga untuk pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih belum sempurna dan masih
banyak kekurangannya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran teman – teman untuk
kesempurnaan makalah ini sehingga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................................................2
A. Tujuan Umum.............................................................................................................
B. Tujuan Khusus............................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI................................................................................................
A. Pengertian Keputusasaan................................................................................................3
B. Rentang Respon Keputusasaan.......................................................................................4
C. Etiologi Kepetusasaan.....................................................................................................5
D. Proses Terjadinya Masalah Keputusaan
E. Manifestasi Klinis Keputusaan
F. Faktor Penyebab..............................................................................................................
G. Tanda dan Gejala
H. Akibat Keputusaan
I. Pencegah
J. Pelaksanaan Medis
BAB III KASUS..................................................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keputusasaan merupakan penyataan subjektif dimana individu memandang adanya
keterbatasan, tidak ada jalan ataupun pilihan yang bisa dipilih, serta tidak mampu
menyelesaikan masalah secara mandiri, dengan tanda – tanda antara lain pola tidur yang tidak
efektif, tidak berekspresif, penurunan kontak mata, nafsu makan berkurang, menjaga jarak
dengan lawan bicaranya, kepasifan, mengangkat bahu sebagai respon bicara, mengungkapan
“tidak bisa”, serta sering mengeluh (Herdman, (2018).
Keputusasaan menggambarkan individu yang tidak melihat adanya kemungkinan untuk
memperbaiki hidupnya dan bersih keras mengatakan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat
membantunya. Keputusasaan berbeda dengan ketidakberdayaan, orang yang putus asa tidak
melihat adanya solusi untuk permasalahannya atau tidak menemukan cara untuk mencapai
apa yang diinginkannya. Sebaliknya orang yang tidak berdaya masih dapat menemukan
alternatif atau untuk masalah tersebut, tetapi tidak mampu melakukan sesuatu untuk
mewujudkannya karena kurangnya kontrol dan sumber yang tersedia.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Keputusasaan
Keputusasaan adalah situasi emosional dimana seseorang memandang adanya
keterbatasan atau tidak tersedianya alternatif pemecahan pada masalah yang di hadapi
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Keputusasaan yaitu kondisi subyektif dimana
individu melihat keterbatasan atau tidak adanya alternatif sebagai penyelesaian masalah
dan ketidakmampuan memobilisasi energi demi kepentingannya sendiri (Herdman,
(2018).
Keputusasaan adalah
keadaan emosional ketika
individu merasa bahwa
kehidupannya terlalu berat
untuk dijalani ( dengan kata
lain mustahil ). Seseorang
yang tidak memiliki harapan
tidak melihat adanya
kemungkinan untuk
memperbaiki
kehidupannya dan tidak
menemukan solusi untuk
permasalahannya, dan ia
percaya
bahwa baik dirinya atau
siapapun tidak akan bisa
membantunya
Keputusasaan adalah
keadaan emosional ketika
individu merasa bahwa
kehidupannya terlalu berat
untuk dijalani ( dengan kata
lain mustahil ). Seseorang
yang tidak memiliki harapan
tidak melihat adanya
kemungkinan untuk
memperbaiki
kehidupannya dan tidak
menemukan solusi untuk
permasalahannya, dan ia
percaya
bahwa baik dirinya atau
siapapun tidak akan bisa
membantunya
Keputusasaan adalah
keadaan emosional ketika
individu merasa bahwa
kehidupannya terlalu berat
untuk dijalani ( dengan kata
lain mustahil ). Seseorang
yang tidak memiliki harapan
tidak melihat adanya
kemungkinan untuk
memperbaiki
kehidupannya dan tidak
menemukan solusi untuk
permasalahannya, dan ia
percaya
bahwa baik dirinya atau
siapapun tidak akan bisa
membantunya
Keputusasaan adalah
keadaan emosional ketika
individu merasa bahwa
kehidupannya terlalu berat
untuk dijalani ( dengan kata
lain mustahil ). Seseorang
yang tidak memiliki harapan
tidak melihat adanya
kemungkinan untuk
memperbaiki
kehidupannya dan tidak
menemukan solusi untuk
permasalahannya, dan ia
percaya
bahwa baik dirinya atau
siapapun tidak akan bisa
membantunya
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Keputusasaan merupakan
keadaan subjektif seorang
individu yang melihat
keterbatasan atau tidak ada
alternatif atau pilhan pribadi
yang tersedia dan tidak dapat
memobilisasi energy yang
dimilikinya (NANDA, 2005).
