kerja akan mengakibatkan stres. Reaksi stres biasanya berisikan keluhan, baik dari
aspek fisik maupun emosional. Keluhan tersebut akan menimbulkan upaya untuk
mengatasinya. Seseorang akan berusaha dengan berbagai cara mengelola stres, akan
memperburuk kondisi fisik maupun mentalnya yang dikenal dengan istilah burnout
syndrome yang merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis dan mental yang
bersifat destruktif akibat dari kelelahan kerja yang bersifat monoton dan
profesi yang bersifat human service seperti polisi, perawat, dokter, konselor, dan
pekerja sosial. penelitian yang dilakukan oleh Moreira et al (2009) pada perawat
yang bekerja pada rumah sakit besar di Brasil Selatan menunjukkan bahwa
prevalensi perawat yang mengalami burnout sebanyak 35,7% dari 151 responden.
jumlah perawat yang bertugas diruang IGD sebanyak 25 orang dengan jumlah pasien
kurang lebih sebanyak 1000 orang sebulan, tuntutan kerja serta jumlah penerima
pelayanan yang sangat banyak menimbulkan kelelahan tidak hanya fisik namun juga
psikis perawat, berdasarkan hasil pengisian kuisioner yang berisi pernyataan tentang
dimensi burnout syndrome pada 10 orang perawat pelaksana yang berjaga di IGD
pola tidur, gangguan pola makan dan sakit kepala serta 50 % menyatakan
3. TUJUAN PENELITIAN
A. TUJUAN UMUM
Untuk Menganalisis hubungan antara beban kerja dengan kejadian burnout
B. TUJUAN KHUSUS(Uraikansecaraunivariatdanbivariat)
1. Mengidentifikasi beban kerja yang dialami perawat di Instalasi Gawat Darurat
Menurut Hart dan Staveland (Tarwaka, 2011) bahwa beban kerja merupakan
suatu yang muncul dari interaksi antara tuntutan tugas-tugas lingkungan kerja dimana
digunakan sebagai tempat kerja, keterampilan dan persepsi dari pekerja. Beban kerja
kadang-kadang didefinsikan secara operasional pada faktor-faktor seperti tuntutan
tugas atau upaya-upaya yang dilakukan untuk melakukan pekerjaan.
(2015) beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban kerja
kesehatan
2.2.1 Definisi
psikologi klinis yang sangat familiar dengan respon stres yang di tunjukan oleh para staf
yang melayani masyarakat, pada tahun 1974, burnout merupakan representasi dari
sindrom pschycological stress yang menunjukkan respon negatif sebagai hasil dari
Menurut Kreitner dan Kinicki (1992) burnout adalah akibat dari stres yang
pribadinya. Burnout adalah kondisi di mana seseorang kehilangan energi psikis maupun
fisik. Biasanya hal itu disebabkan oleh situasi kerja yang tidak mendukung atau tidak
sesuai dengan kebutuhan dan harapan. Biasanya burnout dialami dalam bentuk kelelahan
fisik, mental, dan emosional yang intens. Kekurang jelasan hak dan tanggung jawab kerja
serta konflik peran (misalnya tuntutan kerja tidak konsisten dengan nilai-nilai yang
diyakini) dapat berkontribusi. Salah satu persoalan yang muncul berkaitan dengan diri
individu di dalam menghadapi tuntutan organisasi yang semakin tinggi dan persaingan
yang keras di tempat kerja karyawan itu adalah stres. Stres yang berlebihan akan
Kelelahan emosional adalah perasaan terlalu berat secara emosional dan kehabisan
salah satu sumber daya emosional akibat adanya beban kerja yang berlebihan dan
konflik personal. Kelelahan emosional terdiri dari kelelahan fisik dan emosi yang
ditandai dengan kekurangan energi seperti kehilangan semangat dan motivasi kerja
b. Depersonalisasi
Adalah suatu upaya untuk melindungi diri dari tuntutan emosional yang berlebihan
dengan bersikap negatif, kasar menjaga jarak dengan penerima layanan, menjauh dari
lingkungan sosial dan cenderung tidak peduli terhadap lingkungan dan orang-orang
sekitar.
dimana individu tidak pernah merasa puas dengan hasil kerja sendiri, merasa tidak
pernah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya ataupun orang lain.
a. Karakteristik Individu
Sumber dari dalam diri individu merupakan salah satu penyebab timbulnya burnout.
1) Faktor demografi, mengacu pada perbedaan jenis kelamin antara wanita dan pria.
Pria rentan terhadap stress dan burnout jika dibandingkan dengan wanita. Orang
berkesimpulan bahwa wanita lebih lentur jika dibandingkan dengan pria, karena
dipersiapkan dengan lebih baik atau secara emosional lebih mampu menangani
sampai sangat sempurna sehingga akan sangat mudah merasakan frustrasi bila
kebutuhan untuk tampil sempurna tidak tercapai. Karena, menurut Caputo (1991)
b. Lingkungan Kerja
beban kerja yang berlebihan, konflik peran, jumlah individu yang harus dilayani,
tanggung jawab yang harus dipikul, pekerjaan rutin dan yang bukan rutin,
ambiguitas peran, dukungan sosial dari rekan kerja yang tidak memadai, dukungan
sosial dari atasan tidak memadai, kontrol yang rendah terhadap pekerjaan dan
Lingkungan kerja terbagi menjadi 2 yaitu lingkungan kerja fisik dan lingkungan
kerja non fisik. Lingkungan kerja fisik menurut Sedarmayanti (2009) yaitu semua
keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja dimana dapat
lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan
hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan sesama rekan
kerja non fisik merupakan lingkungan kerja yang dapat membangun suatu iklim dan
suasana kerja yang bisa membangkitkan rasa kekeluargaan untuk mencapai tujuan
bersama.
5. KERANGKA TEORI(Buatkangambarankerangkateoritis)
6. KERANGKA KONSEP(GambarkanHubunganantarVariabel)
VariabelBebasVariabelTerikat
2) Variabel dependen
Berbagai skala koping yang dapat digunakan untuk penelitian Administrasi,
pendidikan dan sosial antara lain adalah:
1. Skala likert
Skala likert di gunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial.Dalam penelitian, fenomena sosial ini
telah di tetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai
variabel penelitian. Dengan skala likert, maka variabel yang akan di ukur di jabarkan
menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut di jadikan sebagai titik tolak
untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.
Jawaban setiap instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari
sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain:
a. Sangat setuju a. Selalu
b. Setuju b. Sering
c. Ragu- ragu c. Kadang-kadang
d. Tidak setuju d. Tidak pernah
e. Sangat tidak setuju
Pernyataan negatif
1. Setuju / Selalu / Sangat positif diberi skor 1
2. Setuju / Sering / Positif di beri skor 2
3. Ragu-ragu / Kadang-kadang / Netral di beri skor 3
4. Tidak setuju/ Hampir tidak pernah/ negative di beri skor 4
5. Sangat tidak setuju/ Tidak pernah di beri skor 5
Tingkatan koping dinilai dari hasil jawaban kuesioner dengan Model Skala Likert
yang dikategorikan menjadi koping positif atau adaptif dan negatif atau
maladaptif.Agar perbandingan itu mempunyai arti, haruslah dinyatakan dalam satuan
deviasi standar kelompok itu sendiri yang berarti harus mengubah skor individual
menjadi skor standar. Salah satu skor standar yang biasanya digunakan dalam skala
model likert adalah skor T, yaitu :
Keterangan :
Skor responden pada skala koping yang hendak diubah menjadi skor
T = Mean skor kelompok
s = Deviasi standar skor kelompok
Untuk mengetahui koping responden relatif lebih positif atau adaptif bila nilai T > mean
T sedangkan pada koping relatif negatif atau maladaptif bila T≤ mean T, yaitu koping
adaptif jika T skor > 50, koping maladaptif jika T skor ≤ 50 (Azwar, 2011).
9. HIPOTESIS
Hipotesis Null (H0)
Tidak ada hubungan antara beban kerja dan kejadian burnout syndrome di Istalasi
Gawat Darurat RSUD Cut Meutia Tahun 2019.
HipotesisAlternatif (Ha)
hubungan antara beban kerja dan kejadian burnout syndrome di Istalasi Gawat
Darurat RSUD Cut Meutia Tahun 2019.
Meutia
12. POPULASI DAN SAMPEL
A. Populasi(Siapapopulasi, berapajumlahpopulasi)
Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh perawat di IGD RSUD Cut Meutia 2019 sebanyak 50
orang.
B. Sampel(Siapasampel, apakriterianya, bgmteknik sampling
danberapaukuran/jumlahsampel)
Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi.Sampel dari penelitian ini adalah pasien kanker yang
menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Umum Cut Mutia yang memenuhi kriteria
inklusi dan ekslusi.Teknik pengambilam sampel dalam penelitian dilakukan secara
total populasi yaitu suatu cara pengambilan sampel dari seluruh populasi sehingga
semua objek dianggap sama, berjumlah 50 orang.
13. INSTRUMEN
PENELITIAN(Apanamanya,bgmmenggunakannya,apaisinya,brpjumlahnya,apaskalany
a, ujivaliditasdanreliabilitas)
Instrumen untuk pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner yang
memuat beberapa pertanyaan yang dikembangkan peneliti dengan mengacu pada
kerangka konsep. Kuesioner akan dibagikan langsung oleh peneliti kepada klien yang
menderita kanker yang menjalani kemoterapi untuk diisi dan dilengkapi.
Kuesioner yang telah dibuat mencakup beberapa variabel yang diteliti, yaitu variabel
independen adalah dukungan keluarga, sedangkan variabel dependen adalah mekanisme
koping.Skala yang digunakan pada variabel dukungan keluarga dan mekanisme koping
adalah menggunakan skala likert yaitu selalu diberi skor 4, sering diberi skor 3, kadang –
kadang diberi skor 2, dan tidak pernah diberi skor 1.
Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukan bahwa instrumen dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur.Validitas merupakan ketepatan atau
kecermatan pengukuran.Peneliti melakukan uji validitas terhadap kuesioner
dukungan keluarga dan mekanisme koping dengan menggunakan uji validitas isi
dan validitas konstruk. Validitas isi adalah validitas dimana digunakan mengukur
\suatu pendapat dengan pertanyaan yang sama namun dari responden yang
berbeda. Validitas konstruk adalah kemampuan sebuah pertanyaan untuk
mengukur sebuah konstruk tertentu.
Setelah dilakukan uji ekspert validitas isi tersebut dihasilkan perbaikan dan
pengurangan pertanyaan pada kuesioner dukungan keluarga sehingga diperoleh
15pertanyaan pada kuesioner dukungan keluarga dan 20 pertanyaan pada
kuesioner mekanisme koping.
Setelah dilakukan validitas isi, kuesioner dukungan keluarga dan mekanisme
koping ini kemudian dilakukan validitas konstruk.Peneliti melakukan validitas
konstruk terhadap kuesioner dukungan keluarga dan kuesioner mekanisme
koping. Hasil uji validitas konstruk tersebut kemudian dihitung menggunakan
rumus korelasi person product moment( r ). Taraf signifikan yang digunakan
adalah 5%. Jika r hitung yang dihasilkan lebih besar atau sama dengan r table
(0,361) padataraf signifikan 5%, maka instrumenmemenuhi kriteria validitas dan
dikatakan valid.
Berdasarkan penghitungan pada instrumen dukungan keluarga dan mekanisme
koping didapatkan bahwa r hitung dari semua pertanyaan pada kuesioner
dukungan keluarga dan pada keusioner mekanisme koping lebih besar dari r table
(0,361) sehingga semua pertanyaan pada kuesioner dukungan keluarga dan
pertanyaan pada kuesioner mekanisme koping dikatakan valid dapat digunakan
sebagai instrumen penelitian.
Uji reliabilitas
Reliabilitas adalah hasil pengukuran yang sama pada sebuah instrumen yang
dilakukan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda. Reliabilitas bisa
disebut juga kepercayaan, kehandalan, atau kestabilan.Tujuan pengujian
reliabilitas adalah untuk melihat apakah instrument penelitian merupakan
instrument yang dapat dipercaya.Jika penelitian menggunakan instrument yang
handal dan dapat dipercaya maka hasil penelitian juga dapat memiliki tingkat
kepercayaan yang tinngi.
Setelah dilakukan validitas, peneliti melakukan uji reliabilitas terhadap 15 item
pertanyaan dukungan keluarga dan 20 item pertanyaan mekanisme koping.
Pengujian dilakukan dengan cara one shot yaitu pengukuran hanya dilakukan
sekali dan dibandingkan dengan hasil pernyataan lainnya.
Teknik uji yang digunakan adalah uji alpha cronbach. Bila nilai koefisien alpa
cronbach( rii) ≥ konstanta (0,60) maka pertanyaan dikatakan reliabel, sedangkan
jika nilai koefisien alpa cronbach< konstanta (0,6) maka pertanyaan tidak
reliabel.
Berdasarkan penghitungan tersebut nilai koefien alpa cronbach kuesioner
dukungan keluarga adalah 0,926. Nilai koefisien alpa cronbach kuesioner
mekanisme koping adalah 0,931. Kedua nilai tersebut > 0,6, sehingga kedua
kuesioner dikatakan reliabel dangan tingkat reliabilitas yang tinggi.
14. CARA PENGUMPULAN DATA(Apa metodenya, kapan, dimana dan siapa yang
melakukan, bagaimana melakukan pengumpulan datanya)
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
telah disusun untuk mendapatkan informasi yang dikehendaki yang dijawab dan diisi
oleh responden.Berikut langkah-langkahnya :
1) Peneliti mendapat surat pengantar penelitian dari Ketua Prodi S1 Keperawatan
STIKes Darussalam Lhokseumawe pada tanggal . Selanjutnya pada hari yang
sama, peneliti menyampaikan surat pengantar penelitian tersebut ke kantor
bagian kepegawaian RSU Cut Mutia Lhokseumawe. Setelah mendapat izin
penelitian dari bagian kepegawaian , selanjutnya peneliti mengidentifikasi
responden yang akan dijadikan sampel. Responden yang telah diidentifikasi
dan sesuai dengan kriteria inklusi selanjutnya dijadikan sampel penelitian dan
di kontrak untuk pertemuan hari berikutnya.
2) Pada tanggal peneliti kembali ke lokasi penelitian, kemudian masuk menemui
responden dan peneliti memperkenalkan diri dan memohon kesedian
responden. Bagi yang bersedia, maka diminta untuk menandatangani lembar
persetujuan menjadi responden dan peneliti akan menjelaskan kepada
responden cara mengisi kuesioner tersebut. Kemudian diberi waktu kepada
responden untuk mengisi kuesioner. Hal ini dilakukan peneliti sampai tanggal,
sehingga terkumpul 50 responden.
3) Setelah kuesioner terisi semua, peneliti mengumpulkan dan melakukan cek
ulang terhadap setiap kuesioner untuk memastikan kelengkapan jawaban yang
diberikan.
15. ANALISA DATA (Cara analisis univariat ? Uji Bivariat ? Syarat penerimaan hipotesis)
1) Analisa univariat
Analisa ini digunakan untuk mendapat gambaran mengenai distribusi frekuensi dari
variabel independen ( dukungan keluarga ) dan variabel dependen ( mekanisme
koping) yang disajikan dalam bentuk tabel dan tekstular.
2) Analisa bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk menguji hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen yaitu hubungan beban kerja terhadap burnout syndrom di Rumah
Sakit Umum Cut Mutia tahun 2017. Perhitungan statistik untuk analisa tersebut akan
dilakukan dengan menggunakan program komputerisasi SPSS Versi 17.0, hasil yang
didapatkan akan diinterpretasikan jika p-value ≥ 0,05 maka Ha ditolak Ho diterima
yang berarti tidak ada hubungan hubungan dukungan keluarga dengan mekanisme
koping pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Umum Cut
Mutia tahun 2017, sedangkan jika p-value < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima
yang berarti ada hubungan dukungan keluarga dengan mekanisme koping pada pasien
kanker yang menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Umum Cut Mutia tahun 2019 (
Notoadmojo,2010)
Bulan
No Kegiatan Bulan I Bulan II Bulan IV
III
1. PersiapandanPengajuanJudul
2. PersiapandanPenulisan Proposal
Penelitian
3. Seminar Proposal
4. Perbaikan Proposal
5. Pengumpulan Data
6. Pengolahan Data
7. PenulisanLaporanPenelitian
8. Seminar Hasil
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nomor Responden : (diisi oleh peneliti)
2. Umur Responden :
3. Pendidikan Responden :
4. Pekerjaan Responden :
B. DUKUNGAN KELUARGA
Isilah kuesioner dibawah ini dengan memberi tanda () pada kolom yang sudah
disediakan sesuai dengan keadaan anda
Sering ( SR) : Setiap Hari
Selalu (SL) : 5-6 x dalam seminggu
Kadang-kadang (KK) : 1-4 x dalam seminggu
Tidak pernah (TP) : Tidak pernah dilakukan
NO PERTANYAAN SL SR KK TP
DUKUNGAN INFORMASI
DUKUNGAN INSTRUMENTAL
DUKUNGAN PENGHARGAAN
NO PERTANYAAN SL SR KK TP