Anda di halaman 1dari 36

MENENTUKAN UPAYA PENCEGAHAN

RISIKO DAN HAZARD PADA SETIAP


ASUHAN KEPERAWATAN

DEDI WAHYUDIN
Pelayanan Kesehatan Kerja Per Menakertrans
No.03/1982
Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
Penyesuaian pekerjaan thd tenaga kerja
Pembinaan & pengawasan lingk kerja
Pembinaan & pengawasan sanitair
Pembinaan & pengawasan perlengkapan kesehatan
tenaga kerja
Pencegahan thd peny umum & PAK
P3K
Pelatihan Petugas P3K
Perencanaan tempat kerja, APD, gizi
Rehabilitasi akibat kecelakaan atau PAK
Pembinaan thd tenaga kerja yg punya kelainan 
Laporan berkala
UPAYA PENCEGAHAN DAN MEMINIMALKAN RISIKO DAN
HAZARD PADA TAHAP PENGKAJIAN

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses


keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan
informasi atau data tentang pasien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah,
kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien, baik
fisik, mental, sosial dan lingkungan.
Risk (Risiko) adalah sebagai peluang terpaparnya
seseorang atau alat pada suatu hazard

Hazard adalah sesuatu yang dapat menyebabkan


cedera pada manusia atau kerusakan pada alat atau
lingkungan atau dengan kata lain sesuatu yang dapat
mengakibatkan bahaya
Identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang
dapat dilakukan untuk mengenali seluruh situasi atau
kejadian yang berpotensi sebagai penyebab terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin
timbul di tempat kerja (Tarwaka, 2008)
Tujuan Penilaian Risiko
Untuk menentukan pengaruh atau akibat pemaparan
potensi bahaya yang digunakan sebagai landasan
dalam melakukan tindakan perbaikan mencegah
terjadinya incident akibat bahaya tersebut.
Untuk menyusun prioritas pengendalian semua jenis
risiko, akibat yang bisa terjadi tingkat keparahan,
frekuansi kejadian dan cara pencegahan
Langkah Pengkajian risiko
Estimasi tingkat kekerapan
Mempertimbangkan tentang berapa sering dan berapa
lama seorang tenaga kerja terpapar potensi bahaya.
Dengan demikian kita harus membuat keputusan
tentang tingkat kekerapan kecelakaan/ sakit yang terjadi
untuk seriap potensi bahaya yang diidentifikasi.
Estimasi tingkat keparahan
Pertimbangan tentang beberapa banyak orang yang ikut
terkena dampak akibat kecelakaan dan bagian-bagian
tubuh mana saja yang dapat terpapar potensi bahaya
Penentuan tingkat risiko
Tentukan tingkat risiko dari masing-masing hazard
yang telah diidentifikasi dan dinilai.
Prioritas risiko
Buat skala resiko untuk setiap potensi bahaya yang
diidentifikasi dalam upaya menyusun rencana
pengendalian resiko yang tepat.
”URGENT” yang menjadi prioritas utama, ”HIGH",
”MEDIUM”, dan ”LOW”. Sedangkan tingkat resiko
”NONE” untuk sementara dapat diabaikan dari rencana
pengendalian resiko (Tarwaka, 2008)
Analisis Resiko
Identifikasi Hazard
Informasi yang akan didapatkan adalah tife hazard, dan
magnitude hazard
Proyeksi resiko
Dilakukan untuk merating resiko berdasarkan
kecenderungan bahwa resiko tersebut akan menjadi
kenyataan dan segala konsekuensi dari masalah yang
berhubungan dengan resiko tersebut
Penilaian resiko
Resiko diberi bobot berdasarkan persepsi dampak dan
prioritas
Dampak merupakan fungsi dari 3 faktor yaitu
Kecenderungan akan terjadinya kejadian
Lingkup risiko, merupakan kombinasi tingkat
keparahan dan jangkauan distribusi risiko
Waktu dan lamanya dampak dirasakan
Teknik penilaian resiko
Penilaian kuantitatif resiko
 Kuantitatif terhadap resiko akan sangat tergantung pada

