Anda di halaman 1dari 25

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Asuhan keperawatan pada geriatric dengan kegawatdaruratan : Depresi

Disusun oleh :

KELOMPOK 10

Andini Dwi A

Adella Yanuar M

Desti Firgiawanty

Juwita Syafara R

M Abdullah

Reza Azis S

Sari Nurul Z

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI

2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat & karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Gadar II Tentang “ASUHAN
KEPERAWATAN GERIATRIC PADA KEGAWATDARURATAN DEPRESI”
ini. Tidak lupa kami mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.

Dengan harapan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Sukabumi, April 2020

Penulis

Kelompok 10

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pengertian......................................................................................................3
B. Etiologi..........................................................................................................3
C. Gambaran Klinik...........................................................................................4
D. Tingkatan Depresi pada Lansia.....................................................................6
E. Dampak Depresi Pada Lansia.......................................................................7
F. Skala Pengukuran Depresi Pada Lanjut Usia................................................8
G. Penatalaksanaan Depresi Pada usia Lanjut...................................................9
H. Asuhan Keperawatan Lansia dengan Depresi.............................................11
BAB III PENUTUP..............................................................................................21
A. Kesimpulan...................................................................................................21
B. Saran.............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Depresi merupakan suatu gangguan mood.Moodadalah suasana perasaan yangmer
esap dan menetap yang di alami secara internal dan yang mempengaruhi prilaku
seseorang dan persepsinya terhadap dunia (Sadock & Sadock,2007).

Depresi adalah ganggun alamperasaan(Mood) yang ditandai dengan kemurungan


dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan
hidup, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (reality testing
ability,masih baik), kepribadian tetap utuh atau tidak mengalami keretakan
kepribadian (splitting of personality), prilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-
batas normal (Hawari Dadang,2001).

Perubahan – perubahan fisik secara mental banyak terjadi saat seseorang


memasuki usia senja. Penyakit – penyakit mental akibat penuaan, seperti
depresi,hipokondriasis, demensia, delirium, ansietas, paranoid dan sebaginya.
Pada lansia, depresi merupakan salah satu problem yang sering ditemukan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Yang di Maksud Dengan Pengertian Depresi?

2. Apa Yang di Maksud Dengan Etiologi Depresi?

3. Apa Gambaran Klinik Depresi?

4. Apa Tingkatan Depresi Pada Lansia?

5. Apa Dampak Depresi Pada lansia?

6. Apa Skala Pengukuran Depresi Pada Lanjut Usia?

7. Apa Penatalaksanaan Depresi Pada lanjut Usia?

8. Bagaimana Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Depresi?

C. Tujuan

1
Mahasiswa mampu mengetahui pengertian depresi, mampu mengetahui etiologi
depresi, mampu mengetahuigambaran klinik depresi, mampu mengetahui
tingkatan depresi pada lansia, mampu mengetahui dampak depresi pada lanjut
usia, mampu mengetahui skala pengukuran depresi pada lanjut usia dan mampu
mengetahui asuhan keperawatan lansia dengan depresi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan


kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya
kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality
Testing Ability, masih baik), kepribadian tetap utuh atau tidak mengalami
keretakan kepribadian (Splitting of personality), prilaku  dapat terganggu tetapi
dalam batas-batas normal.

Depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan atau emosi dengan komponen
psikologis seperti rasa sedih, susah, merasa tidak berguna, gagal, putus asa dan
penyesalan atau berbentuk penarikan diri, kegelisahan atau agitasi (Wahyulingsih
dan Sukamto, 2004).

Depresi adalah suatu bentuk gangguan suasana hati yang mempengaruhi


kepribadian seseorang. Depresi juga merupakan perasaan sinonim dengan
perasaan sedih, murung, kesal, tidak bahagia dan menderita. Individu umumnya
menggunakan istilah depresi untuk merujuk pada keadaan atau suasana yang
melibatkan kesedihan, rasa kesal, tidak mempunyai harga diri, dan tidak
bertenaga. 

D. Etiologi

Etiologi diajukan para ahli mengenai depresi pada usia lanjut adalah :

1. Polifarmasi

Terdapat beberapa golongfan obat yang dapat menimbulkan deprsi, antara


lain: analgetik, obat anti inflamasi nonsteroid, anti hipertensi, anti psikotok,
anti kanker, ansiolitika, dan lain-lain.

2. Kondisi medis umum

Beberapa kondisi medis umum yang berhubungan dengan depresi adalah


gangguan endokrin, neoplasma, gangguan neurologis, dan lain-lain.

3
3. Teori neurobiology

Para ahli sepakat bahwa faktor genetik berperan pada depresi lansia. Pada
beberapa penelitian juga ditemukan adanya perubahan neurotransmiter pada
depresi lansia, seperti menurunnya konsentrasi serotonin, norepinefrin,
dopamin, asetilkolin, serta meningkatnya konsentrasi monoamin oksidase
otak akibat proses penuaan. Atrofi otak juga diperkirakan berperan pada
depresi lansia.

4. Teori psikodinamik

Hilangnya objek cinta diintrojeksikan ke dalam individu tersebut sehingga


menyatu atau merupakan bagian dari individu itu. Kemarahan terhadap objek
yang hilang tersebut ditujukan kepada diri sendiri. Akibatnya terjdi perasaan
bersalah atau menyalahkan diri sendiri, mersa diri tidak berguna, dan
sebagainya.

5. Teori kognitif dan perilaku

Konsep Seligman tentang learned helplessnessmenyatakan bahwa terdapat hu
bungan antarakehilangan yang tidak dapat dihindari akibat prosespenuaan sep
erti kedaan tubuh, fungsi seksual, dansebagainya dengan sensasi passive help
lessness pada pasien usia lanjut. Salah satu teori psikologis tentang terjadinya
gangguan depresif adalah terjadinya distorsi kognitif. Dalam hal ini berkaitan
dengan bagaimana interpretasi seseorang terhadap peristiwa-peristiwa
kehidupan yang dialaminya.

6. Teori psikoedukatif

Hal-hal yang dipelajari pada yang diamati individu pada orang tua usia lanjut
misalnya ketidakberdayaan mereka, pengisolasian oleh keluarga, tiada sanak
saudara ataupun perubahan-perubahan fisik yang diakibatkan oleh proses
penuaan dapat memicu terjadinya depresi pada usia lanjut.

7. Dukungan sosial yang buruk dan kegiatan religius yang kurang dihubungkan


dengan terjadinya depresi pada lansia. 

E. Gambaran Klinik

Individu dengan depresi juga harus mengalami paling sedikit empat gejala
tambahan yang ditarik dari suatu daftar yang meliputi perubahan-perubahan dalam
nafsu makan atau berat badan, tidur, dan aktivitas psikomotorik, energi yang

4
berkurang, perasaan tidak berharga atau bersalah, kesulitan dalam berpikir,
berkonsentrasi, atau membuat keputusan, atau pemikiran-pemikiran berulang
tentang kematian atau pemikiram rencan-rencana atau usaha untuk bunuh diri.

Gejala-gejala depresi lain pada lanjut usia:

1. Kecemasan dan kekhawatiran

2. Keputusasan dan keadaan tidak berdaya

3. Masalah-masalah somatik yang tidak dapat dijelaskan

4. Iritabilitas

5. Kepatuhan yang rendah terhadap terapi medis ataudiet

6. Psikosis

Manifestasi depresi pada lansia berbeda dengan depresi pada pasien yang lebih
muda. Gejala-gejala depresi sering berbaur dengan keluhan somatik. Keluhan
somatik cenderung legih dominan dibandingkan dengan mood depresi. Gejala
fisik yang dapat menyertai depresi dapat bermacam-macam seperti sakit kepala,
berdebar-debar, sakit pinggang, gastrointestinal, dan sebagainya.

Sedangkan menurut Greg Wilkinson, tanda dan gejala depresi terbagi atas:

1) Suasana Hati

a) Sedih

b) Kecewa

c) Murung

d) Putus Asa

e) Rasa cemas dan tegang

f) Menangis

g) Perubahan suasana hati

h) Mudah tersinggung

2) Fisik

a) Merasa kondisi menurun, lelah

5
b) Pegal-pegal

c) Sakit

d) Kehilangan nafsu makan

e) Kehilangan berat badan

f) Gangguan tidur

g) Tidak bisa bersantai

h) Berdebar-debar dan berkeringat

i) Agitasi

j) Konstipasi.

