Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Intranatal adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi


cukup bulan/hampir cukup bulan, disertai dengan pengeluaran plasenta dan selaput
janin dari tubuh ibu. (Sulaiman Sastrawinata). Persalinan adalah suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup didunia luar, dari rahim
melalui jalan lahir atau jalan lain. (Rustam Muchtar, 1998). Di negara berkembang, saat
melahirkan dan minggu pertama setelah melahirkan merupakan periode kritis bagi ibu
dan bayinya. Sekitar seperempat hingga separuh kematian bayi berumur kurang dari
satu tahun terjadi dalam minggu pertama.

Seorang ibu harus memasuki proses persalinan dan melahirkan dengan


pengetahuan cukup mengenai tahap – tahap persalinan, cara mengatasi rasa sakit tanpa
obat – obatan, dan efek samping yang mungkin timbul karena pemakaian obat – obatan
untuk persalinan. Oleh sebab itu diperlukan peranan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan pada ibu bersalin.

1.2. Rumusan Masalah

 Bagaimana Definisi Intranatal ?

 Bagaimana Anatomi Fisiologi Intranatal ?

 Bagaimana Etiologi Intranatal ?

 Bagaimana Patofisiologi Intranatal ?

 Bagaimana Tanda dan gejala Intranatal ?

 Bagaimana Pemeriksaan Diagnostik Intranatal ?


1
 Bagaimana Penatalaksanaan Intranatal ?

 Bagaimana Komplikasi Intranatal ?

 Bagaimana Asuhan Keperawatan Intranatal ?

1.3. Tujuan

1. Mahasiswa mampu melakukan Pengkajian pada Ny. N dengan intranatal care di


Rumah Sakit.

2. Mahasiswa mampu menegakkkan Diagnosa keperawatan pada Ny. N dengan


intranatal care di Rumah Sakit.

3. Mahasiswa mampu melakukan Intervensi keperawatan pada Ny. N intranatal care di


Rumah Sakit.

4. Mahasiswa mampu melakukan Implementasi keperawatan pada Ny. N dengan


intranatal care di Rumah Sakit Dr. Achmad Moechtar Bukittinggi.

5. Mahasiswa mampu melakukan Evaluasi keperawatan pada Ny.N dengan intranatal


care di Rumah Sakit Dr. Achmad Moechtar Bukittinggi

6. Mahasiswa mampu melakukan Pendokumentasian keperawatan pada Ny. N dengan


intranatal care di Rumah Sakit Dr. Achmad Moechtar Bukittinggi.

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Definisi

Intranatal adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi


yang cukup bulan/hampir cukup bulan, disertai dengan pengeluaran plasenta dan selaput
janin dari tubuh ibu (Sulaiman Sastrawinata).

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
dapat hidup di dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau jalan lain. (Rustam
Muchtar, 1998).

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan ( 37 – 42 minggu ), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin

2.2. Anatomi dan Fisiologi

Mekanisme persalinan merupakan proses adaptasi bagian kepala janin terhadap


segmen panggul, proses adaptasi tersebut meliputi :

a. Engagement

Merupakan mekanisme yang biasanya dimulai dari pintu atas panggul dimana ubub-
ubun kecil terletak di sebelah kiri depan/di sebelah kanan depan, kiri dan kanan
berdasarkan ukuran seseorang dari PAP bila digambarkan sebagai berikut :

1. Ukuran pintu atas panggul 10-11 cm

2. Ukuran melintang pintu atas panggul 12-18 cm

3
3. Ukuran seorang pintu atas panggul 11- 12

b. Descent (turunnya kepala)

Penurunan kepala ini terjadi karena 4 hal, yaitu :

1. Tekanan cairan amnion

2. Tekanan langsung fundus uteri

3. Kontraksi diafragma dan otot perut

4. Ekstensi dan pelurusan badan janin akibat kontraksi uterus

c. Fleksi

Majunya kepala → kepala mendapat tahanan dari serviks, dinding panggul atau dasar
panggul.

d. Putaran paksi dalam

1. Bagian terendah memutar ke depan ke bawah simpisis

2. Usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir

3. Terjadinya bersamaan dengan majunya kepala

4. Rotasi muka-belakang secara lengkap terjadi setelah kepala di dasar panggul

e. Ekstensi

1. Defleksi kepala → SBR mengarah kedepan dan atas

2. Dua kekuatan pada kepala :

a) Mendesak ke bawah

b) Tahanan dasar panggul menolak ke atas

4
3. Setelah sub oksiput tertahan pada pinggir bawah simpisis sebagai hipomoclion →
lahir lewat perineum = oksiput, muka, dan dagu

f. Putaran paksi lahir

a) Setelah kepala lahir → kepala memutar kembali ke arah punggung anak

b) Ukuran bahu → muka, bahu

g. Ekspulsi

Bahu depan di bawah simpisis →sebagai hipomoclion → lahir bahu belakang → bahu
depan → badan.

2.3. Etiologi

Sebab terjadinya persalinan merupakan teori-teori yang kompleks. Faktor-faktor


humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan
nutrisi. Perubahan – perubahan dalam biokimia dan biofisika telah banyak
mengungkapkan mulai dan berlangsungnya persalinan yaitu :

a. Penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron yang dapat mengakibatkan


peregangan dari otot-otot uterus,

b. meningkatnya kadar prostaglandin,

c. keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemika
otot-otot uterus,

d. Berkurangnya nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera
dikeluarkan,

5
e. Tekanan pada ganglion servikale yang terletak di belakang serviks yang tertekan yang
merupakan penyebab peningkatan kontraksi uterus (Prawirohardjo, 2002).

2.4. Patofisiologi

His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks membuka
dan mendorong janin ke bawah pada letak kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala
akan turun dan mulai masuk ke dalam rongga panggul.

Kontraksi dimulai pada salah satu cornue (tanduk) uterus kiri atau kelenjar ke
seluruh miometrium sehingga menghasilkan kontraksi yang simetris. Fundus uteri
berkontraksi lebih kuat dan lebih lama dari bagian-bagian lain dari uterus. Bagian
tengah uterus berkontraksi pada fundus uteri. Bagian bawah uterus-uterus serviks tetap
pasif atau kontraksi lemah. Setelah kontraksi terjadi relaksasi tonus otot diluar his tidak
seberapa jauh meningkat.

Pada waktu his kemudian keluar pada keadaan semula. Tahap persalinan:

1. Kala I yaitu pembukaan antara 4 cm dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam
10 menit selama 40 detik

2. Kala II yaitu untuk memastikan apakah pembukaan sudah lengkap atau kepala janin
sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6cm.

3. Kala III yaitu pengeluaran aktif plasenta

4. Kala IV yaitu sejak lamanya plasenta 1 sampai dengan 2-4 jam setelah persalianan
dan keadaan itu menjadi stabil kembali.

6
2.5. Tanda dan gejala

a. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin
pendek.

b. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda (pengeluaran lendir, lendir bercampur


darah).

c. Dapat disertai ketuban pecah.

d. Pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks (perlunakan, pendataran, dan


pembukaan serviks).

2.6. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan Laboratorium

1. Pemeriksaan urine protein (Albumin)

Untuk mengetahui adanya risiko pada keadaan preeklamsi maupun adanya gangguan
pada ginjal dilakukan pada trimester II dan III.

2. Pemeriksaan urin gula

Menggunakan reagen benedict dan menggunakan diastic.

3. Pemeriksaan darah

b. Ultrasonografi (USG)

Alat yang menggunakan gelombang ultrasound untuk mendapatkan gambaran dari


janin, plasenta dan uterus.

c. Stetoskop Monokuler

7
Mendengar denyut jantung janin, daerah yang paling jelas terdengar DJJ, daerah
tersebut disebut fungtum maksimum.

d. Memakai alat Kardiotokografi (KTG)

Kardiotokografi adalah gelombang ultrasound untuk mendeteksi frekuensi jantung janin


dan tokodynomometer untuk mendeteksi kontraksi uterus kemudian keduanya direkam
pada kertas yang sama sehingga terlihat gambaran keadaan jantung janin dan kontraksi
uterus pada saat yang sama

2.7. Penatalaksanaan

a. Kala I

1. Mengukur TTV dan PF

2. Auskultasi DJJ

3. Memperhatikan kontraksi uterus, dilatasi uterus, penurunan presentasi terendah dan


kemajuan persalinan, serta perineum.

b. Kala II

1. Mengajari ibu untuk mengejan

c. Kala III

1. Pengawasan terhadap pendarahan

2. Memperhatikan tanda plasenta lepas

d. Kala IV

1. Pemeriksaan fisik, observasi TTV dan keadaan umum

2. Kontraksi rahim

8
3. Letakan bayi yang telah dibersihkan sebelah ibu

2.8. Komplikasi

Komplikasi yang mungkin timbul pada pasien intranatal adalah ketuban pecah
dini, persalinan preterm, kehamilan postmatur, prolaps tali pusat, rupture uterus,
kelahiran sesaria, inverse uterus, dan pendarahan post partum dini.

2.9. Konsep Asuhan Keperawatan Intranatal

1. Kala I

A. Pengkajian

a. Kaji benarnya inpartu

b. Kaji berapa jauh kemajuannya

c. Kaji keadaan ketuban

d. Kaji komplikasi atau resti

e. Kaji respon psikologis

f. Kaji kemajuan persalinan → partogram

1. Pembukaan

2. Penurunan persentasi

3. Moulage

g. Kaji kontraksi

h. Kaji posisi ibu :

9
1. Awal kala I ; jalan-jalan

2. Pembukaan 6-7 cm ; tidur miring ke kiri setengah duduk

i. Kaji makan dan minum

1. Akhir kala I dibatasi

2. Dianjurkan Bak 2-3 jam sekali

j. Kaji lingkungan tenang dan nyaman

k. Kaji penjelasan sikap empati dan hangat

B. Diagnosa keperawatan

1. Gangguan petukaran gas b/d ketidakseimbangan Ventilasi perfusi d.d dispnea,


takirkardia.

2. Resiko ketidakseimbangan cairan dibuktikan dengan trauma/ pendarahan.

C. Intervensi

Dx 1. SLKI Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam, maka pertukaran gas meningkat
dengan kriteria hasil:

 Dispnea meningkat dengan skor 1

 Gelisah meningkat dengan skor 1

 Napas cuping hidung meningkat dengan skor 1

 Takikardia membaik dengan skor 5

SIKI Pemantauan respirasi

Observasi

 Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas.

10
 Monitor pola napas

 Monitor kemampuan batuk efektif

 Monitor saturasi oksigen

Terapeutik

 Dokumentasi hasil pemantauan

Edukasi

 Jelaskan prosedur dan tujuan pemantauan

Dx 2. SLKI Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam, maka keseimbangan cairan
meningkat dengan kriteria hasil:

 Asupan cairan meningkat dengan skor 5

 Dehidrasi menurun dengan skor 5

 Membran mukosa membaik dengan skor 5

SIKI Manajemen cairan

Observasi

 Monitor status hidrasi (frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral, tugor kulit, tekanan
darah dll)

 Monitor berat badan harian

 Monitor berat badan sebelum dn sesudah dialisis

Terapeutik

 Catat intake-output dan hitung balans cairan 24 jam

 Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan

11
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu

D. Implementasi

a. Mengajarkan pasien/ibu posisi-posisi untuk mengurangi rasa nyeri

b. Memberi selang O2 bila perlu

c. Memberi informasi yang cukup tentang kondisi yang akan dialami ibu

d. Mengajarkan teknik mengejan yang benar dan tepat waktu

e. Memberikan massage untuk kenyamanan dan mengurangi rasa sakit

f. Mengajarkan teknik pernafasan untuk mengurangi kontraksi

g. Lakukan pemeriksaan djj, pengeluaran cairan, dan pembukaan

E. Evaluasi

a. Ibu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah sakit

b. Kebutuhan cairan pasien tercukupi

c. Cemas ringan/berkurang

d. Kebutuhan oksigen pasien tercukupi

e. Pasien dapat mengejan dengan benar dan tepat waktu

f. Koping individu efektif berhubungan dengan pengarahan persalinan

g. Rasa nyeri berkurang

2. Kala II

A. Pengkajian

12
a. Melanjutkan monitor

1. Detak jantung janin

2. His (respon janin)

3. Pendarahan

4. Air ketuban

b. Tanda dan gejala fisik serta perilaku

c. Meneran dengan benar atau tidak

d. Mekanisme penyesuaian

e. Support person

B. Diagnosa keperawatan

1. Nyeri melahirkan b/d dilatasi serviks d.d mengeluh nyeri, ekspresi wajah meringis

2. Harga diri rendah situasional b/d transisi perkembangan d.d mnilai diri negatif,
melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri

idak mampu mensupport istri

C. Intervensi

Dx 1. SLKI Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam, maka tingkat nyeri menurun
dengan kriteria hasil:

 Keluhan nyeri menurun dengan skor 5

 Meringis menurun dengan skor 5

 Menarik diri menurun dengan skor 5

 Pola napas membaik dengan skor 5

13
SIKI Perawatan kenyamanan

Observasi

 Identifikasi gejala yang tidak menyenangkan

 Identifikasi pemahaman tentang kondisi, situasi dan perasaannya

Terapeutik

 Berikan posisi yang nyaman

 Ciptakan kondisi lingkungan yang nyaman

 Dukung keluarga terlibat didalamnya

Edukasi

 Ajarkan latihan pernapasan

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian analgesik, antipruritus dll

Dx 2. SLKI Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam, maka harga diri meningkat
dengan kriteria hasil:

 Penilaian diri positif meningkat dengan skor 5

 Konsentrasi meningkat dengan skor 5

 Aktif meningkat dengan skor 5

 Perasaan malu meningkat 1

SIKI Manajemen perilaku

Observasi

 Identifkasi harapan untuk mengendalikan perilaku


14
Terapeutik

 Diskusikan tanggung jawab terhadap perilaku

Edukasi

 Informasikan untuk memberi dukungan dari keluarga

D. Implementasi

1. Ajarkan teknik mengejan yang benar

2. Meminta pasien mempraktekkan teknik mengejan yang telah diajarkan

3. Memberikan support dan dukungan agar ibu mampu mengejan dengan baik

4. Memberikan pengarahan dan support pada suami untuk selalu mendampingi pasien

5. Mempersiapkan kebutuhan persalinan

E. Evaluasi

1. Pasien mengatakan mau mengikuti saran dan arahan perawat

2. Klien dapat mengejan dengan baik dan benar

3. Pasien sudah mengerti posisi-posisi yang tepat untuk menghilangkan rasa sakit dan
resiko perlukaan

4. Suami dapat selalu mendampingi dan memberikan support pada ibu

3. Kala III

A. Pengkajian

a. Timbul kontraksi uterus

b. Uterus tampak membundar

c. Terlihat massa introitus


15
d. Tali pusat lebih menjulur

e. Pendarahan tiba-tiba dengan warna gelap

1. Observasi keadaan umum ibu dan tanda vital

2. Pengkajian jalan lahir

3. Mengkaji factor yang berkaitan dengan atonia

4. Pemberian utero tonika (k/p)

B. Diagnosa

1. Gangguan rasa nyaman b/d gangguan kehamilan d.d mengeluh tidak nyaman,
gelisah

2. Risiko perdarahan dibuktikan dengan komplikasi kehamilan

C. Intervensi

Dx 1. SLKI Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam, maka status kenyamanan
meningkat dengan kriteria hasil:

 Keluhan tidak nyaman meningkat dengan skor 1

 Gelisah meningkat dengan skor 1

 Lelah meningkat dengan skor 1

 Merintih meningkat dengan skor 1

SIKI Pengaturan posisi

Observasi

 Monitor alat traksi agar selalu tepat

Terapeutik

16
 Tempatkan pada posisi terapeutik

 Posisikan pada kesejajaran posisi yang tepat

 Hindari menempatkan pada posisi yang dapat meningkatkan nyeri

 Ubah posisi setiap 2 jam

Edukasi

 Informasikan pada saat perubahan posisi

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian premedikasi sebelum mengubah posisis, jik perlu

Dx 2. SLKI Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam, maka tingkat perdarahan
menurun dengan kriteria hasil:

 Kelembapan kulit meningkat dengan skor 5

 Pendarahan vagina menurun dengan skor 5

 Tekanan darah membaik dengan skor 5

 Suhu tubuh membaik dengan skor 5

SIKI Pencegahan perdarahan

Observasi

 Monitor tanda dan gejala pendarahan

 Monitor TTV ortostatik

Terapeutik

 Pertahankan bed rest selama pendarahan

Edukasi
17
 Jelaskan tanda dan gejala perdarahan

 Anjurkan segera melapor jika terjadi pendarahan

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika perlu

 Kolaborasi pemberian produk perdarahan, jika perlu

D. Implementasi

a. Lakukan pencegahan terhadap pendarahan, shock dan lakukan pemeriksaan tanda-


tanda vital

b. Lakukan pengkajian TFU untuk mengetahui persentasi dan posisi janin

c. Catat waktu lahir plasenta

d. Tempelkan bayi pada daerah dada ibu setelah bayi sudah keluar

E. Evaluasi

a. Pasien sudah mengerti informasi yang diberikan tentang kala III

b. Perdarahan bisa diatasi dengan baik

c. Rasa nyeri dan sakit berkurang

d. Kontak ibu dan bayi dapat terjalin

4. Kalla IV

A. Pengkajian

a. Kaji status fisiologis ibu

b. Kaji posisi dan tonus uteri

c. Kaji adanya perdarahan pervaginam


18
d. Kaji kondisi perineum

B. Diagnosa

1. Inkontinensia urine stres b/d perubahan dengenerasi otot pelvis d.d frekuensi
berkemih meningkat

2. Nyeri melahirkan b/d dilatasi serviks d.d mengeluh nyeri, ekspresi wajah meringis

C. Intervensi

Dx 1. SLKI Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam, maka kontinesia urine membaik
dengan kriteria hasil:

 Kemampuan berkemih membaik dengan skor 3

 Residu volume urine setelah berkemih membaik dengan skor 3

 Frekuensi berkemih membaik dengan skor 5

 Sensasi berkemih membaik dengan skor 5

SIKI Perawatan Inkontinensia urine

Observasi

 Identifikasi perasaan dan persepsi pasien terhadap Inkontinensia urine yang


dialaminya

 Monitor kebuasaan BAK

Terapeutik

 Bersihkan genital dan kulitsekitar secara rutin

Edukasi

 Anjurkan munim minumal 1500 cc/hari, jika tidak kontraindikasi

19
 Jelaskan program penanganan inkontinensia urine

Kolaborasi

 Rujuk ke ahli Inkontinensia urine, jika perlu

Dx 2. SLKI Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam, maka tingkat nyeri menurun
dengan kriteria hasil:

 Keluhan nyeri menurun dengan skor 5

 Meringis menurun dengan skor 5

 Menarik diri menurun dengan skor 5

 Pola napas membaik dengan skor 5

SIKI Perawatan kenyamanan

Observasi

 Identifikasi gejala yang tidak menyenangkan

 Identifikasi pemahaman tentang kondisi, situasi dan perasaannya

Terapeutik

 Berikan posisi yang nyaman

 Ciptakan kondisi lingkungan yang nyaman

 Dukung keluarga terlibat didalamnya

Edukasi

 Ajarkan latihan pernapasan

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian analgesik, antipruritus dll


20
D. Implementasi

a. Kaji kelainan pada saat proses persalinan atau pada perlukaan

b. Beri cairan infuse untuk mencegah dehidrasi

c. Memberikan dukungan dan support pada ibu

d. Pastikan pasien mendapatkan istirahat yang cukup

E. Evaluasi

a. Perdarahan dapat dicegah dan luka dapat teratasi

b. Pasien dapar BAK dan BAB dengan baik

c. Kebutuhan cairan ibu terpenuhi

d. Kondisi ibu dan bayi baik

21
BAB V
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan atau
dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan

Tanda – tanda permulaan persalinan

~ lightening

~ terjadi his permulaan

Tahap – tahap persalinan

1. Kala I (pembukaan)

Partus di mulai bila timbul his dan pengeluaran lender berserta darah yang terjadi 2 fase
yaitu fase laten dan fase aktif

2. Kala II ( pengeluaran bayi )

His menjadi lebih kuat dan cepat kira dua sampai tiga menit sekali. His mulai
mengeluarkan anggota badan bayi .

3. Kala III ( pelapasan plasenta )

Waktu pelepasan dan pengeluaran plasenta .

Proses pelepasan plasenta :

~ Duncan

~ Schultz

22
~ postpartum , diharapkan pendarahan postpartum dapat di kurangi terjadi serempak /
kombinasi dari keduanya

4. Kala IV ( Observasi )

1 jam setelah plasenta lahir lengkap sekurang – kurangnya 1 jam

Factor – factor yang mempengaruhi proses persalinan

~ power ( kekuatan ibu )

~ passage ( jalan lahir )

~ passanger ( janin )

3.1. Saran

Pemahaman dan keahlian dalam aplikasi Asuhan Keperawatan khususnya perawat


agar dapat mengaplikasikannya khususnya berinovasi dalam pemberian asuhan keperawatan
pada pasien. Ini akan mendukung profesionalitas dalam wewenang dan tanggung jawab
perawat sebagai bagian dari tenaga medis yang memberikan pelayanan Asuhan Keperawatan
secara komprehensif.

23
DAFTAR PUSTAKA

ddin, 2002, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan


Neonatal, Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta

Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD Bandung, Obstetri Fisiologi, Penerbit Elemen,
Bandung.

Bobak Jensen, Zalar, 2002, Maternity and Gynecologycal Care, St. Lois, Baltimore,
Toronto, The C. V. Mosby Co

Farrer H, 2001, Perawatan Maternitas, Edisi 2, EGC, Jakarta

Manuaba, Ida Bagus Gede, 1998, Ilmu kebidanan,penyakit kandungan dan


keluarga berencana, EGC, Jakarta

Marlyn Doenges,dkk, 2001,Rencana perawatan Maternal/Bayi, EGC , Jakarta

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016, Standar diagnosis keperawatan Indonesia, Jakarta
: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019, Standar luaran keperawatan Indonesia, Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018, Standar intervensi keperawatan Indonesia,
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

24

Anda mungkin juga menyukai