Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS
DESA SUNGAI LULUT RT 6A

OLEH:
Ani Suriyani, S.Kep
2114901110009

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

A. Pengertian
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat
kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta
cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja memiliki sifat sebagai berikut :
Sasarannya adalah lingkungan kerja dan bersifat teknik. Pengistilahan Keselamatan dan
Kesehatan kerja (atau sebaliknya) bermacam macam ; ada yang menyebutnya Higiene
Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hyperkes) dan ada yang hanya disingkat K3, dan dalam
istilah asing dikenal Occupational Safety and Health.
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja. Beban
kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh
produktivitas kerja yang optimal (UU KesehatanTahun 1992 Pasal 23).

B. Tujuan
a. Perlindungn bagi masyarakat dari bahaya yg timbul dari pekerjaan kita.
b. Memeliharan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja, melindungi dari gangguan
kerja, meningkatkan efisiensi kerja, menempatkan pekerjaaan yang sesuai dengan
kemampuan.
c. Melindungi hak keselamatan pekerja, memelihara sumber prodeksi agar berdaya guna.
d. Meningkatkn kesehatan tenaga kerja
e. Menempakan pekerja sesuai kemampuan
f. Melindungi tenaga kerja atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktivitas.
g. Agar tenaga kerja memperoleh derajat kesehatn setinggi-tingginya dengan usaha
preventif kuratif terhadap ganguan kesehatan yang timbul.
h. Pemeliharaan dan peningkatan efisiensi dan daya produktifitas tenaga manusia.
i. Pemberantasan kelelahan kerja dan peningkatan kegairahan kerja.
j. Pemeliharaan dan peningkatan hygieni dan sanitasi perusahaan pada umumnya seperti
kebersihan ruangan-ruangan cara pembuangan sampah pengolaan dsb.
k. Perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar tehindar dari pengotoran
oleh bahan-bahan dari perusahaan yang bersangkutan.

C. Trias Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Tempat kerja dan pekerja merupakan populasi, bila menggunakan pendekatan trias
epidemiologi bahwa dengan berfokus pada kesehatan dan keselamatan populasi pekerja,
host digambarkan sebagai manusia yang rentan, karena terkait dengan sifat bahaya kerja,
sehingga diasumsikan bahwa semua individu pekerja dan kelompok beresiko terkena
bahaya kerja. Agent adalah faktor yang berhubungan dengan penyakit dan cedera,
diklasifikasikan menjadi biologi, kimia, erginomi, fisik, atau psikososial. Environment,
berhubungan dengan kondisi eksternal yang berpengaruh terhadap interaksi host dan
agents.
Apabila interaksi antara host, agent dan environment tidak dapat dikendalikan,
maka timbulah penyakit atau cedera. Ketiga faktor timbulnya penyakit tersebut ada dalam
lingkungan pekerja, dengan demikian maka diasumsikan bahwa semua pekerja yang ada
dalam lingkungan kerja maka mempunyai resiko untuk sakit atau cedera, dengan demikian
proaktif dari perawat menjadi hal yang penting dalam upaya mencegah terjadinya penyakit
atau cedera akibat kerja melalui design yang efektif melalui 3 level prevensi; primer,
sekunder dan tersier. Lingkup Kegiatan Program Keperawatan Kerja:
a. Riwayat kesehatan terutama para pekerja dan keluarga pekerja
b. Pengkajian atau screening
c. Surveillance atau monitoring
d. Primary health care
e. Konseling

Program Pelayanan Kesehatan Kerja adalah program pelayanan paripurna, terdiri


dari 3 level prevensi yaitu prevensi primer, sekunder dan tersier yang dilaksanakan dalam
suatu system yang terpadu.
a. Pelayanan prevensi primer, kegiatannya antara lain:
1) Pemeriksaan kesehatan awal, berkala dan khusus
2) Immunisasi
3) Kesehatan lingkungan kerja
4) Perlindungan diri terhadap bahaya-bahaya perkerjaan
5) Penyerasaian manusia dengan mesin dan alat kerja (ergonomik)
6) Pengendalian bahaya lingkungan kerja
7) Pendidikan dan penyuluhan tentang kesehatan kerja
8) Pemeliharaan berat badan ideal
9) Perbaikan gizi, menu seimbang dan pemilihan makanan yang sehat dan aman
10) Olah-raga
b. Pelayanan Prevensi sekunder
Pelayanan diberikan kepada pekerja yang sudah mengalami gangguan pekerjaan.
Pelayanan meliputi pengobatan terhadap penyakit umum maupun penyakit akibat kerja,
kegiatannya antara lain:
1) Konseling
2) Screening adanya gangguan akibat kerja
3) Penatalaksanaan kasus
4) Penanganan kegawat daruratan baik fisik maupun psikologis akibat kerja
5) Rujukan
6) Home Visite terhadap pekerja yang mengalami gangguan akibat kerja