F. Tingkatan Depresi pada Lansia

1. Depresi ringan

Suasana perasaan yang depresif, Kehilangan minat, kesenangan dan mudah lelah,
konsentrasi dan perhatian kurang, harga diri dan kepercayaan diri kurang,
perasaan salah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram, gagasan
dan perbuatan yang membahayakan diri, tidak terganggu dan nafsu makan kurang.

2. Depresi Sedang

Kesulitan nyata mengikuti kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga

3. Depresi berat tanpa gejala manic

Biasanya Gelisah, kehilangan harga diri dan perasaan tidak berguna, keinginan
bunuh diri.

Gangguan depresi dibedakan dalam depresi ringan, sedang dan berat sesuai
dengan banyak dan beratnya gejala serta dampaknya terhadap fungsi kehidupan
seseorang. Menurut ICD 10, pada gangguan depresi ada 3 gejala utama yaitu:

1. Mood terdepresi (suasana perasaan hati murung/sedih),

2. Hilang minat atau gairah,

3. Hilang tenaga dan mudah lelah, yang disertai dengan gejala lain seperti:

6
a) Konsentrasi menurun,

b) Harga diri menurun,

c) Perasaan bersalah,

d) Pesimis memandang masa depan,

e) Ide bunuh diri atau menyakiti diri sendiri,

f) Pola tidur berubah,

g) Nafsu makan menurun

Pedoman Berat Ringannya Depresi

Depresi Gejala Gejala lain Fungsi Keterangan

Utama

Ringan 2 2 Baik Distress +

Sedang 2 3 atau 4 Terganggu Berlangsung


minimal 2
minggu

Berat 3 4 Terganggu Intensitas gejala


berat sangat berat

G. Dampak Depresi Pada Lansia

Pada usia lanjut deprsi yang berdiri sendiri maupun yang bersamaan dengan
penyakit lain hendaknya ditangani dengan sungguh-sungguh karen bila tidak
diobati dapat memperburuk perjalanan penyakit dan memperburuk prognosis.

Pada depresi dapat dijumpai hal-hal seperti di bawah ini:

1. Depresi  dapat  meningkatkan  angka  kematian pada  pasien  dengan penya
kit kardiovaskuler.

2. Pada deprsi timbul ketidakseimbangan hormonal yang dapat memperburuk


penyakit kardiovaskular (misalnya: peningkatamn hormon
adrenokortikotropin akan meningkatkan kadar kortisol).

7
3. Metabolisme serotonin yang terganggu padadepresi akan menimbulkan efek 
trombogenesis.

4. Perubahan suasana hati (mood) berhubungandengan gangguan respons
imunitas termasukperubahan fungsi limfosit dan penurunan jumlah limfosit.

5. Pada depresi berat terdapat penurunan aktivitas sel natural killer

6. Pasien depresi menunjukkan kepatuhan yang buruk pada program


pengobatan maupun rebilitasi.

Depresi pada lansia yang tidak ditangani dapatberlangsung bertahun-tahun


dan dihubungkan dengan kualitas hidup yang jelek, kesulitan dalam fungsi sosial
dan fisik, kepatuhan yang jelek terhadap terapi, danmeningkatnya morbiditas
dan mortalitas akibat bunuhdiri dan penyebab lainnya. Beberapapenelitian menunj
ukkan bahwa depresi pada lansia menyebabkan 
peningkatan penggunaan rumah sakitdan outpatient medical services.

H. Skala Pengukuran Depresi Pada Lanjut Usia

Depresi dapat mempengaruhi perilaku dan aktivitas seseorang terhadap


lingkungannya. Gejala depresi pada lansia diukur menurut tingkatan sesuai
dengan gejala yang termanifestasi. Jika dicurigai terjadi depresi, harus dilakukan
pengkajian dengan alat pengkajian yang terstandarisasi dan dapat dipercayai serta
valid dan memang dirancang untuk diujikan kepada lansia. Salah satu yang paling
mudah digunakan untuk diinterprestasikan diberbagai tempat, baik oleh peneliti
maupun praktisi klinis adalah Geriatric Depression Scale (GDS). Alat ini
diperkenalkan oleh Yesavagepada tahun 1983 dengan indikasi utama pada lanjut
usia, dan memiliki keunggulan mudah digunakan dan tidak memerlukan
keterampilan khusus dari pengguna. Instrument GDS ini memiliki sensitivitas 84
% danspecificity 95 %. Tes reliabilitas alat ini correlates significantly of 0,85
(Burns, 1999). Alat ini terdiri dari 30 poin pertanyaan dibuat sebagai alat
penapisan depresi pada lansia. GDS menggunakan format laporan sederhana yang
diisi sendiri dengan menjawab “ya” atau “tidak” setiap pertanyaan, yang
memrlukan waktu sekitar 5-10 menit untuk menyelesaikannya. GDS merupakan
alat psikomotorik dan tidak mencakup hal-hal somatik yang tidak berhubungan
dengan pengukuran mood lainnya. Skor 0-10 menunjukkan tidak ada depresi, nilai
11-20 menunjukkan depresi ringan dan skor 21-30 termasuk depresi sedang/berat
yang membutuhkan rujukan guna mendapatkan evaluasi psikiatrik terhadap
depresi secara lebih rinci, karena GDS hanya merupakan alat penapisan.

8
I. Penatalaksanaan Depresi Pada usia Lanjut

1. Terapi fisik

a. Obat

Secara umum, semua obat antidepresan sama efektivitasnya. Pemilihan jenis


antidepresan ditentukan oleh pengalaman klinikus dan pengenalan terhadap
berbagai jenis antidepresan. Biasanya pengobatan dimulai dengan dosis separuh
dosis dewasa, lalu dinaikkan perlahan-lahan sampai ada perbaikan gejala.

b. Terapi Elektrokonvulsif (ECT)

Untuk pasien depresi yang tidak bisa makan dan minum, berniat bunuh diri atau
retardasi hebat maka ECT merupakan pilihan terapi yang efektif dan aman. ECT
diberikan 1- 2 kali seminggu pada pasien rawat nginap, unilateral untuk
mengurangi confusion/memory problem.Terapi ECT diberikan sampai ada
perbaikan mood(sekitar 5 - 10 kali), dilanjutkan dengan anti depresan untuk
mencegah kekambuhan.

2. Terapi Psikologik

a. Psikoterapi

Psikoterapi individual maupun kelompok paling efektif jika dilakukan bersama-


sama dengan pemberian antidepresan. Baik pendekatan psikodinamik maupun
kognitif behavior sama keberhasilannya. Meskipun mekanisme psikoterapi tidak
sepenuhnya dimengerti, namun kecocokan antara pasien dan terapis dalam proses
terapeutik akan meredakan gejala dan membuat pasien lebih nyaman, lebih
mampu mengatasi persoalannya serta lebih percaya diri.

b. Terapi kognitif

Terapi kognitif - perilaku bertujuan mengubah pola pikir pasien yang selalu
negatif (persepsi diri, masa depan, dunia, diri tak berguna, tak mampu dan
sebagainya) ke arah pola pikir yang netral atau positif. Ternyata pasien usia lanjut
dengan depresi dapat menerima metode ini meskipun penjelasan harus diberikan
secara singkat dan terfokus. Melalui latihan-latihan, tugas-tugas dan aktivitas
tertentu terapi kognitif bertujuan merubah perilaku dan pola pikir.

c. Terapi keluarga

9
Problem keluarga dapat berperan dalam perkembangan penyakit depresi, sehingga
dukungan terhadap keluarga pasien sangat penting. Proses penuaan mengubah
dinamika keluarga, ada perubahan posisi dari dominan menjadi dependen pada
orang usia lanjut. Tujuan terapi terhadap keluarga pasien yang depresi adalah
untuk meredakan perasaan frustasi dan putus asa, mengubah dan memperbaiki
sikap/struktur dalam keluarga yang menghambat proses penyembuhan pasien.

d. Penanganan Ansietas (Relaksasi)

Teknik yang umum dipergunakan adalah program relaksasi progresif baik secara
langsung dengan instruktur (psikolog atau terapis okupasional) atau melalui tape
recorder. Teknik ini dapat dilakukan dalam praktek umum sehari-hari. Untuk
menguasai teknik ini diperlukan kursus singkat terapi relaksasi.

Penanganan depresi dapat dilakukan pada lansia itu sendiri, keluarga lansia dan
masyarakat, yaitu:

1. Diri Sendiri (Lansia)

a. Berpikir positif

b. Terbuka bila ada masalah

c. Menerima kondiri apa adanya

d. Ikut Kegiatan pengajian

e. Tidur yang cukup

f. Olahraga teratur

g. Optimis

h. Rajin beribadah

i. Latihan relaksasi

j. Ikut beraktivitas dan bekerja sesuai kemampuan

2. Keluarga

a. Dukung lansia tetap berkomunikasi

b. Ajak lansia berdiskuasi setiap minggu sekali

c. Mendengarkan keluahan lansia

10
d. Berikan bantuan ekonomi

e. Dukung kegiatan lansia

f. Ikut serta anak dan cucu merawat lansia

g. Memberikan kesempatan lansia beraktivitas sesuai dengan kemampuan

3. Masyarakat

a. Sediakan sarana posbindu untuk pelayanan kesehatan lansia

b. Siapkan tempat dan waktu latihan aktivitas lansia

c. Support group

J. Asuhan Keperawatan Lansia dengan Depresi

1. Pengkajian

a. Identitas diri klien

b. Struktur keluarga : Genoogram

c. Riwayat Keluarga

d. Riwayat Penyakit Klien

Kaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fisik untuk adanya tanda dan gejala
karakteristik yang berkaitan dengan gangguan tertentu yang didiagnosis.

a. Kaji adanya depresi.

b. Singkirkan kemungkinan adanya depresi dengan scrining yang tepat, seperti


geriatric depresion scale.

c. Ajukan pertanyaan-pertanyaan pengkajian keperawatan

d. Wawancarai klien, pemberi asuhan atau keluarga.

Lakukan observasi langsung terhadap:

a. Perilaku.

1) Bagaimana kemampuan klien mengurus diri sendiri dan melakukan


aktivitas hidup sehari-hari?

11
2) Apakah klien menunjukkan perilaku yang tidak dapat di-terima secara
sosial?

3) Apakah klien sering mengluyur danmondar-mandir?

4) Apakah ia menunjukkan sundown sindrom atau perseveration phenomena?

b. Afek

1) Apakah kilen menunjukkan ansietas?

2) Labilitas emosi?

3) Depresi atauapatis?

4) lritabilitas?

5) Curiga?

6) Tidak berdaya?

7) Frustasi?

c. Respon kognitif

1) Bagaimana tingakat orientasi klien?

2) Apakah klien mengalamikehilangan ingatan tentang hal-hal yang baru saja


atau yang sudah lama terjadi?

3) Sulit mengatasi masalah, mengorganisasikan atau meng-abstrakan?

4) Kurang mampu membuat penilaian?

5) Terbukti mengalami afasia, agnosia atau apraksia?

Luangkan waktu bersama pemberi asuhan atau keluarga

a. Identifikasi pemberian asuhan primer dan tentukan berapa lama ia


sudah menjadi pemberi asuhan dikeluarga tersebut.

b. Identifikasi sistem pendukung yang ada bagi pemberi asuhan dan


anggota keluarga yang lain.

c. Identifikasi pengetahuan dasar tentang perawatan klien dan sumber


daya komunitas (catat hal-hal yang perlu diajarkan).

d. Identifikasi sistem pendukung spiritual bagi keluarga.

12
e. Identilikasi kekhawatiran tertentu tentang klien dan kekhawatiran
pemberiasuhan tentang dirinya sendiri.

2. Mengkaji Klien Lansia Dengan Depresi

a. Membina hubungan saling percaya dengan klien lansia

Untuk melakukan pengkajian pada lansiadengan depresi, pertama-tama saudara


harus membina hubungan saling percaya dengan pasien lansia.

Untuk dapat membina hubngan saling percaya, dapat dilakukan hal-hal sebagai
berikut:

1) Selalu mengucapkan salam kepada pasien seperti: selamat


pagi/siang/sore/malam atau sesuai dengan konteks agama pasien.

2) Perkenalkan nama saudara (nama panggilan) saudara, termasuk


menyampaikan bahwa saudara adalah perawat yang akan merawat pasien.

3) Tanyakan pula nama pasien dan nama panggilan kesukaannya.

4) Jelaskan tujuan saudara merawat pasien dan aktivitas yang akan dilakukan.

5) Jelaskan pula kapan aktivitas akan dilaksanakan dan berapa lama aktivitas
tersebut.

6) Bersikap empati dengan cara:

a) Duduk bersama klien, melakukan kontak mata, beri sentuhan dan


menunjukkan perhatian

b) Bicara lambat, sederhana dan beri waktu klien untuk berpikir dan
menjawab

c) Perawat mempunyai harapan bahwa klien akan lebih baik

d) Bersikap hangat, sederhana akan mengekspresikan pengharapan pada


klien.

b. Mengkaji pasien lansia dengan depresi

Untuk mengkaji pasien lansia dengan depresi, saudara dapat menggunakan tehnik
mengobservasi prilaku pasien dan wawancara langsung kepada pasien dan

13
keluarganya. Observasi yang saudara lakukan terutama untuk mengkaji data
objektif depresi. Ketika mengobservasi prilaku pasien untuk tanda-tanda seperti:

1) Penampilan tidak rapi, kusut dan dandanan tidak rapi, kulit kotor
(kebersihan diri kurang)

2) Interaksi selama wawancara: kontak mata kurang, tampak sedih, murung,


lesu, lemah, komunikasi lambat/tidak mau berkomunikasi.

Berikut ini adalah aspek psikososial yang perlu dikaji oleh perawat yaitu apakah
lansia mengalami kebingungan, kecemasan, menunjukkan afek yang labil, datar
atau tidak sesuai, apakah lansia mempunyai ide untuk bunuh diri. Bila data
tersebut saudara peroleh, data subjektif didapatkan melalui wawancara dengan
menggunakan skala depresi pada lansia (Depresion Geriatric Scale).

3. Klasifikasi Data

a. Data Subjektif

1) Lansia Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara.

2) Sering mengemukakan keluhan somatik seperti: nyeri abdomen dan dada,


anoreksia, sakit punggung, pusing.

3) Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan
hidup, merasa putus asa dan cenderung bunuh diri.

4) Pasien mudah tersinggung dan ketidakmampuan untuk konsentrasi.

b. Data Objektif

1) Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila duduk
dengan sikap yang merosot.

2) Ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat dengan langkah yang
diseret.

3) Kadang-kadang dapat terjadi stupor.

4) Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar tidur dan sering
menangis.

14
5) Proses berpikir terlambat, seolah-olah pikirannya kosong, konsentrasi
terganggu, tidak mempunyai minat, tidak dapat berpikir, tidak mempunyai
daya khayal.

Pada pasien psikosa depresif terdapat perasaan bersalah yang mendalam, tidak
masuk akal (irasional), waham dosa, depersonalisasi dan halusinasi. Kadang-
kadang pasien suka menunjukkan sikap bermusuhan (hostility), mudah
tersinggung (irritable) dan tidak suka diganggu. Pada pasien depresi juga
mengalami kebersihan diri kurang dan keterbelakangan psikomotor.

4. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko mencederai diri berhubungan dengan depresi.

b. Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptif.

c. Ketidakberdayaan

d. Risiko bunuh diri

e. Gangguan pola tidur

5. Rencana Tindakan Keperawatan

a. Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptive

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam lansia merasa
tidak stres dan depresi.

Kriteria Hasil:

1) Klien dapat meningkatkan harga diri

2) Klien dapat menggunakan dukungan social

3) Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat

No Intervensi Rasional

1 Bantu untuk memahami bahwa klien dapat Membangun motivasi


mengatasi keputusasaannya. pada lansia

2 Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal Individu lebih percaya

15
individu diri

3 Bantu mengidentifikasi sumber-sumber Menumbuhkan


harapan (misal: hubungan antar sesama, semangat hidup lansia
keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).
Klien dapat
menggunakan
dukungan sosial

4 Kaji dan manfaatkan sumber-sumber Lansia tidak merasa


ekstemal individu (orang-orang terdekat, tim sendiri
pelayanan kesehatan, kelompok pendukung,
agama yang dianut).

5 Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, Meningkatkan nilai


pengalaman masa lalu, aktivitas keagamaan, spiritual lansia
kepercayaan agama).

6 Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal: Untuk menangani


konseling pemuka agama). klien secara cepat dan
tepat

7 Diskusikan tentang obat (nama, dosis, Klien dapat


frekuensi, efek dan efek samping minum menggunakan obat
obat). dengan benar dan tepat

Untuk memberi
pemahaman kepada
lansia tentang obat

8 Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 Prinsip 5 benar dapat


benar (benar pasien, obat, dosis, cara, waktu). memaksimalkan fungsi
obat secara efektif

9 Anjurkan membicarakan efek dan efek Menambah


samping yang dirasakan. pengetahuan lansia
tentang efek-efek
samping obat.

10 Beri reinforcement positif bila menggunakan Lansia merasa dirinya


obat dengan benar. lebih berharga

16
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pemasukan yang tidak adekuat akibat penurunan nafsu makan

Tujuan: Tidak ada gangguan kebutuhan nutrisi pada klien

Kriteria hasil:

1) Nafsu makan meningkat

2) Tidak ada mual dan muntah

No   Intervensi Rasional

1 Observasi porsi makanan yang telah di Mengkaji intake


habiskan. makanan yang telah di
habiskan.

2 Anjurkan makanan sedikit-sedikit tapi sering Menghindari mual dan


muntah

3 Berikan makanan selagi hangat Memberikan makanan


hangat dan lunak tidak
menyebabkan mual
dan muntah.

4 Hindari makanan pantangan bagi klien. Menghindari


komplikasi penyakit

5 Kolaborasi dengan dokter dengan pemberian Menghilangkan atau


terapi mengurangi keluhan
pasien

c. Resiko Bunuh Diri berhubungan dengan depresi

Tujuan:

1) Klien tidak membahayakan dirinya sendiri

2) Pasien mempunyai alternatif penyelesaian masalah yang konstruktif.

Kriteria hasil:

1) Mampu mengungkapkan ide bunuh diri

2) Mengenali cara-cara untuk mencegah bunuh diri

17
3) Mendemonstrasikan cara menyelesaikan masalah yang konstruktif

No Intervensi Rasional

1.        Diskusikan dengan pasien tentang Menggali ide dalam pikiran klien tentang
         ide-ide bunuh diri bunuh diri

2 Buat kontrak dengan pasien untuk Meminimalkan resiko pasien bunuh diri
tidak melakukan bunuh diri

3 Bantu pasien mengenali perasaan Menggali perasaan pasien tentang


yang menjadi penyebab timbulnya penyebab bunuh diri
ide bunuh diri

4 Ajarkan beberapa alternatif cara Membantu pasien  dalam membentuk


penyelesaian masalah yang koping adaptif
konstruktif

5 Bantu pasien untuk memilih cara Meringankan masalah pasien


yang paling tepat untuk
menyelesaikan masalah secara
konstruktif.

6 Beri pujian terhadap pilihan yang Pujian dapat menyenangkan perasaan


telah dibuat pasien dengan tepat. pasien

Tindakan pada Keluarga

Tujuannya agar keluarga mampu:

1) Mengidentifikasi tanda-tanda perilaku bunuh diri pasie

2) Menciptakan lingkungan yang aman untuk mencegah perilaku bunuh diri

3) Membantu pasien menggunakan cara penyelesaian masalah yang konstruktif

Tindakan:

1) Diskusikan dengan keluarga tentang tanda-tanda perilaku klien saat muncul ide
bunuh diri

2) Diskusikan tentang cara mencegah perilaku bunuh diri pada pasien:

