Dosen Pengampu :
Ns.Mareta Akhriansyah,S.Kep.,M.Kep
Oleh :
Rini Apriani
18.14201.30.15
Psik 7 A1
Tempat :
Jl. Jend Ahmad Yani Jl. Silaberanti No.13, 13 Ulu, Kec Seberang Ulu II, Kota
Palembang, Sumatera Selatan
Mengetahui.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan banyak nikmat sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan
baik. Laporan ini berisi tentang identifikasi hazard, SWOT ,POA, dan hasil identifikasi
hazard.
Dengan itu saya sampaikan terima kasih atas waktu, tenaga dan fikirannya yang
telah diberikan.Dalam penyusunan laporan ini, saya menyadari bahwa hasil laporan ini
masih jauh dari kata sempurna. Sehingga saya selaku penyusun sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sekalian.Akhir kata Semoga laporan ini dapat
Penulis
LAPORAN PENDAHULUAN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA RUMAH SAKIT
Oleh :
Rini Apriani
18.14201.30.15
Psik 7 A1
B. TUJUAN K3
1. Melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja
2. Menjamin agar setiap sumber produksi dapat dipakai secara aman dan efisien
3. Menjamin proses produksi berjalan lancar
C. MANFAAT K3
Bagi pihak manajemen tempat kerja :
1. Meningkatnya dukungan terhadap program kesehatan dan keselamatan pekerja di tempat
kerja
2. Citra positif (tempat kerja yang maju & peduli kesehatan)
3. Meningkatnya moral staf
4. Menurunnya angka kemangkiran karena sakit
5. Meningkatnya produktivitas
6. Menurunnya biaya kesehatan
Bagi pekerja :
1. Meningkatnya percaya diri
2. Menurunnya stress
3. Meningkatnya semangat kerja
4. Meningkatnya kemampuan mengenali dan mencegah penyakit
5. Meningkatnya kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sekitar.
D. SYARAT-SYARAT K3
c. Faktor Ergonomi
Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat, cara, proses
dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk
terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi
yang setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan kuratif, secara
populer kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai To fit the Job to the Man and to fit the
Man to the Job. Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan Kesehatan
pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis,
misalnya tenaga operator peralatan, hal ini disebabkan peralatan yang digunakan pada
umumnya barang impor yang disainnya tidak sesuai dengan ukuran pekerja Indonesia. Posisi
kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi
kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis
(stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain).
d. Faktor Fisik
Faktor fisik di laboratorium kesehatan yang dapat menimbulkan masalah kesehatan
kerja meliputi :
1. Kebisingan, getaran akibat mesin dapat menyebabkan stress dan ketulian.
2. Pencahayaan yang kurang dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan kecelakaan kerja.
3. Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja.
4. Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar.
5. Terkena radiasi Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya teknologi pemeriksaan,
penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika tidak dikontrol dapat membahayakan
petugas yang menangani.
Pencegahan :
1. Pengendalian cahaya di ruang kerja
2. Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup memadai.
3. Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi.
4. Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.
5. Pelindung mata untuk sinar laser
6. Filter untuk mikroskop
e. Faktor Psikososial
Beberapa contoh faktor psikososial yang dapat menyebabkan stress
1. Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut hidup mati seseorang.
Untuk itu pekerja di laboratorium kesehatan di tuntut untuk memberikan pelayanan yang
tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan dan keramahan-tamahan.
2. Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton.
3. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama teman
kerja.
4. Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor formal ataupun
informal.
F. INDIKATOR K3
Menurut Mangkunegara (2002, p.170), bahwa indikator penyebab keselamatan kerja adalah:
a) Keadaan tempat lingkungan kerja, yang meliputi:
2. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik Pengaturan Penerangan
a. K3 Sektor Informal :
Dalam 70 – 80% angkatan kerja di sektor informal Termasuk sektor ini : petani, nelayan,
pedagang kecil dll memiliki keterbatasan :
a. Kurang mampu memelihara kes diri & kelg
b. Sering terpajan bahaya potensi lingkungan
c. Jam kerja tidak teratur
d. Beban kerja terlalu berat
e. Penghasilan rendah
f. Belum mendapat yankesja
b. Sektor Informal :
Departemen Kesehatan :
a. Tidak menggunakan pola kegiatan yg diatur oleh sistem manajemen profesional
b. Modal, peraturan, perlengkapan dan omzet biasanya kecil
c. Umumnya dilakukan gol masy berpenghasilan rendah
d. Tidak selalu menggunakan keahlian & ketrampilan formal
I. PENYAKIT AKIBAT KERJA
Berdasarkan SK Presiden No.22 tahun 1993, disebutkan berbagai macam penyakit yang
timbul karena hubungan kerja yaitu :
a. Pneumoconiosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentuk jaringan parut,yang silikonsnya
merupakan factor utama penyebab cacat dan kematian.
b. Penyakit paru dan saluran pernafasan (broncopulmoner) yang disebabkan oleh debu logam keras.
c. Penyakit paru dan saluran pernafasan (broncopulmoner) yang disebabkan oleh debu kapas vlas,
henep, dan sisal (bissinosis).
d. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitivisasi dan zat
perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.
e. Aliveolitis alergika yang disebabkan oleh factor dari luar sebagai akibat dari penghirupan debu
organic.
f. Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang beracun.
g. Penyakit yang disebabkan kadmium atau persenyawaannya yang beracun.
h. Penyakit yang disebabkan faktor atau persenyawaanya yang beracun.
i. Penyakit.yang.disebabkan.oleh.krom..atau.persenyawaannya.yang beracun.
j. Penyakit yang disebabkan oleh: mangan, arsen, raksa, timbal, fluor,benzena, derivat
halogen,derivat nitro,dan amina dari benzena atau homolognya yang beracun.
k. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol, atau keton. .
l. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan seperti karbon
monoksida, hydrogen sianida, hydrogen sulfida, atau derivatnya yang beracun, amoniak seng,
braso dan nikel.
m. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot urat, tulang persendian,
pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).
n. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih.
o. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektro magnetic dan radiasi mengion.
p. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi, atau biologik.
q. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter,pic,bitumen, minyak mineral, antrasena,
atau persenyaweaan, produk atau residu dari zat tersebut.
r. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh abses.
s. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat dalam suatu
pekerjaan yang memiliki resiko kontaminnasi khusus.
4. Ruang lingkup
Kesehatan masyarakat: masyarakat umum, hiperkes: tenaga kerja dan masyarakat di
sekitarnya, mencegah timbulnya gangguan kesehatan bagi pekerja, memelihara kesehatn di
lingkungan kerja,mmberi perlindungan bagi pekerja.
Hiperkes: ilmu kedokteran kerja, occupational medicine: kesehatan kerja, keracunan
perusahaan, jiwa perusahaan dan keselamatan kerja.
Apabila perawat merupakan satu-satunya tenaga kesehatan yang full time di perusahaan,
maka fungsinya adalah:
1. Membantu dokter perusahaan dalam menyusun rencana kerja hiperkes di perusahaan.
2. Melaksanakan program kerja yang telah digariskan, termasuk administrasi
kesehatan kerja.
3. Memelihara dan mempertinggi mutu pelayanan perawatan/pengobatan.
4. Memelihara alat-alat perawatan, obat-obatan dan fasilitas kesehatan perusahaan.
5. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan sesuai cara-cara yang telah disetujui.
6. Ikut membantu menentukan kasus-kasus penderita, serta berusaha menindaklanjuti
sesuai wewenang yang diberikan kepadanya.
7. Ikut menilai keadaan kesehatan tenaga kerja dihubungkan dengan faktor pekerjaan dan
melaporkan kepada dokter perusahaan.
8. Membantu usaha perbaikan kesehatan lingkungan dan perusahaan sesuai kemampuan yang
ada.
9. Ikut mengambil peranan dalam usaha-usaha kemasyarakatan: UKS.
10. Membantu, merencanakan dan atau melaksanakan sendiri kunjungan rumah sebagai
salah satu dari segi kegiatannya.
11. Menyelenggarakan pendidikan hiperkes kepada tenaga kerja yang dilayani.
12. Turut ambil bagian dalam usaha keselamatan kerja.
13. Mengumpulkan data-data dan membuat laporan untuk statistic dan evaluasi.
14. Turut membantu dalam usaha penyelidikan kesehatan tenaga kerja.
15. Memelihara hubungan yang harmonis dalam perusahaan.
16. Memberikan penyuluhan dalam bidang kesehatan.
17. Bila lebih dari satu paramedis hiperkes dalam satu perusahaan, maka pimpinan
paramedis hiperkes harus mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan semua usaha
perawatan hiperkes.
Menurut Jane A. Le R.N dalam bukunya The New Nurse in Industry, beberapa fungsi
spesifik dari perawat hiperkes adalah :
1. Persetujuan dan kerjasama dari pimpinan perusahaan/industri dalam membuat
program dan pengolahan pelayanan hiperkes yang mana bertujuan memberikan
pemeliharaan / perawatan kesehatan yang sebaik mungkin kepada tenaga kerja
2. Memberikan/ menyediakan primary nursing care untuk penyakit- penyakit atau
korban kecelakaan baik akibat kerja maupun yang bukan akibat kerja bedasarkan
petunjuk- petunjuk kesehatan yang ada.
3. Mengawasi pengangkutan si sakit korban kecelakaan ke rumah sakit , klinik atau ke
kantor dokter untuk mendapatkan perawatan / pengobatan lebih lanjut.
4. Melakukan referral kesehatan dan pencanaan kelanjutan perawatan dan follow up
dengan rumah sakit atau klinik spesialis yang ada.
5. Mengembangkan dan memelihara system record dan report kesehatan dan
keselamatan yang sesuai dengan prosedur yang ada di perusahaan.
6. Mengembangkan dan memperbarui policy dan prosedur servis perawatan.
7. Membantu program physical examination (pemeriksaan fisik) dapatkan data-data
keterangan-keterangan mengenai kesehatan dan pekerjaan.
8. Lakukan referral yang tepat dan berikan suatu rekomendasi mengenai hasil yang
positif.
9. Memberi nasehat pada tenaga kerja yang mendapat kesukaran dan jadilaj perantara
untuk membantu menyelesaikan persoalan baik emosional maupun personal.
10. Mengajar karyawan praktek kesehatan keselamatan kerja yang baik,dan memberikan
motivasi untuk memperbaiki praktek-praktek kesehatan.
11. Mengenai kebutuhan kesehatan yang diperlukan karyawan dengan obyektif dan
menetapkan program Health Promotion, Maintenance and Restoration.\
12. Kerjasama dengan tim hiperkes atau kesehatan kerja dalam mencari jalan bagaimana
untuk peningkatan pengawasan terhadap lingkungan kerja dan pengawasan kesehatan
yang terus menerus terhadap karyawan yang terpapar dengan bahan-bahan yang
dapat membahayakan kesehatannya.
13. Tetap waspada dan mengikuti standar-standar kesehatan dan keselamatan
kerja yang ada dalam menjalankan praktek-praktek perawatan dan pengobatan dalam
bidang hiperkes ini.
14. Secara periodik untuk meninjau kembali program-program perawatan dan
aktifitas perawatan lainnya demi untuk kelayakan dan memenuhi kebutuhan serta
efisiensi.
15. Ikut serta dalam organisasi perawat (professional perawat) seperti ikatan paramedik
hiperkes, dll.
16. Merupakan tanggung jawab pribadi yang tidak boleh dilupakan dan penting adalah
mengikuti kemajuan dan perkembangan professional (continues education).
c. Tugas paramedis hiperkes
Secara sistimatis DR. Suma’mur PK, MSc, menggambarkan tugas-tugas paramedis
hiperkes sebagai berikut :
1. Tugas medis teknis yang berhubungan dengan perawatan dan pengobatan) Perawatan
dan pengobatan penyakit umum :
Menurut petunjuk dokter perusahaan
Menurut pedoman tertulis (standing orders)
Rujukan pasien ke rumah sakit
Mengawasi pasien sakit hingga sembuh
Menyelenggarakan rehabilitasi
Perawatan dan pengobatan pada kecelakaan dan penyakit jabatan
Menjalankan pencegahan penyakit menular (vaksinasi, dll)
Pemeriksaan kesehatan
Oleh :
Rini Apriani
18.14201.30.15
Psik 7 A1
A. Pengertian
Bahaya adalah sumber,situasi atau tindakan yang berpotensi menciderai manusia atau
sakit penyakit kombinasi dari semuanya (puspitasari 2010). Berdasarkan kurniawan
(2008)nmengatakan bahwa hazard adalah faktor-faktor intrinsik yang melekat pada sesuatu
berupa barang atau kondisi dan mempunyai potensi menimbulkan efek kesehatan maupun
keselamatan pekerja serta lingkungan yang memberikan dampak buruk.
Pengertian (definisi) bahaya (hazard) ialah semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang
berpotensi menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) dan atau penyakit akibat kerja – definisi
berdasarkan OHSAS 18001:2007. Secara umum terdapat 5 (lima) faktor bahaya K3 di tempat
kerja, antara lain : Faktor Bahaya Biologi (Seperti : Jamur, Virus, Bakteri, dll.), Faktor Bahaya
Kimia (Seperti: Gas, Debu, Bahan Beracun, dll.), Faktor Bahaya Fisik/Mekanik (Seperti :
Mesin, Tekanan, dll.), Faktor Bahaya Biomekanik (Seperti : Posisi Kerja, Gerakan, dll.), Faktor
Bahaya Sosial Psikologis (Seperti : Stress, Kekerasan, dll.)
B. Klasifikasi Hazard
Menurut Ndejjo (2015) bahaya secara luas diklasifikasikan sebagai biologis dan
nonbiologis. Klasifikasi orang asing dihasilkan sebagai titik akhir komposit. Adapun beberapa
cedera : slip, perjalanan, dan jatuh; fisik, psikologis, seksual, atau verbal penyalahgunaan; luka/
laserasi; luka bakar; patah; cedera terkait-tajam (yaitu, jarum, dll.); radon dari sinar-X dan
seterusnya; tumpahan bahan kimia; kebisingan; kontak langsung dengan terkontaminasi
spesimen/ bahan biohazard; bioterorisme; cedera muskuloskeletal seperti nyeri otot/ strain/
keseleo, ogens jalan yang ditularkan melalui darah; penyakit/ infeksi menular; penyakit di
udara; vector borne diseases; stres:
crosscontamination dari material kotor; dan radiasi nonionisasi. Tanggapan-tanggapan ini
disortir untuk menghasilkan klasifikasi gabungan, biologis atau nonbiologis :
bahaya biologis didefinisikan untuk dimasukkan luka/ luka/ laserasi, luka terkait
yang tajam, kontak langsung dengan spesimen yang terkontaminasi/ bahan
biohazardous, bioterorisme, yang ditularkan melalui darah patogen, penyakit
infeksi/ infeksi, penyakit udara, penyakit vektor yang ditanggung, dan
kontaminasi silang dari material kotor.
bahaya nonbiologis didefinisikan untuk termasuk fisik, psikososial, dan
ergonomis bahaya:
bahaya fisik termasuk slip, perjalanan, jatuh, luka bakar, fraktur, radiasi dari sinar
X, kebisingan, dan radiasi nonionisasi;
bahaya psikososial termasuk fisik, penyalahgunaan psikososial, seksual, dan
verbal dan menekankan;
bahaya ergonomis adalah muskuloskeletal cedera seperti nyeri otot/ strain/
terkilir.
C. Identifikasi hazard
Identifikasi bahaya merupakan langkah awal dalam mengembangkan manajemen
risiko K3. Mengidentifikasi suatu bahaya adalah upaya sistematis untuk mengetahui potensi
bahaya yang ada di lingkunga kerja. Dengan mengetahui sifat dan karakteristik bahaya, maka
dapat lebih berhati-hati dan waspada untuk melakukan langkah-langkah pengamanan agar tidak
terjadi kecelakaan, namun tidak semua bahaya dapat dikenali dengan mudah (Ramli, 2009).
Batasi akses ke tempat isolasi
Menggunakan APD dengan benar
SOP memasang APD, jangan ada sedikitpun bagian tubuh yang tidak tertutup APD
Petugas tidak boleh menyentuh wajahnya sendiri
Membatasi sentuhan langsung ke pasien
Cuci tangan dengan air dan sabun
Bersihkan kaki dengan di semprot, ketika meninggalkan ruangan tempat melepas
APD
Lakukan pemeriksaan berkala pada pekerja
Hindari memegang benda yang mungkin terkontaminasi.
Karakterisitik material
Bentuk material
E. Jenis-Jenis Hazard
Berdasarkan karakteristik dampak yang diakibatkan oleh suatu jenis bahaya maka jenis
bahaya dikelompokan menjadi 2 yaitu bahaya kesehatan kerja dan bahaya keselamatan
kerja.bahaya kesehatan kerja dapat berupa bahaya fisik,kimia,biologi dan bahaya berkaitan
dengan ergonomic,berdampak kepada kesehatan dan kenyamanan kerja,misalnya penyakit
akibat kerja,pemajanan terjadi pada waktu lama dan pada konsentrasi rendah,bahaya
keselamatan (safety hazard) focus pada keselamatan manusia yang terlibat dalam
proses,peralatan,dan teknologi.dampak safety hazard bersifat akut ,konsekuensi tinggi,dan
probabilitas untuk terjadi rendah bahaya keselamatan.
Jenis-jenis safety hazard antara lain :
Mechanical hazard,bahaya yang terdapat pada benda atau proses yang bergerak yang
dapat menimbulkan dampak,seperti tertusuk,terpotong,terjepit,tergores,terbentu dan
lain-lain
Chemical hazard bahay baha kimia bai dalam bentuk gas,cair,dan padat yang
mempunyai sifat mudah terbakar,mudah meledak dan korosif
Bahaya kesehatan fokus pada kesehatan manusia.bahaya keselamatan kerja berupa bahaya
fisik,kimia,bahaya berkaitan dengan ergonomic psikososial,elektrik,berdampak pada
keselamatan kerja,misalnya cedera,kebakaran,ledakan,pemajanan terjadi pada waktu singkat.
Hazard fisik,misalnya yang berkaitan dengan peralatan seperti bahaya
listrik,temperature esktrim,kelembapan,kebisingan,radiasi,pencahayaan,getaran dan
lain-lain.
Hazard kimia ialah kecederaan akibat sentuhan bahan kimia .contohnya bahan-bahan
kimia seperti asid,alkali,gas,pelarut,simen,getah sinetik,gentian kaca,pelekat
antiseptic,aerosol,insektisida dan lain-lain.
Hazard ergonomic yang termasuk didalam kategori ini antara lain desain tempet kerja
yang tidak sesuai,postur tubuh yang salah saat melakukan aktifitas,desain pekerjaan
yang dilakukan pergerakan berulang-ulang
Hazard mekanis,semua jenis bahaya yang berasal dari benda-benda bergerak atau
bersifat mekanis,contoh : mesin-mesin pemotong,bahaya getaran.
G. Pengendalian Bahaya
- Eliminasi / penghilangan
- Pelatihan
Oleh :
Rini Apriani
18.14201.30.15
Psik 7 A1
Penyakit Akibat Kerja (PAK) ialah gangguan kesehatan baik jasmani maupun
rohani yang ditimbulkan ataupun diperparah karena aktivitas kerja atau kondisi yang
berhubungan dengan pekerjaan.
Menurut Komite Ahli WHO (1973), Penyakit Akibat Hubungan Kerja adalah
penyakit dengan penyebab multifaktorial, dengan kemungkinan besar berhubungan dengan
pekerjaan dan kondisi tempat kerja. Pajanan di tempat kerja tersebut memperberat,
mempercepat terjadinya serta menyebabkan kekambuhan penyakit.
Sebuah hal yang subtansi dari kehidupan kita adalah pentingnya pekerjaan, karena
dengan bekerja kita dapat menghidupi kehidupan kita secara jasmani, namun kadang
dengan pekerjaan membuat seluruh organ-organ tubuh jenuh dengan aktifitas yang sering
kita lakukan. Sehingga organ tubuh mengalami sutu hal yang membuat kita merasa sakit,
untuk memahami lebih dalam kami akan mendefinisikan penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan. Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja,
bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian penyakit akibat kerja merupakan
penyakit yang artifisual atau man made disease.
Tedapat beberapa penyebab PAK yang umu terjadi di tempat kerja, berikut
beberapa jenisnya yang digolongkan berdasarkan penyebab dari penyakit yang ada di
tempat kerja.
- Golongan fisik: bising, radiasi, suhu ekstrim, tekanan udara, vibrasi, penerangan
- Golongan kimiawi: semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, gas, larutan, kabut
Pencemaran udara oleh partikel dapat disebabkan karena peristiwa alamiah dan
dapat pula disebabkan karena ulah manusisa, lewat kegiuatan industry dan teknologi.
Partikel yang mencenari udara banyak macam dan jenisnya, tergantung pada macam dan
jenis kegiatan industri dan teknologi yang ada. Partikel-partikel udara sangat merugikan
kesehatan manusia. Pada umunyaudara yang tercemar oleh partikel dapat menimbulkan
berbagai macam penyakit saluran pernapasan atau pneumoconiosis.
Pneumoconiosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh adanya
partikel (debu) yang masuk atau mengendap didalam paru-paru. Penyakit Pneumoconiosis
banyak jenisnya, tergantung dari jenis partikel (debu) yang masuk ataub terhisap kedalam
paru-paru. Beberapa jenis penyakit Pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah yang
memiliki banyak kegiatan industry dan teknologi, yaitu silikosis, asbestosis, bisinosisi,
antrakosis, dan beriliosis.
a. Faktor Fisik
b. Faktor Kimia
- Asal: bahan baku, bahan tambahan, hasil sementara, hasil samping(produk), sisa
produksi atau bahan buangan
- Cara masuk tubuh dapat melalui saluran pernafasan, saluran pencerrnaan, kulit
dan mukosa
c. Faktor Biologi
d. Faktor Ergonomi/Fisiologi
- Akibat cara kerja , posisi kerja, alat kerja, lingkungan kerja yang salah, dan
kontruksi yang salah
- Efek terhadap tubuh: kelelahan fisik, nyeri otot, deformirtas tulang, perubahan
bentuk, dislokasi, dan kecelakaan.
e. Factor psikologis
- Surveilans
Radiasi (sinar radio aktif) dapat mengakibatkan kelainan darah dan kulit
Suhu udara yang tinggi dapat mengakibatkan heat stroke, heat cramps, atau
b. Golongan kimia
c. Golongan infeksi
Anthrax
Brucell
HIV/AIDS
Oleh :
Rini Apriani
18.14201.30.15
Psik 7 A1
Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak menyebabkan rasa
ketidaknyamanan yang berlebihan.
B. Tujuan
1) Melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak
dapat dilakukan dengan baik.
2) .Meningkatkan efektivitas dan produktivitas kerja.
3) Menciptakan lingkungan kerja yang aman.
4) Untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi
bahaya/ kecelakaan kerja.
5) Mengurangi resiko akibat kecelakaan
C. Klasifikasi/ Kategori
Alat Delindung Diri meliputi sarung tangan, masker/ respirator, pelindngmata (perisai
muka, kacamata), kap, gaun, apron, da barang lainya(Tarwaka, 2008)
1. Sarung tangan ( sarung tangan bedah, sarung tangan pemeriksaan, sarung tangan
rumah tangga).
Melindungi tangan dari bahan infeksius dan mellindungi pasien darimikroorganisme
pada tangan petugas. Alat ini merupakan pembatasfisik terpenting untuk mencegah
penyebaran infeksi dan harus selaludiganti untuk mecegah infeksi silang. Menurut
Tiedjen ada tiga jenis sarung tangan yaitu :
a. Sarung tangan bedah, dipakai sewaktu melakukan tindakan infasifatau
pembedahan.
b. Sarung tangan pemeriksaan, dipakai untuk melindungi petugas kesehatan
sewaktu malakukan pemeriksaan atau pekerjaan rutin.
c. Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu memproses peralatan, menangani
bahan-bahan terkontaminasi, dan sewaktu membersihkan permukaan yang
terkontaminasi.
2. Masker
Masker harus cukup besar untuk menutup hidung, muka bagian bawah, rahang dan
semua rambut muka. Msker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu
petugas kesehatan atau petugas bedah bicara, batuk, atau bersin dan juga untuk
mencegah cipratan darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi masik kedalam
hidung atau mulut petugas kesehatan. Masker jika tidak terbuat dari bahan tahan
cairan, bagaimana pun juga tidak efektif dalam mencegah dengan baik.
Ketika sedang merawat pasien yang telah diketahui atau dicurigai menderita
penyakit menular melalui airborne maupun droplet, seperti misalnya flu burung atau
SARS, petugas kesehatan harus menggunakan masker efisiensi tinggi. Pelindung ini
merupakan perangkat N-95 yang telah disertifikasi oleh US National Institute
forOccupational Safety dan Health (NIOSH), disetujui oleh EuropeanCE, atau
standard nasional/regional yang sebanding dengan standar tersebut dari negara yang
memproduksinya. Masker efisiensi tinggidengan tingkat efisiensi lebih tinggi dapat
juga digunakan. Maskerefisiensi tinggi, seperti khusus nya N-95, harus diuji
pengepasannya (fit test) untuk menjamin bahwa perangkat tersebut pas dengan
benarpada wajah pemakainya.
3. Respirator
Masker jenis khusus, disebut respirator partikel, yang dianjurkan dalam
situasi memfilter udara yang tertarik nafas dianggap sangat penting (umpamanya,
dalam perawatan orang dengan tuberculosisparu).
4. Pelindung mata
Melindungi perawat kalau terjadi cipratan darah atau cairan tubuhlainya yang
terkontaminasi dengan melindungi mata. Pelindung matater masuk pelindung plastik
yan jernih. Kacamata pengaman, pelindung muka. Kacamata yang dibuat dengan
resep dokter atau kacamata dengan lensa normal juga dapat dipakai.
5. Tutup kepala/ kap
Dipakai untuk menutup rambut dan kepala agar guguran kulit dan rambut
tidak masuk dalam luka sewaktu pembedahan. Kap harus dapat menutup semua
rambut.
6. Gaun
Gaun penutup, dipakai untuk menutupi baju rumah. Gaun ini dipakai untuk
melindungi pakaian petugas pelayanan kesehatan.Gaun bedah, petama kali digunakan
untuk melindungi pasien dari mikroorganisme yang terdapat di abdomen dan
lengandari staf perawatan kesehatan sewaktu pembedahan.
7. Apron
Yang terbuat dari karet atau plastik, merupakan penghalang tahan air untuk
sepanjang bagian depan tubuh petugas kesehatan. Petugas kesehatan harus
mengenakan apron di bawah gaun penutup ketika melakukan perawatan langsung
pada pasien. membersihkan pasien, atau melakukan prosedur dimana ada risiko
tumpahan darah, cairan tubuh atau sekresi.
8. Alas kaki
Digunakan untuk melindungi kaki dari cedera akibat benda tajamatau benda
berat yang mungkin jatuh secara tidak sengaja ke ataskaki. Oleh karena itu, sandal,
"sandal jepit" atau sepatu yang terbuat dari bahan lunak (kain) tidak boleh dikenakan.
Sepatu boot karet atausepatu kulit terlutup memberikan lebih banyak perlindungan,
tetapiharus dijaga tetap bersih dan bebas kontaminasi darah atau tumpahan cairan
tubuh lain. Penutup sepatu tidak diperlukan jika sepatu bersih. Sepatu yang tahan
terhadap benda tajam atau kedapair harus tersedia di kamar bedah. Sebuah penelitian
menyatakan bahwa penutup sepatu dari kain atau kertas dapat meningkatkan
kontaminasi karena memungkinkan darah merembes melalui sepatudan seringkali
digunakan sampai di luar ruang operasi. Kemudian dilepas tanpa sarung tangan
sehingga terjadi pencemaran (Summerse t al. 1992).
D. Indikasi
Tindakan yang kontak atau yang diperkirakan akan terjadi kontak dengan darah ,cairan
tubuh , sekret, ekskreta , kulit yang tidak utuh ,selaput lendir pasien dan benda yang terkomunikasi,
Tindakan Operasi, Tindakan Invasif, Tindaakan Intubasi
E. Kontraindikasi
Reaksi Alergi Terhadap Sarung Tangan Reaksi alergi terhadap sarung tangan lateks semakin
banyak dilaporkan oleh berbagai petugas di fasilitas kesehatan, termasuk bagian rumah tangga,
petugas laboratorium dan dokter gigi.. Jika memungkinkan, sarung tangan bebas lateks (nitril) atau
sarung tangan ateks rendah alergen harus digunakan, jika dicurigai terjadi alergi (reaksi alergi
terhadap nitril juga terjadi, tetapi lebih jarang). Selain itu, pemakaian sarung tangan bebas bedak
juga direkomendasikan. Sarung tangan dengan bedak dapat menyebabkan reaksi lebih banyak,
karena bedak pada sarung tangan membawa partikel lateks ke udara. Jika halini tidak
memungkinkan, pemakaian sarung tangan kain atau vinil dibawah sarung tangan lateks dapat
membantu mencegah sensitisasi kulit. Meskipun demikian, tindakan ini tidak akan dapat mencegah
sensitisasi pada membran mukosa mata dan hidung .(Garner danHICPAC 1996).
Pada sebagian besar orang yang sensitif, gejala yang muncul adalah warna merah pada kulit,
hidung berair dan gatal-gatal pada mata, yang mungkin berulang atau semakin parah misalnya
menyebabkan gangguan pernafasan seperti asma. Reaksi alergi terhadap lateks dapat muncul dalam
waktu 1 bulan pemakaian. Tetapipada umumnya reaksi barn terjadi setelah pemakaian yang lebih
lama,sekitar 3-5 tahun, bahkan sampai 15 tahun (Baumann 1992), meskipun pada orang yang
rentan. Belem ada terapi atau desensitisasi untuk mengatasi alergi lateks, satu-satunya pilihan adalah
menghindari kontak.
F. Persiapan alat
1) Persiapan Diri.
a. Menjaga kesterilan sarung tangan
b. Tidak menyentuh benda benda lain ( yang tidak steril )
c. Skort yang akan dipakai bersih dan tali/kancingnya lengkap
d. Sesuai dengan ukuran
e. Tidak memakai alat diluar kamar pasien
f. Menghindari kontaminasi
g. Dipakai hanya satu kali
h. Masker dipakai satu kalii.
i. Jika sudah lembab harus diganti tidak efektif lagi
j. Jangan menggantung masker di leher dan dipakai lagi
k. Tidak memakai masker ke luar dari lingkungan pasien
2) Persiapan Alata.
a. Sarung tangan ( sarung tangan bedah, sarung tanganpemeriksaan, sarung tangan
rumah tangga).
b. Masker
c. Respirator
d. Pelindung mata
e. Tutup kepala/kap
f. Gaun/Apron
g. Alas kaki
G. Prinsif tindakana.
1. Cara memasang APD
a. Gaun Pelindunga
a) Tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga lutut, lengan hinggapergelangan
tangan dan selubungkan ke belakang punggung
b) Ikat di bagian belakang leher dan pinggang
b. Masker
a) Eratkan tali atau karet elastis pada bagian tengah kepala danleher
b) Paskan klip hidung dari logam fleksibel pada batang hidung
c) Paskan dengan erat pada wajah dan di bawah dagu sehinggamelekat dengan baik
d) Periksa ulng
pengemsan
msker
Manfaat masker :
Petugas :
mencegah
membran
mukosa
petugas
terkena kontak dengan percikan darah dan cairan tubuh pasien mencegah
kontak drpoplet dari mulut dan hidung petugas yang menganung
mikroorganisme saat bicara, batuk, bersin.
c. Kacamata atau pelindung wajah
a) Pasang pada wajah dan mata dan sesuaikan agar pas
d. Sarung tangan
a) Tarik hingga menutupi bagian pergelangan tangan gaun isolsi
b) Demikin sekilas tntang pemkayan ADP bagi tenaaga kesehatan.
e. Gaun
a) Masukan melewati belakang pastikan tidak menyentuh bagian luar
b) Minta asisten untuk mengikat pada bagian belakang
Manfaat pemakaian sarung tangan :
Petugas: Mencegah kontak tangan dengan darah , cairan tubuh, benda
yangterkontaminasi
Pasie: Mencegah kontak mikroorganisme dari tangan petugas memakai
sarungtangan steril
Persiapan alat
1. Urutan Melepaskan APD
a. Sarung tangana.
a) Ingatlah bahwa bagian luar sarung tangan telah terkontaminasi!
b) Pegang bagian luar sarung tangan dengan sarung tanganlainnya, lepaskan
c) Pegang sarung tangan yang telah dilepas denganmenggunakan tangan yang
masih memakai sarung tangan
d) Selipkan jari tangan yang sudah tidak memakai sarungtangan di bawah
sarung tangan yang belum dilepasdipergelangan tangan.
e) Lepaskan sarung tangan di atas sarung tangan pertama
f) Buang sarung tangan di tempat sampah infeksius
b. Kacamata atau pelindung wajaha.
a) Ingatlah bahwa bagian luar kacamata atau pelindung wajah telah
terkontaminasi!
b) Untuk melepasnya, pegang karet atau gagang kacamata
c) Letakkan di wadah yang telah disediakan untuk diprosesulang atau dalam
tempat sampah infeksius
c. Apron, Gaun pelindung dan Topia.
a) Ingatlah bahwa bagian depan gaun dan lengan gaun
b) pelindung telah terkontaminasi!
c) Lepas tali
d) Tarik dari leher dan bahu dengan memegang bagiandalam gaun pelindung
saja
e) Balik gaun pelindung
f) Lipat atau gulung menjadi gulungan dan letakkan di wadahyang telah
disediakan untuk diproses ulang atau buang ditempat sampah infeksius
d. Masker
a. Ingatlah bahwa bagian depan masker telahterkontaminasi - JANGAN
SENTUH!
b. Lepaskan tali bagian bawah dan kemudian tali atau karetbagian atas
c. Buang ke tempat sampah infeksius
d.
Jenis Alat Pelindung Diri
a. Topi
b. Sarung tangan
c. Kacamata / pelindung wajah
d. Baju kerja/ celemek/ skort
e. Sepatu karet / bot
A. Definisi
Menurut Departemen Kesehatan, limbah rumah sakit adalah semua limbah yang
dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk apapun termasuk padat, cair, gel (pasta),
maupun gas yang dapat mengandung mikroorganisme pathogen bersifat infeksius, bahan
kimia beracun, dan sebagian bersifat radioaktif. Untuk mengoptimalkan upaya penyehatan
lingkungan Rumah Sakit dari pencemaran limbah yang dihasilkannya maka Rumah Sakit
harus mempunyai fasilitas pengelolaan limbah sendiri yang ditetapkan KepMenkes RI No.
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit yaitu:
1) Fasilitas Pengelolaan Limbah padat Setiap Rumah sakit harus melakukan reduksi limbah
dimulai dari sumber dan harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang
berbahaya, beracun dan setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah
medis mulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi
dari pihak yang berwenang.
2) Fasilitas Pengolahan Limbah Cair Limbah cair harus dikumpulkan dalam container yang
sesuai dengan karakteristik bahan kimia dan radiologi, volume, dan prosedur penanganan
dan penyimpanannya. Rumah sakit harus memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah
sendiri.
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu
proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-
proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang
dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam
kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi menurut jenis-
jenisnya..
Pengertian limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan
Rumah Sakit dalam bentuk padat, cair, pasta (gel) maupun gas yang dapat mengandung
mikroorganisme pathogen bersifat infeksius, (Depkes,2006).
Sampah merupakan material sisa baik dari hewan, manusia, maupun tumbuhan yang
tidak terpakai lagi dan dilepaskan ke alam dalam bentuk padatan, cair ataupun gas. Sampah
merupakan barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai
sebelumnya tetapi masih bisa dipakai atau dikelola dengan prosedur yang benar.
C. Jenis Sampah
Jenis – jenis sampah menurut Amos Noelaka dalam Bakar (2014) sampah dibagi
menjadi tiga bagian yakni:
a. Sampah organik
Sampah organik merupakan barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang
oleh pemilik atau pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai, dikelola dan
dimanfaatkan dengan prosedur yang benar. Sampah ini dengan mudah dapat
diuraikan melalui proses alami. Sampah organik merupakan sampah yang mudah
membusuk seperti, sisa daging, sisa sayuran, daun-daun, sampah kebun dan lainnya.
b. Sampah anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan nonhayati, baik
berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi pengolahan bahan tambang.
Sampah ini merupakan sampah yang tidak mudah menbusuk seperti, kertas, plastik,
logam, karet, abu gelas, bahan bangunan bekas danlainnya.
E. Karakteristik Sampah
Menurut Kistinnah I,Lestari, 2006 Karakteristik sampah , ditinjau dari kualifikasinya
ada delapan macam yaitu :
- Garbage. Yaitu sampah yang terdiri dari bahan – bahan organic yang mempunyai sifat
lekas membusuk ( Biodegradibility prosesnya cepat ) Sampah jenis ini lekas membusuk
kira – kira dalam waktu sekitar 18 jam . Yang termasuk dalam kategori sampah jenis ini
antara lain : Sampah dapur.
- Rubbish . Yaitu sampah yang terdiri dari bahan - bahan organic atau anorganik yang
tidak / tahan berubah sifatnya. Contoh dari sampah ini adalah : sampah plastic , kaleng /
logam, kertas, kaca.
- Ashes atau dust. Yaitu sampah – sampah sisa pembakaran dan dari bahan – bahan
partikel kecil yang mempunyai sifat mudah beterbangan .
- Sampah jalan ( Street Cleaning ) . Yaitu sampah yang berasal dari pembersihan jalan ,
yang terdiri dari campuran bermacam – macam sampah, daun – daunan kertas, plastic ,
pecahan kaca, besi, debu dan sebagainya.
- Bangkai binatang (Dead Animals) , Yaitu bangkai binatang yang mati karena alam ,
ditabrak kendaraan atau dibuang oleh orang.
- Sampah industri (industrial wastes) . Yaitu sampah yang berasal dari industry atau
pabrik – pabrik , sampah ini tergantung jenis industrinya , missal kimia beracun ,kertas,
bahan berbahaya.
- Sampah pembangunan (Demolition wastes) . Yaitu sampah dari proses pembangunan
gedung , rumah dan sebagainya yang berupa puing – puing potongan-potongan
kayu,besi beton.bambo,hancuran gedung dan sebagainya.
- Sampah berbahaya (Hazardous wastes).adalah kimia
beracun,pestisida,pupuk,radioaktif,sampah rumah sakit / puskesmas yang dapat
membahayakan manusia.
J. Upaya penanganan vektor dan binatang pembawa penyakit limbah padat domestik
a) Bila kepadatan lalat di sekitar tempat/wadah atau kereta angkut limbah padat rumah
tangga melebihi 8 ekor/fly grill (100 X 100 cm) dalam pengukuran 30 menit, perlu
dilakukan pengendalian lalat.
b) Bila di Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) kepadatan lalat melebihi 8 ekor/fly grill
(100 X 100 cm) dalam pengukuran 30 menitatau angka kepadatan kecoa (Indeks kecoa)
yang diukur maksimal 2 ekor/plate dalam pengukuran 24 jam atau tikus terlihat pada
siang hari, harus dilakukan pengendalian.
c) Pengendalian lalat dan kecoa di tempat/wadah dan kereta angkut serta tempat
penyimpanan sementara limbah padat domestic
N. Limbah Cair
Pengamanan limbah cair adalah upaya kegiatan penanganan limbah cair yang terdiri
dari penyaluran dan pengolahan dan pemeriksaan limbah cair untuk mengurangi risiko
gangguan kesehatan dan lingkungan hidup yang ditimbulkan limbah cair. Limbah cair yang
dihasilkan kegiatan rumah sakit memiliki beban cemaran yang dapat menyebabkan
pencemaran terhadap lingkungan hidup dan menyebabkan gangguan kesehatan manusia.
Untuk itu, air limbah perlu dilakukan pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan, agar
kualitasnya memenuhi baku mutu air limbah yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Limbah Cair rumah sakit juga berpotensi untuk dilakukan
daur ulang untuk tujuan penghematan penggunaan air di rumah sakit. Untuk itu,
penyelenggaraan pengelolaan limbah cair harus memenuhi ketentuan di bawah ini:
1. Rumah sakit memiliki Unit Pengolahan Limbah Cair (IPAL) dengan teknologi yang tepat
dan desain kapasitas olah limbah cair yang sesuai dengan volume limbah cair yang
dihasilkan.
2. Unit Pengolahan Limbah Cair harus dilengkapi dengan fasilitas penunjang sesuai dengan
ketentuan.
3. Memenuhi frekuensi dalam pengambilan sampel limbah cair, yakni 1 (satu) kali per bulan.
4. Memenuhi baku mutu efluen limbah cair sesuai peraturan perundang-undangan.
5. Memenuhi pentaatan pelaporan hasil uji laboratorium limbah cair kepada instansi
pemerintah sesuai ketentuan minimum setiap 1 (satu) kali per 3 (tiga) bulan.
6. Unit Pengolahan Limbah Cair:
- Limbah cair dari seluruh sumber dari bangunan/kegiatan rumah sakit harus diolah dalam
Unit Pengolah Limbah Cair (IPAL) dan kualitas limbah cair efluennya harus memenuhi baku
mutu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sebelum dibuang ke
lingkungan perairan. Air hujan dan limbah cair yang termasuk kategori limbah B3 dilarang
disalurkan ke IPAL.
- IPAL ditempatkan pada lokasi yang tepat, yakni di area yang jauh atau tidak menganggu
kegiatan pelayanan rumah sakit dan diupayakan dekat dengan badan air penerima (perairan)
untuk memudahkan pembuangan.
- Desain kapasitas olah IPAL harus sesuai dengan perhitungan debit maksimal limbah cair
yang dihasilkan ditambah faktor keamanan (safety factor) + 10 %.
- Lumpur endapan IPAL yang dihasilkan apabila dilakukan pembuangan atau pengurasan,
maka penanganan lanjutnya harus diperlakukan sebagai limbah B3.
- Untuk rumah sakit yang belum memiliki IPAL, dapat mengolah limba cairnya secara off-site
bekerjasama dengan pihak pengolah limbah cair yang telah memiliki izin. Untuk itu, maka
rumah sakit harus menyediakan bak penampung sementara air limbah dengan kapasitas
minimal 2 (dua) kali volume limbah cair maksimal yang dihasilkan setiap harinya dan
pengangkutan limbah cair dilaksanakan setiap hari.
- Untuk limbah cair dari sumber tertentu di rumah sakit yang memiliki karateristik khusus
harus di lengkapi dengan pengolahan awal (pre-treatment)sebelum disalurkan menuju IPAL.
Limbah cair tersebut meliputi:
Limbah cair dapur gizi dan kantin yang memiliki kandungan minyak dan lemak tinggi harus
dilengkapi pre-treatment berupa bak penangkap lemak/minyak
Limbah cair laundry yang memiliki kandungan bahan kimia dan deterjen tinggi harus
dilengkapi pre-treatmenberupa bak pengolah deterjen dan bahan kimia
Limbah cair laboratorium yang memiliki kandungan bahan kimia tinggi harus dilengkapi
pre-treatmenya berupa bak pengolah bahan kimia
Limbah cair rontgen yang memiliki perak tinggi harus dilengkapi penampungan sementara
dan tahapan penanganan selanjutnya diperlakukan sebagai limbah B3
Limbah cair radioterapi yang memiliki materi bahan radioaktif tertentu harus dilengkapi
pretreatment berupa bak penampun untuk meluruhkan waktu paruhnya sesuai dengan jenis
bahan radioaktifnya dengan mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan.
Jaringan pipa penyaluran limbah cair dari sumber menuju unit pengolahan air limbah melalui
jaringan pipa tertutup dan dipastikan tidak mengalami mengalami kebocoran.
1) Ke lengkapan Fasilitas Penunjang Unit Pengolahan LimbahCair
a) IPAL harus dilengkapi dengan fasilitas penunjang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
b) Kelengkapan fasilitas penunjang tersebut adalah Bak pengambilan contoh air
limbah yang dilengkapi dengan tulisan “Tempat Pengambilan Contoh Air
Limbah Influen” dan/ atau “Tempat Pengambilan Contoh Air Limbah
Efluen”, Alat ukur debit air limbah pada pipa inflen dan/atau pipa efluen,
Pagar pengaman area IPAL dengan lampu penerangan yang cukup dan papan
larangan masuk kecuali yang berkepentingan, Papantulisantitik koordinat
IPAL menggunakan Global Positioning Sistem (GPS), Fasilitas keselamatan
IPAL. Uraian selengkapnya diuraikan pada Sub Bab Pengawasan
Keselamatan Fasilitas Kesehatan Lingkungan.
2) Penaatan frekuensi pengambilan contoh limbah cair sebagai berikut:
a) Setiap rumah sakit harus melakukan pemeriksaan contoh limbah cair di
laboratorium, minimal limbah cair efluennya dengan frekuensi setiap 1 (satu)
kali perbulan.
b) Apabila diketahui hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kualitas
limbah cair tidak memenuhi baku mutu, segera lakukan analisis dan
penyelesaian masalah, dilanjutkan dengan pengiriman ulang limbah cair ke
laboratorium pada bulan yang sama. Untuk itu,
pemeriksaan limbah cair disarankan dilakukan di awal bulan.
3) Penaatan kualitas limbah cair agar memenuhi baku mutu limbah cair sebagai
berikut:
a) Dalam pemeriksaan kualitas air limbah ke laboratorium, maka seluruh
parameter pemeriksaan air limbah baik fisika, kimia dan mikrobiologi yang
disyaratkan harus dilakukan uji laboratorium.
b) Pemeriksaan contoh limbah cair harus menggunakan laboratorium yang telah
terakreditasi secara nasional.
c) Pewadahan contoh air limbah menggunakan jirigen warna putih atau botol
plastik bersih dengan volume minimal 2 (dua) liter.
d) Rumah sakit wajib melakukan swapantau harian air limbah dengan parameter
minimal DO, suhu dan pH.
e) IPAL di rumah sakit harus dioperasikan 24 (dua puluh empat) jam perhari
untuk menjamin kualitas limbah cair hasil olahannya memenuhi baku mutu
secara berkesinambungan.
f) Petugas kesehatan lingkungan atau teknisi terlatih harus melakukan
pemeliharaan peralatan mekanikal dan elektrikal IPAL dan pemeliharaan
proses biologi IPAL agar tetap optimal.
g) Dilarang melakukan pengenceran dalam pengolahan limbah cair, baik
menggunakan air bersih dan/atau air pengencer sumber lainnya.
h) Melakukan pembersihan sampah-sampah yang masuk bak penyaring kasar di
IPAL.
i) Melakukan monitoring dan pemeliharaan terhadap fungsi dan kinerja mesin
dan alat penunjang proses IPAL.
4) Penaatan pelaporan limbah cair adalah :
a) Rumah sakit menyampaikan laporan hasil uji laboratorium limbah cair efluent
IPAL minimum setiap 1 (satu) kali per 3 (tiga) bulan. Laporan ditujukan
kepada instansi pemerintah sesuai ketentuan yang ditetapkan. Instansi
pemerintah tersebut bisa Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
Dinas Lingkungan Hidup atau Badan Pengelolaa Lingkungan Hidup dan
Dinas Kesehatan Provinsi atauKabupaten/Kota;
b) Isi laporan berisi Penaatan terhadap frekuensi sampling limbah cair yakni 1
(satu) kali per bulan, Penaatan terhadap jumlah parameter yang diuji
laboratorium, sesuai dengan baku mutu yang dijadikan acuan, Penaatan
kualitas limbah cair hasil pemeriksaan laboratorium terhadap baku mutu
limbah cair, dengan mengacu pada peraturan perundang undangan.
c) Setiap laporan yang disampaikan disertai dengan bukti tanda terima laporan.
LAPORAN PENDAHULUAN
PENANGGULANGAN KEBAKARAN (ALAT PEMADAM API RINGAN)
Oleh :
Rini Apriani
18.14201.30.15
Psik 7 A1
A. Penanggulngan kebakaran
Berdasarkan regulasi dan Permenkes tentang Bangunan Rumah Sakit bahwa Rumah
Sakit harus memilki dan menerapkan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran; yang
terdiri dari Sistem Proteksi Pasif dan Sistem Proteksi Aktif.Upaya Proteksi Pasif antara lain :
a) Pintu Darurat (Emergency)Pemasangan pintu darurat pada ruangan yang dinilai
berbahaya. Pintu darurat tebuat dari bahan yang tahan api dan mudah diakses. Pintu
darurat diletakkan pada tempat-tempat strategis dan dekat dengan jalur keluar. Pintu
keluar tidak hanya berfungsi sebagai jalan keluar darurat namun juga dapat digunakan
untuk memperlambat laju penyebaran kebakaran.
b) Jalur Evakuasi Jalur evakuasi mutlak dibutuhkan agar para penghuni gedung tidak
kebingungan saat terjadi kebakaran. Jalur evakuasi dibuat berdasarkan perencanaan yang
matang dan menggiring ke luar gedung atau area aman. Sepanjang jalur evakuasi juga
harus dilengkapai dengan petunjuk (arah panah) yang jelas dan tidak membingungkan.
c) Assembly Point (Area Aman) Area aman evakuasi adalah area aman dari bahaya
kebakaran. Area ini jauh dari gedung dan cukup untuk menampung seluruh penghuni.
Selain itu sebisa mungkin mudah diakses dari segala penjuru. Upaya Proteksi Aktif;
Telah dilakukan beberapa hal untuk deteksi, pencegahan dan peanggulangan kebakaran;
yaitu antara lain :
1) Lampu Darurat (Emergency) Ketika terjadi kebakaran, otomatis listrik akan
padam agar tidak semakin berbahaya. Keadaan tanpa listrik akan membuat
keadaan semakin gelap dan mencekam. Maka dari itu perlu lampu darurat di
setiap ruangan dan jalan searah dengan jalur evakuasi.
2) Pemasangan Smoke Detector Smoke Detector adalah sensor yang digunakan
untuk mendeteksi adanya gumpalan asap. Smoke detector biasanya dipasang pada
area yang terdapat mesin di dalamnya, gudang dan panel listrik. Sehingga jika
terjadi terusakan pada mesin atau konsleting pada listrik dan menimbulkan asap
dapat diantisipasi secara langsung. Selain itu, Smoke Detector juga dpasanga di
ruangan yang bebas asap, seperti ruang meeting, ruangan kantor yg bertuliskan
"NO Smoking".
3) Heat Detector Hampir sama dengan smoke detector, heat detector adalah sensor
yang digunakan untuk mendeteksi adanya peningkatan suhu (panas) dalam
ruangan. Heat detector digunakan untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran
dengan variabel panas. Panas akibat pembakaran akan terdeteksi oleh heat
detector yang selanjutnya mengirim sinyal pada panel sehingga langsung dapat
diketahui lokasi kebakaran. Penempatannya biasanya di area parkir, koridor,
ruang panel, ruang genset, dapur dan ruang service.
4) Fire Alarm System Fire alarm digunakan sebagai penanda terjadinya kebakaran.
Jika fire alarm diaktifkan maka alarm akan berbunyi nyaring sebagai tanda
terjadinya kebakaran di lokasi terdekat.
5) Alat Pemadam Api Ringan (APAR) Pemasangan APAR dibeberapa tempat
strategis sesuai dengan kondisi tempat dan ruangan. APAR atau Alat Pemadan
Api Ringan adalah alat pemadaman yang bisa dibawa / dijinjing dan digunakan /
dioperasikan oleh satu orang dan berdiri sendiri. Apar merupakan alat pemadam
api yang pemakaiannya dilakukan secara manual dan langsung diarahkan pada
posisi dimana api berada.
D. Pencegahan Kebakaran
memperlihatkan pada kita bahwa sebelum terjadi kebakaran langkah awal
yang harus dilakukan adalah mencegah terjadinya kebakaran. Hal pertama yang
harus dilakukan oleh setiap
lembaga adalah memahami peraturan daerah maupun nasional yang berhubungan
dengan pencegahan kebakaran. Peraturan yang harus dipahami adalah peraturan
tentang penyimpanan bahan kimia, peraturan tentang pembangunan gedung, dan
lain-lain. Dalam hal ini ada Surat Keputusan Menaker No 187/Men/1990 yang
mengatur tentang Material Safety Data Sheet (MSDS). MSDS adalah dokumen
tentang satu bahan kimia yang harus ada pada industri yang membuat,
menyimpan, atau menggunakannya, yang memberikan informasi tentang bahan
kimia tersebut.
Informasi ini meliputi:
a) identitas bahan dan perusahaan,
b) komposisi bahan,
c) identifikasi bahaya,
d) tindakan P3K,
e) tindakan penanggulangan kebakaran
f) tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran,
g) Penyimpanan bahan,
h) pengendalian,
i) sifatsifat fisika dan kimia,
j) reaktifitas dan stabilitas, 11) toksikologi,
k) ekologi,
l) pembuangan limbah,
m) pengangkutan, dan
n) peraturan & perundang-undangan.
Hal yang tak kalah pentingnya adalah membentuk tim khusus penanganan
kebakaran. Setiap anggota tim harus disiplin dan konsisten dalam menjalankan
program penanganan kebakaran yang direncanakan. Untuk menjalankan hal ini
diperlukan organisasi yang ogram penanganan kebakaran yang direncanakan.
Untuk menjalankan hal ini diperlukan organisasi yang mapan.
E. Pemadaman Kebakaran
Ada tiga tahap pemadaman kebakaran yang berkaitan dengan tahap-tahap terjadinya
kebakaran, tahap tersebut meliputi:
Memadamkan api tahap dini,
Mencegah api tumbuh, dan
Mengontrol asap.
a. Memadamkan Api Tahap Dini
Hampir di setiap kebakaran dimulai dari api yang kecil, namun jika tidak
segera diketahui dan dicegah, api akan membesar bahkan bisa meluas di suatu
kawasan. Berdasarkan hal tersebut, untuk mengetahui secara dini adanya api
diperlukan alat pendeteksi terjadinya kebakaran bahkan juga dibutuhkan alarm jika
terjadi kebocoran gas yang mudah terbakar. Pemadaman api tahap dini merupakan
langkah yang sangat penting dalam mencegah terjadinya kebakaran yang lebih besar.
Pemadaman api yang masih kecil diperlukan alat yang tepat dan tindakan yang cepat.
Alat yang dibutuhkan pada tahap ini adalah Alat Pemadam Api Ringan (APAR),
Hydrant yang menyediakan air bertekanan tinggi, fixed system yang biasa terpasang
di gedung-gedung, serta peralatan lain di sekitar kita yang bisa digunakan untuk
proses pemadaman api seperti karung goni, selimut, serta barang sejenis yang bisa
menyerap air dan menutup api hingga terpisah dari udara. APAR merupakan alat
pemadam api yang sangat populer di kalangan masyarakat, namun demikian sebagian
besar mereka tidak mengetahui jenis dan cara penggunaannya. Jenis APAR cukup
banyak, tergantung dari kemampuan memadamkan kebakaran pada jenis bahan bakar
tertentu. Jenis APAR dan peruntukannya dapat dilihat pada.
b. Mencegah kebakaran
Jika api tidak segera dikuasai dan semakin membesar, maka diperlukan langkah-
langkah lanjutan yang bertujuan untuk melokalisir api, melakukan pendinginan, dan
menguraikan bahan yang terbakar.
keputusan cara mana yang memungkinkan yang bisa diterapkan.
c. Mengontrol Asap
Sebagian besar bahan yang terbakar menghasilkan asap. Asap yang berupa gas yang
mengandung berbagai unsur, sangat membahayakan kesehatan. Bahkan banyak korban
jiwa dalam kejadian kebakaran yang disebabkan karena menghirup asap yang
berlebihan, oleh sebab itu timbulnya asap harus dapat ditanganidengan baik.
1) Penanganan asap dapat dilakukan melalui beberapa cara, diantaranya adalah:
penerapan tata udara sesuai standar pada suatu bangunan,
2) pemasangan alat deteksi asap, dan
3) pemasangan instalasi smoke vent.
F. Prosedur Evakuasi
Keselamatan manusia merupakan hal yang terpenting dalam kebakaran. Ketika
kebakaran sudah membesar dan tidak bisa diatasi dengan APAR, maka yang harus
dilakukan adalah melakukan evakuasi manusia maupun barang. Pelaksanaan evakuasi
dilakukan sesuai sistem evakuasi yang ada pada gedung/bangunan yang terbakar. Gedung
yang baik memiliki sistem evakuasi yang standar, misalnya lebar pintu harus dapat dilalui
40 orang permenit, ada petunjuk rute yang harus dilalui ketika terjadi kondisi darurat, ada
akses jalan yang dapat dilalui oleh mobil pemadam kebakaran, dan lain-lain. Mengingat
pentingnya langkah-langkah evakuasi jika terjadi kebakaran, maka perlu adanya manajemen
yang baik, SOP, latihan secara berkala dalam menghadapi kejadian kebakaran, dan
penyebaran informasi tentang cara-cara penanggulangan kebakaran.
Tahap kesiangan
Pengertian ini meliputi usaha-usaha yang dilakukan untuk menemukan secara awal gejala
kebakaran dan usaha-usaha selanjutnya agar kegiatan pemadaman awal dapat segera dilakukan.
termasuk didalaninya adalah usaha-usaha pemeliharaan kesiagaan terhadap kemungkinaii terjadinya
api selama keadaan aman, Dalam tahap ini akan dijumpai beberapa mas1all antara lain :
- Pemikiran untuk mengusahakan agar gejala api dapat secepat mungkin diketahui
Usaha untuk mencegah hal ins dapat diterapkan sistem penjinak (deteksi) yang
bersifat manual ataupun yang otomatis.
- Pemeliharaan kesiagaan perabotan penanggulangan kebakaran yang teipasang oada
obiek tertentu.
- Pemeliharaan kesiagaan petugas-petugas sistem pengawasan tertentu untuk
memastikan bahwa keadaan siaga terpenuhi dengan baik.
- Sistem pengawasan tertentu untuk memastikan bahwa keadaan siaga tetpenuhi
dengan baik.
- Menciptakan tingkat siaga yang tinggi terhadap gejala yang. akan mengawali suatu
kebakaran pada setiap orang.
Kegagalan yang dijumpai adalah mengendornva sikap kesiaaaan kalau belum atau
tidak terjadi kebakaran, sehingga mengakibatkan timbulnyaketeledoran seperti :
- Persediaan air untuk menghadapi kebakaran digunakan untuk keperluan lain
- Peralatan tidak pernali diteliti dan dipelihara
- Kernampuan dan ketrampilan petugas tidak dipelihara dan sebagainya
Dosen Pembimbing:
Ns.Mareta Akhriansyah, S.Kep, M.Kep
Disusun Oleh:
Rini Apriani NPM : 18.14201.30.15
PSIK 7 A1
02 05 06 09 10
21 1 1 11 11
01
11
Dapur
Keterangan : apar
Alaram kebakaran
wastavel
1. Ruang kantor
4. Ruang susu
7. Ruang pastri
03 04 07 08 11
31 11 71 1 91
8. Ruang penyaringan air
Data Pegawai
Jumlah : 30 orang
Jenis Kelamin : 24 Orang Wanita
6 Orang Laki-Laki
Hari Kerja : 5 hari per orang
Jam Kerja / Shift kerja : Pagi, Sore, Malam (7jam/orang)
RUANGAN PERSIAPAN
RUANGAN PENGOLAHAN
APD
RUANGAN PENYAJIAN MAKAAN
7. Tata Usaha
Tenaga usaha meliputi registrasi pesanan, pembukaan keuangan, penyiapan
laporan berkala, penyiapan laporan khusus serta pengaturan hal- hal yang
berkaitan dengan kepegawaian.
8. Pekarya
Pekarya merupakan pelaksana yang membantu tugas-tugas operasional dalam
penyelenggaraan makanan dan dapur ruangan rawat inap.
-potensi terkena air -Beresiko dapat PxD - Pemakaian APD -Selalu -Tidak
panas menyebabkan 3x2=6 lengkap (masker, menggunakan terjadi luka
terjadinya luka -Sedang face shield, sarung APD sesuai bakar
bakar tangan, sepatu) dan dengan standar
melakukan prinsip saat bekerja.
kehati-hatian dalam
bekerja.
√
√ Apron
2. Pegawai yang menggunakan APD ketika kerja? (uraikan secara umum)
Jenis : Domestik
I. Limbah infeksius, cair dan
Sumber Limbah padat dan Cair
Kebakaran
Hazard
5
Psikologi
-Lantai Bisa Untuk Dengan Tindakan Petugas
licin mengakibat mencegah memberi Gizi
Unsafe kan terjadinya terjadinya tanda
6 resiko jatuh warming
Condition kecelakaan
(cidera) bahwa lantai
saat bekerja licin.
-Petugas Bisa Untuk Penggunaan Tindakkan Petugas
memakai
APD mengakibatkan mencegah APD Gizi
kurang terjadinya luka terjadinya
7 lengkap bakar kecelakaan
saat
Unsafe memasak (kecipratan kerja (Luka
Action minyak) bakar)
Dosen Pembimbing:
Ns.Mareta Akhriansyah, S.Kep, M.Kep
Disusun Oleh:
Rini Apriani NPM : 18.14201.30.15
PSIK 7 A1