Keputusasaan adalah
keadaan emosional ketika
individu merasa bahwa
kehidupannya terlalu berat
untuk dijalani ( dengan kata
lain mustahil ). Seseorang
yang tidak memiliki harapan
tidak melihat adanya
kemungkinan untuk
memperbaiki
kehidupannya dan tidak
menemukan solusi untuk
permasalahannya, dan ia
percaya
bahwa baik dirinya atau
siapapun tidak akan bisa
membantunya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Keputusasaan merupakan
keadaan subjektif seorang
individu yang melihat
keterbatasan atau tidak ada
alternatif atau pilhan pribadi
yang tersedia dan tidak dapat
memobilisasi energy yang
dimilikinya (NANDA, 2005).
Keputusasaan adalah
keadaan emosional ketika
individu merasa bahwa
kehidupannya terlalu berat
untuk dijalani ( dengan kata
lain mustahil ). Seseorang
yang tidak memiliki harapan
tidak melihat adanya
kemungkinan untuk
memperbaiki
kehidupannya dan tidak
menemukan solusi untuk
permasalahannya, dan ia
percaya
bahwa baik dirinya atau
siapapun tidak akan bisa
membantunya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Keputusasaan merupakan
keadaan subjektif seorang
individu yang melihat
keterbatasan atau tidak ada
alternatif atau pilhan pribadi
yang tersedia dan tidak dapat
memobilisasi energy yang
dimilikinya (NANDA, 2005).
Keputusasaan adalah
keadaan emosional ketika
individu merasa bahwa
kehidupannya terlalu berat
untuk dijalani ( dengan kata
lain mustahil ). Seseorang
yang tidak memiliki harapan
tidak melihat adanya
kemungkinan untuk
memperbaiki
kehidupannya dan tidak
menemukan solusi untuk
permasalahannya, dan ia
percaya
bahwa baik dirinya atau
siapapun tidak akan bisa
membantunya.
Keputusasaan merupakan keadaan emosional ketika individu merasa bahwa kehidupannya
terlalu berat untuk dijalani. Seseorang yang tidak memiliki harapan tidak melihat adanya
kemungkinan untuk memperbaiki kehidupannya dan tidak menemukan solusi untuk
permasalahannya, dan ia percaya bahwa dirinya atau siapapun tidak akan bisa membantunya.
Menurut ( Pharris, Resnick, dan Ablum, 1997 ), mengemukakan bahwa keputusasaan
merupakan kondisi yang dapat menguras energi.
Adaptif Maladaptif
Menurut (Stuart, 2013) menjelaskan rentang individu terhadap konsep diri antara respon
adaptif dan maladaptif. Rentang respon yang paling adaptif adalah respon emosional yaitu
tingkatan perasaann diri mengenai cara berperilaku, bisa diutarakan baik lisan ataupun tulisan
mengenai keadaan diri sendiri. Sedangkan rentang yang paling maladaptif adalah depresi
yaitu suasana hati yang terganggu atau perasaan sedih yang mendalam dan rasa tidak peduli.
C. Etiologi Keputusasaan
Faktor yang mempengaruhi keputusasaan menurut Stuart, (2007) yaitu faktor predisposisi
dan faktor presipitasi, faktor predisposisi dalam kurun waktu itu lebih dari enam bulan,
sedangkan presipitasi kurang dari enam bulan :
Faktor predisposisi
1. Faktor Genetik : sikap optimisme terhadap masalah akan sulit
dikembangkan pada individu yang terlahir dan besar dalam keluarga
yang mempunyai riwayat depresi.
2. Kesehatan Mental : seseorang dengan gangguan kejiwaan terutama
pada riwayat depresi yang ditandai dengan ketidakberdayaan dan
pesimisme, akan selalu dibayangi masa depan yang suram, biasanya
sangat sensitif terhadap masalah dan sering merasa putus asa.
3. Kesehatan Jasmani : Individu dengan kondisi fisik yang sehat dan
gaya hidup yang baik akan memiliki kemampuan yang lebih tinggi
untuk mengatasi stres dibandingkan orang yang berpenyakit fisik.
4. Struktur Kepribadian : seseorang dengan konsep negatif dan harga
diri yang rendah akan menimbulkan rasa kepercayaaan diri yang
rendah dan tidak obyektif pada tekanan yang dihadapinya.
F. Faktor Penyebab
Rentan Respon
1. Respon Adaptif (Harapan)
- Yakin
- Percaya
- Inspirasi
- Tetap hati
- Anoreksia
- BB menurun
2. Emosinal
3. Individu memperlihatkan
4. Kognitif
H. Akibat Keputusaan
Akibat yang dapat ditimbulkan dari terjadinya
KeputusasaanKeputusasaan yaitu:
1. Stres
2. Depresi
3. Galau
4. Sakit
5. Pola hidup yang tidak teratur
6. Letih,lesu, lemah: disebabkan karena faktor psikis
7. Hilang kesempatan yang ada, karena ketika kesempatan itu datang
ia sibuk dengan rasa putus asa yang ada
8. Trauma: tidak lagi memiliki keberanian dan kemampuan untuk
melakukan hal yang sama karena takut akan mengalami rasa
putus asa untuk yang kedua kalinya.
9. Gila: akibat jangka panjang yang umumnya terjadi pada sebagian
orang
10. Sakit: diawali dengan makna yang tidak teratur, tidur terlalu larut,
beban pikiran yang berlebihan
11. Kematian: beberapa mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri dan
tidak hanya karena sakit yang berkepanjangan namun juga karena
faktor psikis yang berlebihan
I. Pencegahan
Di bawah ini ada beberapa cara mencegah timbulnya keputusan yaitu:
1. Berbaik sangkakala kepada Allah, ingat bahwa setiap yang kita
alami ada hikmahnya. Semua ini hanyalah sebuah cobaan dan
bukti kecintaan Tuhan kepada kita.
2. Berpikir bahwa tidak ada kegagalan yang abadi, karena kita bisa
mengubahnya dengan berbuat hal-hal baru
3. Tetapkan tindakan kita dalam keadaan apapun kita tetap bisa
memilih tindakan atau mengubah kebiasaan lama dan mencari
jalan untuk mengatasi masalah yang tengah kita hadapi.
4. Bersikap lebih fleksibel, kehidupan tidak selalu seperti yang
diharapkan. Apabila kita dapat menyesuaikan diri dengan situasi
baru maka ketegangan kita akan berkurang.
5. Kembangkan tindakan yang kreatif tanyakan pada diri sendiri”
kesempatan apa bagi saya di sini? 0 jalan mana yang terbuka bagi
saya?”
6. Evaluasi setiap situasi. Pikirkan segala tindakan sebelum
bertindak agar bisa didapatkan pemecahan masalah yang baik
7. Lihat sisi positifnya. Kegagalan memang merupakan pengalaman
yang menyakitkan, tapi daripada memikirkan kerugian yang kita
alami, lebih baik fokuskan pada apa yang telah kita pelajari.
8. Bertanggung jawab, jangan salahkan orang lain jika gagal, tapi
perhatikan baik-baik masalahnya dan cobalah memahaminya.
Tanyakan pada diri sendiri bagaimana mengatasinya.
9. Pelihara selera humor dan tertawa memang tidak segera
memecahkan masalah, tetapi akan membantu kita melihat
masalah secara perspektif. Hal itu bagikan cahaya dalam
kegelapan.
10. Ingatlah bahwa kegagalan adalah guru yang paling berharga Kita
bisa belajar tentang bagaimana kita bisa gagal dan bagaimana kita
mengatasi sebuah kegagalan
J. Pelaksanaan Medis
1. Psikofarmaka
Terapi dengan obat-obatan sehingga dapat meminimalkan
gangguan keputusan
2. Psikoterapi
Psikoterapi adalah terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila
penderita telah diberikan terapi psikofarmaka dan telah mencapai
tahapan di mana kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih
dan pemahaman diri sudah baik. Psikoterapi ini bermacam-
macam bentuknya antara lain psikotropis suportif dimaksudkan
untuk memberikan dorongan, semangat dan motivasi agar
penderita tidak merasa putus asa dan semangat juangnya.
Psikoterapi Re-eduktif dimaksudkan untuk memberikan
pendidikan ulang yang maksudnya memperbaiki kesalahan
pendidikan di waktu lalu
Psikoterapi rekonstruktif dimaksudkan untuk memperbaiki
kembali kepribadian yang telah mengalami keretakan menjadi
kepribadian utuh seperti semula sebelum sakit
Psikologi kognitif , dimaksudkan untuk memulihkan kembali
fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat) rasional sehingga
penderita mampu membedakan nilai-nilai moral etika. Mana yang
baik dan buruk, mana yang boleh dan tidak.
Psikoterapi perilaku dimaksudkan untuk memulihkan gangguan
perilaku yang terganggu menjadi perilaku yang mampu
menyesuaikan diri,
Psikotropik keluarga dimaksudkan untuk memulihkan penderitaan
dan keluarganya.
3. Terapi Psikorelegius
Terapi keagamaan ternyata masih bermanfaat bagi penderita
gangguan jiwa. Dari penelitian didapatkan kenyataan secara
umum komitmen agama berhubungan dengan memanfaatkan di
bidang klinik. Terapi keagamaan ini berupa kegiatan ritual
keagamaan seperti sembahyang, berdoa, memanjatkan puji-pujian
kepada Tuhan, ceramah keagamaan, kajian kitab suci, dsb.
4. Rehabilitasi
Program rehabilitasi penting dilakukan sebagai persiapan
penempatan kembali ke keluarga dan masyarakat. Program ini
biasanya dilakukan di lembaga (institusi) rehabilitasi misalnya di
suatu rumah sakit jiwa. Dalam program rehabilitasi dilakukan
berbagai kegiatan antara lain: traffic kelompok, menjalankan
ibadah keagamaan bersama, kegiatan kesenian, terapi fisik berupa
olahraga, keterampilan, berbagai macam kursus, bercocok tanam,
rekreasi, dsb. Pada umumnya program rehabilitasi ini berlangsung
antara 3-6 bulan. Cara berkala dilakukan evaluasi paling sedikit
dua kali yaitu evaluasi sebelum penderita mengikuti program
rehabilitasi dan evaluasi pada saat ini penderita akan
dikembalikan ke keluarga dan kemasyarakatan.
BAB III
KASUS
Kasus Keputusasaan
Ibu H (53 thn), janda, memiliki bisnis online. Pendidikan S2. Agama Islam. Suku Jawa.
Tinggal bersama anak perempuan dan pembantunya. Klien dirawat di RS dengan keluhan
sesak nafas sejak 1 mg sebelum masuk RS, mual, penurunan nafsu makan hanya
menghabiskan kurang dari setengah piring makan.
Dx saat masuk RS adalah dispnea ec TB paru, DM tipe 2, post TB. Klien mengatakan tidak
dapat melakukan aktifitas secara normal sejak jatuh 2 tahun yang lalu yang menyebabkan
tidak dapat berjalan karena nyeri pada kakinya, sejak itu klien jarang berinteraksi dengan
tetangga dan tidak aktif dalam kegiatan masyarakat Klien mengatakan pasrah dengan
kondisinya dan ingin segera diambil nyawanya. Klien terlihat sering mengeluh tentang
penyakitnya, tampak selalu gelisah, sedih, sering menangis, dan kontak mata kurang. Klien
terlihat selalu curiga dengan tindakan yang akan dilakukan kepadanya, seperti menolak saat
akan dilakukan inhalasi. Klien sering menangis jika memikirkan kondisi anaknya kelat jika
dirinya meninggal. Klien mengatakan sulit tidur karena kepikiran dengan kondisi
penyakitnya. TTV dalam batas normal.
Hubungan klien dengan anak sangat dekat. Klien mengatakan tidak terlalu dekat dengan
tetangga karena jarang berinteraksi.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS KLIEN Tanggal Pengkajian: 20 Juni 2023
Inisial: Ny. A
Umur: 53 Tahun
II. ALASAN MASUK: keluhan sesak nafas sejak 1 mg sebelum masuk RS, mual,
penurunan nafsu makan hanya menghabiskan kurang dari setengah piring makan.
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram (Minimal 3 generasi) klien sbg generasi ke-3
2. Konsep Diri
a. Gambaran diri : Klien mengatakan tidak dapat melakukan aktifitas
secara normal sejak jatuh 2 tahun yang lalu yang menyebabkan tidak
dapat berjalan karena nyeri pada kakinya, sejak itu klien jarang
berinteraksi dengan tetangga dan tidak aktif dalam kegiatan
masyarakat Klien mengatakan pasrah dengan kondisinya dan ingin
segera diambil nyawanya.
b. Identitas : Posisi klien adalah seorang janda
c. Peran : Klien mengatakan bahwa ia adalah seorang ibu
d. Ideal diri : Klien sering menangis jika memikirkan kondisi anaknya
kelak jika dirinya meninggal
e. Harga diri : Harga diri kurang karena Klien merasa putus asa dan
terlihat sering mengeluh tentang penyakitnya, tampak selalu gelisah,
sedih, sering menangis, dan kontak mata kurang.
Masalah keperawatan : Keputusaan
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : Keluarga
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok : Kurang bersosialisasi
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : nyeri pada kaki
Masalah keperawatan:
Spiritual. : Kurang
Nilai dan Keyakinan : kurang
Kegiatan Ibadah : kurang
Masalah keperawatan: Keputusaaan
X. PENGETAHUAN KURANG
( ) Penyakit jiwa ( ) Sistem pendukung ( ) Faktor presipitasi ( ) Penyakit fisik ( )
Koping ( ) Obat-obatan
Jelaskan:
Masalah keperawatan: