Anda di halaman 1dari 20

METODELOGI PENELITIAN

(UJIAN FINAL-TAKE HOME TEST)

1. JUDUL PENELITIAN(Memuatvariabel, uji, objek, subjek, tempatdanwaktupenelitian)


hubungan antara beban kerja dan kejadian burnout syndrome di Istalasi Gawat
Darurat RSUD Cut Meutia Tahun 2019

2. LATAR BELAKANG (Uraikan data kejadianberdasarkanobjekdanvariabelpenelitian)


Ketidakmampuan perawat untuk memenuhi harapan dan tuntutan di tempat

kerja akan mengakibatkan stres. Reaksi stres biasanya berisikan keluhan, baik dari

aspek fisik maupun emosional. Keluhan tersebut akan menimbulkan upaya untuk

mengatasinya. Seseorang akan berusaha dengan berbagai cara mengelola stres, akan

tetapi tidak semua orang berhasil melakukannya.Seseorang yang tidak mampu

menangani stres, akan mengakibatkan seseorang terbelenggu dalam situasi yang

memperburuk kondisi fisik maupun mentalnya yang dikenal dengan istilah burnout

syndrome yang merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis dan mental yang

bersifat destruktif akibat dari kelelahan kerja yang bersifat monoton dan

menekan (Pangastiti, 2011).

Pangastiti (2011) menyatakan burnout syndrome banyak ditemukan pada

profesi yang bersifat human service seperti polisi, perawat, dokter, konselor, dan

pekerja sosial. penelitian yang dilakukan oleh Moreira et al (2009) pada perawat

yang bekerja pada rumah sakit besar di Brasil Selatan menunjukkan bahwa

prevalensi perawat yang mengalami burnout sebanyak 35,7% dari 151 responden.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan, didapatkan bahwa perawat di ruang UGD

RSUD Sampang memiliki gejala-gejala burnout seperti terlihat lesu, kurang

bersemangat, kurang perhatian terhadap pasien dan keluarganya. Berdasarkan


hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Agustus diketahui bahwa

jumlah perawat yang bertugas diruang IGD sebanyak 25 orang dengan jumlah pasien

kurang lebih sebanyak 1000 orang sebulan, tuntutan kerja serta jumlah penerima

pelayanan yang sangat banyak menimbulkan kelelahan tidak hanya fisik namun juga

psikis perawat, berdasarkan hasil pengisian kuisioner yang berisi pernyataan tentang

dimensi burnout syndrome pada 10 orang perawat pelaksana yang berjaga di IGD

RSUD Sampang didapatkan hasil 80% dari responden menyatakan sering

mengalami keletihan secara fisik, 50% menyatakan sering mengalami gangguan

pola tidur, gangguan pola makan dan sakit kepala serta 50 % menyatakan

sesekali ingin beralih ke profesi selain perawat.

3. TUJUAN PENELITIAN
A. TUJUAN UMUM
Untuk Menganalisis hubungan antara beban kerja dengan kejadian burnout

syndome pada perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUD Cut Meutia

B. TUJUAN KHUSUS(Uraikansecaraunivariatdanbivariat)
1. Mengidentifikasi beban kerja yang dialami perawat di Instalasi Gawat Darurat

RSUD Cut Meutia

2. Mengidentifikasi kejadian burnout syndrome pada perawat di Instalasi Gawat

Darurat RSUD Cut Meutia

3. Menganalisis hubungan antara beban kerja dengan kejadian burnout syndome

pada perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUD Cut Meutia


4. LANDASAN TEORI(Uraikanbeberapateori/pendapatahlisebagaidasarpenelitian)
1) Konsep beban kerja
Beban kerja adalah salah satu aspek yang harus diperhatikan oleh setiap
organisasi, karena beban kerja adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja
karyawan. Teknik analisa beban kerja (Workload Analysis) memerlukan penggunaan
rasio atau pedoman staf standar untuk menentukan kebutuhan personalia. Analisis
beban kerja mengidentifikasi baik jumlah pegawai maupun jenis pegawai yang
diperlukan dalam mencapai tujuan organisasional.
Menurut UU Kesehatan No.36 tahun 2009, beban kerja adalah besaran
pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil
kali antara jumlah pekerjaan dengan waktu. Setiap pekerja dapat bekerja secara
sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya,
untuk itu perlu dilakukan upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja agar, sehingga diperoleh produktivitas kerja yang optimal.

Menurut Hart dan Staveland (Tarwaka, 2011) bahwa beban kerja merupakan
suatu yang muncul dari interaksi antara tuntutan tugas-tugas lingkungan kerja dimana
digunakan sebagai tempat kerja, keterampilan dan persepsi dari pekerja. Beban kerja
kadang-kadang didefinsikan secara operasional pada faktor-faktor seperti tuntutan
tugas atau upaya-upaya yang dilakukan untuk melakukan pekerjaan.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Beban Kerja

Beban kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor. Selanjutnya menurut Nursalam

(2015) beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban kerja

perawat antara lain:

a. Jumlah pasien yang dirawat setiap hari/bulan/tahun di unit tertentu

b. Kondisi atau tingkat ketergantungan pasien

c. Rata rata hari perawatan

d. Pengukuran keperawatan langsung, perawatan tidak langsung dan pendidikan

kesehatan

e. Frekuensi tindakan keperawatan yang dibutuhkan pasien


2) Konsep burnout syndrom

2.2.1 Definisi

Istilah burnout pertama kali dikemukakan oleh Freudenberger, seorang ahli

psikologi klinis yang sangat familiar dengan respon stres yang di tunjukan oleh para staf

yang melayani masyarakat, pada tahun 1974, burnout merupakan representasi dari

sindrom pschycological stress yang menunjukkan respon negatif sebagai hasil dari

tekanan pekerjaan (Cordes & Dougherty,1993). Pekerja yang mengalami burnout

menjadi berkurang energi dan ketertarikannya pada pekerjaan. Selanjutnya, beberapa

peneliti melihat burnout sebagai bagian dari stres (Luthans, 2006).

Menurut Kreitner dan Kinicki (1992) burnout adalah akibat dari stres yang

berkepanjangan dan terjadi ketika seseorang mulai mempertanyakan nilai-nilai

pribadinya. Burnout adalah kondisi di mana seseorang kehilangan energi psikis maupun

fisik. Biasanya hal itu disebabkan oleh situasi kerja yang tidak mendukung atau tidak

sesuai dengan kebutuhan dan harapan. Biasanya burnout dialami dalam bentuk kelelahan

fisik, mental, dan emosional yang intens. Kekurang jelasan hak dan tanggung jawab kerja

serta konflik peran (misalnya tuntutan kerja tidak konsisten dengan nilai-nilai yang

diyakini) dapat berkontribusi. Salah satu persoalan yang muncul berkaitan dengan diri

individu di dalam menghadapi tuntutan organisasi yang semakin tinggi dan persaingan

yang keras di tempat kerja karyawan itu adalah stres. Stres yang berlebihan akan

berakibat buruk terhadap kemampuan individu untuk berhubungan dengan

lingkungannya secara normal (Rizka, 2013)

2.2.2 Aspek-aspek Burnout Syndrome

Menurut Maslach dan Goldberg (1998) dalamArya (2011) kondisi-kondisi yang

menandai burnout terdiri dari tiga aspek, yaitu :


a. Kelelahan emosional

Kelelahan emosional adalah perasaan terlalu berat secara emosional dan kehabisan

salah satu sumber daya emosional akibat adanya beban kerja yang berlebihan dan

konflik personal. Kelelahan emosional terdiri dari kelelahan fisik dan emosi yang

ditandai dengan kekurangan energi seperti kehilangan semangat dan motivasi kerja

b. Depersonalisasi

Adalah suatu upaya untuk melindungi diri dari tuntutan emosional yang berlebihan

dengan bersikap negatif, kasar menjaga jarak dengan penerima layanan, menjauh dari

lingkungan sosial dan cenderung tidak peduli terhadap lingkungan dan orang-orang

sekitar.

c. Rendahnya penghargaan terhadap diri sendiri

Rendahnya penghargaan terhadap diri sendiri (low personal accomplishment)

dimana individu tidak pernah merasa puas dengan hasil kerja sendiri, merasa tidak

pernah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya ataupun orang lain.

2.2.3 Faktor faktor yang Mempengaruhi Burnout Syndrome

Menurut Caputo (1991)dalam Arya (2011) timbulnya burnout disebabkan oleh

beberapa faktor yang di antaranya yaitu :

a. Karakteristik Individu

Sumber dari dalam diri individu merupakan salah satu penyebab timbulnya burnout.

Sumber tersebut dapat digolongkan atas dua faktor yaitu :

1) Faktor demografi, mengacu pada perbedaan jenis kelamin antara wanita dan pria.

Pria rentan terhadap stress dan burnout jika dibandingkan dengan wanita. Orang

berkesimpulan bahwa wanita lebih lentur jika dibandingkan dengan pria, karena
dipersiapkan dengan lebih baik atau secara emosional lebih mampu menangani

tekanan yang besar

2) Faktor perfeksionis, yaitu individu yang selalu berusaha melakukan pekerjaan

sampai sangat sempurna sehingga akan sangat mudah merasakan frustrasi bila

kebutuhan untuk tampil sempurna tidak tercapai. Karena, menurut Caputo (1991)

individu yang perfeksionis rentan terhadap burnout.

b. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja dapat menentukan kemungkinan munculnya burnout seperti

beban kerja yang berlebihan, konflik peran, jumlah individu yang harus dilayani,

tanggung jawab yang harus dipikul, pekerjaan rutin dan yang bukan rutin,

ambiguitas peran, dukungan sosial dari rekan kerja yang tidak memadai, dukungan

sosial dari atasan tidak memadai, kontrol yang rendah terhadap pekerjaan dan

kurangnya stimulasi dalam pekerjaan.

Lingkungan kerja terbagi menjadi 2 yaitu lingkungan kerja fisik dan lingkungan

kerja non fisik. Lingkungan kerja fisik menurut Sedarmayanti (2009) yaitu semua

keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja dimana dapat

mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun tidak langsung, sedangkan

lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan

hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan sesama rekan

kerja, ataupun hubungan dengan bawahan. Ditambahkan Sentoso (2001) lingkungan

kerja non fisik merupakan lingkungan kerja yang dapat membangun suatu iklim dan

suasana kerja yang bisa membangkitkan rasa kekeluargaan untuk mencapai tujuan

bersama.
5. KERANGKA TEORI(Buatkangambarankerangkateoritis)

Faktor-faktor yang mempengaruhi


beban kerja (nursalam 2015) :
1. jumlah pasien
Burnout syndrom
2. Kondisi pasien
3. Rata hari perawat
4. Perawatan tidak langsung
5. Frequensi tindakan
perawatan yang dibutuhkan
pasien

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Mekanisme Koping ( Kozier, dkk.
2002) :
1. Jumlah, durasi, dan intensitas
stressor
2. Pengalaman masa lalu individu
3. Sistem pendukung yang tersedia
untuk individu
4. Kualitas personal individu

6. KERANGKA KONSEP(GambarkanHubunganantarVariabel)

VariabelBebasVariabelTerikat

BEBAN KERJA BURNOUT


SYNDROM
7. DEFINISI OPERASIONAL
No Variabel Def. Operasional AlatUkur Cara Ukur SkalaUkur HasilUkur

1 Variabel Kegiatan dari seseorang kuesioner Penyebaran Ordinal  Baik ≥ 66


Independen perawat IGD yang memiliki Kuesioner  Cukup 44-65
t: kemampuan dan kewenangan  Kurang ≤ 44
Beban dalam melakukan tindakan
Kerja penunjang medis berdasarkan
ilmu yang dimilikinya selama
satu sift kerja

2 Variabel  Sekumpulan gejala stress kuesioner Penyebaran ordinal  maladaptive


dependen yang diderita perawat kuesioner (T ≤ mean T
Burn out akibat aktivitas pelayanan atauT skor ≤
syndrome keperawatan yang diberikan 50 )
baik gejala fisik, mental dan  adaptif (T >
emosional yang dialami mean T atau
perawat di IGD Cut Meutia T skor > 50 )

8. CARA PENGUKURAN VARIABEL(Sebutkan Katagori &Kriteria Pengukuran


secara Statistik atau Teoritis)
1) Variabel independen
Alat ukur dukungan keluarga penderita synrom burnout berupa kuesioner dengan
skala likert ( Sugiyono, 2009). Bentuk kuesioner ini ada 4 alternatif jawaban yaitu
selalu diberi skor 4, sering diberi skor 3, kadang-kadang diberi skor 2, dan tidak
pernah diberi skor 1. Hasil ukur dari kuesioner ini menggunakan skala ordinal dengan
kategori baik dengan nilai ≥ 66, cukup dengan nilai 44-65, kurang dengan nilai ≤ 44 (
Budiman, 2013).

2) Variabel dependen
Berbagai skala koping yang dapat digunakan untuk penelitian Administrasi,
pendidikan dan sosial antara lain adalah:
1. Skala likert
Skala likert di gunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial.Dalam penelitian, fenomena sosial ini
telah di tetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai
variabel penelitian. Dengan skala likert, maka variabel yang akan di ukur di jabarkan
menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut di jadikan sebagai titik tolak
untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.
Jawaban setiap instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari
sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain:
a. Sangat setuju a. Selalu
b. Setuju b. Sering
c. Ragu- ragu c. Kadang-kadang
d. Tidak setuju d. Tidak pernah
e. Sangat tidak setuju

a. Sangat positif a. Sangat baik


b. Positif b. Baik
c. Negatif c. Tidak baik
d. Sangat negative d. Sangat tidak baik
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat di beri skor, misalnya:
1. Setuju/ Selalu/ Sangat positif diberi skor 5
2. Setuju / Sering / positif diberi skor 4
3. Ragu-ragu/ Kadang-kadang/ Netral di beri skor 3
4. Tidak setuju/ Hampir tidak pernah/ Negatif di beri skor 2
5. Sangat tidak setuju/ Tidak pernah di beri skor 1

Pernyataan negatif
1. Setuju / Selalu / Sangat positif diberi skor 1
2. Setuju / Sering / Positif di beri skor 2
3. Ragu-ragu / Kadang-kadang / Netral di beri skor 3
4. Tidak setuju/ Hampir tidak pernah/ negative di beri skor 4
5. Sangat tidak setuju/ Tidak pernah di beri skor 5
Tingkatan koping dinilai dari hasil jawaban kuesioner dengan Model Skala Likert
yang dikategorikan menjadi koping positif atau adaptif dan negatif atau
maladaptif.Agar perbandingan itu mempunyai arti, haruslah dinyatakan dalam satuan
deviasi standar kelompok itu sendiri yang berarti harus mengubah skor individual
menjadi skor standar. Salah satu skor standar yang biasanya digunakan dalam skala
model likert adalah skor T, yaitu :
Keterangan :
Skor responden pada skala koping yang hendak diubah menjadi skor
T = Mean skor kelompok
s = Deviasi standar skor kelompok
Untuk mengetahui koping responden relatif lebih positif atau adaptif bila nilai T > mean
T sedangkan pada koping relatif negatif atau maladaptif bila T≤ mean T, yaitu koping
adaptif jika T skor > 50, koping maladaptif jika T skor ≤ 50 (Azwar, 2011).

9. HIPOTESIS
 Hipotesis Null (H0)
Tidak ada hubungan antara beban kerja dan kejadian burnout syndrome di Istalasi
Gawat Darurat RSUD Cut Meutia Tahun 2019.
 HipotesisAlternatif (Ha)
hubungan antara beban kerja dan kejadian burnout syndrome di Istalasi Gawat
Darurat RSUD Cut Meutia Tahun 2019.

10. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN(Kualitatif/Kuantitatif?,


Korelatif/Komparatif?, Observasional/Eksperimental?, RancangannyaBagaimana)
Sifat penelitian ini adalah kuantitatif.Penelitian dengan sifat kuantitatif menekankan
analisinya pada data-data numerical (angka-angka) yang diolah dengan metode statistic.
Dengan metode kuantitatif akan diperoleh signifikansi hubungan antar variabel yang
diteliti (Syarifudin, 2009). Sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah observasional dengan pendekatan Cross-Sectional. Rancangan Cross-Sectional
merupakan rancangan penelitian yang pengukuran atau pengamatan dilakukan secara
simultan pada satu saat (sekali waktu) (Hidayat,2007).

11. TEMPAT PENELITIAN(Tempatdimana, alasan


pemilihantempatscrmetodelogisdanteknis)
Penelitian ini dilaksanakan pada 2019 di Instalasi Gawat Darurat di RSUD Cut

Meutia
12. POPULASI DAN SAMPEL
A. Populasi(Siapapopulasi, berapajumlahpopulasi)
Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh perawat di IGD RSUD Cut Meutia 2019 sebanyak 50
orang.
B. Sampel(Siapasampel, apakriterianya, bgmteknik sampling
danberapaukuran/jumlahsampel)
Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi.Sampel dari penelitian ini adalah pasien kanker yang
menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Umum Cut Mutia yang memenuhi kriteria
inklusi dan ekslusi.Teknik pengambilam sampel dalam penelitian dilakukan secara
total populasi yaitu suatu cara pengambilan sampel dari seluruh populasi sehingga
semua objek dianggap sama, berjumlah 50 orang.

13. INSTRUMEN
PENELITIAN(Apanamanya,bgmmenggunakannya,apaisinya,brpjumlahnya,apaskalany
a, ujivaliditasdanreliabilitas)
Instrumen untuk pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner yang
memuat beberapa pertanyaan yang dikembangkan peneliti dengan mengacu pada
kerangka konsep. Kuesioner akan dibagikan langsung oleh peneliti kepada klien yang
menderita kanker yang menjalani kemoterapi untuk diisi dan dilengkapi.
Kuesioner yang telah dibuat mencakup beberapa variabel yang diteliti, yaitu variabel
independen adalah dukungan keluarga, sedangkan variabel dependen adalah mekanisme
koping.Skala yang digunakan pada variabel dukungan keluarga dan mekanisme koping
adalah menggunakan skala likert yaitu selalu diberi skor 4, sering diberi skor 3, kadang –
kadang diberi skor 2, dan tidak pernah diberi skor 1.
 Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukan bahwa instrumen dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur.Validitas merupakan ketepatan atau
kecermatan pengukuran.Peneliti melakukan uji validitas terhadap kuesioner
dukungan keluarga dan mekanisme koping dengan menggunakan uji validitas isi
dan validitas konstruk. Validitas isi adalah validitas dimana digunakan mengukur
\suatu pendapat dengan pertanyaan yang sama namun dari responden yang
berbeda. Validitas konstruk adalah kemampuan sebuah pertanyaan untuk
mengukur sebuah konstruk tertentu.
Setelah dilakukan uji ekspert validitas isi tersebut dihasilkan perbaikan dan
pengurangan pertanyaan pada kuesioner dukungan keluarga sehingga diperoleh
15pertanyaan pada kuesioner dukungan keluarga dan 20 pertanyaan pada
kuesioner mekanisme koping.
Setelah dilakukan validitas isi, kuesioner dukungan keluarga dan mekanisme
koping ini kemudian dilakukan validitas konstruk.Peneliti melakukan validitas
konstruk terhadap kuesioner dukungan keluarga dan kuesioner mekanisme
koping. Hasil uji validitas konstruk tersebut kemudian dihitung menggunakan
rumus korelasi person product moment( r ). Taraf signifikan yang digunakan
adalah 5%. Jika r hitung yang dihasilkan lebih besar atau sama dengan r table
(0,361) padataraf signifikan 5%, maka instrumenmemenuhi kriteria validitas dan
dikatakan valid.
Berdasarkan penghitungan pada instrumen dukungan keluarga dan mekanisme
koping didapatkan bahwa r hitung dari semua pertanyaan pada kuesioner
dukungan keluarga dan pada keusioner mekanisme koping lebih besar dari r table
(0,361) sehingga semua pertanyaan pada kuesioner dukungan keluarga dan
pertanyaan pada kuesioner mekanisme koping dikatakan valid dapat digunakan
sebagai instrumen penelitian.
Uji reliabilitas
Reliabilitas adalah hasil pengukuran yang sama pada sebuah instrumen yang
dilakukan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda. Reliabilitas bisa
disebut juga kepercayaan, kehandalan, atau kestabilan.Tujuan pengujian
reliabilitas adalah untuk melihat apakah instrument penelitian merupakan
instrument yang dapat dipercaya.Jika penelitian menggunakan instrument yang
handal dan dapat dipercaya maka hasil penelitian juga dapat memiliki tingkat
kepercayaan yang tinngi.
Setelah dilakukan validitas, peneliti melakukan uji reliabilitas terhadap 15 item
pertanyaan dukungan keluarga dan 20 item pertanyaan mekanisme koping.
Pengujian dilakukan dengan cara one shot yaitu pengukuran hanya dilakukan
sekali dan dibandingkan dengan hasil pernyataan lainnya.
Teknik uji yang digunakan adalah uji alpha cronbach. Bila nilai koefisien alpa
cronbach( rii) ≥ konstanta (0,60) maka pertanyaan dikatakan reliabel, sedangkan
jika nilai koefisien alpa cronbach< konstanta (0,6) maka pertanyaan tidak
reliabel.
Berdasarkan penghitungan tersebut nilai koefien alpa cronbach kuesioner
dukungan keluarga adalah 0,926. Nilai koefisien alpa cronbach kuesioner
mekanisme koping adalah 0,931. Kedua nilai tersebut > 0,6, sehingga kedua
kuesioner dikatakan reliabel dangan tingkat reliabilitas yang tinggi.

14. CARA PENGUMPULAN DATA(Apa metodenya, kapan, dimana dan siapa yang
melakukan, bagaimana melakukan pengumpulan datanya)
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
telah disusun untuk mendapatkan informasi yang dikehendaki yang dijawab dan diisi
oleh responden.Berikut langkah-langkahnya :
1) Peneliti mendapat surat pengantar penelitian dari Ketua Prodi S1 Keperawatan
STIKes Darussalam Lhokseumawe pada tanggal . Selanjutnya pada hari yang
sama, peneliti menyampaikan surat pengantar penelitian tersebut ke kantor
bagian kepegawaian RSU Cut Mutia Lhokseumawe. Setelah mendapat izin
penelitian dari bagian kepegawaian , selanjutnya peneliti mengidentifikasi
responden yang akan dijadikan sampel. Responden yang telah diidentifikasi
dan sesuai dengan kriteria inklusi selanjutnya dijadikan sampel penelitian dan
di kontrak untuk pertemuan hari berikutnya.
2) Pada tanggal peneliti kembali ke lokasi penelitian, kemudian masuk menemui
responden dan peneliti memperkenalkan diri dan memohon kesedian
responden. Bagi yang bersedia, maka diminta untuk menandatangani lembar
persetujuan menjadi responden dan peneliti akan menjelaskan kepada
responden cara mengisi kuesioner tersebut. Kemudian diberi waktu kepada
responden untuk mengisi kuesioner. Hal ini dilakukan peneliti sampai tanggal,
sehingga terkumpul 50 responden.
3) Setelah kuesioner terisi semua, peneliti mengumpulkan dan melakukan cek
ulang terhadap setiap kuesioner untuk memastikan kelengkapan jawaban yang
diberikan.

15. ANALISA DATA (Cara analisis univariat ? Uji Bivariat ? Syarat penerimaan hipotesis)
1) Analisa univariat
Analisa ini digunakan untuk mendapat gambaran mengenai distribusi frekuensi dari
variabel independen ( dukungan keluarga ) dan variabel dependen ( mekanisme
koping) yang disajikan dalam bentuk tabel dan tekstular.
2) Analisa bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk menguji hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen yaitu hubungan beban kerja terhadap burnout syndrom di Rumah
Sakit Umum Cut Mutia tahun 2017. Perhitungan statistik untuk analisa tersebut akan
dilakukan dengan menggunakan program komputerisasi SPSS Versi 17.0, hasil yang
didapatkan akan diinterpretasikan jika p-value ≥ 0,05 maka Ha ditolak Ho diterima
yang berarti tidak ada hubungan hubungan dukungan keluarga dengan mekanisme
koping pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Umum Cut
Mutia tahun 2017, sedangkan jika p-value < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima
yang berarti ada hubungan dukungan keluarga dengan mekanisme koping pada pasien
kanker yang menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Umum Cut Mutia tahun 2019 (
Notoadmojo,2010)

16. JADUAL PENELITIAN

Bulan
No Kegiatan Bulan I Bulan II Bulan IV
III
1. PersiapandanPengajuanJudul  
2. PersiapandanPenulisan Proposal 
Penelitian
3. Seminar Proposal 
4. Perbaikan Proposal 
5. Pengumpulan Data 
6. Pengolahan Data 
7. PenulisanLaporanPenelitian 
8. Seminar Hasil 

17.Isi InstrumenPenelitian(Tuliskan Isi Instrumenbaikkuisioner, lembarobservasi,


lembarhasilpengukuranataulainnya)
KUESIONER PENELITIAN

HUUBUNGAN DUKUNGA KELUARGA DENGAN MEKANISME KOPING PADA


PASIEN KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RUMAH SAKIT UMUM
CUT MUTIA TAHUN 2017

A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nomor Responden : (diisi oleh peneliti)
2. Umur Responden :
3. Pendidikan Responden :
4. Pekerjaan Responden :

B. DUKUNGAN KELUARGA
Isilah kuesioner dibawah ini dengan memberi tanda () pada kolom yang sudah
disediakan sesuai dengan keadaan anda
Sering ( SR) : Setiap Hari
Selalu (SL) : 5-6 x dalam seminggu
Kadang-kadang (KK) : 1-4 x dalam seminggu
Tidak pernah (TP) : Tidak pernah dilakukan

NO PERTANYAAN SL SR KK TP

DUKUNGAN INFORMASI

1 Keluarga mencarikan informai tentang


pengobatan alternaatif untuk membantu
saya dalam penyembuhan penyakit saya

2 Keluarga memberikan informasi dalam


mengatasi komplikasi akibat kemoterapi

3 Keluarga menjelaskan kepada saya setiap


saya bertanya hal-hal yang tidak jelas
tentang penyakit saya

4 Keluarga mengingatkan kepada saya


tentang perilaku-perilaku yang dapat
memperburuk penyakit saya
DUKUNGAN EMOSIONAL

5 Keluargaa mendampingi saya dalam


perawatan

6 Keluarga memberi semangat kepada saya


untuk tetap mengikuti kemoterapi secara
teratur

7 Keluarga memberikan suasanya nyaman


dirumah

8 Keluarga tidak menbiarkan saya bersedih

DUKUNGAN INSTRUMENTAL

9 Keluarga membantu saya dalam


mengatasi maasalah perekonomian
dengan memberi bantuan dana

10 Keluarga peduli terhadap makanan dan


minuman yang saya komsumsi

11 Keluarga berusaha untuk mencarikan


sarana dan peralatan perawatan yang saya
perlukan

DUKUNGAN PENGHARGAAN

12 Keluarga meminta pendaapat saya


terhadap pelaksanaan kemoterapi

13 Keluarga memuji tindakan saya dalam


melakukan kegiatan sehari-hari

14 Keluarga membandingkan kondisi saya


dengan orang lain yang mengalami
penyakit lebih parah

15 Keluarga memberikan semangat pada


saya untuk melakukan aktivitas sehari-
hari
C. MEKANISME KOPING

NO PERTANYAAN SL SR KK TP

1 Saya bercerita dengan teman atau


sahabat tentang masalah yang saya
hadapi

2 Saya tidak mau berbicara dengan orang


lain

3 Saya meminta saran dari keluarga


tentang masalah yang saya hadapi

4 Saya menghancurkan barang-barang


disekitar saya

5 Saya melakukan latihan fisik untuk


mengurangi ketegangan atau masalah

6 Saya meluapkan emosi dengan menyakiti


diri sendiri

7 Saya mendekatkan dirikepada tuhan


untuk menenangkan diri dari masalah
yang saya hadapi

8 Saya meluapkan emosi kepada orang lain


dengan marah-marah atau mengomel

9 Saya hanya berkonsentari pada apa yang


harus saya lakukan selanjutnya

10 Saya menggunakan alkohol atau obat-


obatan untuk menenangkan diri

11 Saya mencoba menganalisa masalahnya


agar lebih memahaminya

12 Yang saya lakukan hanya menangis

13 Saya menerima simpati dan perhatian


seseorang

14 Saya menolak untuk percaya bahwa ini


terjadi

15 Saya mendapatkan bantuan dari


profesional
16 Saya mengkritik diri sendiri

17 Saya mencoba tidak terlalu tergesa-gesa


dalam memecakan masalah ini

18 Saya tidur lebih dari biasanya

19 Saya mempersiapkan diri untuk hal yang


terburuk

20 Saya menerima karena tidak ada yang


bisa saya lakukan

Anda mungkin juga menyukai