Anda di halaman 1dari 25

KEPERAWATAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KEPUTUSASAAN

Oleh kelompok 3:
1.Salsabilla Putri Khairani (201211686)
2.Nursastri (201211675)
3.Muhammad Nur Ilhan (201211672)
4.Reni Larenza Putri (201211681)
5.Wella Yuliastri (201211697)
6.Aurely Radisti (2012117667)
7.Dela Arnelia (201211760)
8.windia osmiati (201211755)
9.Silvia Yurent (201211693)
10. Diana Intan Putri (201211659)
11.saznita (201211687)
12. Seria olandia (201211689)
13. Hanifa (201211664)

Dosen pengampu
Ns. Riska Ausrianti, M. Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKes MERCUBAKTIJAYA padang
2022

1
KEPUTUSASAAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN KEPUTUSASAAN" dengan tepat waktu.Makalah disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah keperawatan jiwa. Selain itu, asuhan keperawatan ini bertujuan
menambah ilmu pengetahuan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.Penulis mengucapkan
terima kasih kepada tuhan yang maha esa. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.Penulis menyadari asuhan
keperawatan ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun
diharapkan demi kesempurnaan asuhan keperawatan ini.

Padang, 06 juli 2022

penulis

2
KEPUTUSASAAN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN.................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah...................................................................................... 4

C. Tujuan ......................................................................................................... 5

BAB II .................................................................................................................... 6

TINJAUAN TEORI .............................................................................................. 6

A. Defenisi ........................................................................................................ 6

B. Faktor Penyebab ........................................................................................ 6

C. Tanda Dan Gejala ...................................................................................... 6

D. Penatalaksanaan Medis ............................................................................. 9

BAB III ................................................................................................................. 11

Asuhan Keperawatan ...................................................................................... 11

A. Kasus Terkait ............................................................................................... 11

B. Analisis Data ................................................................................................ 11

C. Intervensi Keperawan ................................................................................. 16

PENUTUP ............................................................................................................ 19

A. Kesimpulan ............................................................................................... 19

B. Saran ......................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 20

3
KEPUTUSASAAN
BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Keputusasaan mengggambarkan individu yang tidak melihat adanya kemungkinan untuk


memperbaiki hidupnya dan bersih keras mengatakan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat
membantunya. Keputusasaan berbeda dengan ketidakberdayaan , orang yang putus asa tidak
melihat adanya solusi untuk permasalahannya atau tidak menemukan cara untuk mencapai
apa yang diinginkannya. Sebalikkya orang yang tidak berdaya masih dapat menemukan
alternatif atau untuk masalah tersebut, tetapi tidak mampu melakukan sesuatu untuk
mewujudkannya karena kurangnya kontrol dan sumber yang tersedia.Perasaan tidak berdaya
yang tidak kunjung hilang dapat menimbulkan keputusasaan. Keputusasaan biasanya terkait
dengan duka cita, depresi, dan keinginan untuk bunuh diri. Untuk individu dengan resiko
bunuh diri perawat juga harus menngunakan resiko bunuh diri.

Setiap orang pernah mengalami keputusasaan dalam hidupnya. Hal ini muncul dalam
berbagai bentuk dan merupakan sejenis perasaan yang lebih sering dan lebih umum dirasakan
daripada dilaporkan. Keputusasaan sering terlihat pada mereka yang cenderung kaku dan
tidak fleksibel baik dalam pikiran , perasaan maupun perilaku. Keputusasaan adalah keadaan
dimana seseorang atau individu tidak mampu memandang kehidupan ke arah yang lebih baik
dan cenderung putusasa akan segala kemampuannya, dan kebanyakan Ungkapan klien
mengarah ke situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa hampa.

Dari semua cobaan dan kesulitan yang kita alami di dalam hidup, mungkin yang paling
berbahaya ialah keputusasaan. Terkadang pengalaman keputusasaan ini dinamakan malam
yang gelap dalam jiwa kita. Bila mengalami keputusasaan kita seperti merasa bahwa semua
jenis terang sirnah dan pergi, lalu kita sendiri sedang berdiri di dalam kegelapan. Barangkali
dapat menjadi satu penghiburan kecil kalau masing-masing dari kita menyadari dan
mengakui bahwa setiap orang mengalami keputusasaan pada waktu dan tempat tertentu di
dalam hidup, tanpa kecuali.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Keputusasaan?

2. Apa penyebab keputusasaan?

3.apa tanda dan gejala pada pasien dengan keputusasaan ?

4.bagaimana penatalaksanaan medis pada pasien dengan konsep keputusasaan?

5.apa asuhan keperawatan pada pasien keputusasaan ?

4
KEPUTUSASAAN
B. Tujuan

Tujuan umum :

Mahasiswa keperawatan mampu memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien


dengan konsep keputusasaan.

Tujuan khusus :

1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian keputusasaan.


2. Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab keputusasaan.
3. Mahasiswa mampu menyebutkan tanda dan gejala yang ada pada pasien dengan
keputusasaan
4. Mahasiswa mampu menyebutkan penatalaksanaan medis pada pasien dengan konsep
keputusasaan.
5. Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan konsep
keputusasaan.

5
KEPUTUSASAAN
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang melihat keterbatasan


atau tidak ada alternatif atau pilhan pribadi yang tersedia dan tidak dapat memobilisasi
energy yang dimilikinya (NANDA, 2005).Keputusasaan adalah keadaan emosional ketika
individu merasa bahwa kehidupannya terlalu berat untuk dijalani ( dengan kata lain mustahil
). Seseorang yang tidak memiliki harapan tidak melihat adanya kemungkinan untuk
memperbaiki kehidupannya dan tidak menemukan solusi untuk permasalahannya, dan ia
percaya bahwa baik dirinya atau siapapun tidak akan bisa membantunya.

Keputusasaan berkaitan dengan kehilangan harapan, ketidakmampuan, keraguan,


duka cita , apati , kesedihan , depresi , dan bunuh diri. ( Cotton dan Range, 1996 ) Menurut
(Pharris, Resnick ,dan ABlum, 1997),mengemukakan bahwa keputusasaan merupakan
kondisi yang dapat menguras energi. merupakan status emosional yang berkepanjangan dan
bersifat subyektif yang muncul saat individu tidak melihat adanya alternatif lain atau pilihan
pribadi untuk mengatasi masalah yang muncul atau untuk mencapai apa yang diiginkan serta
tidak dapat mengerahkan energinya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan . (carpenito, 563).

B. Faktor penyebab
Beberapa faktor penyebab orang mengalami keputusasaan yaitu :
a. Faktor kehilangan
b. Kegagalan yang terus menerus
c. Faktor Lingkungan
d. Orang terdekat ( keluarga )
e. Status kesehatan ( penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa)
f. Adanya tekanan hidup
g. Kurangnya iman

C. Tanda dan gejala


a. Mayor ( harus ada)

6
KEPUTUSASAAN
Mengungkapkan atau mengekspresikan sikap apatis yang mendalam , berlebihan,
dan berkepanjangan dalam merespon situasi yang dirasakan sebagai hal yang
mustahil isyarat verbal tentang kesedihan.
1) Fisiologis :
 respon terhadap stimulus melambat
 tidak ada energi
 tidur bertambah
2) emosional :
 individu yang putus asa sering sekali kesulitan mengungkapkan
perasaannya tapi dapat merasakan
 tidak mampu memperoleh nasib baik, keberuntungan dan
pertolongan tuhan
 tidak memiliki makna atau tujuan dalam hidup
 hampa dan letih
 perasaan kehilangan dan tidak memiliki apa-apa
 tidak berdaya,tidak mampu dan terperangkap.
3) Individu memperlihatkan :
 Sikap pasif dan kurangnya keterlibatan dalam perawatan
 Penurunan verbalisasi
 Penurunan afek
 Kurangnya ambisi,inisiatif,serta minat.
 Ketidakmampuan mencapai sesuatu
 Hubungan interpersonal yang terganggu
 Proses pikir yang lambat
 Kurangnya tanggung jawab terhadap keputusan dan
kehidupannya sendiri.
4) Kognitif :
 Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah dan
kemampuan membuat keputusan
 Mengurusi masalah yang telah lalu dan yang akan datang
bukan masalah yang dihadapi saat ini
 Penurunan fleksibilitas dalam proses pikir
 Kaku ( memikirkan semuanya atau tidak sama sekali )

7
KEPUTUSASAAN
 Tidak punya kemampuan berimagenasi atau berharap
 Tidak dapat mengidentifikasi atau mencapai target dan tujuan
yang ditetapkan
 Tidak dapat membuat perencanaan, mengatur serta membuat
keputusan
 Tidak dapat mengenali sumber harapan
 Adanya pikiran untuk membunuh diri.

b. Minor ( mungkin ada )


1. Fisiologis
 Anoreksia
 BB menurun
2. Emosional
 Individu marasa putus asa terhadap diri sendiri dan orang lain
 Merasa berada diujung tanduk
 Tegang
 Muak ( merasa ia tidak bisa)
 Kehilangan kepuasan terhadap peran dan hubungan yang ia
jalani
 Rapuh

3. Individu memperlihatkan
 Kontak mata yang kurang mengalihkan pandangan dari
pembicara
 Penurunan motivasi
 Keluh kesah
 Kemunduran
 Sikap pasrah
 Depresi

4. Kognitif

8
KEPUTUSASAAN
Penuruna kemampuan untuk menyatukan informasi yang diterima

 Hilangnya persepsi waktu tentang mas lalu , masa sekarang ,


masa datang
 Bingung
 Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif
 Distorsi proses pikir dan asosiasi
 Penilaian yang tidak logis

D. Penatalaksaan medis

1.Psikofarmaka

Terapi dengan obat-obatan sehingga dapat meminimalkan gangguan keputusasaan.

2.Psikoterapi

Adalah terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah diberikan terapi
psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana kemampuan menilai realitas sudah
kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikoterapi ini bermacam-macam bentuknya
antara lain psikoterapi suportif dimaksudkan untuk memberikan dorongan, semangat dan
motivasi agar penderita tidak merasa putus asa dan semangat juangnya.Psikoterapi Re-eduktif
dimaksudkan untuk memberikan pendidikan ulang yang maksudnya memperbaiki kesalahan
pendidikan di waktu lalu, psikoterapi rekonstruktif dimaksudkan untuk memperbaiki kembali
kepribadian yang telah mengalami keretakan menjadi kepribadian utuh seperti semula
sebelum sakit, psikologi kognitif, dimaksudkan untuk memulihkan kembali fungsi kognitif
(daya pikir dan daya ingat) rasional sehingga penderita mampu membedakan nilai- nilai
moral etika. Mana yang baik dan buruk, mana yang boleh dan tidak, dsbnya.Psikoterapi
perilaku dimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku yang terganggu menjadi
perilaku yang mampu menyesuaikan diri, psikoterapi keluarga dimaksudkan untuk
memulihkan penderita dan keluarganya.

3.Terapi Psikososial

Dengan terapi ini dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi dengan
lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak tergantung pada orang
lain sehingga tidak menjadi beban keluarga. Penderita selama menjalani terapi psikososial ini
hendaknya masih tetap mengkonsumsi obat psikofarmaka.

4.Terapi Psikoreligius

9
KEPUTUSASAAN
Terapi keagamaan ternyata masih bermanfaat bagi penderita gangguan jiwa. Dari penelitian
didapatkan kenyataan secara umum komitmen agama berhubungan dengan manfaatnya di
bidang klinik. Terapi keagamaan ini berupa kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang,
berdoa, mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan, ceramah keagamaan, kajian kitab suci dsb.

5.Rehabilitasi

Program rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan penempatan kembali kekeluarga dan
masyarakat. Program ini biasanya dilakukan di lembaga (institusi) rehabilitasi misalnya di
suatu rumah sakit jiwa. Dalam program rehabilitasi dilakukan berbagai kegiatan antara lain;
terapi kelompok, menjalankan ibadah keagamaan bersama, kegiatan kesenian, terapi fisik
berupa olah raga, keterampilan, berbagai macam kursus, bercocok tanam, rekreasi, dsbnya.
Pada umumnya program rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6 bulan. Secara berkala
dilakukan evaluasi paling sedikit dua kali yaitu evaluasi sebelum penderita mengikuti
program rehabilitasi dan evaluasi pada saat si penderita akan dikembalikan ke keluarga dan
ke masyarakat.

10
KEPUTUSASAAN
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kasus terkait

Ny. D usia 30 tahun datang ke RSU SYAMSUDIN SH pada tanggal 19 november 2011,
dengan wajah pasien tampak pucat, penampilan tampak lusuh dan tidak terawat, saat ditanya
pasien hanya diam dengan tatapan kosong. keluarga yang mengantarkan mengatakan bahwa
sudah satu bulan lebih sejak pasien ditinggal oleh tunangannya pergi dengan wanita
lain,pasien hanya mengurung diri dikamar, tidak mau bersosialisasi dengan lingkungan
terlebih dengan keluarga. keluarga juga mengatakan bahwa sebelumnya pasien pernah gagal
dalam berumah tangga (bercerai) sekitar 1 tahun yang lalu dengan alasan yang sama,dan
sejak gagal untuk yang ke-2 kalinya pasien putus asa dan tidak mau mengenal laki – laki
lagi,pasien juga pernah mencoba untuk mengakhiri hidupnya.saat dilakukan pengkajian oleh
perawat didapatkan hasil TB =160 cm, BB =58 kg

Pengkajian

Nama Perawat : Perawat 5

Tanggal Pengkajian : 19 november

Jam Pengkajian : 14.00

Biodata :

Pasien
Nama :Ny.D

No.Register :098765

Agama : islam

Pendidikan : Smu

Status Pernikahan : Bercerai

Umur : 30 thn

11
KEPUTUSASAAN
Alamat : Nologaten 23 A

Diagnosa Medis : Isos, RBD,Defisit perawatan diri

Penanggung Jawab

Nama : Murtiyah

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Pedagang

Status Pernikahan : Menikah

Alamat : Nanggeleng

Hubungan dengan pasien : Kakak pasien

1. Keluhan utama :
1. Alasan Masuk :
Pasien dibawa ke rumah sakit karena pasien selalu mengurung diri di kamar,
tidak mau bersosialisasi dan ada keinginan untuk mengakhiri hidupnya.
2. Faktor Predisposisi dan Presipitasi
a. Faktor predisposisi : pasien merupakan orang yang tertutup
b. Faktor presipitasi :pasien putus asa dengna keadaannya yang
selalu mengalami kegagalan dalam menjalin suatu hubungan
3. Fisik

Kepala : rambut pasien kusut, kulit kepala kotor tidak terdapat lesi, tidak tampak hematom,
tidak terdapat nyeri tekan.

Mata : mata pasien tidak konjungtivitis, sayu, tidak terdapat edema, terdapat lingkaran hitam
di kelopak mata bawah.

12
KEPUTUSASAAN
Hidung : simetris, tidak terdapat lesi, tidak ada gangguan penciuman

Telinga : telinga pasien simetris, tampak kotor, tidak ada gangguan pendengaran

Mulut : mukosa bibir klien kering, tidak terdapat stomatitis, gigi pasien kurang bersih

Ekstremitas atas ka/ki : tonus otot kuat

4. Psikososial
Saat dirumah pasien banyak tinggal di rumah,hanya mengurung diri dikamar, jarang
melakukan aktivitas di luar rumah, bahkan pasien malas bekerja.
5. Genogram

Keterangan :

: Perempuan.

: Laki – laki.

: Garis keturunan.

: Tinggal dalam satu rumah.

: Hubungan pernikahan.

: pasien 30 tahun

x : Meninggal

Klien berusia 30 tahun, klien tinggal satu rumah dengan ayah dan
ibunya.

13
KEPUTUSASAAN
6. Konsep diri
a. Gambaran diri atau citra tubuh:pasien memandang dirinya adalah seorang wanita
yang kurang beruntung
b. Identitas diri :pasien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang wanita
c. Peran diri : pasien mengatakan bahwa dirinya dulunya adalah seorang istri
d. Ideal diri : pasien mengatakan bahwa lebih baik dia tidak mengenal laki-laki lagi
e. Harga diri : Pasien mengatakan dirinya tidak berguna lagi,dan putus asa.

7. Hubungan sosial

Sebelum bercerai dan dibawa ke rumah sakit pasien adalah sosok yang tidak mudah
putus asa, pasien adalah seorang istri yang sangat menyayangi keluarganya, pasien
menganggap keluarganya sangat berarti baginya. Hubungan sosial pasien dengan
lingkungannya sangat baik, tetapi setelah ditinggal oleh tunanganya untuk yang ke 2 kalinya
pasien merasa seperti sendiri sehingga hanya mengurung diri dikamar.

8. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : pasien menganut agama Islam.
b. Kegiatan ibadah : dulu pasien merupakan sosok yang rajin beribadah

9. Status Mental
a. Penampilan : Penampilan pasien kuang rapi, tidak terurus, tampak
lelah dan putus asa
b. Pembicaraan : pasien sering tidak focus dan melamun dengan tatapan
kosong
10. Aktivitas motorik
a. Hipomotorik : Pasien terlihat diam tidak banyak melakukan aktivitas
b. Hipermotorik : Tidak ada aktivitas hipermotorik yang dilakukan oleh pasien
c. TIK : Tidak nampak TIK pada diri pasien
d. Agitasi : pasien nampak benci dan marah karena kegagalannya dalam
menjalin suatu hubungan.

14
KEPUTUSASAAN
e. Grimaseren : Pasien tidak menunjukkan gerakan-gerakan yang tidak
disadari olehnya.
f. Tremor : pasien tidak menunjukkan adanya tremor
g. Kompulsif : pasien tidak menunjukkan kompulsif yang dilakukan
11. Alam perasaan : Pasien mengatakan sering gelisah memikikan kegagalan
dalam menjalin suatu hubungan, bingung dan selalu
memikirkan masa lalu yang pernah di alaminya.
12. Afek

Pasien menunjukkan ekspresi yang sesuai

13. Interaksi selama wawancara : Selama dilakukan wawancara pasien terlihat banyak
melamun dan kurang memperhatikan. pasien sering diam dengan tatapan kosong
apabila ditanya tentang masalahnya.
14. Persepsi : pasien merasa bahwa kejadian yang menimpa dirinya merupakan kesalahan
dirinya.
15. Proses pikir
Saat dilakukan pengkajian pasien berbicara sesuai dengan parasaannya dan apa yang
dirasakannya.
a. Isi pikir
1) Obsesi : tidak tampak adanya keinginan yang diulang-ulang oleh pasien
2) Phobia : pasien merasa takut akan gagal dalam suatu hubungan sehingga
pasien merasa putus asa
3) Waham : pasien tidak mengalami waham.
16. Tingkat kesadaran dan orientasi
a. Kesadaran pasien : kesadaran pasien composmetis
b. Orientasi terhadap waktu, tempat, orang : orientasi pasien baik terhadap waktu,
tempat dan orang
17. Memori
Pasien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka panjang, jangka pendek dan saat
ini
18. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Saat dilakukan pengkajian klien kurang konsentrasi.
19. Daya tilik diri : pasien melihat dirinya adalah orang yang belum beruntung sehingga
selalu gagal dalam suatu hubungan

15
KEPUTUSASAAN
20. Diagnosa medis: keputusasan
21. Program terapi obat yang diberikan : pasien diberikan obat-obat penenang ( diazepam
2mg 3x24 jam,anti depresan,halopenidol dll)

B. Analisa data
ANALISA DATA
No. Data Problem Etiologi

1. Ds : keluarga yang mengantarkan Resiko bunuh diri Masalah social


mengatakan bahwa pasien pernah
mencoba untuk mengakhiri hidupnya
Do. : saat dilakukan wawancara
pasien hanya diam dengan tatapan
kosong

2. Ds :keluarga mengatakan pasien Isolasi sosial Ketidakadekuatan


hanya mengurung diri di kamar,tidak sumber daya
mau berinteraksi dengan lingkungan personal ( mis.
terlebih dengan keluarga Berduka,
Do : pasien tampak menarik diri dari pengendalian diri
perawat dan orang-orang yang buruk)
berusaha mendekati pasien

3. Ds : - Defisit parawatan Gangguan


Do : wajah pasien tampak diri psikologis
pucat,penampilan tampak lusuh dan
tidak terawat

16
KEPUTUSASAAN
C. intervensi keperawatan

1. Resiko bunuh diri Control diri Pencegahan bunuh diri

Kriteria hasil: Observasi:

 Verbalisasi ancaman 1. Identifikasi gejala risiko


kepada orang lain.
bunuh diri (mis: gangguan
 Verbalisasi umpatan.
 Perilaku menyerang. mood, halusinasi, delusi, panic,
 Perlikaku melukai diri penyalahgunaan zat, kesedihan,
sendiri/orang lain. gangguan kepribadian)
 Perilaku merusak
lingkungan sekitar. 2. Identifikasi keinginan dan
 Perilaku agresif/amuk.
pikiran rencana untuk bunuh diri
 Suara keras.
 Bicara ketus. 3. Monitor lingkungan bebas
bahaya secara rutin (mis: barang
pribadi, pisau cukur, jendela)

4. Monitor adanya perubahan


mood atau perilaku

Terapeutik:

1. Libatkan dalam perencanaan


perawatan mandiri

2. Libatkan keluarga dalam


perencanaan perawatan

3. Lakukan pendekatan langsung


dan tidak menghakimi saat
membahas bunuh diri

4. Berikan lingkungan dengan


pengamanan ketat dan mudah
dipantau (mis: tempat tidur
dekat ruangan perawat)

5. Tingkatkan pengawasan pada


kondisi tertentu (mis: rapat staff
& pergantian shift)

17
KEPUTUSASAAN
6. Lakukan intervensi
perlindungan (mis: pembatasan
area, pengekangan fisik) jika
perlu

7. Hindari diskusi berulang


tentang bunuh diri sebelumnya,
diskusi berorientasi pada masa
sekarang dan masa depan.

8. Diskusikan rencana

menghadapin ide bunuh diri di

masa depan

Edukasi:

1. Anjurkan mendiskusikan
perasaan yang dialami kepada
orang lain

2. Anjurkan menggunakan
sumber pendukung (mis:
layanan spiritual, penyedia
layanan)

3. Informasikan sumber daya


masyarakat dan program yang
tersedia

4. Latih pencegahan risiko

bunuh diri (mis: latihan asertif,


relaksasi otot progresif)

Kolaborasi:

1. Kolaborasi pemberian obat

anti antidepressant sesuai

indikasi.

2. Kalaborasi tindakan
keselamatan kepada PPA

3. Rujuk ke pelayanan kesehatan


mental, jika perlu

18
KEPUTUSASAAN
2. Isolasi social Keterlibatan social Terapi aktivitas

Kriteria hasil: Observasi:

 Minat interaksi 1. Identifikasi deficit tingkat


 Verbalisasi isolasi aktivitas
 Verbalisasi
ketidakamanan 2. Identifikasi kemampuan
ditempat umum berpartisipasi dalam aktivotas
 Perilaku menarik diri tertentu

3. Identifikasi sumber daya


untuk aktivitas yang diinginkan

4. Identifikasi strategi
meningkatkan partisipasi dalam
aktivitas

5. Identifikasi makna aktivitas


rutin (mis. bekerja) dan waktu
luang

6. Monitor respon emosional,


fisik, social, dan spiritual
terhadap aktivitas

Terapeutik:

1. Fasilitasi focus pada


kemampuan, bukan deficit yang
dialami

2. Sepakati komitmen untuk


meningkatkan frekuensi
danrentang aktivitas

3. Fasilitasi memilih aktivitas


dan tetapkan tujuan aktivitas
yang konsisten sesuai
kemampuan fisik, psikologis,
dan social

4. Koordinasikan pemilihan
aktivitas sesuai usia

5. Fasilitasi makna aktivitas


yang dipilih

19
KEPUTUSASAAN
6. Fasilitasi transportasi untuk
menghadiri aktivitas, jika sesuai

7. Fasilitasi pasien dan keluarga


dalam menyesuaikan lingkungan
untuk mengakomodasikan
aktivitas yang dipilih

8. Fasilitasi aktivitas fisik rutin


(mis. ambulansi, mobilisasi, dan
perawatan diri), sesuai
kebutuhan

9. Fasilitasi aktivitas pengganti


saat mengalami keterbatasan
waktu, energy, atau gerak

10. Fasilitasi akvitas motorik


kasar untuk pasien hiperaktif

11. Tingkatkan aktivitas fisik


untuk memelihara berat badan,
jika sesuai

12. Fasilitasi aktivitas motorik


untuk merelaksasi otot

13. Fasilitasi aktivitas dengan


komponen memori implicit dan
emosional (mis. kegitan
keagamaan khusu) untuk pasien
dimensia, jika sesaui

14. Libatkan dalam permaianan


kelompok yang tidak kompetitif,
terstruktur, dan aktif

15. Tingkatkan keterlibatan


dalam aktivotasrekreasi dan
diversifikasi untuk menurunkan
kecemasan ( mis. vocal group,
bola voli, tenis meja, jogging,
berenang, tugas sederhana,
permaianan sederhana, tugas
rutin, tugas rumah tangga,

20
KEPUTUSASAAN
perawatan diri, dan teka-teki dan
kart)

16. Libatkan kelarga dalam


aktivitas, jika perlu

17.Fasilitasi mengembankan
motivasi dan penguatan diri

18. Fasilitasi pasien dan


keluarga memantau
kemajuannya sendiri untuk
mencapai tujuan

19. Jadwalkan aktivitas dalam


rutinitas sehari-hari

20. Berikan penguatan positfi


atas partisipasi dalam aktivitas

Edukasi:

1. Jelaskan metode aktivitas


fisik sehari-hari, jika perlu

2. Ajarkan cara melakukan


aktivitas yang dipilih

3. Anjurkan melakukan aktivitas


fisik, social, spiritual, dan
kognitif, dalam menjaga fungsi
dan kesehatan

4. Anjurka terlibat dalam


aktivitas kelompok atau terapi,
jika sesuai

5. Anjurkan keluarga untuk


member penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas

Kolaborasi:

1. Kolaborasi dengan terapi


okupasi dalam merencanakan
dan memonitor program
aktivitas, jika sesuai

2. Rujuk pada pusat atau

21
KEPUTUSASAAN
program aktivitas komunitas,
jika perlu

3.defisit perawatan diri Motivasi dukungan emosional


Kriteria hasil: Observasi:
 Pikiran berfokus masa 1. Identifikasi fungsi marah
depan meningkat ,frustasi ,dan amuk bagi
 Upaya mencari sumber pasien
sesuai kebutuhan 2. Identifikasi yang
meningkat memicu emosi
 Perilaku bertujuan Teraupeti:
meningkat 1. Fasilitasi

 Harga diri positif mengungkapkan

meningkat perasaan cemas marah

 Keyakinan positif atau sedih

meningkat 2. Buat pernyataan suportif

 Pengambilan atau empati selama fase

kesempatan meningkat berduka


3. Lakukan sentuhan untuk
memberikan dukungan
4. Tetap bersama pasien
dan pastikan keamanan
selama ansietas jika
perlu
5. Kurangi tuntutan saat
sakit atau lelah
Edukasi:
1. Jelaaskan konsekuensi
tidak menghadapi rasa
bersalah dan malu
2. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan yang dialami

22
KEPUTUSASAAN
3. Anjurkan
mengungkapkan
pengalaman emosional
sebelumnya dan pola
respons yang biasa
digunakan
4. Anjurkan penggunaan
mekanisme pertahanan
yang tepat
Kolaborasi:
1. Rujuk konseling jika
perlu

23
KEPUTUSASAAN
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang melihat
keterbatasan atau tidak ada alternatif atau pilihan pribadi yang tersedia dan tidak dapat
memobilisasi energy yang dimilikinya (NANDA, 2005).

Keputusasaan mengggambarkan individu yang tidak melihat adanya


kemungkinan untuk memperbaiki hidupnya dan bersih keras mengatakan bahwa tidak
ada seorangpun yang dapat membantunya.
Keputusasaan berbeda dengan ketidakberdayaan , orang yang putus asa tidak
melihat adanya solusi untuk permasalahannya atau tidak menemukan cara untuk
mencapai apa yang diinginkannya. Sebalikkya orang yang tidak berdaya masih dapat
menemukan alternatif atau untuk masalah tersebut, tetapi tidak mampu melakukan
sesuatu untuk mewujudkannya karena kurangnya kontrol dan sumber yang tersedia.

B. Saran
1. Bagi seorang perawat perlu memperhatikan kondisi klien secara komprehensif,
tidak hanya fisik tetapi semua aspek manusia sebagai satu kesatuan yang utuh yang
meliputi biopsikososialkultural.
2. Bagi mahasiswa diharapkan dapat makin memperbanyak pengetahuan dari
berbagai referensi tentang Asuhan keperawatan Pada pasien dengan keputusasaan.
3. Bagi dunia keperawatan diharapkan berperan serta dalam peningkatan kualitas
perawat dengan cara menyediakan akses yang mudah bagi perawat untuk
memperoleh ilmu pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan untuk mengatasi
masalah pada pasien dengan keputusasaan.

24
KEPUTUSASAAN
DAFTAR PUSTAKA

Lynda Juall Carpenito, DIAGNOSIS KEPERAWATAN Aplikasi Pada Praktik klinis ed.
9,buku kedokteran EGC, Jakarta NANDA NIC-NOC

Gex Ira, SEMINAR JIWA 1 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Keputusasaan,
id.scribd.com

25
KEPUTUSASAAN

Anda mungkin juga menyukai