SISTEMATIS
Oleh:
Kelompok …..
Kelas: Smt… Reg A…/B….
1. Nama NPM
2. Nama NPM
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Stres kerja adalah suatu keadaaan emosional yang timbul karena adanya ketidaksesuaian antara
beban kerja dengan kemampuan individu untuk mengatasi stres kerja yang dihadapinya[ CITATION
Ant19 \l 1057 ].
Stres kerja adalah perasaan-perasaan negatif yang dihayati subject yang mempunyai kepribadian
tipe internal dan eksternal dalam hubungannya dengan peran dan iklim organisasi yang dihadapi.
Kondisi,situasi atau peristiwa tersebut dapat mengganggu dan mengancam serta memberitekanan
Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2014, banyak Negara sebesar 8%
penyakit yang diakibatkan oleh pekerjaan adalah depresi. Penelitian oleh Labour Force Survey tahun
2014 ditemukan adanya 440.000 kasus stres akibat kerja di Inggris dengan angka kejadian sebanyak
1.380 kasus per 100.000 pekerja yang mengalami stres akibat kerja. Sebesar 35% stres akibat kerja
berakibat fatal dan diperkirakan hari kerja yang hilang sebesar 43%. Penelitian oleh Program Studi
Magister Kedokteran Kerja FKUI (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia) pada tahun 1990-an
menyatakan bahwa stres kerja yang pernah dialami oleh tenaga kerja mulai dari keluhan ringan
Permasalahan stres kerja sampai saat ini masih menjadi tren di berbagai belahan bumi. Di
Eropa, permasalahan stres kerja menempati urutan ke-2 setelah gangguan muskuloskeletal. Health
and Savety Executive (2016), jumlah kasus stress kerja atau kecemasan para pekerja Di Inggris pada
tahun 2015-2016 adalah sebesar 488.000 dengan prevalensi prevalensi 1510 per 100.000 pekerja
[ CITATION Sal18 \l 1057 ]. Menurut data [ CITATION Placeholder1 \l 1057 ] jumlah kasus stres kerja
yang terjadi di dunia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya dari 4409 kasus pada tahun 1998
Hasil survey Regus (2012) stres kerja di Indonesia 73% mengalami peningkatan sebesar 9% dari
tahun sebelumnya yang hanya 64%. Tingginya presentase stres kerja di Indonesia selain dipengaruhi
oleh faktor di dalam negeri juga terkait dengan faktor individu dan pekerjaan.
Setiap orang memiliki tingkat penyusuaian diri terhadap stres yang berbedabeda. Hal itu
disebabkan masing-masing orang memilki perbedaan atau tuntutan hidupnya sehari-hari sehingga
kemampuan seseorang terhadap stres tergantung dari : Umur, Jenis kelamin, Pekerjaan, status sosial,
Perawat adalah staf medis yang paling sering berinteraksi dengan pasien. Oleh karena itu,
perawat harus memiliki acara fisik dan mental yang sehat untuk menjaga kualitas layanan kesehatan.
Stres adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja perawat. Sebagai pemberi jasa pelayanan
kesehatan, rumah sakit beroprasi 24 jam sehari. Rumah sakit membuat pemisah terhadap pelayanan
perawatan pasien yaitu pelaynan pasien yang memerlukan penanganan emetgensi, tidak emergansi
dan yang di opname. Penanganan pada pelayanan tersebut dilaksanakan oleh pekerja kesehatan rumah
sakit. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah sekitar 60% dari
tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit. Perawat merupakan salah satu pekerja kesehatan yang
selalu ada di setiap rumah sakit dan merupakan ujung tombak pelayanan yang selalu ada di setiap
rumah sakit. Perawar di rumah sakit bertugas pada pelayanan rawat inap, rawat jalan atau poliklinik
Dalam menjalankan profesinya perawat rawan terhadap stres. Menurut survai di prancis (dalam
frasser,1997) ditemukan bahwa persentase kejadian stres erkitar 74% dialami perawat. Stres kerja
pada perawat juga terjadi di Indonesia. Sebesar 44% perawat pelaksana di ruang rawat inap di Rumah
Sakit Husada mengalami stres kerja dan 51, 2% perawat di Intensive Care Unit (ICU) dan Instalasi
Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi mengalami stres kerja dengan penyebab
yang beragam (Yana, 2014). Widyasrini (2013) menemukan di RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso
Surakarta bahwa ada 26 perawat (81,25%) yang dikategorikan mengalami stres kerja berat dan 6
perawat (18,75%) yang dikategorikan mengalami stres kerja ringan. Profesi bidang kesehatan dan
pekerja sosial menempati urutan pertama yang paling banyak mengalami stres, yaitu sekitar 43%.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) (2011) mengungkapkan sebanyak 50,9% perawat
Indonesia yang bekerja mengalami stres kerja, sering merasa pusing, lelah, kurang ramah, kurang
istirahat akibat beban kerja terlalu tinggi serta penghasilan yang tidak memadai (Pongoh, 2013).
Hasil penelitian mengatakan bahwa sebagian besar perawat mengalami stres disebabkan oleh
beban kerja berat. Tingkat pembebanan yang terlalu tinggi memungkinkan pemakaian energi yang
Menurut survey PPNI tahun 2007, sekitar 50,9% perawat yang bekerja di empat propinsi
mengalami stres kerja, sering pusing, tidak bisa istirahat karena beban kerja yang terlalu tinggi dan
menyita waktu, serta gaji rendah tanpa diikuti insentif yang memadai. Tetapi keadaan yang paling
Penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan stress kerja pada perawat
telah banyak dilaporkan pada beberapa desain penelitian observasional, namun belum
ada/sedikit yang mengulasnya dalam bentuk Sytematic Review sehingga penulis tertarik
untuk menyusun sebuah tinjauan sistematis mengenai hal tersebut. (ini merupakan contoh
narasi justifikasi mengapa memilih desain systematic review/tinjauan sistematis, silahkan
cari contoh yg lain u narasi justifikasi nya, coba baca artikel penelitian SR yg ditugaskan
sebelumnya)
Berdasarkan pertanyaan penelitian, maka dapat dirumuskan Tujuan Penelitian (TP) yaitu:
BAB III
METODE PENELITIAN
Untuk mengidentifikasi studi yang relevan, pencarian artikel nasional melalui SINTA
(sinta.ristekbrin.go.id) dan sumber pencarian lain melalui Portal GARUDA
(garuda.ristekbrin.go.id) serta Google Scholar (scholar.google.com). Pencarian artikel
internasional melalui…
berikut :
Kriteria inklusi studi ditetapkan berdasarkan pendekatan PICOS, yang secara rinci
Comparison (Perbandingan) -
dalam spreadsheet Microsoft Excel. Data akan diekstraksi oleh satu reviewer dan