c. Pelayanan Prevensi tersier


Pelayanan diberikan kepada pekerja yang telah menderita cacat sehingga
menyebabkan ketidakmampuan bekerja secara permanent baik sebagian maupun seluruh
kemampuan bekerjanya. Kegiantannya antara lain:
1) Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan kemampuannya yang
masih ada secara maksimal.
2) Penempatan kembali pekerja yang secara selektif sesuai kemampuannya.

D. Penyakit Akibat Kerja


a. Golongan fisik
1. Suara yang keras dapat menyebabkan tuli.
2. Suhu tinggi dapat menyebabkan heat stroke, heat cramps, atau hyperpyrexia.
3. Suhu rendah menyebabkan chilblains, trench foot, atau frostbite.
4. Penerangan yang kurang atau yang terlalu terang (menyilaukan) menyebabkan
kelainan penglihatan dan memudahkan terjadinya kecelakaan.
5. Penurunan tekanan udara (dekompressi) yang mendadak dapat menyebabkan
caisson disease.
6. Radiasi dan sinar Roentgent atau sinar radio aktif menyebabkan penyakit-penyakit
darah, kemandulan, kanker kulit dan sebagainya.
7. Sinar infra merah dapat menyebabkan catharfact lensa mata.
8. Sinar ultra violet dapat mnyebabkan konjungtivitis photo electrica.
b. Golongan kimiawi
1. Gas yang menyebabkan keracunan misalnya: CC, HCN, H2S, SQ2.
2. Uap dan logam dapat menyebabkan “metal fume fever”, ataupun keracunan logam
misalnya karena Hg, Pb.
3. Larutan ataupun cairan misalnya H2S04, HC1 dapat menyebabkan keracunan
ataupun dermatosis (penyakit kulit).
4. Debu-debu misalnya debu silica, kapas, asbest ataupun debu logam berat bila
terhirup ke dalam paru-paru menyebabkan pneumoconiosis.
5. Awan atau kabut dan insecticida ataupun fungicida pada penyemprotan serangga dan
hama tanaman dapat menyebabkan keracunan.
c. Golongan penyakit infeksi
Misalnya penyakit anthrax yang disebabkan bakteri Bacillus anthracis pada
penyamak kulit atau pengumpul wool. Penyakit-penyakit infeksi pada karyawan yang
bekerja dalam bidang mikrobiologi ataupun dalam perawatan penderita penyakit
menular.

d. Golongan fisiologi
Penyakit yang disebabkan karena sikap badan yang kurang baik; karena
konstruksi mesin yang tidak cocok, ataupun karena tempat duduk yang tidak sesuai.
e. Golongan mental-psikologi
Penyakit yang timbul karena hubungan yang kurang baik antara sesama
karyawan, antara karyawan dengan pimpinan, karena pekerjaan yang tidak cocok
dengan psikis karyawan, karena pekerjaan yang membosankan ataupun karena upah
(imbalan) yang terlalu sedikit sehingga tenaga pikirannya tidak dicurahkan kepada
pekerjaannya melainkan kepada usahausaha pribadi untuk. menambah penghasilannya.

E. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kecelakaan Akibat Kerja


a. Faktor Biologis
Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan favorable bagi berkembang biaknya
strain kuman yang resisten, terutama kuman-kuman pyogenic, colli, bacilli dan
staphylococci, yang bersumber dari pasien, benda-benda yang terkontaminasi dan udara.
Virus yang menyebar melalui kontak dengan darah dan sekreta (misalnya HIV dan Hep.
B) dapat menginfeksi pekerja hanya akibat kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena
tergores atau tertusuk jarum yang terkontaminasi virus.
Pencegahan :
1. Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan, epidemilogi dan
desinfeksi.
2. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan dalam keadaan
sehat badani, punya cukup kekebalan alami untuk bekrja dengan bahan infeksius, dan
dilakukan imunisasi.
3. Pengelolaan limbah infeksius dengan benar.
4. Kebersihan diri dari petugas.
b. Faktor Kimia
Petugas di laboratorium kesehatan yang sering kali kontak dengan bahan kimia dan
obat-obatan seperti antibiotika, demikian pula dengan solvent yang banyak digunakan
dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang paling karsinogen.
Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan
mereka. Gangguan kesehatan yang paling sering adalah dermatosis kontak akibat kerja
yang pada umumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja
oleh karena alergi (keton). Bahan toksik ( trichloroethane, tetrachloromethane) jika
tertelan, trhirup atau terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik,
bahkan kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan
yang irreversible pada daerah yang terpapar.
Pencegahan :
1. Material safety data sheet (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada untuk diketahui
oleh seluruh petugas laboratorium.
2. Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah
tertelannyabahan kimia dan terhirupnya aerosol.
3. Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan, celemek, jas
laboratorium) dengan benar.
4. Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan lensa.
5. Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.
c. Faktor Ergonomi
Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat, cara,
proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk
terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi
yang setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan kuratif, secara
populer kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai To fit the Job to the Man and to fit the
Man to the Job. Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan Kesehatan
pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis, misalnya tenaga operator
peralatan, hal ini disebabkan peralatan yang digunakan pada umumnya barang impor yang
disainnya tidak sesuai dengan ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah dan
dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan
dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan
keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain).
d. Faktor Fisik
Faktor fisik di laboratorium kesehatan yang dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja
meliputi :
1. Kebisingan, getaran akibat mesin dapat menyebabkan stress dan ketulian.
2. Pencahayaan yang kurang dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan kecelakaan
kerja.
3. Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja.
4. Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar.
5. Terkena radiasi Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya teknologi pemeriksaan,
penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika tidak dikontrol dapat membahayakan
petugas yang menangani.
Pencegahan :
1. Pengendalian cahaya di ruang kerja
2. Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup memadai.
3. Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi.
4. Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.
5. Pelindung mata untuk sinar laser
6. Filter untuk mikroskop
e. Faktor Psikososial Beberapa contoh faktor psikososial yang dapat menyebabkan stress
1. Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut hidup mati
seseorang. Untuk itu pekerja di laboratorium kesehatan di tuntut untuk memberikan
pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan dan keramahan-tamahan.
2. Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton.
3. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama teman
kerja.
4. Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor formal ataupun
informal.

F. Kebijakan Pemerintah Tentang Hiperkes


1. Definisi
Cabang dari IKM, yang mempelajari cara-cara pengawasan serta pemeliharaan
kesehatan tenaga kerja dan masyarakat di sekitar perusahaan dan segala kemungkinan
gangguan kesehatan dan keselamatan akibat proses produksi di perusahaan. Lapangan
kesehatan yang mengurusi proses kesehatan secara menyeluruh (kuratif, preventif,
penyesuaian faktor manusiawi, hygiene).
2. Tujuan
a. Agar masyarakat pekerja dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,
baik fisik, mental, dan sosialnya.
b. Agar masyarakat sekitar perusahaan terlindung dari bahaya-bahaya pengotoran oleh
bahan-bahan yang berasal dari perusahaan.
c. Agar hasil produksi perusahaan tidak membahayakan kesehatan masyarakat
konsumennya.
d. Agar efisiensi kerja dan daya produktivitas para karyawan meningkat dan dengan
demikian akan meningkatkan pula produksi perusahaan.
e. Sebagai tindakan korektif pada lingkungan.
Hyghiene: agar tenaga kerja terlindung dari resiko kerja( pemantauan). Kesehatan
kerja: pemeliharaan kesehatan, pemberantasan kelelahan kerja,
perlindungan masyarakat sekitar, menciptakan tenaga kerja yang
produktif.
3. Usaha
Meningkatkan moril kerja, meningkatkan dan memelihara kesehatan yang setinggi-
tingginya, mencegah timbulnya gangguan kesehatan.
a. pencegahan dan pemberantasan penyakit dan kecelakaan-kecelakaan akibat kerja.
b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tenaga kerja.
c. pemeliharaan dan peningkatan efisiensi dan daya produktifitas tenaga manusia.
d. pemberantasan kelelahan kerja dan peningkatan kegairahan kerja.
e. pemeliharaan dan peningkatan hygieni dan sanitasi perusahaan pada umumnya
seperti kebersihan ruangan-ruangan cara pembuangan sampah pengolaan dsb.
f. perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar tehindar dari
pengotoran oleh bahan-bahan dari perusahaan yang bersangkutan.
g. perlindungan masyarakat luas dari bahay-bahay yg mungkin ditimbulkan oleh hasil-
hasil produksi perusahaan.
Prinsip dasar: pengenalan faktor yg berisiko,penilaian dan pengendaliannya dikenalkan
pd tenaga kerjanya.
4. Ruang lingkup
Kesehatan masyarakat: masyarakat umum, hiperkes: tenaga kerja dan
masyarakat di sekitarnya, mencegah timbulnya gangguan kesehatan bagi pekerja,
memelihara kesehatn di lingkungan kerja,mmberi perlindungan bagi pekerja.
Hiperkes: ilmu kedokteran kerja, occupational medicine: kesehatan kerja,
keracunan perusahaan, jiwa perusahaan dan keselamatan kerja.

G. Fungsi dan Peran Perawat Hiperkes


a. Definisi
American Association of Occupational Health Nurses mendefenisikan
perawat hiperkes sebagai “Orang yang memberikan pelayanan medis kepada
tenaga kerja”. Sedangkan Departement of Labor (DOL) USA mendefenisikan
sebagai “ Orang yang memberikan pelayanan medis atas petunjuk umum
kesehatan kepada si sakit atau pekerja yang mendapat kecelakaan atau orang lain
yang menjadi sakit atau menderita kecelakaan di tempat kerja.
Seorang perawat hiperkes adalah seseorang yang berijazah perawat dan
memiliki pengalaman/training keperawatan dalam hiperkes dan bekerja melayani
kesehatan tenaga kerja di perusahaan.
b. Fungsi perawat hiperkes
Fungsi seorang perawat hiperkes sangat tergantung kepada kebijaksanaan
perusahaan dalam hal luasnya ruang lingkup usaha kesehatan, susunan dan jumlah
tenaga kesehatan yang dipekerjakan dalam perusahaan.
Dokter perusahaan biasanya memegang tanggung-jawab dalam
menyelenggarakan kesehatan perusahaan, namun kita ketahui sekarang ini bahwa
tidak semua perusahaan mempekerjakan dokter secara full time. Dalam kondisi
seperti ini, maka perawat yang menjadi lebih banyak melayani aktivitas kesehatan
di perusahaan.
Apabila perawat merupakan satu-satunya tenaga kesehatan yang full time
di perusahaan, maka fungsinya adalah:
1. Membantu dokter perusahaan dalam menyusun rencana kerja hiperkes di
perusahaan
2. Melaksanakan program kerja yang telah digariskan, termasuk administrasi
kesehatan kerja.
3. Memelihara dan mempertinggi mutu pelayanan perawatan/pengobatan.
4. Memelihara alat-alat perawatan, obat-obatan dan fasilitas kesehatan perusahaan.
5. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan sesuai cara-cara yang telah
disetujui.
6. Ikut membantu menentukan kasus-kasus penderita, serta berusaha menindaklanjuti
sesuai wewenang yang diberikan kepadanya.
7. Ikut menilai keadaan kesehatan tenaga kerja dihubungkan dengan faktor pekerjaan
dan melaporkan kepada dokter perusahaan.
8. Membantu usaha perbaikan kesehatan lingkungan dan perusahaan sesuai
kemampuan yang ada.
9. Ikut mengambil peranan dalam usaha-usaha kemasyarakatan: UKS.
10. Membantu, merencanakan dan atau melaksanakan sendiri kunjungan rumah
sebagai salah satu dari segi kegiatannya.
11. Menyelenggarakan pendidikan hiperkes kepada tenaga kerja yang dilayani.
12. Turut ambil bagian dalam usaha keselamatan kerja.
13. Mengumpulkan data-data dan membuat laporan untuk statistic dan evaluasi.
14. Turut membantu dalam usaha penyelidikan kesehatan tenaga kerja.
15. Memelihara hubungan yang harmonis dalam perusahaan.
16. Memberikan penyuluhan dalam bidang kesehatan.
17. Bila lebih dari satu paramedis hiperkes dalam satu perusahaan, maka pimpinan
paramedis hiperkes harus mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan semua
usaha perawatan hiperkes.
Menurut Jane A. Le R.N dalam bukunya The New Nurse in Industry, beberapa fungsi
spesifik dari perawat hiperkes adalah :
1. Persetujuan dan kerjasama dari pimpinan perusahaan/industri dalam membuat
program dan pengolahan pelayanan hiperkes yang mana bertujuan memberikan
pemeliharaan / perawatan kesehatan yang sebaik mungkin kepada tenaga kerja.
2. Memberikan/ menyediakan primary nursing care untuk penyakit-penyakit atau
korban kecelakaan baik akibat kerja maupun yang bukan akibat kerja bedasarkan
petunjuk- petunjuk kesehatan yang ada.
3. Mengawasi pengangkutan si sakit korban kecelakaan ke rumah sakit , klinik atau
ke kantor dokter untuk mendapatkan perawatan / pengobatan lebih lanjut.
4. Melakukan referral kesehatan dan pencanaan kelanjutan perawatan dan follow up
dengan rumah sakit atau klinik spesialis yang ada.
5. Mengembangkan dan memelihara system record dan report kesehatan dan
keselamatan yang sesuai dengan prosedur yang ada di perusahaan.
6. Mengembangkan dan memperbarui policy dan prosedur servis perawatan.
7. Membantu program physical examination (pemeriksaan fisik) dapatkan data-data
keterangan-keterangan mengenai kesehatan dan pekerjaan. Lakukan referral yang
tepat dan berikan suatu rekomendasi mengenai hasil yang positif.
8. Memberi nasehat pada tenaga kerja yang mendapat kesukaran dan jadilaj perantara
untuk membantu menyelesaikan persoalan baik emosional maupun personal.
9. Mengajar karyawan praktek kesehatan keselamatan kerja yang baik,dan
memberikan motivasi untuk memperbaiki praktek-praktek kesehatan.
10. Mengenai kebutuhan kesehatan yang diperlukan karyawan dengan obyektif
dan menetapkan program Health Promotion, Maintenance and Restoration.
11. Kerjasama dengan tim hiperkes atau kesehatan kerja dalam mencari jalan
bagaimana untuk peningkatan pengawasan terhadap lingkungan kerja dan
pengawasan kesehatan yang terus menerus terhadap karyawan yang terpapar
dengan bahan-bahan yang dapat membahayakan kesehatannya.
12. Tetap waspada dan mengikuti standar-standar kesehatan dan keselamatan
kerja yang ada dalam menjalankan praktek-praktek perawatan dan pengobatan
dalam bidang hiperkes ini.
13. Secara periodik untuk meninjau kembali program-program perawatan dan
aktifitas perawatan lainnya demi untuk kelayakan dan memenuhi kebutuhan serta
efisiensi.
14. Ikut serta dalam organisasi perawat (professional perawat) seperti ikatan
paramedik hiperkes, dll.
15. Merupakan tanggung jawab pribadi yang tidak boleh dilupakan dan penting
adalah mengikuti kemajuan dan perkembangan professional (continues education).
c. Tugas paramedis hiperkes
Secara sistimatis DR. Suma’mur PK, MSc, menggambarkan tugas-tugas
paramedis hiperkes sebagai berikut :
1. Tugas medis teknis yang berhubungan dengan perawatan dan pengobatan
a) Perawatan dan pengobatan penyakit umum
1) Menurut petunjuk dokter perusahaan
2) Menurut pedoman tertulis (standing orders)
3) Rujukan pasien ke rumah sakit
4) Mengawasi pasien sakit hingga sembuh
5) Menyelenggarakan rehabilitasi
b) Perawatan dan pengobatan pada kecelakaan dan penyakit jabatan
c) Menjalankan pencegahan penyakit menular (vaksinasi, dll)
d) Pemeriksaan kesehatan
1) Sebelum bekerja (pre-employment)
2) Berkala
3) Pemeriksaan khusus
2. Tugas administratif mengenai dinas kesehatan perusahaan
a) Memelihara administrasi (dinas kesehatan)
b) Mendidik dan mengamati pekerjaan bawahannya
c) Memelihara catatan-catatan dan membuat laporan
1) Catatan perseorangan yang memuat hasil pemeriksaan kesehatan pekerja
2) Laporan mengenai angka kesakitan, kecelakaan kerja
3) Laporan pemakaian obat, dll.
3. Tugas sosial dan pendidikan
a) Memberi pendidikan kesehatan kepada pekerja
1) Ketrampilan PPPK,
2) Pola hidup sehat,
3) Pencegahan penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan yang kurang
baik
b) Menjaga kebersihan dalam perusahaan
c) Mencegah kecelakaan kerja

Menurut American Association of Occupational Health Nurses, ruang lingkup pekerjaan


perawat hiperkes adalah :
1. Health promotion / Protection
Meningkatkan derajat kesehatan, kesadaran dan pengetahuan tenaga kerja akan paparan
zat toksik di lingkungan kerja.
Merubah faktor life style dan perilaku yang berhubungan dengan resiko bahaya
kesehatan.
2. Worker Health / Hazard Assessment and Surveillance
Mengidentifikasi masalah kesehatan tenaga kerja dan menilai jenis pekerjaannya .
3. Workplace Surveillance and Hazard Detection
Mengidentifikasi potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan keselamatan tenaga
kerja. Bekerjasama dengan tenaga profesional lain dalam penilaian dan pengawasan
terhadap bahaya.
4. Primary Care
Merupakan pelayanan kesehatan langsung terhadap penyakit dan kecelakaan pada
tenaga kerja, termasuk diagnosis keperawatan, pengobatan, rujukan dan perawatan
emergensi.
5. Counseling
Membantu tenaga kerja dalam memahami permasalahan kesehatannya dan membantu
untuk mengatasi dan keluar dari situasi krisis.
6. Management and Administration
Acap kali sebagai manejer pelayanan kesehatan dengan tanggung-jawab pada progran
perencanaan dan pengembangan, program pembiayaan dan manajemen.
7. Research
Mengenali pelayanan yang berhubungan dengan masalah kesehatan, mengenali faktor –
faktor yang berperanan untuk mengadakan perbaikan.
8. Legal-Ethical Monitoring
Paramedis hiperkes harus sepenuhnya memahami ruang lingkup pelayanan kesehatan
pada tenaga kerja sesuai perundang-undangan, mampu menjaga kerahasiaan dokumen
kesehatan tenaga kerja.
9. Community Organization
Mengembangkan jaringan untuk meningkatkan pelayanan kepada tenaga kerja

Perawat hiperkes yang bertanggung-jawab dalam memberikan perawatan tenaga kerja


haruslah mendapatkan petunjuk-petunjuk dari dokter perusahaan atau dokter yang ditunjuk
oleh perusahaan. Dasar-dasar pengetahuan prinsip perawatan dan prosedur untuk merawat
orang sakit dan korban kecelakaan adalah merupakan pegangan yang utama dalam proses
perawatan yang berdasarkan nursing assessment, nursing diagnosis, nursing intervention dan
nursing evaluation adalah mempertinggi efisiensi pemeliharaan dan pemberian perawatan
selanjutnya.
Perawat hiperkes mempunyai kesempatan yang besar untuk menerapkan praktek-
praktek standar perawatan secara leluasa. Seorang perawat hiperkes, melalui program
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan hendaknya selalu membantu karyawan / tenaga
kerja untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Poerwanto, Helena dan Syaifullah. Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan


Keselamatan Kerja. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
2005.

Indonesia. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Indonesia. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Silalahi, Bennett N.B. dan Silalahi, Rumondang. 1991. Manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja: Pustaka Binaman Pressindo.

Suma'mur. 1991. Higene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta: Haji Masagung

Suma'mur. 1985. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta: Gunung


Agung.

Banjarmasin, 23 maret 2022


Ners Muda,

Ani Suriyani, S.Kep

Diketahui
Preseptor Akademik Preseptor Klinik

Roly Marwan Mathuridy,Ns,.M.kep Alfiannor

Anda mungkin juga menyukai