Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN KEPUTUSASAAN

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa yang diampu oleh

Ibu Lia Juniarni, M.Kep., Sp.Kej.

KELOMPOK: II

Bagas Deswanggandara (2119003)


Irsad Ibrahim Hanip (2119008)
Yani Suryani (2119015)

PROGRAM STUDI S1 NON REGULER KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI

JAWA BARAT

2020

KATA PENGANTAR

ii
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
S.W.T yang telah mengaruniakan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah tentang “ Makalah Konsep Penyakit dan Asuhan
Keperawatan Gagal Ginjal Kronik” dengan baik.
Dalam penyusunan tugas makalah ini penulis banyak mengalami berbagai
hambatan baik langsung maupun tidak langsung, akan tetapi berkat bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak, tugas ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu dalam
kesempatan yang berbahagia ini penulis mengucapkan terimakasih kepada yang
terhormat :
1. Ibu Lia Juniarni, M.Kep., Sp.Kej. selaku dosen mata kuliah Keperawatan
Jiwa.
2. Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah bersangkutan.

Penulis menyadari bahwa makalah yang dibuat masih mengandung


kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat
membangun akan penulis terima dengan senang hati untuk perbaikan kedepannya.
Akhirnya, Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca dan semua pihak yang berkepentingan.

Bandung, 08 April 2020


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................
i
DAFTAR ISI...................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................
1
A. Latar Belakang..............................................................................................
1
B. Tujuan...........................................................................................................
2

BAB II TINJAUAN TEORI..........................................................................................


3
A. Definisi..........................................................................................................
3
B. Faktor Penyebab............................................................................................
3
C. Tanda dan Gejala..........................................................................................
4
D. Penatalaksanaan Medis.................................................................................
7

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN..........................................................................


9
A. Kasus Terkait...................................................................................................... 9
B. Analisa Data........................................................................................................ 16

BAB IV PENUTUP........................................................................................................ 34

A. Kesimpulan....................................................................................................... 34
B. Saran................................................................................................................. 34

ii
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................
35

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Keputusasaan mengggambarkan individu yang tidak melihat adanya


kemungkinan untuk memperbaiki hidupnya dan bersih keras mengatakan bahwa tidak
ada seorangpun yang dapat membantunya.
Keputusasaan berbeda dengan ketidakberdayaan , orang yang putus asa tidak
melihat adanya solusi untuk permasalahannya atau tidak menemukan cara untuk
mencapai apa yang diinginkannya. Sebalikkya orang yang tidak berdaya masih dapat
menemukan alternatif atau untuk masalah tersebut, tetapi tidak mampu melakukan
sesuatu untuk mewujudkannya karena kurangnya kontrol dan sumber yang tersedia.
Perasaan tidak berdaya yang tidak kunjung hilang dapat menimbulkan
keputusasaan. Keputusasaan biasanya terkait dengan duka cita, depresi, dan keinginan
untuk bunuh diri. Untuk individu dengan resiko bunuh diri perawat juga harus
menngunakan resiko bunuh diri.
Setiap orang pernah mengalami keputusasaan dalam hidupnya. Hal ini muncul
dalam berbagai bentuk dan merupakan sejenis perasaan yang lebih sering dan lebih
umum dirasakan daripada dilaporkan.
Keputusasaan sering terlihat pada mereka yang cenderung kaku dan tidak
fleksibel baik dalam pikiran , perasaan maupun perilaku.

Keputusasaan adalah keadaan dimana seseorang atau individu tidak mampu


memandang kehidupan ke arah yang lebih baik dan cenderung putusasa akan segala
kemampuannya, dan kebanyakan Ungkapan klien mengarah ke situasi kehidupan
tanpa harapan dan terasa hampa.
Dari semua cobaan dan kesulitan yang kita alami di dalam hidup, mungkin
yang paling berbahaya ialah keputusasaan. Terkadang pengalaman keputusasaan ini
dinamakan malam yang gelap dalam jiwa kita. Bila mengalami keputusasaan kita
seperti merasa bahwa semua jenis terang sirnah dan pergi, lalu kita sendiri sedang
berdiri di dalam kegelapan. Barangkali dapat menjadi satu penghiburan kecil kalau
masing-masing dari kita menyadari dan mengakui bahwa setiap orang mengalami
keputusasaan pada waktu dan tempat tertentu di dalam hidup, tanpa kecuali.

1
B. Tujuan

Tujuan umum :

Mahasiswa keperawatan mampu memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien


dengan konsep keputusasaan.
Tujuan khusus :

1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian keputusasaan.

2. Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab keputusasaan.

3. Mahasiswa mampu menyebutkan tanda dan gejala yang ada pada pasien dengan
keputusasaan
4. Mahasiswa mampu menyebutkan penatalaksanaan medis pada pasien dengan
konsep keputusasaan.
5. Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan konsep
keputusasaan.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi

Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang melihat


keterbatasan atau tidak ada alternatif atau pilhan pribadi yang tersedia dan tidak dapat
memobilisasi energy yang dimilikinya (NANDA, 2005).
Keputusasaan adalah keadaan emosional ketika individu merasa bahwa
kehidupannya terlalu berat untuk dijalani ( dengan kata lain mustahil ). Seseorang
yang tidak memiliki harapan tidak melihat adanya kemungkinan untuk memperbaiki
kehidupannya dan tidak menemukan solusi untuk permasalahannya, dan ia percaya
bahwa baik dirinya atau siapapun tidak akan bisa membantunya.
Keputusasaan berkaitan dengan kehilangan harapan, ketidakmampuan ,
keraguan .duka cita , apati , kesedihan , depresi , dan bunuh diri. ( Cotton dan Range,
1996 )
Menurut (Pharris, Resnick ,dan ABlum, 1997),mengemukakan bahwa
keputusasaan merupakan kondisi yang dapat menguras energi.
Keputusasaan merupakan status emosional yang berkepanjangan dan bersifat
subyektif yang muncul saat individu tidak melihat adanya alternatif lain atau pilihan
pribadi untuk mengatasi masalah yang muncul atau untuk mencapai apa yang
diiginkan serta tidak dapat mengerahkan energinya untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan .

B. Faktor penyebab

Beberapa faktor penyebab orang mengalami keputusasaan yaitu :

a. Faktor kehilangan

b. Kegagalan yang terus menerus

c. Faktor Lingkungan

d. Orang terdekat ( keluarga )

e. Status kesehatan ( penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa)

f. Adanya tekanan hidup

g. Kurangnya iman

3
C. Tanda dan gejala

a. Mayor ( harus ada)

Mengungkapkan atau mengekspresikan sikap apatis yang mendalam , berlebihan,


dan berkepanjangan dalam merespon situasi yang dirasakan sebagai hal yang
mustahil isyarat verbal tentang kesedihan.
1) Fisiologis :

 respon terhadap stimulus melambat

 tidak ada energi

 tidur bertambah

2) emosional :

 individu yang putus asa sering sekali kesulitan mengungkapkan


perasaannya tapi dapat merasakan
 tidak mampu memperoleh nasib baik, keberuntungan dan
pertolongan tuhan
 tidak memiliki makna atau tujuan dalam hidup

 hampa dan letih

 perasaan kehilangan dan tidak memiliki apa-apa

o tidak berdaya,tidak mampu dan terperangkap.

3) Individu memperlihatkan :

 Sikap pasif dan kurangnya keterlibatan dalam perawatan

 Penurunan verbalisasi

 Penurunan afek

 Kurangnya ambisi,inisiatif,serta minat.

 Ketidakmampuan mencapai sesuatu

 Hubungan interpersonal yang terganggu

 Proses pikir yang lambat

 Kurangnya tanggung jawab terhadap keputusan dan


4
kehidupannya sendiri.

4) Kognitif :

 Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah dan


kemampuan membuat keputusan
 Mengurusi masalah yang telah lalu dan yang akan datang
bukan masalah yang dihadapi saat ini

 Penurunan fleksibilitas dalam proses pikir

 Kaku ( memikirkan semuanya atau tidak sama sekali )

 Tidak punya kemampuan berimagenasi atau berharap

 Tidak dapat mengidentifikasi atau mencapai target dan tujuan


yang ditetapkan
 Tidak dapat membuat perencanaan, mengatur serta membuat
keputusan
 Tidak dapat mengenali sumber harapan

 Adanya pikiran untuk membunuh diri.

5
b. Minor ( mungkin ada )

1. Fisiologis

 Anoreksia

 BB menurun

2. Emosional

 Individu marasa putus asa terhadap diri sendiri dan orang lain

 Merasa berada diujung tanduk

 Tegang

 Muak ( merasa ia tidak bisa)

 Kehilangan kepuasan terhadap peran dan hubungan yang ia


jalani
 Rapuh

3. Individu memperlihatkan

 Kontak mata yang kurang mengalihkan pandangan dari


pembicara
 Penurunan motivasi

 Keluh kesah

 Kemunduran

 Sikap pasrah

 Depresi

6
4. Kognitif

Penuruna kemampuan untuk menyatukan informasi yang diterima

 Hilangnya persepsi waktu tentang mas lalu , masa sekarang ,


masa datang
 Bingung

 Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif

 Distorsi proses pikir dan asosiasi

 Penilaian yang tidak logis

D. Penatalaksaan medis

a. Psikofarmaka

Terapi dengan obat-obatan sehingga dapat meminimalkan gangguan


keputusasaan.

b. Psikoterapi
adalah terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah
diberikan terapi psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana kemampuan
menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikoterapi
ini bermacam-macam bentuknya antara lain psikoterapi suportif dimaksudkan
untuk memberikan dorongan, semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa
putus asa dan semangat juangnya.

Psikoterapi Re-eduktif dimaksudkan untuk memberikan pendidikan ulang


yang maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu lalu, psikoterapi
rekonstruktif dimaksudkan untuk memperbaiki kembali kepribadian yang telah
mengalami keretakan menjadi kepribadian utuh seperti semula sebelum sakit,
psikologi kognitif, dimaksudkan untuk memulihkan kembali fungsi kognitif (daya
pikir dan daya ingat) rasional sehingga penderita mampu membedakan nilai- nilai
moral etika. Mana yang baik dan buruk, mana yang boleh dan tidak, dsbnya.

7
Psikoterapi perilaku dimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku
yang terganggu menjadi perilaku yang mampu menyesuaikan diri, psikoterapi
keluarga dimaksudkan untuk memulihkan penderita dan keluarganya.

c. Terapi Psikososial
Dengan terapi ini dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi
dengan lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak
tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban keluarga. Penderita
selama menjalani terapi psikososial ini hendaknya masih tetap mengkonsumsi
obat psikofarmaka.

d. Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan ternyata masih bermanfaat bagi penderita gangguan jiwa.
Dari penelitian didapatkan kenyataan secara umum komitmen agama berhubungan
dengan manfaatnya di bidang klinik. Terapi keagamaan ini berupa kegiatan ritual
keagamaan seperti sembahyang, berdoa, mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan,
ceramah keagamaan, kajian kitab suci dsb.

e. Rehabilitasi
Program rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan penempatan
kembali kekeluarga dan masyarakat. Program ini biasanya dilakukan di lembaga
(institusi) rehabilitasi misalnya di suatu rumah sakit jiwa. Dalam program
rehabilitasi dilakukan berbagai kegiatan antara lain; terapi kelompok, menjalankan
ibadah keagamaan bersama, kegiatan kesenian, terapi fisik berupa olah raga,
keterampilan, berbagai macam kursus, bercocok tanam, rekreasi, dsbnya. Pada
umumnya program rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6 bulan. Secara berkala
dilakukan evaluasi paling sedikit dua kali yaitu evaluasi sebelum penderita
mengikuti program rehabilitasi dan evaluasi pada saat si penderita akan
dikembalikan ke keluarga dan ke masyarakat.

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kasus terkait

Ny. D usia 30 tahun datang ke RSJ RESPATI pada tanggal 28 november 2010,
dengan wajah pasien tampak pucat, penampilan tampak lusuh dan tidak terawat, saat
ditanya pasien hanya diam dengan tatapan kosong. keluarga yang mengantarkan
mengatakan bahwa sudah satu bulan lebih sejak pasien ditinggal oleh tunangannya
pergi dengan wanita lain,pasien hanya mengurung diri dikamar, tidak mau
bersosialisasi dengan lingkungan terlebih dengan keluarga. keluarga juga mengatakan
bahwa sebelumnya pasien pernah gagal dalam berumah tangga (bercerai) sekitar 1
tahun yang lalu dengan alasan yang sama,dan sejak gagal untuk yang ke-2 kalinya
pasien putus asa dan tidak mau mengenal laki – laki lagi,pasien juga pernah mencoba
untuk mengakhiri hidupnya.saat dilakukan pengkajian oleh perawat didapatkan hasil
TB =160 cm, BB =58 kg

Pengkajian
Nama Perawat : Perawat A
Tanggal Pengkajian : 01 April
Jam Pengkajian : 14.00

Biodata :

Pasien
Nama :Ny.D

No.Register 098765

Agama : islam

Pendidikan : Smu

Status Pernikahan : Bercerai

9
Umur : 30 thn

Alamat : Nologaten Wetan 23 B

Diagnosa Medis : Isos, RBD, Defisit perawatan diri

Penanggung Jawab

Nama : Murtiyah

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Pedagang

Status Pernikahan : Menikah

Alamat : Nologaten Wetan

Hubungan dengan pasien : Kakak pasien

1. Keluhan utama :

1. Alasan Masuk :

Pasien dibawa ke rumah sakit karena pasien selalu mengurung diri di kamar,
tidak mau bersosialisasi dan ada keinginan untuk mengakhiri hidupnya.
2. Faktor Predisposisi dan Presipitasi

a. Faktor predisposisi : pasien merupakan orang yang tertutup

b. Faktor presipitasi :pasien putus asa dengna keadaannya yang


selalu mengalami kegagalan dalam menjalin suatu hubungan
3. Fisik

10
Kepala : rambut pasien kusut, kulit kepala kotor tidak terdapat lesi, tidak tampak
hematom, tidak terdapat nyeri tekan.

Mata : mata pasien tidak konjungtivitis, sayu, tidak terdapat edema, terdapat
lingkaran hitam di kelopak mata bawah.

Hidung : simetris, tidak terdapat lesi, tidak ada gangguan penciuman

Telinga : telinga pasien simetris, tampak kotor, tidak ada gangguan pendengaran
Mulut : mukosa bibir klien kering, tidak terdapat stomatitis, gigi pasien kurang bersih
Ekstremitas atas ka/ki : tonus otot kuat
4. Psikososial

Saat dirumah pasien banyak tinggal di rumah,hanya mengurung diri dikamar, jarang
melakukan aktivitas di luar rumah, bahkan pasien malas bekerja.
5. Genogram

Keterangan :

: Perempuan.

: Laki – laki.

: Garis keturunan.

: Tinggal dalam satu rumah.

: Hubungan pernikahan.

: pasien 30 tahun

x : Meninggal

11
Klien berusia 30 tahun, klien tinggal satu rumah dengan ayah dan
ibunya.

6. onsep diri

a. Gambaran diri atau citra tubuh:pasien memandang dirinya adalah seorang wanita
yang kurang beruntung
b. Identitas diri :pasien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang wanita

c. Peran diri : pasien mengatakan bahwa dirinya dulunya adalah seorang istri

d. Ideal diri : pasien mengatakan bahwa lebih baik dia tidak mengenal laki-laki lagi

e. Harga diri : Pasien mengatakan dirinya tidak berguna lagi,dan putus asa.

7. Hubungan sosial

Sebelum bercerai dan dibawa ke rumah sakit pasien adalah sosok yang tidak
mudah putus asa, pasien adalah seorang istri yang sangat menyayangi keluarganya,
pasien menganggap keluarganya sangat berarti baginya. Hubungan sosial pasien
dengan lingkungannya sangat baik, tetapi setelah ditinggal oleh tunanganya untuk
yang ke 2 kalinya pasien merasa seperti sendiri sehingga hanya mengurung diri
dikamar.

8. Spiritual

a. Nilai dan keyakinan : pasien menganut agama Islam.

b. Kegiatan ibadah : dulu pasien merupakan sosok yang rajin beribadah


9. Aktivitas motorik

a. Hipomotorik :pasien terlihat diam tidak banyak melakukan aktivitas

b. Hipermotorik : Tidak ada aktivitas hipermotorik yang dilakukan oleh pasien

c. TIK : Tidak nampak TIK pada diri pasien

d. Agitasi : pasien nampak benci dan marah karena kegagalannya dalam


menjalin suatu hubungan.
e. Grimaseren : Pasien tidak menunjukkan gerakan-gerakan yang tidak
disadari olehnya.

12
f. Tremor : pasien tidak menunjukkan adanya tremor

g. Kompulsif : pasien tidak menunjukkan kompulsif yang dilakukan

10. Alam perasaan : Pasien mengatakan sering gelisah memikikan kegagalan


dalam menjalin suatu hubungan, bingung dan selalu
memikirkan masa lalu yang pernah di alaminya.
11. Afek

Pasien menunjukkan ekspresi yang sesuai


12. Interaksi selama wawancara : Selama dilakukan wawancara pasien terlihat banyak
melamun dan kurang memperhatikan. pasien sering diam dengan tatapan kosong
apabila ditanya tentang masalahnya.
13. Persepsi : pasien merasa bahwa kejadian yang menimpa dirinya merupakan kesalahan
dirinya.
14. Proses pikir

Saat dilakukan pengkajian pasien berbicara sesuai dengan parasaannya dan apa yang
dirasakannya.
a. Isi pikir

1) Obsesi : tidak tampak adanya keinginan yang diulang-ulang oleh pasien

2) Phobia : pasien merasa takut akan gagal dalam suatu hubungan sehingga
pasien merasa putus asa
3) Waham : pasien tidak mengalami waham.

15. Tingkat kesadaran dan orientasi

a. Kesadaran pasien : kesadaran pasien composmetis

b. Orientasi terhadap waktu, tempat, orang : orientasi pasien baik terhadap waktu, tempat
dan orang

16. Memori

Pasien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka panjang, jangka pendek dan saat
ini
17. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Saat dilakukan pengkajian klien kurang konsentrasi.

18. Daya tilik diri : pasien melihat dirinya adalah orang yang belum beruntung sehingga
13
selalu gagal dalam suatu hubungan
19. Diagnosa medis: keputusasan

20. Program terapi obat yang diberikan : pasien diberikan obat-obat penenang ( diazepam
2mg 3x24 jam,anti depresan,halopenidol dll)

14
B. Analisa data

ANALISA DATA

No. Data fokus Diagnosa

1. Ds : keluarga yang mengantarkan mengatakan bahwa


RBD
pasien pernah mencoba untuk mengakhiri
hidupnya
Do. : saat dilakukan wawancara pasien hanya diam
dengan tatapan kosong

2. Ds :keluarga mengatakan pasien hanya mengurung


Isolasi sosial
diri di kamar,tidak mau berinteraksi dengan
lingkungan terlebih dengan keluarga
Do : pasien tampak menarik diri dari perawat dan
orang-orang yang berusaha mendekati pasien

3. Ds : - Defisit parawatan diri

Do : wajah pasien tampak pucat,penampilan


tampak lusuh dan tidak terawat

15
RENCANA KEPERAWATAN

Tanggal/ Diagnosa Tindakan Rasionalisasi

jam
01/04/2020 Isolasi sosial Sp 1 pasien Sp 1 pasien

1. mengidentifikasi penyebab isolasi 1. Mengetahui penyebab

sosial dengan pasien terjadinya isos

2. diskusikan dengan pasien tentang 2. Agar pasien mau membuka


diri dengan lingkungan dan
keuntungan berinteraksi dengan orang
orang-orang disekitar
lain
pasien
3. diskusikan dengan pasien
3. Agar pasien tidak merasa
tentang kerugian tidak berinteraksi
sendiri
dengan orang lain 4. Mempermudah pasien
4. mengajarkan pasien cara untuk komunikasi dengan
berkenalan dengan satu orang lingkungan sekitar
5. menganjurkan pasien 5. Membantu pasien
memasukkan kegiatan latihan memesukkan jadwal ke

berbincang-bincang dengan orang dalam kegiatan harian

lain dalam kegiatan harian Sp 2 pasien

Sp 2 pasien 1. mengetahui apakah

1. megevaluasi jadwal kegiatan harian apsien sudah melakukan

pasien apa yang diajarkan oleh

2. memberikan kesempatan pada perawat

pasien untuk mempraktekkan cara 2. mengetahui sejauh mana

berkenalan dengan satu orang kemampuan pasien

3. membantu pasien memasukkan dalam berinteraksi

kegiatan berbincang-bincang dengan dengan sekitar

orang lain sebagai salah satu 3. agar pasien memasukkan

kegiatan harian kegiatan yang diajarkan

Sp 3 pasien dalm jadwal kegiatan


harian.
1. mengevaluasi jadwal kegiatan harian
Sp 3 pasien
pasien
2. memberikan kesempatan pada 1. mengetahui sejauh mana
16
pasien mempraktekkan cara kemampuan pasien

17
berkenalan dengan 2 orang atau berkomunikasi dengan
lebih sekitarnya
3. menganjurkan pasien memasukkan 2. mempermudah pasien
dalam kegiatan harian berinteraksi dengan
Sp 1 keluarga orang lain
3. Agar pasien memasukkan
1. mendiskusikan masalah yang
kegitan yang diajarkan
dirasakan keluarga dalam merawat
dalm kegiatan harian
pasien
Sp 1 keluarga
2. menjelaskan pengertian, tanda dan
gejala 1. untuk mengetahui masalah
3. menjelaskan cara merawat pasien yang dirasakan keluarga
isos. saat merawat pasien
2. membantu keluarga dalam
Sp 2 keluarga memahami tanda dan
gejala
1. melatih keluarga mempraktekkan 3. untuk mengetahui cara
cara merawat pasien dengan isos merawat pasien dengan
2. melatih keluarga cara merawat isos
langsung pasien isos sp 2 keluarga
Sp 3 keluarga
1. agar keluarga dapat
1. membantu keluarga membuat jadwal
melakukan dengan benar
aktivitas dirumah termasuk minum
perawatan pada psien dengan
obat
isos
2. menjelaskan follow up pasien
2.agar keluarga pasien
setelah pulang
terbiasa dan terlatih dalam
merawat keluarganya.
Sp 3 keluarga

1. agar keluarga pasien dapat


memberi obat dengan
tepat pada pasien
2. agar keluarga pasien
mengingat apa yang perlu
dilakukan kepada pasien
18
19
02/04/2020 RBD Sp 1 pasien Sp 1 pasien

1. mengidentifikasi benda-benda yang 1. mengetahui benda-benda


dapat membahayakan pasien yang dapat
2. mengamankan benda-benda yang membahayakan pasien
dapat membahayakan pasien 2. menjauhkan benda-benda
3. mengajarkan cara mengendalikan yang dapat
dorongan bunuh diri membahayakan pasien
4. melatih cara mengendalikan 3. membantu pasien dalam
dorongan bunuh diri mengendalikan dorongan
Sp 2 pasien untuk bunuh diri
4. membantu pasien dalam
1. mengendalikan aspek positif pasien
mengendalikan keinginan
2. mendorong pasien untuk berfikir
untuk bunuh diri
positif terhadap diri
sp 2 pasien
3. mendorong pasien untuk menghargai
1. membantu pasien
diri sebagai individu yang berharga
mengasah kemampuan
Sp 3 pasien
positif yang dimilikinya
1. mengidentifikasi pola koping yang
2. untuk membantu pasien
biasa diterapkan pasien
agar menghilangkan
2. menilai pola koping yang biasa
pikiran untuk bunuh diri
dilakukan
3. membantu pasien cara
3. mengidentifikasi pola koping yang
menghargai diri sendiri
konstruktif
sp 3 pasien
4. mendorong pasien memilih pola
1. mengetahui pola koping
koping yang konstruktif
yang bisa diterapkan pada
5. menganjurkan pasien menerapkan
pasien
pola koping yang konstruktif dalam
2. menilai sejauh mana pola
kegiatan harian pasien
koping yang dimiliki
Sp 4 pasien
pasien
1. membuat rencana masa depan yang
3. mengetahui pola kiping ya
realistis bersama pasien
ng konstruktif
2. mengidentifikasi cara mencapai
4. membantu pasien dalam
masa depan yang realistis
memilih pola koping yang
20
3. memberi dorongan pasien

21
melakukan kegitan dalam rangka konstruktif
meraih masa depan yang realistis
5. agar pasien mamasukkan
Sp 1 keluarga
kegiatanyang diajarkan
1. mendiskusikan masalah yang dalam kegiatan harian
dirasakan keluarga dalam merawat sp 4 pasien
pasien
1. membantu pasien
2. menjelaskan pengartian, tanda dan
membuat rencana masa
gejala resiko bunuh diri dan jenis
depan yang realistis
perilaku bunuh diri serta proses
2. mengetahui cara mencapai
terjadinya pada pasien
masa depan yang realistis
3. menjalaskan cara merawat pasien
3. mendukung pasien untuk
dengan resiko bunuh diri
meraih masa depan yang
sp 2 keluarga
realistis
1. melatih keluarga mempraktekkan sp 1 keluarga
cara merawat pasien dengan resiko
1. agar perawat mengetahui
bunuh diri
masalah yang dirasakan
2. melatih keluarga melakukan cara
keluarga dalam merawat
merawat langsung pada pasien
pasien
dengan resiko bunuh diri
2. membantu keluarga dalm
Sp 3 keluarga
mengenali tanda dan
1. membantu keluarga membuat jadwal gejala serta proses
aktivitas dirumah termasuk minum terjadinya RBD
obat 3. memantu keluarga pasien
2. mendiskusikan sumber rujukan yang cara merawat pasien
bisa dijangkau oleh keluarga dengan resiko bunuh diri
sp 2 keluarga

1. agar keluarga pasien dapat


melakukan perawatan
pada pasien secara benar
2. agar keluarga pasien
terbiasa dan terlatih
merawat keluarganya
dengan RBD
22
23
sp 3 keluarga

1. agar keluarga pasien dapat


memberi obat dengan
tepat dan benar pada
pasien
2. mempermudah keluarga
dalam mencari rujukan
yang tepat pada pasien
03/04/2020 Defisit Sp 1 pasien Sp 1 pasien
perawatan
1. menjelaskan pentingnya kebersihan 1. mengetahui pentingnya
diri
diri kebersihan diri
2. menjelaskan cara menjaga 2. Mengetahui cara menjaga
kebersihan diri kebersihan diri
3. membantu pasien mempraktekkan 3. Agar pasien mengetahui
cara menjaga kebersihan diri cara menjaga kebersihan
4. menganjurkan pasien memasukkan diri
dalam dalam jadwal kegiatan harian 4. Membantu pasien
Sp 2 pasien memasukkan dalam
jadwal harian
1. mengavaluasi jadwal harian pasien
Sp 2 pasien
2. menjelaskan cara makan yang baik
1. untuk mengetahui apakah
3. membantu pasien mempraktekkan
pasien sudah melakukan
cara makan yang baik
apa yang sudah diajarkan
4. menganjurkan pasien memasukkan
oleh perawat
dalam jadwal kegiatan harian
2. mengetahui cara makan
Sp 3 pasien
yang baik
1. mengevaluasi jadwal harian pasien 3. membantu pasien
mempraktekkan cara
2. menjelaskan cara eliminasi yang
makan yang baik
baik
4. agar pasien memasukkan
3. membantu pasien mempraktikkan
kegitan yang diajarkan
cara eliminasi yang baik
oleh perawat dalam
4. menganjurkan pasien memasukkan
kegiatan harian
jadwal dalam kegitan harian
24
Sp 4 pasien

25
1. mengevaluasi jadwal harian pasien sp 3 pasien

2. menjelaskan cara berdandan yang 1. mengetahui sejauh mana


baik pasien memahami apa
3. membantu pasien mempraktekkan yang diajarkan perawat
cara berdandan yang baik 2. mengetahui cara eliminasi
4. menganjurkan pasien memasukkan yang baik
dalam jadwal kegiatan harian 3. agar pasien tahu cara
Sp 1 keluarga eliminasi yang baik
4. agar pasien memasukkan
1. mendiskusikan masalah yang
kegiatan yang diajarkan
dirasakan keluarga dalam merawat
perawat dalam kegiatan
pasien
harian
2. menjelaskan pengertian, tanda dan
sp 4 pasien
gejala,dan jenis defisit parawatan
diri 1. mengetahui sejauh mana
3. menjelaskan cara merawat pasien pemahaman pasien
dengan DPD tentang apa yang
sp 2 keluarga diajarkan oleh perawat
2. mengetahui cara
1. melatih keluarga mempraktekkan
berdandan yang baik
cara merawat pasien dengan DPD
3. agar pasien tahu cara
2. melatih keluarga melakukan cara
berdandan yang baik
merawat langsung pasien dengan
4. agar pasien memasukkan
DPD
kegiatan yang diajarkan
Sp 3 keluarga
perawat dalam kegiatan
1. membantu keluarga membuat jadwal
harian
aktivitas dirumah termasuk minum
sp 1 keluarga
obat
1. mengetahui masalah yang
2. menjelaskan follow up pasien
dirasakan keluarga dalam
setelah pulang
merawat pasien
2. membantu keluarga dalam
mengenali tanda dan
gejala DPD
3. membantu keluarga

26
27
pasien cara merawat
pasien
sp 2 keluarga

1. agar keluarga dapt


melakukan dengan benar
cara merawat pasien
2. agar keluarga terbiasa dan
terlatih merawat
keluarganya.
Sp 3 keluarga

1. agar keluarga dapat


memberi obat dengan
tepat dan benar
2. agar keluarga dapat
mengingat apa yang perlu
dilakukan pada pasien.

28
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama : ny. D No.RM :098765

Umur :30 thn Ruang :cempaka

Tgl Waktu Implementasi Evaluasi Perawat


04/04 09.00 Sp 1 pasien S :- Kel.2
/2020
1. Mengidentifikasi benda-benda O : pasien tampak mulai bisa
yang dapat membahayakan mengendalikan keinginan bunuh
pasien dirinya
O : keluarga pasien A : tujuan tercapai
mengetahui benda-benda yang
P :intervensi dihentikan
dapat membahayakan pasien
S : Keluarga mengatakan
sudah menjauhkan benda-
benda yang dapat
membahayakan pasien
2. Mengamankan benda-benda
yang dapat membahayakan
pasien
S : keluarga mengetahui
benda-benda yang dapat
membahaykan pasien
O : keluarga menjauhkan
benda-benda yang dapt
membahayakan pasien
3. mengajarkan cara
mengendalikan dorongan
bunuh diri
S :-

O : pasien tampak bisa


mengendalikan dorongan
29
bunuh dirinya
4. melatih cara mengendalikan

30
dorongan bunuh diri
RS : -
RO : pasien tampak bisa
mengendalikan keinginan
bunuh diri
Sp 2 pasien

1. mengendalikan aspek positif


pasien
RS :-

RO : pasien tampak punya


semangat
2. mendorong pasien untuk
berfikir positif terhadap diri
RS :-
RO :pasien tampak bisa
berfikir positif trehadap
dirinya
3. mendorong pasien untuk
menghargai diri sebagai
individu yang berharga
S:-
O : Pasien tampak bisa
menghargai diri sendiri
Sp 3 pasien

1. mengidentifikasi pola koping


yang bisa diterapkan pasien
S:-
O : Pasien dapat menerapkan
pola koping yang positif
2. menilai pola koping yang bisa
dilakukan
S:-

O : Pasien dapat melakukan


31
32
koping yang bisa dilakukannya

3. mengidentifikasi pola koping


yang konstruktif
S:-

O: pasien terlihat dapat


mengidentifikasi pola koping
yang konstruktif
4. mendorong pasien memilih
pola koping yang konstruktif
S:-
O : pasien dapat memilih pola
koping yang konstruktif
5. menganjurkan pasien
menerapkan pola koping yang
konstruktif dalam kegiatan
harian pasien
S :-

O : Pasien dapat menerapkan


pola koping yang konstruktif
ke dalam kegiatan harian
Sp 4 pasien

1. membuat rencana masa depan


yang realistis bersama pasien
S:-
O : pasien dapat membuat
rencana masa depan yang
realitis
2. mengidentifikasi cara
mencapai masa depan yang
realistis
S:-
O : Pasien dapat
mengidentifikasi cara
33
34
mencapai masa depan yang
realitis
3. memberi dorongan pasien
melakukan kegiatan dalam
rangka meraih masa depan
yang realistis
S :-
O : pasien terlihat terdorong
untuk meraih masa depannya.

35
BAB IV
PENUTP

A. Kesimpulan
Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang melihat
keterbatasan atau tidak ada alternatif atau pilihan pribadi yang tersedia dan tidak dapat
memobilisasi energy yang dimilikinya (NANDA, 2005).

Keputusasaan mengggambarkan individu yang tidak melihat adanya


kemungkinan untuk memperbaiki hidupnya dan bersih keras mengatakan bahwa tidak
ada seorangpun yang dapat membantunya.

Keputusasaan berbeda dengan ketidakberdayaan , orang yang putus asa tidak


melihat adanya solusi untuk permasalahannya atau tidak menemukan cara untuk
mencapai apa yang diinginkannya. Sebalikkya orang yang tidak berdaya masih dapat
menemukan alternatif atau untuk masalah tersebut, tetapi tidak mampu melakukan
sesuatu untuk mewujudkannya karena kurangnya kontrol dan sumber yang tersedia.

B. Saran
1. Bagi seorang perawat perlu memperhatikan kondisi klien secara komprehensif,
tidak hanya fisik tetapi semua aspek manusia sebagai satu kesatuan yang utuh yang
meliputi biopsikososialkultural.
2. Bagi mahasiswa diharapkan dapat makin memperbanyak pengetahuan dari
berbagai referensi tentang Asuhan keperawatan Pada pasien dengan keputusasaan.
3. Bagi dunia keperawatan diharapkan berperan serta dalam peningkatan kualitas
perawat dengan cara menyediakan akses yang mudah bagi perawat untuk
memperoleh ilmu pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan untuk mengatasi
masalah pada pasien dengan keputusasaan.

36
DAFTAR PUSTAKA

http://lampungnurse.blogspot.com/2009/11/keputusasaan-1.html di unduh pada tanggal 05


April 2020 pukul 19.30
NANDA
NOC-NIC

37

Anda mungkin juga menyukai