18
a) Ciptakan lingkungan yang aman untuk pasien, singkirkan semua benda-
benda yang memiliki potensi untuk membahayakan klien (benda tajam, tali
pengikat, ikat pinggang, dan benda-benda lain yang terbuat dari kaca)

b) Antisipasi penyebab yang dapat membuat pasien bunuh diri

c) Lakukan pengawasan secara terus menerus

d) Anjurkan keluarga meluangkan waktu bersama klien

e) Mendiskusikan dengan keluarga koping positif yang pernah dimiliki klien


dalam menyelesaikan masalah

f) Anjurkan keluarga untuk membantu klien untuk menggunakan koping


positif dalam menyelesaikan masalah

g) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian terhadap penggunaan koping


positif yang telah digunakan oleh klien.

d. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan kecemasan

Tujuan:

1) Klien mampu mengidentifikasi penyebab gangguan pola tidur

2) Klien mampu memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur

Kriteria Hasil:

1) Klien mampu memahami faktor penyebab gangguan pola tidur.

2) Klien mampu memahami rencana khusus untuk menangani atau mengoreksi


penyebab tidur tidak adekuat.

3) Klien mampu menciptakan pola tidur yang adekuat dengan penurunan terhadap
pikiran yang melayang-layang (melamun).

4) Klien tampak atau melaporkan dapat beristirahat yang cukup.

No Intervensi Rasional

1 Bersama klien mengidentifikasi gangguan Untuk mengetahui apa


pola tidur saja penyebab
gangguan pola tidur

19
pada pasien

2 Diskusikan cara-cara utuk memenuhi Mempermudah pasien


kebutuhan tidur (Minum air hangat atau susu untuk memperoleh
hangat sebelum tidur, hindarkan minum yang kebutuhan tidur yang
mengandung kafein dan coca cola, baik
dengarkan musik yang lembut sebelum

tidur)

3 Anjurkan pasien untuk memilih cara yang Cara-cara yang sesuai


sesuai dengan kebutuhannya dapat mempermudah
pasien

4 Berikan lingkungan yang nyaman untuk Agar pasien dapat


meningkatkan tidur. kualitas tidur yang baik

Tindakan untuk Keluarga

Tujuan

1) Keluarga mampu mengidentifikasi tanda dan gejala gangguan pola tidur.

2) Keluarga dapat membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan tidur.

Tindakan

1) Diskusikan dengan keluarga tentang tanda dan gejala gangguan pola tidur pada
pasien.

2) Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang tenang untuk


memfasilitasi agar pasien dapat tidur.

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Lanjut usia merupakan bagian dari proses kehidupan yang tidak dapat dihindari
dan akan dialami oleh setiap manusia. Pada tahap ini manusia mengalami banyak
perubahan baik secara fisik maupun mental, dimana terjadi kemunduran dalam
berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya.

Depresi merupakan suatu gangguan mood. Moodadalah suasana perasaan yang


meresap dan menetapyang dialami secara internal dan yang
mempengaruhiperilaku seseorang dan persepsinya terhadap dunia(Sadock &
Sadock, 2007).

Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan


kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya
kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality
Testing Ability, masih baik), kepribadian tetap utuh atau tidak mengalami
keretakan kepribadian (Splitting of personality), prilaku dapat terganggu tetapi
dalam batas-batas normal (Hawari Dadang, 2001).

B. Saran

Sebagai calon tenaga kesehatan baiknya kita mengetahui penyebab yang dapat
menyebabkan kegawatdaruratan Depresi pada lansia, baiknya kita harus paham
sifat yang dimiliki masing masing manusia, dan dapat mengaplikasikan hasil dari
pembelajaran pada dunia nyata.

21
DAFTAR PUSTAKA

Nuzulul Wahyudi. Askep Kritikal Pada Lansia Pada Kasus Depresi. Sabtu, 02


November 2013

http://nuzulwahyudi10.blogspot.com

Elvy Hadaming. Askep Lansia Dengan Masalah Psikologis. Rabu, 23 April 2014

http://evyhadaming.blogspot.com

Desi Artika. Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Gangguan Psikologi Dan


Psikososial. Selasa, 29 Juli 2015

http://desiartikaratnasary.blogspot.com

22

Anda mungkin juga menyukai