kondisi nature hazard, kemudahan untuk diukur


(measurable) dan adanya suatu standar yang dipakai
Penilaian kualitatif resiko
 Metode ini terkesan subjektif dan memberi peluang multi
interpretasi dan debat
Pengelompokan Hazard
Occupational Health Hazard
Bahaya yang terdapat dilingkungan kerja yang
mempunyai potensi untuk menimbulkan terjadinya
gangguan kesehatan dari gangguan fisiologis, keluhan,
sakit, bahkan kematian
Occupational Safety Hazard
Bahaya yang terdapat dilingkungan kerja yang
mempunyai potensi untuk menimbulkan terjadinya
incident, injury, baik pada manusia maupun pada proses
kerja
Occupational Health Hazard
Faktor Fisik
Berupa energi seperti kebisingan, radiasi, temperatur
ekstrim, pencahayaan, getaran, tekanan udara, dll
Faktor kimia
Berupa bahan kimia baik dalam bentuk gas, cair, dan
padat yang mempunyai sifat toksik, beracun, irritan,
asphyxian, patologik
Faktor Biologi
Bahaya yang berasal dari mikroorganisme khususnya
yang patogen yang dapat menimbulkan gangguan
Faktor Ergonomi
Merupakan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan sebagai akibat dari ketidaksesuaian desain
kerja dengan pekerja
Faktor Stress Kerja
Bahaya yang berasal dari pengorganisasian pekerjaan
dan budaya kerja
Occupational Safety Hazard
Faktor Mechanik
Bahaya yang terdapat pada benda-benda atau proses
yang bergerak yang menimbulkan dampak seperti :
terpotong, tertusuk, tersayat, tergores, dll
Faktor Kimia
Berupa bahan kimia baik dalam bentuk gas, cair, dan
padat yang mempunyai sifat mudah terbakar, mudah
meledak dan korosif
Faktor Elektrik
Bahaya yang berasal dari arus listrik
Safety vs Health
Safety Health
Hazard : Hazard :

mechanic,electric, kinetic, ●
physic, chemical, biologic,
substance ergonomic, psychosocial

Konsekuensi : Accident :

Konsekuensi :
Terpapar→kontak→peny mendadak,
Injuries menahun & dampak pd masy umum

Kepedulian : Process, ●
Kepedulian : Lingk, paparan, tdk
Equipment, tools Titik berat pd urgen, Titik berat pd bahaya
kerusakan aset Sifat : urgen tersembunyi
Tahap Pengkajian
Lingkungan pabrik : kebersihan, sanitasi
Pemeriksaan kes (awal,berkala,khusus)
Jaminan kesehatan
Pemakaian APD
Proses kerja
Keluhan pekerja
Kecelakaan yg sering terjadi
P3K
Jam kerja
Tahap Pengkajian
Biologis :
Karakteristik usia
Jenis kelamin
Masalah kesehatan
Fungsi fisik
Gaya hidup
Konsumsi makanan.
Aktivitas dan istirahat.
Penampilan.
Penggunaan alat pelindung diri.
 Sistem Kesehatan
Potensial hazard
Faktor Fisik, yang meliputi:
 Kebisingan, getaran akibat alat/media elektronik dapat
menyebabkan ketulian.
 Pencahayaan yang kurang di ruang kerja, laboratorium,

ruang perawatan dan kantor administrasi dapat menyebabkan


gangguan penglihatan dan kecelakaan kerja.
 Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja Terimbas

kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar.


 Terkena radiasi. khusus untuk radiasi, dengan

berkembangnya teknologi pemeriksaan, penggunaannya


meningkat sangat tajam dan jika tidak dikontrol dapat
membahayakan petugas yang menangani.
 Faktor Kimia
Faktor Kimia Petugas di tempat kerja kesehatan yang sering kali
kontak dengan bahan kimia dan obat-obatan seperti antibiotika,
demikian pula dengan solvent yang banyak digunakan dalam
komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang paling
karsinogen.
Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi dampak
negatif terhadap kesehatan mereka. Gangguan kesehatan yang
paling sering adalah dermatosis kontak akibat kerja yang pada
umumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya
sedikit saja oleh karena alergi (keton).
Bahan toksik (trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan,
terhirup atau terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit
akut atau kronik, bahkan kematian.
Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan
jaringan yang irreversible pada daerah yang terpapar.
Faktor Biologi
Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan tempat
bagi berkembang biaknya strain kuman yang resisten,
terutama kuman-kuman pyogenic, colli, bacilli dan
staphylococci, yang bersumber dari pasien, benda-
benda yang terkontaminasi dan udara.
Virus yang menyebar melalui kontak dengan darah dan
sekreta (misalnya HIV dan Hep. B) dapat menginfeksi
pekerja hanya akibat kecelakaan kecil dipekerjaan,
misalnya karena tergores atau tertusuk jarum yang
terkontaminasi virus.
Faktor Ergonomi/Fisiologi
Penyebabnya adalah cara kerja, posisi kerja, alat kerja,
lingkungan kerja yang salah dan kontruksi salah.
Efek terhadap tubuh yaitu dapat menyebabkan
kelelahan fisik, nyeri otot, deformitas tulang, perubahan
bentuk, dislokasi.        
Faktor Mental/Psikologi
Penyebabnya yaitu suasana kerja monoton dan tidak
nyaman, hubungan kerja kurang baik, upah kerja
kurang, terpencil, tak sesuai bakat.
Manifestasinya berupa stress
Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan
menyangkut hidup mati seseorang. Untuk itu pekerja di
tempat kerja kesehatan di tuntut untuk memberikan
pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan
kewibawaan dan keramahan-tamahan.
Contoh risiko perawat pada saat kerja
Pelecehan verbal saat berkomunikasi dengan pasien
atau keluarga pasien
Kekerasan fisik pada perawat ketika melakukan
pengkajian
Pasien dan keluarga acuh tak acuh dengan pertanyaan
yang diajukan perawat
Resiko tertular penyakit dengan kontak fisik maupun
udara saat pemeriksaan fisik
Perawat menjadi terlalu empati dengan keadaan
pasien dan keluarganya.
Analisa Data :
Analisa masalah berdasarkan data fokus
Kecelakaan kerja yg sering terjadi
Perilaku yg tidak sehat
Lingkungan yg tidak sehat
Penyakit akibat kerja
Pengetahuan yg kurang
Kurangnya fasilitas pendukung
Perumusan Diagnosa
Contoh diagnosa :

Resiko peningkatan penyakit akibat kerja b/d kurang


pengetahuan pekerja & perusahaan ttg standar
keselamatan dan kesehatan kerja penggunaan APD,
posisi kerja yg benar, Fasilitas kerja
Rencana keperawatan :
Prioritas masalah menggunakan skoring Intervensi :
Pendidikan kesehatan
Skrining
Pembekalan kader P3K
Contoh askep kesehatan kerja :
Dx : Resiko peningkatan peny akibat kerja b/d kurang
pengetahuan pekerja & perush Ttg standar K3, APD,
fasilitas kerja
Tujuan jangka panjang : Tidak terjadi peningkatan
PAK
Tujuan jangka pendek pekerja mampu :
Mengetahui PAK
Menggunakan APD
Merubah perilaku
INTERVENSI YANG DAPAT DILAKUKAN
Pengendalian Hazard
Eliminasi
Metode mengendalikan dengan cara menghilangkan
bahaya dari tempat kerja
Umumnya diterapkan pada material, proses, dan
kadang-kadang pada teknologi
Subtitusi
Mengganti beberapa potensial hazard (material atau
proses) dengan yang mempunyai hazard lebih rendah
Minimasi
Mengurangi jumlah bahan berbahaya baik yang digunakan
maupun disimpan
Pengendalian tehnik/engineering control
Pengendalian ini dilakukan bertujuan untuk memisahkan
bahaya dengan pekerja serta untuk mencegah terjadinya
kesalahan manusia. Pengendalian ini terpasang dalam suatu
unit sistem mesin atau peralatan.
Contoh-contoh implementasi metode ini misal adalah adanya
penutup mesin/machine guard, circuit breaker, interlock
system, start-up alarm, ventilation system, sensor, sound
enclosure
Sistem peringatan/warning system
Adalah pengendian bahaya yang dilakukan dengan
memberikan peringatan, instruksi, tanda, label yang
akan membuat orang waspada akan adanya bahaya
dilokasi tersebut. 
Sangatlah penting bagi semua orang mengetahui dan
memperhatikan tanda-tanda peringatan yang ada
dilokasi kerja sehingga mereka dapat mengantisipasi
adanya bahaya yang akan memberikan dampak
kepadanya.
pengendalian jenis ini antara lain berupa alarm system,
detektor asap, tanda peringatan (penggunaan APD
spesifik, jalur evakuasi, area listrik tegangan tinggi, dll).
Pengendalian administratif/ administratif control
Kontrol administratif ditujukan pengandalian dari sisi
orang yang akan melakukan pekerjaan, dengan
dikendalikan metode kerja diharapkan orang akan
mematuhi, memiliki kemampuan dan keahlian cukup
untuk menyelesaikan pekerjaan secara aman.
Jenis pengendalian ini antara lain seleksi karyawan,
adanya standar operasi baku (SOP), pelatihan,
pengawasan, modifikasi prilaku, jadwal kerja, rotasi
kerja, pemeliharaan, manajemen perubahan, jadwal
istirahat, investigasi dll
Alat pelindung diri
Pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri
merupakan merupakan hal yang paling tidak efektif
dalam pengendalian bahaya,dan APD hanya berfungsi
untuk mengurangi reriko dari dampak bahaya. Karena
sifatnya hanya mengurangi, perlu dihindari
ketergantungan hanya menggandalkan alat pelindung
diri dalam menyelesaikan setiap pekerjaan.
Pemeliharaan dan pelatihan menggunakan alat
pelindung diripun sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan efektifitas manfaat dari alat tersebut.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai